Monday, November 03, 2025

2025

Khotbah Minggu XXII Setelah Pentakosta - 9 November 2025

 Khotbah Minggu 9 November 2025 - Minggu XXII Setelah Pentakosta

 

 IA BUKAN ALLAH ORANG MATI, MELAINKAN ALLAH ORANG HIDUP (Luk. 20:27-38)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: 2Tes. 2:1-5, 13-17;

 

Hag. 1:15b-2:9 atau Ay. 19:23-27a; Mzm. 145:1-5, 17-21 atau 17:1-9 atau 98;

 

 

 

Pendahuluan

Minggu ini bacaan kita sudah mendekati masa akhir minggu-minggu pentakosta dan sebentar lagi akan masuk ke dalam minggu adven. Kalau dalam beberapa minggu-minggu terakhir kita diceritakan tentang banyak perumpamaan, maka minggu ini bacaan kita tentang percakapan Tuhan Yesus dengan orang Saduki, yang tidak percaya dengan kebangkitan setelah kematian. Orang Farisi sendiri kesulitan menjawab hal ini kepada orang Saduki, akan tetapi Tuhan Yesus menjawabnya dengan lugas dan langsung ke titik masalahnya. Dari bacaan minggu ini kita diberikan pelajaran hidup sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: perkawinan dan hukum turun ranjang (ayat 28-33)

Dalam perkawinan sistim patriarki, silsilah dan garis keturunan dari laki-laki sangat dijunjung dan berusaha dipertahankan. Hal itu kadang ditekankan untuk menjaga kemurniannya bahkan dapat berlebihan sebagaimana tradisi umat Yahudi yang diceritakan dalam nats ini. Begitu pentingnya garis keturunan dari laki-laki itu sehingga Musa memerintahkan, apabila ada seorang suami meninggal sementara istrinya yakni janda wanita ditinggalkan masih muda, maka hukum Yahudi memperbolehkan adiknya untuk menggantikan suami yang meninggal, memperistri janda kakaknya itu dengan berpengaharapan agar ada keturunan yang meneruskan silsilah tadi (Ul. 25:5-10). Memang ada faktor lain yang membuat tradisi itu dipertahankan, yakni agar harta yang sudah menjadi milik janda itu, tidak dibawa dan menjadi miliknya pribadi atau keluarga pihak wanita.

 

 

 

Sistim ini juga banyak berlaku di dalam adat istiadat kita di Indonesia. Istilah turun ranjang yang berarti mengawini adik istri atau suaminya menjadi umum, baik dalam suku Jawa, Batak, dan suku-suku lainnya. Bahkan di beberapa suku, ketentuan turun ranjang itu tidak hanya berlaku kepada adik atau kakak, bahkan juga bisa dengan paman atau keponakan. Demikian juga, sistim itu tidak hanya berlaku bagi wanita yang ditinggalkan suaminya, melainkan juga bagi suami yang ditinggalkan istri dapat berlaku sistim turun ranjang. Memang kalau dilihat secara hukum positip, moral atau kesopanan, tidak ada yang dilanggar dalam hal itu, sepanjang tidak ada paksaan dan dasarnya adalah saling mengasihi. Oleh karena itu tepat juga yang dikatakan Tuhan Yesus, "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan."

 

 

 

Namun apabila dasar perkawinannya adalah mengenai harta sebagaimana diduga yang menjadi sebagian dasar tradisi umat Yahudi, maka hal itu sangat tidak baik apalagi sampai ada pemaksaan. Allah menciptakan perkawinan atau pernikahan untuk meneruskan generasi manusia dan kebaikannya, bukan mementingkan silsilah, apalagi dalam pengertian sempit harus pernikahan ras atau suku. Dari pengalaman manusia dan juga bukti ilmu pengetahuan, perkawinan dalam satu suku/ras (incest) justru sangat membahayakan karena faktor kesamaan darah dan genetik, sementara perkawinan beda suku atau ras justru akan meningkatkan kualitas generasi berikutnya. Inilah yang menjadi pegangan kita dalam tujuan dan ikatan perkawinan, yakni menghormati keputusan Allah, adanya dasar saling mengasihi, saling menghormati dan terutama untuk melahirkan generasi-generasi baru yang lebih baik di masa mendatang.

