2024
2024
Khotbah (1) Minggu Hari Raya Pentakosta 19 Mei 2024
Khotbah (1) Minggu Hari Raya Pentakosta 19 Mei 2024
TAK TERPISAHKAN KITA DARI KASIH ALLAH (Rm. 8: 26-39)
Bacaan lainnya: Kej. 29:15-28; atau 1Raj. 3:5-12; Mzm. 105:1-11, 45b; atau Mzm. 119:129-136 atau Mzm. 128; Mat. 13:31-33, 44-52
Pendahuluan
Allah ingin bersekutu dengan kita; kita juga ingin semakin dekat dengan Allah. Alkitab memerintahkan kita untuk berdoa sebab melalui doa, kita memelihara hubungan dengan Allah. Namun kadang doa tidak terekspresikan. Meski doa tidak terucapkan, Allah tetap tahu dan bekerja dalam segala sesuatu di hidup kita. Betul, kadang kita lalai dan jatuh ke dalam perbuatan yang tidak berkenan kepada Allah, sehingga kita takut akan dakwaan yang datang. Kita berpikir bahwa sebagai orang yang salah, kita wajar mendapatkan penghukuman kelak dalam pengadilan Allah. Namun melalui nas minggu ini, kita diyakinkan bahwa kasih Allah begitu besar dan bagaimana itu bekerja, dijelaskan melalui pengajaran sebagai berikut.
Pertama: Roh berdoa untuk kita (ayat 26-27)
Doa adalah kesempatan manusia untuk menjangkau Allah, sebagai sikap berbakti roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Hidup adalah sebuah rahmat dan karunia, maka untuk itu kita layak mengucap syukur. Dalam perjalanan hidup juga selalu ada berkat dan sukacita yang kita dapatkan, dan untuk itu seringkali kita berdoa mengucap syukur dan berterima kasih atas pemberian-Nya itu. Memang dalam kenyataannya, hidup tidak selalu seperti yang kita inginkan. Kadang datang situasi yang membuat kita bergumul, bersedih, dan merasa sakit dan susah. Keadaan yang menekan ini dapat terjadi pada diri kita dalam lingkup pribadi dan keluarga (penyakit, ekonomi, hubungan keluarga, dsb), atau gereja dan persekutuan lainnya, bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai orang percaya, kita percaya Allah tidak akan membiarkan kita sendirian dengan kekuatan yang terbatas untuk menghadapi persoalan hidup yang kadang komplek. Ketika kita tidak memahami persoalan yang ada, kita ingin memanjatkan doa, namun kadang kita tidak memahami situasi atau tidak tahu bagaimana meminta penyelesaian sebab masalahnya sendiri masih kabur atau tidak terjangkau akal pikiran. Kita hanya ingin berdoa, tidak tahu hal yang terjadi dan kita tidak tahu yang terbaik kita lakukan. Kadang kita juga kebingungan, apakah kita mau meminta kekuatan dalam menghadapinya atau meminta Tuhan melepaskan kita dari masalah itu, akibatnya yang timbul bisa hanya napas panjang atau sesunggukan.
Melalui firman minggu ini kita dikuatkan bahwa menghadapi hal itu tidak perlu risau dan galau, sebab Roh Kudus akan menolong kita dalam menjelaskan kepada Allah Bapa sepanjang kita tetap dalam suasana doa. Kita tidak perlu khawatir dan takut sebab keluh-kesah kita yang tanpa ucapan, akan diterjemahkan Roh Kudus kepada Allah sebagai doa kita. Sebab itu selalulah datang kepada Allah untuk menyampaikan yang menjadi pergumulan hidup, pengharapan, dan permohonan, meski dengan kata-kata yang terbatas. Roh Kudus berdoa bagi kita sebagaimana Yesus juga selalu berdoa bagi kita anak-anak-Nya dan Allah akan menjawab (Rm. 8:34; 1Yoh. 2:1; Ibr. 7:2). Mintalah Roh Kudus untuk menyampaikan permasalahan kita dan memohon pertolongan dan jawaban agar sesuai dengan jalan dan kehendak-Nya dan bukan kehendak kita. Ketika kita membawa permasalahan tersebut, meski dengan kata-kata yang terbatas, percayalah bahwa Allah akan melakukan yang terbaik bagi kita untuk memberi pertolongan. Dengan iman kita terus bertekun dalam doa dan beribadah kepada Tuhan, agar keadaan yang menekan dapat kita lewati dengan kemenangan. Prinsip kita sebagai anak-anakNya ada tiga hal, yakni: (1) keadaan yang menekan itu tidak lebih besar dari kemampuan kita (1Kor. 10: 13); (2) segala perkara (apapun) dapat kita tanggung di dalam Dia (Fil. 4: 13); serta doa dan Ibadah memiliki kuasa (2Tim. 3; Yak. 5: 15-16).
