Sunday, December 15, 2024

2024

Khotbah (2) Minggu VII Paskah – 12 Mei 2024

KHOTBAH (2) MINGGU VII PASKAH 12 Mei 2024

 

 JALAN ORANG BENAR (Mzm. 1)

 

 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemoh (Mzm. 1:1a)

 

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu VII Paskah ini diambil dari Mzm. 1 yang berisi 6 ayat. Judul perikopnya “Jalan orang benar dan jalan orang fasik”. Mazmur ini dibuka dengan tujuan kehidupan, yaitu berbahagia. Hidup bahagia itu pilihan, mengambil jalan benar atau jalan orang fasik. Sangat jelas dan kontras yang mesti dipilih.

 

 

 

Pilihan muncul dari kebiasaan dan prinsip hidup yang konsisten, serta kedekatan hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Tentu, jalan yang benar tidak selalu jalan bahagia, kadang melewati tantangan berbatu. Namun, jika berjalan bersama Tuhan, maka kebahagiaan selalu datang meruak merekah. Oleh karena itu, selalulah pegang prinsip pokok untuk tidak mengambil jalan orang fasik yang penuh kesengsaraan dan ujungnya penghakiman dan kebinasaan (ay. 5-6). Kebahagiaan tidak akan pernah diperoleh dari jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

 

 

 

Mazmur ini mengajarkan untuk dapat berbahagia dan berada di jalan yang benar, perlu menyukai firman Tuhan dan rajin merenungkannya. Hidup memang perlu panduan, penuntun, dan Alkitab sudah sangat lengkap dan sempurna. Rambu-rambunya sungguh jelas. Memang jalannya tidak semua mudah, tetapi tidak perlu dirasakan berat. Belajar dan berlatihlah agar menjadikannya mudah. Ambil sarinya, intinya, seperti tentang kasih: Kasihilah Tuhanmu dan kasihilah sesamamu. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka (Mat. 7:12).

 

 

 

Jadi, sederhananya janganlah hidup dibuat rumit, apalagi merasa berat untuk melakukan firman-Nya. Mulailah dengan selalu berusaha berbuat kebaikan dan tidak berbuat hal yang orang fasik lakukan. Berusaha terus berjalan dalam kebenaran firman Tuhan, menjalankan prinsip mengasihi, dan tidak sesekali ingin menyakiti hati orang lain. Dengan begitu kita akan terus tegak berdiri, tidak tergoyahkan. “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (ayat 3). Haleluya.

 

 

 

Orang yang tidak kita sukai pasti ada; orang yang tidak suka pada kita juga pasti ada. Tetapi tidak perlu menjadikan mereka musuh, apalagi menghukumnya. Ciri orang fasik mudah dikenali, yakni tidak bisa diberi nasihat, maunya mementingkan diri sendiri, suka mencemoh, sombong, penuh dengki dan amarah, tamak, tidak menjadi teladan, dan berjalan tanpa aturan yang berkenan kepada Tuhan. Maka, hindarilah bergaul dengan mereka. Jauhi. "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1Kor. 15:33). Anggap saja sudah tidak ada urusan. Toh orang seperti itu tidak akan bertahan, karena mereka itu kosong, hampa, seperti sekam yang ditiupkan angin (ayat 4-5).

 

 

 

Hidup orang yang mengandalkan Tuhan dan berlandaskan firman-Nya akan selalu disayangi-Nya. Tuhan mengenal anak-anak-Nya yang rindu untuk dituntun dan ingin berbuah menjadi berkat (ayat 6a). Berkat tidak harus berupa materi, bisa dengan banyak senyum sukacita dan selalu rendah hati. Jika pun suatu saat tersandung, berdosa, pintu pengampunan terus terbuka bagi anak-anak-Nya. Tidak dibiarkannya kita binasa seperti orang fasik.