 

 

 

Kedua: orang Saduki dan kebangkitan (ayat 27 dan 34)

Kelompok Saduki adalah kelompok konservatif yang hanya mengakui kitab pentatekh yakni Kejadian sampai Ulangan sebagai kitab suci. Mereka menganggap kita lainnya hanya tradisi atau penafsiran para manusia saja dan menempatkannya dengan derajat yang tidak sama. Mereka tidak mengakui kebangkitan sebab hal itu tidak tercatat di lima kitab itu. Memang menjadi pertanyaan yang lazim, apakah ada kehidupan setelah kematian? Kira-kira bagaimana bentuknya? Orang Saduki sebagai kelompok kecil namun merasa cukup intelektual dan elit, juga mempertanyakan hal itu. Sebab menurut mereka, seandainya ada kebangkitan, bagaimana status seorang istri yang memiliki banyak suami? Mereka juga tidak percaya keberadaan malaikat atau  roh sesudah kematian, termasuk kedatangan Mesias (band. Kis. 23:8).

 

 

 

Inilah yang ditanyakan orang Saduki kepada Tuhan Yesus. Tujuan mereka  adalah untuk mempermalukan Yesus di depan banyak orang apabila jawabannya tidak tepat. Orang Saduki mengambil argumentasi, apabila istri yang ditinggal mati itu secara berurutan memiliki tujuh suami di dunia, maka apabila nanti ada kebangkitan, siapakah diantara yang tujuh itu yang diakui sebagai suaminya? Apabila suaminya diakui tujuh orang, maka timbul masalah, yakni bagaimana mungkin di dunia ini yang dilarang oleh hukum Taurat perempuan bersuami lebih dari satu, namun di sorga kemudian diperkenankan?

 

 

 

Memang kalau dilihat secara logika duniawi, pertanyaan orang Saduki ini seolah-olah membuat hal itu menjadi aneh. Akan tetapi Tuhan Yesus menjawab, bahwa manusia dunia saja yang memikirkan perkawinan dan urusan kenikmatan duniawi, gengsi atau status dan garis keturunan seperti itu. Menurut Yesus, di kehidupan nanti situasinya berbeda dengan kehidupan masa kini. Di kehidupan sorga nanti tidak lagi dipersoalkan soal garis keturunan, ikatan suami-istri, kepemilikian harta benda, dan status social duniawi lainnya. Kehidupan sorgawi adalah kehidupan yang hanya berdasarkan roh, bukan fisik atau tubuh duniawi yang membuat manusia berdosa. Dengan demikian, logika orang Saduki bahwa tidak ada kebangkitan setelah kematian menjadi salah. Asumsi yang salah yakni berpikir bahwa kehidupan sorgawi sama dengan duniawi, memang akan membawa kesimpulan yang salah, yakni bahwa tidak ada kebangkitan setelah kematian. Kita harus belajar dari kesalahan cara berpikir yang demikian.

 

 

 

Ketiga: kita akan sama dengan malaikat (ayat 35-36)

Kehidupan setelah kematian termasuk kebangkitan orang mati sangatlah logis dan mudah diterima akal sehat. Dasar yang paling utama yakni manusia melakukan banyak hal di dunia dengan berbagai perbuatan baik atau jahat, baik dan buruk, dengan tingkatan kebaikan dan kejahatan yang tinggi rendah, besar kecil.  Maka, pertanyaannya, apakah semua itu menjadi sama perlakuannya setelah seseorang itu mati? Apakah tidak ada perbedaan atau konsekuensi di antara mereka yang berbuat baik dan jahat, yang berbuat semaunya menyenangkan dirinya sendiri dengan seseorang yang selalu peduli dengan orang lain? Tidak masuk akal, bukan? Alkitab berkata, segala perbuatan seseorang itu tidak akan berhenti, akan tetapi selalu menyertainya dan Tuhan akan membalaskannya (Rm. 2:6; Why. 14:13; 22:12).