Sikap iman yang menyerahkan sepenuhnya dalam kendali Allah itu tidak harus dengan kata-kata, sebab sikap berdiam diri dalam ketenangan dan memusatkan pikiran pada Allah adalah sikap berdoa. Yang penting bukan menyerah, mengeluh atau malah menggerutu. Sikap diam dan tenang dalam suasana doa tetap ekspresi penyembahan dan hal itu tidak menyalahi iman kita, dan tidak perlu khawatir dituduh seolah-olah semacam semedi menurut agama lain. Sepanjang dalam pikiran kita bahwa hidup kita ini dipimpin oleh Roh Kudus dan kita telah diselamatkan oleh iman melalui Yesus Kristus, maka sikap diam tenang dengan hati yang terarah kepada-Nya adalah sikap yang dibenarkan. Dalam proses doa ini Allah juga menyelidiki hati nurani dan keseriusan setiap orang yang berdoa (Why. 2:23). Dalam hal ini diperlukan fokus hati dan fikiran yang tertuju pada Yesus sebagai Imam Agung. Salah satu alasan gereja memberikan persetujuan gambar Tuhan Yesus dan lambang salib dalam kehidupan Kekristenan adalah dengan maksud tujuan itu, agar hati kita lebih mudah fokus terhadap jalan yang diberikan melalui Yesus. Kita tahu bahwa gambar Tuhan Yesus yang kita kenal selama ini pada dasarnya adalah imajinasi seorang pelukis, dan bukan berdasarkan "snapshot" atau lukisan/pahatan wajah Yesus pada saat itu. Poin penting dalam iman: ada keyakinan jaminan Roh Kudus akan menolong kita berdoa (Rm. 8: 26); Akan dikabulkan sepanjang dalam nama Yesus (Yoh. 14: 13-14; 16: 23); Memintanya sesuai dengan rencana dan kehendak Allah; Yang diberikan dapat lebih banyak dari yang kita doakan (Ef. 3: 20-21); Alkitab juga mengajarkan, berpuasa akan memperlihatkan ”keseriusan” doa kita dalam meminta (Mat. 17: 21). Di samping kita berdoa bagi diri sendiri, kita juga diminta melalui syafaat berdoa bagi orang percaya lainnya, sebagaimana dinyatakan dalam nas minggu ini orang Roma berdoa bagi orang-orang kudus yakni mereka yang ada di Yerusalem saat itu (band. Ef. 6:18).
Kedua: Allah bekerja dalam segala sesuatu (ayat 28-30)
Melalui nas minggu ini kita juga masuk dalam pemahaman teologis tentang konsep “dipilih” atau yang lazim dikenal dengan predestinasi (pre=sebelum dan destiny=takdir, atau ditentukan/ditetapkan sebelumnya). Ada yang menafsirkan Alkitab bahwa sebelum dunia diciptakan, telah ada dan disiapkan orang-orang yang akan dipilih untuk menerima kasih anugerah keselamatan. Pandangan predestinasi ini mengacu kepada ayat dalam Ef. 1:11 yang mengatakan, "... kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya." Dengan demikian, rencana Allah bagi orang pilihan-Nya bukanlah hasil renungan atau dipikirkan sesaat sebelumnya; melainkan sudah ditetapkan sebelum dasar-dasar dunia dan manusia diciptakan. Namun ada pandangan predestinasi lainnya yakni Allah cukup mengetahui sebelumnya (foreknew) mereka-mereka yang menerima-Nya dan bagi mereka ini diberikan tanda dan terpilih. Yang jelas , manusia diciptakan dan/atau dipilih adalah untuk melayani dan memuliakan Allah; itu intinya. Jika kita percaya dalam Kristus, kita bersukacita dengan kenyataan bahwa Allah telah mengenal kita secara pribadi dan menjadikan kita anak-anak pilihan-Nya.
Kasih Allah adalah kekal abadi. Hikmat dan kuasa-Nya adalah tertinggi. Ia akan membimbing dan melindungi kita hingga suatu saat nanti mampu berdiri di hadirat-Nya pada masa penghakiman. Bagi kita yang mengasihi Allah dan menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya, Allah bekerja dalam segala sesuatu dan dalam nas ini berarti Allah hadir dalam setiap aktivitas kehidupan kita; Dia tidak hadir hanya kadang-kadang atau saat khusus saja. Kitab Roma memberikan gambaran beberapa proses yang dilakukan Allah terhadap mereka yang dipilih menjadi orang percaya. Kalau melihat urutan sesuai dengan rangkaian proses, maka urutannya sebagai berikut.
1. Pemilihan (Rm. 9:10-13): Allah memilih seseorang atau sebuah suku bangsa untuk maksud tujuan tertentu;
2. Pembenaran/Justifikasi (Rm. 4:25; 5:18): Allah menyatakan seseorang atau bagian dari suku bangsa yang dipilih itu "Tidak Bersalah", dan menyatakan kita "Benar" di dalam Dia;
3. Pendamaian (Rm. 3:25): Peniadaan hukuman dari Allah atas dosa yang dilakukan melalui korban yang sempurna yakni Tuhan Yesus;
4. Penebusan (Rm. 3:24; 8:23): Yesus Kristus telah membayar lunas tebusan kita atas dosa sehingga kita menjadi bebas,
5. Pengudusan (Rm. 5:2; 15:16): Kita diperbaharui terus menerus menjadi serupa dengan Yesus dengan pertolongan Roh Kudus;
6. Pemuliaan (Rm. 8:18-19, 30): Keadaan akhir orang percaya setelah kematian tubuh dan dibangkitkan menjadi serupa dengan Yesus (1Yoh. 3:2).
Tetapi pilihan dan proses ini tidak terjadi bagi semua orang, melainkan hanya terwujud bagi mereka yang mengasihi Allah dan dipanggil sesuai dengan rencana-Nya. Mereka yang "dipanggil" adalah mereka yang merespon Roh Kudus dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya.