 

 

 

Maka melalui nas minggu ini, mari kita tegaskan pilihan: aku mau hidup di jalan orang benar. Aku mau memegang prinsip, hidup mesti dibuat berbahagia berjalan bersama Tuhan dan terus berbuah.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 5 Mei 2024

Kabar dari Bukit

 

 ROH YANG MENGHIDUPKAN (Kis. 10:44-48)

 

 ”Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu” (Kis. 10:44)

 

 

 

Ajaran Kristiani memiliki penjelasan terbaik tentang keberadaan Allah. Konsep Tritunggal sebagai kesatuan Allah dalam tiga Pribadi Satu hakekat, sangatlah menolong umat percaya untuk mudah memahaminya, tentunya dilengkapi oleh iman. Allah dalam PL dijelaskan dalam realitas yang misterius dan unik, selamanya bertakhta di sorga. Untuk pemeliharaan umat dan ciptaan-Nya, khususnya bangsa Israel, Allah mengutus malaikat dan para nabi.

 

 

 

Gagalnya bangsa Israel sebagai model dan keteladanan bangsa pilihan, membuat Allah Bapa mengutus Anak-Nya Yesus Kristus menjadi manusia; sebab Allah ingin manusia yang diselamatkan. Yesus terbukti memberi teladan dan model menjadi anak-anak Allah. Setelah melayani tiga tahun, Yesus kembali ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dan kelak menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan yang mati (ay. 42).

 

 

 

Roh Allah sebagai Pribadi ketiga, sejak penciptaan sudah ada (Kej. 1:2), semula tidak menetap diam di hati manusia. ”Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging (Kej. 6:3). Roh Allah terbukti meninggalkan Raja Saul (1 Sam. 16:14). Sepeninggal Yesus naik ke sorga, Roh Allah kemudian dicurahkan penuh, agar diam bersemayam dan berkuasa di hati manusia. Melalui iman dan pimpinan Roh, mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, akan memperoleh pengampunan dosa, tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal (ay. 43; Yoh. 3:16).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Kis. 10:44-48. Perikop ini menjelaskan tentang pemberitaan Injil oleh Petrus kepada umat non-Yahudi. Ada hadir umat Yahudi dan mereka menjadi tercengang-cengang melihat kuasa Roh Allah bekerja, memperlihatkan tidak ada lagi batasan Allah hanya memilih bangsa Israel, tetapi juga ke atas bangsa-bangsa lain (ay. 45). Tanda-tanda pun diberikan, mereka berbahasa roh (ay. 46).

 

 

 

Ada empat pelajaran yang kita dapatkan melalui nas singkat ini. Pertama, untuk keselamatan dan pemeliharaan umat, Allah bersifat progresif dalam keputusan-Nya. Kita lihat, manusia awalnya hanya memakan buah-buahan, kemudian boleh memakan daging hewan sejak nabi Nuh diselamatkan (Kej. 9:3-4). Pada mulanya Allah berbicara langsung kepada manusia/Adam, kemudian melalui nabi dan malaikat, terakhir mengutus Anak-Nya menjadi manusia.

 

 

 

Pelajaran kedua, baptisan penting, tetapi tidak ada tingkatan bagi mereka yang membaptis, tidak perlu favoritisme dan elitisme denominasi (ay. 34-35, 47-48). Roh Allah yang bekerja dan dilayani, pendeta adalah alat atau saluran; yang menerima adalah gereja sebagai tubuh Kristus. Untuk itu sesama hamba Tuhan dan pelayan, perlu saling menghargai, sebagaimana Rasul Paulus menghargai pelayanan Petrus bagi umat Yahudi (Gal. 2:8).

 

 

 

Pelajaran ketiga, Roh Kudus dapat berkarya pada orang-orang yang belum dibaptis, sebagaimana Abraham dibenarkan meski tidak disunat. Allah tidak dapat dibatasi cara bekerja-Nya. Ketika seseorang menerima Yesus, Roh Kudus dalam penyelamatan-Nya terus membarui (Yoh. 3:3-8), memeteraikan (Ef. 1:13-14). Ia diam memberi jaminan untuk kebangkitan (Rm. 8:11), dan memberi kuasa (Gal. 5:17).