 

 

 

Memang kehidupan setelah kematian tidak mungkin berupa kehidupan fisik atau kebendaan. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah maka secara akal sehat dan tata ruang hal itu akan sangat sulit dibayangkan. Bagaimana mungkin "menempatkan" manusia yang berpuluh atau bahkan nanti ratusan milyar dalam suatu bumi atau planet? Memang betul, Allah bisa menciptakan apa saja, akan tetapi hal itu menjadi sebuah kesulitan diterima oleh akal sehat. Memang ada pandangan agama lain bahwa manusia yang jahat akan terus berinkarnasi hingga mencapai kesempurnaan, sehingga secara teoritis yang menjadi sempurna sampai di sorga hanya sedikit orang saja. Tetapi bagi kita, Allah yang penuh kasih itu tidak "cocok" memiliki pemikiran yang seperti itu.

 

 

 

Maka adalah benar seperti dikatakan oleh Tuhan Yesus, kehidupan setelah kematian yang dibangkitkan adalah tubuh kemuliaan, dalam pengertian yang ada hanya keberadaan roh saja dan bukan tubuh, fisik atau "kasat mata". Tapi itu semua nyata, ril! Inilah maksud yang dikatakan oleh Tuhan Yesus bahwa kita nanti anak-anak-Nya akan menjadi seperti malaikat. Ini juga yang dimaksudkan dengan tubuh kemuliaan, yakni "tubuh tanpa fisik", nyata, ril, serta saling mengenali. Kita akan tahu siapa-siapa yang diselamatkan (Luk. 24:31,39; Mat. 28:9). Kita bisa membayangkan saat Tuhan Yesus bangkit dari kematian-Nya, tubuhnya kadang "menghilang" namun para murid mengenali-Nya. Hal yang utama, keberadaan roh setelah kematian ini tidak lagi mempersoalkan hal-hal duniawi, seperti perkawinan, gairah dan nafsu, anak dan keturunan, makan-minum, dan hal status dan biologis lainnya, sebab semua sudah masuk ke dalam sifat kekal dan sama dengan natur keilahian Allah. Semua sudah bertujuan melayani Allah saja dengan penuh kemuliaan. Ini yang dimaksudkan Tuhan Yesus dalam nats ini, “Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah.”

 

 

 

Keempat: Dia adalah Allah orang hidup (ayat 37-38)

Jawaban Yesus diluar perkiraan orang Saduki, yang merupakan inti kebangkitan yakni mengacu kepada kitab-kitab Musa dengan mengutip Kel. 3: 6 yang menyebutkan kepada Musa: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Dalam hal ini Tuhan Yesus memakai logika orang Saduki yang percaya bahwa Abraham, Ishak dan Yakub hidup bersama dengan Allah, sehingga sebetulnya ada kebangkitan orang mati. Jawaban ini jelas menohok pandangan mereka serta membuktikan kebenaran Allah beserta otoritas ilahi-Nya. Bahkan perlu diperhatikan dalam ayat berikutnya, yakni orang Saduki tidak bisa menjawab pertanyaan Yesus tentang kedatangan Mesias (ayat 41-44). Oleh karenanya tidak layak manusia menguji kebenaran Allah hanya dengan pikirannya sendiri.

 

 

 

Jawaban Tuhan Yesus memberi pelajaran kepada kita yakni ketika orang bertanya tentang hal yang seolah-olah tidak akal, misalnya: "Mengapa Allah membiar orang sakit keras berkepanjangan atau kelaparan?" Atau, "Jika Tuhan sudah tahu apa yang kita akan lakukan, apakah kita masih mempunyai pilihan?" Maka sebagai pengikut Tuhan Yesus kita harus menjawab sebisa mungkin dan mencari akar sebab musabab muncul pertanyaan itu. Sering kali mereka bertanya sebenarnya tidak untuk mendapatkan jawaban, tetapi lebih kepada mendapatkan perhatian saja. Oleh karena itu dalam jawaban kita sebaiknya menjauhkan kecurigaan dan masuk ke dalam persoalan pribadi yang mereka hadapi.