Kita perlu sadari juga, meski Allah hadir di dalam kehidupan kita, itu bukan berarti bahwa jalan hidup kita akan penuh dengan hal-hal yang menyenangkan saja. Iblis itu sangat “populer” di dunia yang sudah penuh dosa ini, menjerat manusia; akan tetapi Allah sanggup untuk mengatasi dan memulihkan segala situasi untuk kebaikan kita dalam jangka panjang. Allah tidak hadir dalam hidup kita untuk membuat kita bersenang-senang, melainkan Allah hadir untuk memastikan hal yang kita lakukan sesuai dengan maksud dan rencana-Nya. Perlu juga kita sadari tentang adanya kehendak bebas yang dapat menolak peranan Roh Kudus dalam hidupnya, meski kita perlu ingat sebagaimana dikatakan Martin Luther bahwa kehendak bebas itu tidak ada, sebab Allah memiliki kuasa hak prerogatif untuk memanggil dan menetapkan jalan hidup seseorang. Mereka yang dipanggil jelas akan menerima perspektif baru, sebuah pola pikir yang baru dalam hidupnya. Mereka percaya sepenuhnya pada Allah, bukan pada dunia ini, ilmu pengetahuan atau harta benda; mereka akan mencari dan mengutamakan jaminan harta sorgawi; mereka belajar untuk menerima rasa sakit dan penderitaan, bukan merespon dengan marah atau kecewa, sebab Allah ada bersama mereka. Semua proses dalam rencana Allah memiliki tujuan akhir dalam hidup kita yakni menjadi serupa dengan Kristus (1Yoh. 3:2). Sepanjang kita terus berada dalam pembaharuan untuk menjadi serupa dengan Dia, kita akan menemukan hakekat diri sendiri, mengenal diri pribadi yang diciptakan Allah dengan tujuan khusus. Untuk bisa menjadi serupa dengan Dia, kita perlu rajin membaca dan mengindahkan firman Tuhan, mempelajari hidup Tuhan Yesus di dunia ini melalui kitab-kitab Injil, meneladani, dipenuhi oleh Roh Kudus, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Ketiga: Siapa yang mampu menggugat kita? (ayat 31-34)
Bagian ketiga dan keempat nas ini mencoba menguak kebenaran posisi kita dengan lima pertanyaan dari Rasul Paulus, yakni:
1. Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
2. Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
3. Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?
4. Siapakah yang akan menghukum mereka?
5. Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?
Apabila kita telah ada di dalam Kristus dan seluruh hidup kita telah diserahkan kepada-Nya, dan dalam setiap pergumulan hidup kita ditolong oleh Roh Kudus untuk menyampaikan pengharapan dan langkah yang kita perlukan, maka pertanyaannya: apakah kita masih perlu takut dalam menghadapi hidup sehari-hari dan bahkan hidup setelah kematian dalam pengadilan Allah nanti? Allah jelas telah membebaskan dan menghapus dosa dan kesalahan kita, maka tidak seorang pun dapat mempersalahkan kita. Segala kekuatan dunia ini tidak mampu melawan kita ketika kita berdiri bersama dengan Kristus.
Kitab Roma merupakan penjelasan teologis tentang kasih karunia Allah yang sangat indah untuk meneguhkan dan meyakinkan bagi pembacanya. Kita tidak boleh berpikir bahwa karena kita telah begitu berdosa maka kita tidak layak diselamatkan. Kita juga jangan berpikir bahwa keselamatan itu hanya bagi orang yang tertentu saja, bukan bagi kita dan semua orang. Nas minggu ini diberikan bagi kita untuk meneguhkan bahwa pikiran seperti itu salah! Jika Allah telah menyerahkan Anak-Nya bagi kita, menebus dan membebaskan kita, maka Ia tidak akan menahan kasih anugerah-Nya bagi kita. Jika Kristus telah memberikan nyawa-Nya bagi kita, Ia pasti tidak akan berbalik dan kemudian menghukum kita. Ia tidak akan menahan atau "berpelit" terhadap apa yang kita butuhkan untuk dapat hidup dengan Dia dan membesarkan nama-Nya. Allah terus bekerja dalam setiap orang yang mengasihi-Nya untuk membuat kita jauh dari penghukuman. Kalau kita perhatikan, nas minggu ini jelas merupakan kalimat penting dalam Pengakuan Iman Rasuli kita yang menyatakan: "Ia disalibkan, mati dan dikuburkan; bangkit pada hari yang ketiga, dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa."
Pengakuan Iman Rasuli kita mengatakan, "Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati." Jadi, jika Kristus yang kita imani mati untuk menebus kita, dan kelak Ia menjadi hakim, apakah masih ada yang menuntut kita? Dengan Dia yang di dunia ini sebagai Penolong kita melalui Roh Kusus, apakah juga akan ada yang menghukum kita? Tak lain tak bukan, seperti dikatakan Rasul Paulus, Yesus adalah Pembela kita. Ia menjadi Penengah (intercede) kita di sorga nanti. Bisa saja ada setan yang akan mendakwa kita, tapi setan tidak memiliki kekuasaan untuk menghukum kita. Bahkan ketika Iblis mendakwa, Yesus yang diberi kuasa dengan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, akan bertindak sebagai Pembela dan pertahanan kita, menjelaskan status dan posisi kita. Bisa saja ada yang mendakwa kita karena perbuatan kita yang berdosa di dunia ini, akan tetapi Yesus akan membela bahwa kita sudah menyesal dan bertobat, dan dosa kita telah ditebus. Mereka yang masih merasa "dirugikan" di dunia, ketika melihat kita ada di sorga, tentu juga akan bersukacita, sebab kita sama-sama telah ditebus dan dimerdekakan dari dosa-dosa masa lampau. Sungguh, Yesus, Anak Allah itu, yang telah mati, bahkan lebih lagi yang telah bangkit, yang duduk di sebelah kanan Allah siap menjadi Pembela kita.
Keempat: Tidak ada yang dapat memisahkan kita (ayat 35-39)
Bagian terakhir nas ini berisi salah satu hal janji yang menguatkan di dalam Alkitab. Orang percaya harus siap menghadapi segala kesusahan dan penderitaan: keterasingan, penjara, penyiksaan, rasa sakit dan bahkan kematian. Ini bukan membuat kita pesimis dan takut bahwa Allah meninggalkan kita pada saat penderitaan. Pesan Tuhan dalam nas ini kepada gereja yakni mereka akan menghadapi penyiksaan dan penderitaan sebelum Panglima Nero menghancurkan kota Roma. Ternyata nubuatan ini menjadi kenyataan beberapa tahun kemudian, saat Nero menghancurkan kota itu. Penderitaan orang Roma pada saat itu digambarkan dalam ayat 36 mengutip kitab Mazmur “sebagai domba-domba sembelihan” (Mzm. 44:23). Maka pesan nas ini meneguhkan kembali tetang kasih Allah yang besar bagi umat-Nya. Manusia tetap diingatkan. Bahaya bisa mengancam, pedang bisa terhunus menjadi penganiayaan, penderitaan bisa datang, namun semua itu harus kita lihat sebagai proses yang menghasilkan kebaikan yakni kita menjadi semakin dekat dengan Dia dan semakin serupa dengan gambaran Anak-Nya.