 

 

 

Pelajaran keempat, setelah pertobatan dan pengakuan Yesus, perlu tindak lanjut pengajaran. Mereka yang dibaptis dalam nas ini, meminta Petrus untuk tinggal sementara waktu (ay. 48). Ini memberi kepastian, agar Roh Allah tinggal dan diam di hati orang percaya (Yoh. 14:17; 1Kor. 3:16). Roh akan terus membimbing (Gal. 5:16, 25), mengajar (Yoh. 14:26; 16:13), hingga penuh dengan Roh (Ef. 5:18). Kepenuhan Roh akan memberi kita hidup (Rm. 8:13-14), dan terus menghidupkan, sampai kita kelak bersama malaikat dan Tuhan Yesus di sorga. Terpujilah Allah.

 

 

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu VI Paskah – 5 Mei 2024

Khotbah (2) Minggu VI Paskah – 5 Mei 2024

 

 PUJIAN KEMENANGAN (Mzm. 98)

 

 Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus (Mzm. 98:1)

 

 

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu VI Paskah hari ini diambil dari Mzm. 98 dengan 9 ayat. Judul perikopnya “Saat penyelamatan sudah dekat”. Ya, beberapa hari ke depan kita akan masuk ke peringatan Tuhan Yesus naik ke surga. Tampaknya, harinya sama dengan perayaan Idul Fitri bagi saudara kita umat Islam. Semoga damai sejahtera menaungi bangsa kita untuk terus aman tenteram menuju negara maju yang adil dan makmur. Amin.

 

 

 

Ada awal dan ada akhir. Itulah hidup. Bangsa Israel jatuh bangun. Mazmur ini menjadi penggenapan nubuat keselamatan di dalam diri Yesus Kristus. Ia lahir dan bertumbuh besar bersama orangtua dengan menjadi tukang kayu. Ia mulai melayani di usia ke-30. Hanya tiga tahun lebih melayani, Ia kembali ke surga. Singkat, padat, penuh daya dan karya, melewati derita  panjang dengan berpuncak: disalibkan. Mati, tapi bangkit, dan akhirnya menang.

 

 

 

Selama pelayanan-Nya yang singkat, pemazmur menuliskan: “Tuhan telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; …TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita” (ayat 1b-3).

 

 

 

Jadi, hidup bukanlah soal naik turun. Hidup bukan soal saat kita di puncak lalu menjadi gegabah dan ingin terus berbangga. Hidup juga bukan soal jatuh terpuruk ke jurang dalam. Hidup adalah sebuah proses, perjalanan; kadang panjang berliku dan berbatu. Jadi, apapun situasi dan kondisi hidup kita di masa lalu dan saat ini, perspektif utamanya di saat akhir: tetap menjadi pemenang! Bila ada yang belum atau ingin dicapai dan sesuai kehendak Tuhan, bangkitlah dan sabar bertekun. Biarkan Roh Kudus bekerja. “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Rm. 8:31). Kalah di mata dunia, ya, bisa saja, tetapi di mata Tuhan selalu menjadi pemenang.

 

 

 

Tuhan Yesus menang atas perjalanan yang dilalui-Nya. Ia menang dengan taat penuh pada Bapa. Ia menang atas tipu dan godaan iblis. Ia menang atas kejahatan. Ia menang atas kelelahan tubuh dengan mengutamakan kasih nyata. Ia menang atas perlakuan curang yang tidak menyukainya. Ia menang atas penderitaan yang hebat. Dan, Ia menang atas kematian. Keselamatan adalah kemenangan. Kata "keselamatan" dan "telah" diulang berkali-kali dalam mazmur ini.

 

 

 

Bagi yang menang, layak kita ikuti ajakan pemazmur untuk menaikkan nyanyian baru, sorak-sorai kegembiraan, mazmur dengan kecapi dan lagu yang nyaring dengan nafiri dan sangkakala, bersorak-sorak di hadapan Raja, yakni TUHAN! (ayat 1, 4-6). Tidak hanya manusia, bahkan laut, sungai-sungai serta gunung-gunung pun ikut bersorak-sorai bersama-sama menyambut kemenangan (ayat 7-8).