 

 

 

Jawaban Tuhan Yesus kepada orang Saduki menegaskan agar kita jangan berpikir bahwa kehidupan nanti di dalam kerajaan sorga merupakan "penerusan" dari kehidupan saat ini. Itu dua kehidupan yang berbeda. Hubungan sesama kita di dunia ini masih terpengaruh dengan kedagingan, waktu, dosa dan kematian, sehingga perhatian kita lebih menonjol kepada hal itu. Kita tidak dapat berpikir tentang sorga dalam sudut pandang dan pemahaman duniawi. Memang kita tidak ketahui semuanya tentang kehidupan nanti, akan tetapi kita tahu bahwa hubungan sesama pribadi nantinya akan berbeda di sini dengan di dunia kekekalan nanti. Kita anak-anak Allah yang dibangkitkan akan mendapatkan kemuliaan bersama dengan Allah. Kematian tidak dapat memutuskan hubungan kita dengan Allah yang Mahabaik itu. Firman Tuhan berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1Kor. 2:9).

 

Kesimpulan

 

Melalui nats minggu ini kita diingatkan kembali tentang kebangkitan kita yang menjadi pengharapan bagi orang-orang yang percaya kepada Allah. Kita di dunia kawin dan dikawinkan dan berpikir dengan cara manusia biasa, akan tetapi kehidupan sorga kelak adalah sesuatu yang berbeda dengan kehidupan saat ini. Kebangkitan itu pasti meski kehidupan nanti tidak seluruhnya merupakan penerusan kehidupan masa kini. Kita percaya bagi mereka yang menjadi anak-anak Allah akan memasuki kehidupan roh yang sama dengan malaikat, sebagaimana dikatakan oleh Tuhan Yesus. Dalam kehidupan seperti itu, maka Allah kita itu benar adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati, sebab di hadapan-Nya semua orang hidup.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (2) Minggu XXII Setelah Pentakosta - 9 November 2025

 Khotbah Minggu 9 November 2025

 Minggu XXII Setelah Pentakosta (Opsi 2)

 

 

DURHAKA ATAU SELAMAT (2Tes. 2:1-5, 13-17)

 

             Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XXII setelah Pentakosta ini diambil dari 2Tes. 2:1-5, 13-17. Ayat 1-5 berbicara tentang "Kedurhakaan sebelum kedatangan Tuhan" dan ayat 13-17 tentang "Dipilih untuk diselamatkan." Kedua bagian ini berhubungan, khususnya terkait pemahaman predestinasi yang intinya manusia dipilih Tuhan untuk menerima anugerah dan keselamatan yang tidak mungkin ditolak. Tuhan memilih berdasarkan kedaulatan-Nya dan bukan karena kebaikan atau kelebihan manusia.

 

 

            Pesan Allah datang kepada jemaat di Tesalonika oleh karena ada ajaran-ajaran palsu yang mengatakan Tuhan Yesus segera akan datang dan murka Allah akan ditampakkan. Pengajar palsu ini mengaku mendapat ilham dari roh dan surat (palsu) dari Rasul Paulus (ayat 1-2). Jemaat pun menjadi bingung, gelisah dan takut. Situasi seperti ini pun beberapa kali terjadi di era sekarang, yang berakhir tragis dengan bunuh diri massal, masuk penjara, karena penipuan bermotif ekonomi untuk diri pemimpinnya semata.

  

            Oleh karena itu jangan mudah percaya tentang ramalan akhir zaman, apalagi tujuan menakut-nakuti. Alkitab bertujuan memberi kesadaran, pengetahuan dan hikmat, bukan alat untuk menakuti. Dan Alkitab berkata akan ada tanda-tanda yang mendahului, seperti penghulu malaikat berseru dan bunyi sangkakala, ada kebangkitan orang mati terlebih dahulu, untuk bersama-sama orang percaya yang hidup naik ke sorga (1Tes. 4:15-17). Nas minggu ini menambahkan, sebelum itu terjadi, akan ada murtad massal, manusia menjadi durhaka dan binasa, serta lawan pun meninggikan diri mengaku di atas Allah (ayat 3-5). Sejarah menimbulkan tafsir, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kerajaan Roma yang sempat membuat penderitaan besar bagi orang percaya.