Ini yang kita pahami. Penderitaan tidak membuat kita jauh dari Allah, melainkan menjadikan kita lebih dikasihinya dan membuat kasih-Nya bekerja di dalam diri kita untuk memulihkan segala sesuatu. Rasul Paulus meneguhkan bahwa kita tidak mungkin dipisahkan dari Kristus. Ia telah mati bagi kita dengan kasih yang tidak terkalahkan. Tidak ada satupun yang menghentikan kehadiran Kristus di dalam diri kita. Allah telah menyatakan betapa besar kasih-Nya sehingga kita merasa aman penuh bersama Dia. Jika kita percaya terhadap jaminan yang luar biasa ini, maka kita tidak perlu merasa takut. Kuasa jahat adalah sesuatu yang tidak terlihat di dunia ini, seperti kuasa yang dimiliki setan dan malaikat pengikutnya (Ef. 6:12). Namun di dalam Kristus kita lebih dari pemenang dan kasih-Nya melindungi kita dari setiap kuasa jahat yang ada. Seseorang lebih bisa menghargai nilai sebuah kemenangan apabila ia merasakan pergumulan yang telah dialaminya menuju kemenangan itu. Kita, sekalipun harus menderita, semua itu adalah tuntunan menuju kemangan atas dosa dan kematian. Mereka yang berhasil melewati segala pergumulan dan penderitaan dengan tetap tegak dan setia di dalam Kristus, akan memperoleh kemuliaan sehingga dikatakan dalam lagu yang pouler “Kita Lebih daripada Pemenang.”
Tidak masalah sesuatu terjadi pada kita, baik penderitaan atau maut sekalipun, itu tidak akan memisahkan kita dari kasih Allah. Penderitaan adalah jalan untuk kemenangan yang berharga dan maut adalah jalan untuk menuju pemuliaan. "Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan" (Rm. 14:8b). Kuasa jahat atau kuasa apapun termasuk pemerintahan di dunia ini, bahkan malaikat-malaikat sekalipun, tidak akan membuat kita jauh dari Allah. Tidak masalah kapan dan dimana pun berada, kita tidak akan pernah kehilangan kasih Allah. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dengan-Nya. Inilah keyakinan iman kita yang membuat kita semakin teguh dalam berjalan mengarungi kehidupan yang penuh tantangan ini.
Penutup
Melalui nas minggu ini kita diyakinkan bahwa doa sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Melalui doa kita menyatakan ketergantungan kepada-Nya. Perjalanan dan pergumulan hidup membuat kita perlu memohon pertolongan kekuatan dan petunjuk jalan yang kita tempuh dan sesuai dengan rencana Allah. Doa tidak harus penuh kata-kata diucapkan. Roh Kudus akan menolong kita berdoa menyampaikan keluh kesah yang kita alami. Kita yakin bahwa sepanjang kita menyerahkan hidup kepada-Nya dan mengasihi-Nya, maka Allah bekerja dalam segala sesuatu di hidup kita. Kita adalah orang yang “dipilih dan dipanggil”. Pemilihan dan panggilan selalu terjadi dalam hubungan Bapa dengan anak-anak-Nya. Predestinasi memberitahu kita tentang tujuan dan persiapan bagi yang dipilih-Nya. Dengan status itu maka tidak akan ada yang mampu menggugat kita dan menghukum kita. Kuasa iblis dan kuasa apapun tidak akan melebihi kasih Allah kepada kita, yang telah merelakan Anak-Nya untuk mati bagi kebebasan kita. Tidak akan ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Oleh karena itu, karena kasih-Nya itu, kita perlu bersyukur dan berbuat hal-hal yang menyenangkan hatinya dan khususnya bagi kemuliaan nama-Nya.
Selamat melayani dan selamat beribadah.
Tuhan memberkati, amin.
Khotbah (2) Minggu Hari Raya Pentakosta 19 Mei 2024
Khotbah (2) Minggu Hari Raya Pentakosta 19 Mei 2024
GEREJA YANG MEREDUP (Mzm. 104:24-34, 35b)
Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada (Mzm. 104:33)
Selamat hari ulang tahun untuk gereja kita semua. Terpujilah Tuhan Yesus, genap 50 hari Ia bangkit dari kematian dan telah naik ke surga, kita merayakan Roh Kudus dicurahkan sebagai Penolong dan Penghibur orang percaya.
Firman Tuhan di Minggu hari raya Pentakosta ini diambil dari Mzm. 104:24-34, 35b. Judul perikopnya: Kebesaran Tuhan dalam segala ciptaan-Nya. Sebelumnya ayat 1 – 23 berbicara tentang pujian dan kekaguman manusia terhadap kebesaran Tuhan; Ia berpakaian keagungan dan semarak berselimutkan terang; bumi diciptakan-Nya dengan tumpuan yang kokoh, samudera raya diselubungi, langit bagaikan tenda, awan, angin, api, dan air, semua patuh kepada perintah-Nya.