 

 

 

Keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus (ayat 1b). Yesus sebagai manusia telah membuktikan bahwa semua manusia dapat berbuat yang terbaik dalam hidupnya. Manusia dapat menjadi pemenang jika mengikuti penuntun dan cara hidup-Nya. Perintah-Nya juga jelas, “Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus yang telah hidup” (1Yoh. 2:6).

 

 

 

Oleh karena itu, sangat kuat dasarnya ajakan ini diikuti orang percaya, karena kelak Ia akan kembali “datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran” (ayat 9). Tetaplah memuji DIA. Bernyanyilah bagi DIA. Tuhan senang bertakhta di atas puji-pujian.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (1) Minggu VI Paskah – 5 Mei 2024

Khotbah (1) Minggu VI Paskah – 5 Mei 2024

 

 MENGALAHKAN DUNIA (1Yoh. 5:1-5)

 

 "Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita" (1Yoh. 5:4).

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini yakni 1Yoh. 5:1-5 berbicara tentang iman yang mengalahkan dunia. Adagium dunia ini kejam, keras, atau permainan semata, dapat membuat nyali kita kecut. Kenyataan kehidupan yang berat atau pahit, membuat kita kadang merasa lelah dan putus asa, dan bisa membawa kita menjadi takut menjalaninya; bahkan ada beberapa mengakhirinya sendiri dengan tragis: kalah.

 

 

 

Dalam nas ini, dunia dimaksudkan sebagai sifat dan keadaan buruk, sebagai musuh, yakni: kemunafikan dan tuduhan palsu (1Yoh. 1 dan 3), keinginan daging dan mata serta keangkuhan hidup (1Yoh. 2), atau ajaran dan nabi-nabi palsu (1Yoh. 4), atau kuasa si jahat dan berhala (1Yoh. 5). Tetapi semua itu dapat dikalahkan oleh satu, yakni iman. Maka seberat atau sekejam apapun hidup, dalam wujud kesusahan dan penderitaan, kita pasti bisa mengalahkannya dengan iman, yakni beriman Yesus adalah Anak Allah. Dasarnya: Yesus telah mengalahkan dunia (Yoh. 16:33). Jadi iman yang berasal dari Allah dan menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya adalah pegangan, dasar, dan kebenaran teguh di dalam hati; yang kadang perlu diikrarkan lisan (ayat 1).

 

 

 

Nas minggu ini menegaskan tanda pembuktiannya yaitu KASIH. Mengasihi sesama (terutama saudara seiman), berarti mengasihi Allah, dan taat pada perintah-perintah-Nya (ayat 2). Ketiga itu semua diminta menjadi sikap hidup kita. Dan yang menarik, perintah-perintah-Nya itu disebutkan tidak berat (ayat 3b). Alamak! Ya tentu, karena iman adalah inisiatif Allah, hubungan yang dibangun Bapa dengan kita anak-anak-Nya. Itulah pegangan kita.

 

 

 

Dengan demikian, kita dapat mengalahkan dunia karena kita tidak lagi takut menghadapi semua yang (akan) terjadi. Penderitaan berat yang terjadi dalam diri sendiri, kita hadapi dengan sikap mengasihi Allah, dan keinginan untuk menyenangkan hati-Nya. Dia yang mengendalikan penuh hidup kita, dan rencana-Nya pasti indah bagi anak-anak-Nya. Kesusahan dan kekecewaan terhadap orang lain, tetap kita hadapi dengan kasih. Tantangan besar pun perlu dibangun untuk kemuliaan-Nya. Kasih mengalahkan segalanya.