  

            Oleh karena itu jangan terlalu melotot menatap ke langit. Penyesat banyak muncul dengan motivasi beragam. Nas ini menekankan kesiapan, yang utama berupa iman yang teguh, tertuju pada Tuhan Yesus. Ada keyakinan, bahwa Tuhan kita Allah yang hidup telah memilih kita untuk diselamatkan dalam Roh, yang menguduskan dan dalam kebenaran (ayat 13). Tuhan akan menjaga kita domba-dombanya, tetapi kita perlu taat. Bagi yang teguh dan taat tidak akan mudah disesatkan. Bila pun tersandung, maka pintu terbuka dan datanglah memohon pengampunan Tuhan, agar kekudusan kembali menjadi dasar hidup kita. Jangan jadi anak durhaka.

 

            Kita diminta berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran yang benar (ayat 17), dan terus rajin belajar firman Tuhan dan mencari tahu akan kehendak-Nya. Hidup orang percaya utamanya bukan semata untuk di dunia ini, tetapi memenuhi panggilan sebagai saksi, sehingga kita kelak "boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita" (ayat 14). Apapun yang menjadi tantangan dan kesukaran yang kita hadapi, "Ia terus mengasihi kita, ... menghibur dan menguatkan hati kita dalam pekerjaan dan perkataan yang baik" (ayat 17). Terpujilah DIA dan bersyukurlah.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Kabar dari Bukit, Minggu 2 November 2025

Kabar dari Bukit

  DOSA JANGAN DIBAWA MATI (Mzm. 32:1-7)

 

 ”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!” (Mzm. 32:1)

  

Ada pengalaman yang kita lihat, seseorang tidak mau memohon maaf kepada sesama. Mungkin kepada Allah telah dilakukannya. Demikian juga ada orang yang tidak mau memberi maaf dan pengampunan atas kesalahan seseorang, anggapannya ia benar. Mereka ini sepertinya mau membawa beban tersebut hingga ke liar kubur.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Mzm. 32:1-7. Judul perikopnya: Kebahagiaan orang yang diampuni dosanya. Ini mazmur pengajaran dari Raja Daud tentang betapa ber ahagianya, orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN” (ay. 1-2a). Tetapi pengampunan Tuhan tidak berlaku bagi penipu (ay. 2b); mereka memohon ampun namun tetap melakukannya lagi, dan lagi.

 

 

 

Bagian pertama pesan nas ini adalah pentingnya pengakuan dosa kepada Tuhan. Daud mengatakan lepaskan beban tersebut. “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering,... "Aku mengakui pelanggaran-pelanggaranku kepada TUHAN dan Engkau telah mengangkat beban dosaku” (ay. 3-5). Kita tidak perlu merasa malu dan takut bila dosa berat yang dilakukan. Kasih pengampunan Allah lebih besar dari dosa kita (Rm. 5:20).

 

 

 

Naikkan permohonan dalam kesungguhan yang jujur dan rendah hati, pengakuan, dan janji tidak mengulanginya. Pertobatan mestilah teguh, dari hati, tidak hanya di bibir dan mulut. Jangan menyalahgunakan kasih karunia Allah (Rm. 6:1-2). Iman adalah dasar pengampunan (Rm. 4:20-21; 1Tim. 1:14) dan Allah memberinya atas kasih karunia (Ef. 2:8-9). Untuk itu perlu diperlihatkan perubahan hati dan sikap hidup, “Hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan” (Luk. 3:8).

 

 

 

Bagian kedua pentingnya menyadari bahwa dosa terhadap sesama juga dosa terhadap Allah. Maka juga penting menyelesaikannya terhadap sesama. Persoalan tidak selesai jika kita memohon ampun kepada Tuhan, sementara orang lain masih menderita akibat perbuatan kita. Janganlah sombong, merasa kita tidak berkontribusi terhadap kesalahan, apalagi menyalahkan orang lain. Jangan juga berpikir tanpa kita mengampuni, maka Allah tidak mengampuni. Cara pandang Allah melampaui akal pikiran kita. Kesombongan tidak disukai Tuhan (Ams. 6:16-17; 16:5). Alkitab menegaskan, berdamailah dengan sesama (Rm. 12:18), bahkan sebelum membawa persembahan kepada Tuhan (Mat. 5:23-24), apalagi mengikuti perjamuan kudus. Prinsip Alkitab, “Ampunilah, maka kamu akan diampuni” (Luk. 6:37).