Penciptaan bukan hanya berupa benda-benda alam statis, tetapi kesatuan harmoni yang indah dinamis. Matahari dan bulan mengendalikan sistem waktu siang dan malam. Air mengalir dari gunung mengisi lembah dan menghidupi segala binatang di padang, memuaskan haus keledai hutan, burung-burung di udara dengan siulan di antara daun-daunan. Alam mengeluarkan makanan dari tanah untuk membuat manusia kenyang, anggur yang menyukakan manusia, dan wajah manusia berseri dari makanan yang berminyak. “Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu” (ayat 24). Kemajuan ilmu pengetahuan membuat kita juga semakin tahu kebesaran Allah melalui kompleksitas sistem tubuh, adanya DNA dan retina, kemampuan otak, dan lainnya.
Di era Perjanjian Baru, Allah menciptakan gereja untuk kita (Mat. 16:18), sebuah lembaga untuk kita bersekutu, bersatu dalam gereja yang Am, melayani dengan kasih nyata, dan bersaksi mengabarkan Dia (Kis. 2:41-47). Selain tubuh kita sebagai bait Allah, gereja juga adalah tubuh Kristus yang hidup (Rm. 12:5; 1Kor. 12:27). Karya Roh Kudus telah diperlihatkan sejak awal kepada para murid sehingga mereka berani bersaksi, dan terus berkarya membuat setiap hari bertambah-tambah ribuan orang percaya kepada Tuhan Yesus (Kis. 2 – 16). Perjalanan panjang sejarah gereja dengan penderitaan 300 tahun, baru terhenti setelah Kaisar Konstantinus mengakui agama Kristen. Ini membuktikan iman para murid dan bapa-bapa gereja, telah dipakai Roh Kudus dengan penuh kuasa.
Tetapi lain padang lain belalang, lain dulu lain sekarang. Kini, kita dihadapkan dengan keberadaan dan peran gereja yang semakin bergeser, semakin meredup. Pasca pandemi Covid ini, kita belum tahu dampak kehadiran umat di gereja setelah terbiasa online. Di benua Eropa dan Amerika gereja semakin ditinggalkan umat, pada hari Minggu hanya sedikit yang beribadah, bahkan gedungnya banyak dijual dan dialih-fungsikan menjadi mal atau kegunaan lain. Betul, gereja bukanlah bangunan, tetapi umat juga perlu tempat bersekutu dan simbol kesatuan. Maka kita bertanya: Apa dan siapa yang salah? Di mana kuasa dahsyat Roh Kudus yang dicurahkan 2.000 tahun lalu yang melahirkan gereja?
Mari melihat diri kita. Manusia merusak alam ciptaan-Nya, membuat keseimbangan terganggu. Alam tidak lagi cukup memberikan makanan (ayat 27), kurang gizi dan kelaparan di beberapa wilayah masih ada. Banyak tempat di bumi tidak lagi menjadi hunian nyaman dan aman. Lewiatan atau monster laut teman bermain kapal-kapal berlayar (ayat 26), kini berpindah mewujud monster di dalam hati manusia dan suku-suku bangsa. Manusia tidak lagi terkejut atau takut jika Tuhan menyembunyikan wajah-Nya, bahkan apabila Dia mengambil roh dan jiwanya, mati binasa dan kembali menjadi debu (ayat 29). Manusia masih suka terus saling menyakiti, dan bahkan saling membunuh dengan dalih yang beragam untuk memuaskan hatinya. Kasih yang Tuhan ajarkan menjadi dasar kehidupan, kini redup sirna.
Tetapi ya Tuhan, kami anak-anak-Mu yang rindu setia mengasihi-Mu, biarlah terus memandang Engkau dan berharap: Tuhan, pakai hidup kami melalui gereja-Mu. Bangkitkan dengan Roh-Mu. Biarlah kami menyanyikan mazmur-Mu, “Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.... Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya! (ayat 33-34, 35b). Selamat berulang tahun gereja kita.
Selamat melayani dan selamat beribadah.
Tuhan memberkati, amin.
Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus 9 Mei 2024
Khotbah Hari Kenaikan Tuhan Yesus Kristus (Kamis, 9 Mei 2024)
YESUS ADALAH PENGGENAPAN PERJANJIAN LAMA (Luk 24:44-53)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 1:1-11; Mzm 47; Ef 1:15-23
Pendahuluan
Pada hari ini kita memperingati peristiwa besar dalam kehidupan orang Kristen, yakni naiknya Tuhan Yesus ke sorga. Alkitab menceritakan bahwa saat naiknya Tuhan kita itu, ada banyak orang yang melihat dengan kasat mata bagaimana Yesus terangkat ke sorga yang merupakan kejadian luar biasa. Kesaksian itulah yang mereka tuliskan dalam kitab-kitab yang menjadi pegangan kita saat ini. Sebelum terangkat, Yesus memberi pesan-pesan penting yang sebagian kita baca sebagai nats renungan minggu ini. Dari bacaan itu kita mendapatkan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama: Penggenapan firman dalam perjanjian lama (ayat 44-45)
Tuhan Yesus mengatakan semua yang ada tertulis tentang Dia dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur harus digenapi. Artinya, apa yang ditulis dalam kitab Perjanjian Lama (PL) yang pada saat itu sudah dikanonkan (dibukukan) digenapi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Yesus hadir dalam kitab-kitab PL itu. Hal itu terlihat dalam nubuatan di PL tentang Tuhan Yesus, seperti kedatangan-Nya sebagai nabi (Ul 18:15-19), penderitaan-Nya (Mzm 22; Yes 53), dan tentang kebangkitan-Nya (Mzm 16:9-11; Yes 53:10,11). Oleh karena itu, ketika kita membaca kitab PL, sebenarnya kita harus membaca dan mengerti dengan mata dan pikiran yang tertuju kepada Tuhan Yesus.