 

 

 

Hidup adalah perjuangan. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih" (1Yoh. 4:18). “Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi” (2Kor. 5:2). Jadi ya wajar saja. Seberapa besar pun arus tantangannya, ayo hadapi dengan iman, kasih dan pengharapan. Tetaplah teguh. Ini akan membawa kita sebagai pemenang. "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1Yoh. 2:17). Haleluya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 28 April 2024

Kabar dari Bukit Minggu 29 April 2024

 

 

KASIH DAN KETAKUTAN (1Yoh. 4:7-21)

 

 ”Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan" (1Yoh. 4:18a)

 

 

 

Setiap orang memiliki rasa takut, ada yang sebentar lalu hilang, tapi ada juga yang berkepanjangan bahkan menjadi beban sepanjang hidup. Tentu semua ada penyebabnya, namun ada keyakinan iman bahwa semua persoalan dapat diselesaikan. Tidak ada masalah yang abadi.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Yoh. 4:7-21. Perikop ini menjelaskan kembali pentingnya saling mengasihi. Dan ada dasarnya. Pertama, Allah adalah kasih, kita lahir dan berasal dari Allah, dan menjadi anak-anak Allah (ay. 2, 7). Kedua, kita sadar Allah mengasihi terlebih dahulu sehingga kita layak untuk mengasihi orang lain (ay. 10, 19).

 

 

 

Ketiga, jika tidak mengasihi berarti kita tidak mengenal Allah (ay. 8). Hanya mereka yang mengasihi dan tetap dalam kasih, membuktikan bahwa ia berada di dalam Allah, Allah di dalam dia, dan itu buah dari iman pengakuan Yesus adalah Anak Allah (ay. 13-16).

 

 

 

Hal keempat, tentunya kita banyak berinteraksi dengan orang lain. Selain hal yang membuat hati senang, kadang muncul sikap dan perbuatan orang lain yang kurang layak, membuat hati kita dapat galau, sedih dan bahkan kesal. Tapi dampaknya tergantung kita, sebab respon kitalah yang menentukan dampaknya, menyimpannya di hati seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan (Kis. 8:23), atau mengambil hikmat untuk kebaikan diri.

 

 

 

Respon yang terbaik adalah memaafkan dan melupakannya. Anggaplah bahwa setiap manusia bisa berbuat lalai, khilaf, atau ada faktor latar penyebab yang tersembunyi. Sebaliknya jika kita malah sakit hati, kecewa berat berkepanjangan, dendam, bahkan ingin membalas kejahatan dengan kejahatan, maka itu kesalahan besar. Kita bukanlah hakim, kita tidak berhak, sebab penilaian kita bisa salah.

 

 

 

Firman-Nya minggu ini mengingatkan konsekuensi jika kita tidak berespon mengasihi. Kita telah diminta hidup seperti Kristus dan kelak harus dipertanggungjawabkan (ay. 9). Kesadaran ini perlu, tidak ada tindakan kita di dunia yang lolos dari pengamatan Tuhan.

 

 

 

Dengan tidak mengasihi, kita membangun sendiri ketakutan, baik kepada Tuhan maupun kepada manusia. Kita akan memanggul beban yang tidak perlu, yang semakin berat dan menjauhkan kita dari Tuhan. Kita tidak lagi mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, sebab kasih Allah tidak sempurna dalam diri kita (ay. 17). “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (ay. 18).

 

 

 

Tidak seorang pun kita yang pernah melihat Allah. Kita mengenal hati dan pikiran-Nya, harapan dan kehendak-Nya, Pribadi-Nya di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu, pesan penting lainnya dalam perikop minggu ini, “Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (ay. 20).

 

 

 

Mari kita jalani hidup ini bebas dari rasa takut, kecuali takut akan Allah yang membuang rasa takut lainnya. Buanglah kebencian, sakit hati, dendam, ingin membalas, dan perasaan senang jika orang lain susah. Biarlah Roh yang memimpin dan berkuasa, bukan hati dan emosi. Sebaliknya, berserah dan mengucap syukurlah, Allah Mahatahu dan Mahaadil, yang bekerja dalam segala cara agar kita semakin serupa dengan Dia (Rm. 8:28-29). Teruslah mengasihi; hidup dalam kasih sebuah bukti hidup bersama Allah (ay. 13, 15).

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 239 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8562860
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
908
73300
74208
8223859
714145
883577
8562860

IP Anda: 172.70.189.138
2024-12-16 02:05

Login Form