 

 

 

Apabila kita telah memohon maaf atau mengekspesikannya dengan sikap dan perbuatan bahwa yang lama telah berlalu, tetapi seseorang tidak mau berdamai, maka itu akan menjadi urusannya. Yang utama inisiatif datang dari kita. Bila tidak diterima, maka tanggungjawab kita sudah selesai. Dengan meminta maaf dan diampuni Tuhan, kita sudah berdamai dengan sorga. Meskipun ada orang yang belum berdamai dengan kita, biarlah kasih Tuhan menuntunnya.

 

 

 

Jika ada yang mau membawa beban itu hingga mati, maka kita hanya bisa berdoa agar hatinya berubah (Yak. 5:16). Kita hanya bertanggung jawab atas perbuatan kita dan memperlihatkan kasih yang diajarkan Tuhan Yesus. Dengan menyelesaikan kepada Tuhan dan sesama, kita telah bebas dari segala beban dosa dan menikmati kebahagian yang Tuhan berikan. Allah Mahatahu dan menimbang semua kesalahan dan persoalan dengan adil dan bijak. Janganlah dosa dengan segala bebannya dibawa mati.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (3) Minggu XXII Setelah Pentakosta - 9 November 2025

 Khotbah Minggu 9 November 2025

Minggu XXII Setelah Pentakosta (Opsi 3)

 

 KUATKANLAH HATIMU (Hag. 2:1b-9)

“Tetapi sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri” (Hag. 2:5)

 

Salam dalam kasih Kristus.

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini diambil dari kitab Hagai 2:1b-9. Renungan kita sesuai kalender gerejawi masih dari Perjanjian Lama leksionari tahun C, yang kini bersisa dua minggu lagi. Selanjutnya kita akan masuk ke Minggu Adven dan memulai leksionari tahun A.

 

Nabi Hagai adalah salah satu yang sempat menikmati Bait Allah yang megahdibangun Raja Salomo. Bait ini kemudian dihancurkan Nebukadnezar setelah menduduki Israel, dan penduduknya dibuang ke Babel. Kekaisaran Babel kemudian ditaklukkan oleh kekaisaran Persia. Raja Koresh, penguasa baru, yang hatinya telah digerakkan oleh Tuhan, menyetujui pembangunan kembali bait Allah tersebut, dan meminta sebagian kecil orang pulang ke Yerusalem untuk membangunnya (Ez. 1:1). Namun orang Samaria dan bangsa lain sekitarnya, menentang pembangunan ini, yang membuat orang Israel menjadi lesu dan pembangunannya terhenti (Ez. 4:24).

 

Nabi Hagai kemudian dipanggil oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan kepada gubernur Zerubabel, imam besar Yoshua, dan rakyat negeri, agar pembangunan bait Allah diteruskan. “Kuatkanlah hatimu,” sampai dinyatakan tiga kali, agar umat semangat dan tidak kendor hati. “Bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam” (ay. 5).

 

Mungkin di antara kita saat ini ada yang mengalami pergumulan hebat, dirundung masalah, yang membuat patah semangat, kehilangan gairah. Mungkin dari dampak badai Covid, seperti kehilangan orang yang dikasihi, kehilangan pencaharian, dan lainnya. Firman Tuhan minggu ini sangatlah tepat untuk direnungkan dan refleksi, agar kita jangan mudah menyerah, jangan goyah, tetapi terus menguatkan hati.

 

Dari nas minggu ini kita belajar, meski Allah menghukum umat-Nya dengan penderitaan, kasih-Nya tidak pernah hilang. Ia tetap menyertai dan pergumulan yang terjadi semua ada dalam kendali-Nya, yang bertujuan agar umat-Nya lebih tangguh dan juga mendekatkan diri kepada-Nya. Hukuman merupakan prinsip keadilan dan juga untuk membangun kesadaran bahwa Tuhan berkuasa atas hidup manusia.

 

Pelajaran kedua, Allah Mahakuasa, yang dapat menggunakan siapa saja, termasuk memakai Raja Koresh, musuh bangsa Israel untuk mewujudkan rencana-Nya. Allah ingin bangsa Israel bangkit dari keterpurukan. agar umat-Nya jangan terjebak dalam masa lalu, menangisinya; melainkan fokus memandang ke depan, meminta pertolongan Tuhan Yesus untuk kebangkitan baru.