Pernyataan yang ditulis dalam 44 ini (dan ayat 43 sebelumnya) diduga tidak berupa kejadian yang berlangsung dalam sesaat, melainkan dalam beberapa hari, sebab Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya terlebih dahulu pergi ke Galilea dan kembali lagi sebelum Ia naik ke sorga (Mat 28:16; Yoh 21). Dalam kebersamaan dan percakapan itulah para murid lebih memahami apa sebenarnya yang telah terjadi pada diri Tuhan Yesus dan keberadaan-Nya dalam kaitannya dengan Perjanjian Lama, dan juga tentang maksud kedatangan-Nya ke dunia yang kemudian dituliskan dalam Perjanjian Baru (PB). Kitab PB ditulis oleh murid-murid yang rela memberikan nyawanya bagi kebenaran yang diajarkan oleh Yesus. Mereka tentu tidak akan mau mengambil resiko untuk menulis tentang Yesus jikalau mereka tidak yakin akan kebenaran dan ke-Allah-an Tuhan Yesus (band. 1Kor 15:12-19).
Demikian juga dengan kita. Kebersamaan dengan Tuhan Yesus akan membuat kita semakin memahami apa yang telah dilakukan-Nya dalam hidup kita dan kemudian tentang rencana Allah dalam hidup kita ke depan. Pembacaan firman dan kebersamaan dengan Tuhan Yesus melalui firman-Nya yang sepintas lalu dan terpotong-potong, akan menyulitkan dalam memahami maksud dan rencana kebaikan-Nya dalam hidup kita. Sebab, untuk memperoleh pikiran yang terbuka dan pengertian Kitab Suci, itu hanya terjadi kalau beroleh pertolongan dari Allah belaka. Itulah mengapa kita harus memohon pertolongan Roh Kudus bila ingin membaca dan mengerti Firman Tuhan. Roh Kudus bekerja bagi kita hanya bila kita bertekun dan berkesinambungan untuk membuka semua itu (2 Kor 3:14-16). Pertanyaannya adalah: apakah kita pernah mengalami kesulitan dalam memahami firman Tuhan dalam kaitannya dengan hidup kita? Bagaimana kerasnya usaha kita untuk bisa memahaminya, baik melalui bertanya kepada hamba Tuhan, membaca buku-buku, dan berdoa agar Roh Kudus membuka tabir pemahaman itu, sehingga kita dapat bersuka cita karena tersibaknya dan memahami rencana Allah yang indah dalam hidup kita.
Kedua: Penderitaan dan pengampunan harus diberitakan (ayat 46-48)
Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita sebagai murid dan pengikut-Nya haruslah menjadi saksi. Nubuatan dalam Perjanjian Lama dan tulisan para murid dalam Perjanjian Baru adalah kesaksian tentang penderitaan Tuhan Yesus untuk penebusan dan pengampunan dosa-dosa kita. Perjanjian Lama mengajarkan bahwa pengampunan dosa harus dilakukan dengan membawa korban penghapus dosa atau penghapus salah. Darah hewan yang dibawa oleh umat Yahudi sebagai persembahan korban penebusan dosa kemudian dipercikkan sebagai tanda dosa mereka telah diampuni. Tetapi kini kita tidak perlu melakukan hal itu, sebab melalui penderitaan-Nya yang berat darah Yesus telah tercurah dan terpercik sebagai jalan penebusan dan pengampunan atas dosa-dosa kita. Ia telah menggantikan kita dengan membayar lunas semua hutang-hutang dosa kita.
Ini adalah sebuah revolusi cara berpikir dan tindakan tentang pengampunan. Tuhan Yesus mengatakan semua itu melalui murid-Nya untuk mereka yang berbahasa Yunani. Yesus menginginkan bahwa pesan itu tidak dibawa kepada bangsa Yahudi saja, tetapi kepada seluruh dunia, bahwa penebusan dan pengampunan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus itu berlaku bagi semua orang. Tidak hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga otang Yunani dan semua bangsa. Allah menginginkan semua orang bertobat, berhenti dan berbalik dari jalan yang salah, dan menjadi murid-Nya sehingga dapat bersekutu dengan Dia dalam sukacita yang baru.
Para murid tidak boleh memberitakan pengampunan dosa tanpa tuntutan pertobatan. Ini sangat penting. Pengampunan hanya ada kalau didahului pertobatan dan meninggalkan cara hidup yang lama. Pengkhotbah yang menawarkan keselamatan atas dasar iman yang gampang, atau menawarkan keselamatan tanpa adanya suatu penyerahan diri untuk taat kepada Kristus dan Firman-Nya, itu adalah pemberitaan injil yang palsu. Pertobatan meminta agar kita meninggalkan dosa; ini selalu merupakan unsur yang penting.
Penebusan dan pengorbanan itu juga sekaligus membawa persekutuan dan damai sejahtera yang baru. Tidak ada lagi kecurigaan dan hasutan. Tidak perlu ada lagi kekerasan dan pemaksaan agar orang perlu bertobat. Beritakan saja penderitaan Tuhan Yesus itu dan tawarkan pengampunan yang diberikan-Nya. Terus dukung dalam doa. Biarlah Roh Kudus yang bekerja apakah mereka terpanggil atau mau membuka diri untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya, dalam kehidupan kini dan kelak nanti. Semua orang hanya perlu tahu, tidak ada yang lebih besar di dunia ini dari anugerah diampuninya dosa-dosa kita dan diangkat menjadi anak-anak-Nya, serta akan hidup kekal bersama dengan Dia dalam berkat damai sejahtera sorgawi.