 

Pelajaran ketiga, Allah ingin kita tetap bersekutu dengan Dia. Melalui pembangunan bait Allah kembali, Allah ingin hadir ditengah-tengah kehidupan umat, menyatakan kuasa-Nya dan juga kebesaran-Nya. Kita tidak perlu bernostalgia akan masa lalu akan bait Allah dibangun megah semasa Raja Salomo; tidak perlu membandingkan sebab Ia adalah pemilik segalanya. “Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam. Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam” (ay. 8-9).

 

Tuhan selalu memberi kesempatan kepada orang-orang yang rendah hati dan mengandalkan-Nya. Firman-Nya meneguhkan, “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Flp. 1:6). Dan terbukti, bait Allah selesai dibangun (Ez. 6:14-15). Maka jangan pernah ragu. Nasihat penting bagi orang percaya adalah, “Yakinlah dalam keyakinanmu, dan ragukan keraguanmu.” Tetaplah semangat, jangan mudah menyerah, IA adalah Allah kita yang hidup (Yoh. 1:4; Flp. 2:11).

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Minggu XXI Setelah Pentakosta - 2 November 2025

Khotbah Minggu 2 November 2025 - Minggu XXI Setelah Pentakosta

 

 YESUS DATANG MENCARI DAN MENYELAMATKAN YANG HILANG

 

(Luk. 19:1-10)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: 2Tes. 1:1-4, 11-12; Hab. 1:1-4, 2:1-4 atau Yes. 1:10-18; Mzm. 119:137-144 atau Mzm. 32:1-7;

 

 

 

Pendahuluan

 

Dalam perjalannya menuju Yerusalem untuk menyelesaikan tugas misi-Nya, Yesus berhenti dan beristirahat sejenak di Yerikho yang terkenal beriklim sejuk. Kota ini memang sering dipakai untuk beristirahat. Yesus kehausan sehingga berpikir untuk singgah di rumah salah satu penduduk yang mengikuti-Nya. Ternyata Ia menemukan seseorang di atas pohon ara yang berusaha untuk dapat melihat Dia. Hati Yesus tergerak sehingga memutuskan untuk beristirahat di rumah yang memanjat pohon itu, yakni Zakheus, kepala pemungut cukai. Kota Yerikho merupakan kota perdagangan sehingga ada banyak petugas pemungut cukai di situ. Percakapan yang terjadi memberi keselamatan bagi Zakheus sesuai dengan pengajaran di bawah ini.

 

 

 

Pertama: kerinduan melihat Yesus (ayat 1-4)

 

Zakheus menyadari dirinya pendek dan sangat susah untuk dapat melihat Tokoh yang diomongkan banyak orang waktu itu, sebab begitu banyak yang berduyun-duyun datang mengikuti Dia. Tapi ia tidak kekurangan akal, dan keinginan hatinya untuk melihat Yesus Sang Tokoh mengalahkan hambatan yang dimilikinya dan juga dari sekelilingnya. Ia kemudian berlari mendahului orang-orang dan lantas memanjat pohon ara agar dengan mudah melihat Tuhan Yesus. Ia melakukan itu untuk memenuhi keinginan hatinya dan rasa penasaran dari perbincangan orang-orang tentang Dia. Hatinya pun mungkin sedang bergejolak tentang kerinduan perubahan. 

 

 

 

Tuhan Yesus mengetahui hati setiap orang. Yesus sudah mengetahui kehadiran Zakheus meski ia di atas pohon. Apa yang dilakukan oleh Zakheus bukanlah untuk mencari perhatian, bukan untuk mendapatkan pujian dari Yesus. Zakheus tahu bahwa dirinya sangat dibenci oleh orang Yahudi sebab ia adalah kepala pemungut pajak yang terkenal sebagai pendosa, sehingga berpikir bahwa Yesus juga mungkin membencinya. Tidak ada sepintas pun dalam pikirannya bahwa Yesus akan menyapanya, apalagi sampai memutuskan singgah di rumahnya untuk berteduh dan minum.