Ketiga: Menantikan Roh Kudus dengan setia (ayat 49, 53)
Tubuh Yesus telah terangkat dan para murid melihatnya dengan jelas. Ada dua sikap yang muncul saat itu, yakni ketidak jelasan akan apa yang terjadi dan pengharapan yang kuat akan janji Tuhan. Yesus mengatakan bahwa Penolong itu akan datang, tetapi tidak ada gambaran kapan, bagaimana, dan dimana akan datangnya. Tetapi akhinya para murid percaya janji Tuhan dan mengikuti perintah-Nya dengan memilih tinggal di kota itu untuk menantikan diperlengkapinya mereka dengan kuasa dari tempat tinggi (ayat 49; band. Yoel 2:28). Apa yang dijanjikan Bapa yakni agar "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi", tentu menunjuk kepada pencurahan Roh Kudus yang dimulai pada hari Pentakosta. Para murid bertekun dalam doa sementara mereka menunggu penggenapan janji itu (Kis 1:14).
Kepergian Tuhan Yesus ke sorga juga dapat dilihat merupakan perubahan cara berfikir orang Yunani, yang lebih mementingkan aspek spritual dan tidak memahami makna spiritual dari dunia realitas ini. Bagi mereka orang Yunani, hal spiritual lebih penting dan utama dari pada segala aspek fisik dan tubuh. Tetapi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yakni menjadi manusia dengan tubuh sejati dan sekaligus Allah sejati, merupakan penjungkir balikan atas pemahaman itu.
Ia pergi dan pekerjaan penyelamatan Yesus telah selesai dan kini Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa dengan penuh kuasa atas bumi dan sorga untuk menjadi hakim bagi semua orang. Bagi kita yang utama adalah seberapa besar usaha kita dalam penantian kuasa pertolongan Tuhan Yesus dalam realitas keseharian kita. Sebagai manusia biasa, kita pasti ada pergumulan dan kerinduan. Di sinilah pentingnya penantian itu sebagai wujud kesetian kita kepada-Nya. Dalam penantian itu tentu kita tidak diam berpangku atau berlipat tangan, melainkan berupaya untuk terus menerus lebih baik dan lebih berkarya bagi Dia. Untuk bisa mengetahui apakah kita sudah maksimal dalam upaya penantian dan pencarian itu, maka hidup Yesus merupakan keteladanan yang layak untuk diikuti.
Keempat: Menyembah Dia dan terus bersukacita (ayat 50-52)
Ketika Yesus naik ke sorga, tubuh-Nya adalah tubuh immortal yakni tubuh kemuliaan. Tubuh itu bisa kelihatan dan bisa tidak kelihatan. Hal yang membuat kita bersuka cita adalah Tuhan Yesus mengatakan tubuh kita saat dibangkitkan nanti dari kematian akan sama dengan tubuh kemuliaan itu (1 Kor 15:42-50). Ini memberikan gambaran bahwa nantinya ada saat tubuh kita itu bisa tampak secara kasat mata, tetapi ada kalanya tubuh kita itu nantinya tidak perlu tampak nyata, sebagaimana tubuh Tuhan Yesus ketika berbicara dengan dua murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-33).
Peristiwa kenaikan itu mungkin "mengherankan" dalam arti bagaimana tubuh Yesus itu terangkat naik ke sorga dan hilang dibalik awan. Janji Yesus, begitu jugalah Dia akan datang ketika saatnya nanti kita juga diangkat ke sorga bersama-sama dengan Dia. Yohanes Calvin pernah berkata, pengertian sorga janganlah diasosiasikan dengan sebuah tempat, melainkan lebih kepada suatu “keadaan”, yakni situasi yang penuh kedamaian, keindahan dan kesejahteraan. Tuhan Yesus tidak lagi bersama-sama dengan para murid dan juga kita dalam pengertian fisik, tetapi "keberadaan-Nya" dalam keadaan yang baru itu lebih memungkinkan kita semua untuk dapat bersama-sama dengan Dia. Yesus hadir dan berada "di sini dan di sana" dan dengan sabar dan setia menantikan seruan dan permohonan kita.
Hal yang penting saat ini adalah bagaimana kita mampu menjadi saksi yang baik bagi Kristus. Yesus telah menjawab dengan tidak tergoyahkan atas keraguan kita, bahwa Ia telah mengampuni dosa bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Waktu kita sangat terbatas, namun kalau memiliki keinginan dan motivasi, Roh Kudus akan memampukan kita untuk menjadi saksi dan memaksimalkan akar dan motivasi kita itu. Untuk itu kita layak untuk terus menyembah Dia dan terus ada dalam sukacita karena Ia akan memampukan perjuangan kita.
Kesimpulan
Dalam memperingati hari kenaikan Tuhan Yesus Kristus ini, melalui pembacaan dan perenungan nats yang diberikan, kita mendapatkan gambaran bahwa Yesus adalah penggenapan dari kitab Perjanjian Lama. Kita harus membaca kitab PL itu dengan pikiran yang tertuju pada Yesus Kristus. Nubuatan akan Dia ada di sana dan itu digenapkan dengan penderitaan-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Ini yang harus diberitakan dan sekaligus kita dalam penantian akan kuasa pertolongan Roh Kudus untuk memampukan kita sebagai saksi dan berkat bagi orang lain. Dalam penantian itu kita terus memuji dan menyembah-Nya sambil tetap bersuka cita akan anugerah yang sudah diberikan-Nya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 12 Mei 2024
Kabar dari Bukit
DOA YESUS BAGI KITA (Yoh. 17:1-11)
"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yoh. 17:3)
Dalam bahasa Inggris ada istilah TGIF, singkatan Thank God it's Friday. Sebuah ekspresi bersyukur di hari Jumat, hari kelegaan karena bagi pekerja esoknya libur akhir pekan, dan kerapnya gajian. Penyair Ramadhan KH menuliskannya dengan puitis: "Tiadalah kebahagiaan sebesar kebahagiaan selesai kerja"
Betul, itulah kebahagiaan yang paling nikmat, terlebih tugas yang menjadi bagian kita terselesaikan tuntas. Sungguh mengesalkan, apabila tugas yang diberikan tidak selesai.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Yoh. 17:1-11. Judul perikopnya: Doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Ini doa Tuhan Yesus sebelum ditangkap, diadili, dan dibunuh di kayu salib. Yesus merasakan misi-Nya mendekati akhir, dan akan kembali ke Bapa yang mengutus-Nya (ay. 1).
Ia menengadah ke langit dan doa-Nya di bagian pertama (ay. 1-5), Tuhan Yesus meminta kepada Bapa-Nya, agar semua rencana dalam diri-Nya digenapi. “Permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada" (ay. 5). Yesus ingin pulang dengan cara yang tidak terbayangkan oleh para murid-Nya, kembali ke asal-Nya, terangkat naik ke sorga. Kuasa atas segala yang hidup, yang telah diberikan kepada Yesus, untuk memberikan hidup yang kekal, semakin meneguhkan dan mengokohkan bagi para murid, dan semua orang yang percaya kepada-Nya (ay. 2). Allah Bapa menggenapkannya. Kemanusiaan dan ke-Allah-an Yesus, jelas tampak dalam doa ini. Demikian pula hubungan yang erat dan unik antara Putra dan Bapa.
Dalam doa bagian kedua (ay. 6-11), Tuhan Yesus berkata, “Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu" (ay. 7). Ia meminta kepada Bapa bagi para murid-Nya. “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu.... Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu....” (ay. 9-11a). Sebuah ekspresi kasih yang besar dan tidak terputus dari Tuhan Yesus kepada kita, bagi yang setia mengikut DIA.
Roda kehidupan berputar. Selalu ada sebuah awal, progres, perhentian, dan ada akhir. Kita pun seyogianya melihatnya demikian. Kita ada dan lahir bukanlah karena sebuah kebetulan, apalagi menganggapnya tragedi. Hidup adalah berkat, dan hidup adalah kesempatan. Hidup kekal ada dalam pengenalan sejati yang selalu berjalan bersama Allah (ay. 3).
Oleh karena itu, menghadapi jalannya kehidupan, tetaplah bersyukur. Bila ada pada situasi buruk, tidak perlu takut dan kuatir. Kita selalu ada dalam doa dan genggaman kasih pemeliharaan Tuhan Yesus. Kuncinya, ketika kita mendekat, carilah dan temukan rencana Allah dalam hidup kita. Dalam situasi apa pun, tetaplah fokus pada misi tersebut, selesaikan tuntas: di dalam keluarga, gereja, kumpulan dan masyarakat.
Kitab Wahyu menuliskan, "Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya" (Why. 3:21). Ramadhan KH dalam lanjutan puisinya menuliskan: "Tiadalah kelapangan sebesar kelapangan kemenangan."
Marilah kita menjadi orang-orang yang menang, yang menyelesaikan misi Tuhan dalam diri kita. Upaya teruslah dilakukan, agar kita menjadi berkat dan pemenang. Berusahalah bukan menjadi rintangan, penonton, apalagi menjadi "pecundang", ilalang atau duri bagi sesama.
Tuhan memberkati, amin.
Khotbah (1) Minggu VII Paskah – 12 Mei 2024
KHOTBAH (1) MINGGU VII PASKAH 12 Mei 2024
DOA YESUS (Yoh. 17:11-19)
"Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia" (Yoh. 17:14).
Firman Tuhan hari Minggu ini Yoh. 17:11-19 merupakan bagian doa Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya dan bagi kita semua sebelum Ia disalibkan. Pasal 17 ini memang doa yang mengekspresikan peduli kasih Yesus bagi semua murid-murid-Nya.
Pada nas bagian ini Yesus berdoa pada Bapa di sorga agar murid-murid-Nya semua dipelihara dan mereka tetap menjadi satu (ayat 11, 20). Satu di dalam kuasa dan nama-Nya. Ia telah menjaga dan memelihara para murid semasa pelayanan-Nya dan Yesus ingin ketika saatnya tiba Ia pergi, Bapa tetap menjaganya. Para murid dilindungi dari pada yang jahat (ayat 15). Sungguh ekspresi kepedulian yang dalam, sebab Yesus tidak ingin satupun dari kita binasa dalam arti masuk neraka, dan Ia berkata sukacita-Nya akan menjadi penuh.
Pernahkah kita berdoa untuk orang lain dalam ekspresi yang sama dengan Yesus saat itu? Jika belum, carilah orang yang kita kasihi, atau yang kita rasa membutuhkan pertolongan, dan berdoalah baginya kepada Bapa dengan ekpresi kuat dan penuh.
Doa Yesus bagian ketiga pada nas ini, agar kita terus dikuduskan oleh Bapa di dalam kebenaran. Ini merupakan pemeliharaan yang sempurna. Semua dimaksudkan agar kita siap diutus bagi dunia. Kita sama dengan Yesus bukan dari dunia ini. Kita adalah milik Kristus dan sekaligus milik Bapa (ayat 9). Kewargaan kita adalah di dalam sorga (Flp. 3:20). Yang dari sorga pasti kembalinya ke sorga.
Kita telah dibekali dengan kuasa firman dan dengan itulah kita dikuduskan sebab firman-Nya adalah kebenaran (ayat 17). Dalam melakukan firman, kadang dunia akan membenci kita. Itu wajar. Tetapi fokus pada misi di dunia ini perlu, sebab dengan jalan melaksanakan firman itulah panggilan-Nya kita selesaikan dengan baik, meski kadang harus melalui penderitaan. Tetapi hanya melalui ketekunan itulah nama Tuhan Yesus dipermuliakan (ayat 4) yang mengasihi dan terus berdoa bagi kita. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III KAPAK...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III PEMULIHAN...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 8 Desember 2024Kabar dari Bukit DOA UNTUK ANAK DAN PEMIMPIN (Mzm. 72:1-7,...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 264 guests and no members online