 

 

 

Akan tetapi hati Yesus selalu penuh dengan kasih. Yesus melihat kesungguhan hati Zakheus. Ia melihat kerinduan hati Zakheus. Ia tahu bahwa Zakheus telah bergolak hatinya atas kesalahan-kesalahan yang ia perbuat. Yesus tahu bahwa Zakheus telah berupaya keras dengan berlari mendahului orang-orang, serta mengambil resiko memanjat pohon ara untuk dapat melihat Dia. Sungguh usaha dan pengorbanan yang tidak kecil dari Zakheus. Inilah yang membuat hati Yesus tergerak, lantas memutuskan untuk menyapanya dan menetapkan Ia singgah di rumah pendosa itu. Sebuah keputusan yang kontroversial. Adakah hati kita tergerak untuk mengetahui Yesus dan menemui Dia untuk mendapatkan kasih-Nya seperti Zakheus?

 

 

 

Kedua: Yesus mengetahui yang kita perbuat (ayat 5-7)

 

Tidak ada yang tersembunyi bagi Yesus. Zakheus sebagai kepala pemungut cukai memang sangat dibenci oleh orang Yahudi. Pemerintahan Romawi saat itu terus membutuhkan dana untuk menopang operasi kerajaan mereka yang luas. Cukai atau pajak dalam pandangan umat Yahudi adalah sesuatu yang paganisme, tidak sah, akan tetapi mereka tidak bisa melawan. Sementara pemerintah Romawi terus menekan penduduk dengan pajak yang tinggi dan memakai orang Yahudi sebagai pemungut pajaknya. Pemungut pajak ini, seperti Zakheus, juga memanfaatkan situasi itu dengan mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri. Mereka korupsi dan menjadi kaya. Oleh karena itu di mata umat Yahudi, orang seperti Zakheus dianggap penghianat, sangat dibenci.

 

 

 

Yesus bisa melihat hati setiap orang dan melihat kesungguhan kita apabila ingin bertemu dengan-Nya. Mungkin kadang kita merasa takut akan Dia, karena merasa keberdosaaan kita sudah demikian banyak dan berat sehingga tidak layak datang kepada-Nya. Kita berpikir bahwa tidak ada lagi jalan pengampunan bagi dosa-dosa kita yang besar itu. Kadang kita merasa Dia jauh dan susah dijangkau karena kebesaran dan takhta-Nya yang demikian tinggi. Atau kadang kita merasa Yesus itu tidak mau peduli karena kita hanyalah orang kecil yang berdosa, apalagi mengambil resiko untuk dapat mengurus dan menyelamatkan kita.

 

 

 

Tapi Yesus adalah Allah kita yang Mahabaik. Ia adalah Allah yang sangat dekat bahkan sedekat doa kita saja. Tidak peduli sebesar atau seberat apa pun dosa kita, Ia akan menolong mengampuni kita dan membebaskan kita dari kuk yang berat itu. Ia bertakhta bukan hanya di tempat Mahatinggi, melainkan Yesus bersedia bertakhta di dalam hati kita, berkuasa atas hidup kita. Ia peduli terhadap satu orang, sama seperti pedulinya dengan 99 orang sebagaimana diumpakan dengan satu domba yang tersesat. Ia tidak memedulikan resiko atas keputusan-Nya untuk menyelamatkan seseorang. Ia tahu bahwa keputusan-Nya untuk singgah dan makan bersama di rumah Zakheus akan membawa kritik kepada-Nya. Memang para penduduk mencemoh Yesus karena makan dengan orang berdosa. Tapi Ia senang bergaul dengan orang berdosa, dengan pemungut cukai, dengan pelacur, demi untuk menyelamatkan mereka. Adakah kita juga bersikap demikian? Adakah kita bergaul dengan para pendosa untuk menyelamatkan mereka? Mungkin juga banyak pejabat atau mereka yang berkuasa korupsi tidak tersentuh hukum dunia, kita tidak boleh menjauhi mereka. Kita tidak boleh menjauh dengan mengasingkan diri dari mereka dan membiarkan mereka tetap dengan lumpur dosanya? Ini peringatan dan teladan dari Yesus bagi kita melalui nats ini.

 

 

 

Ketiga: mengembalikan milik Tuhan (ayat 8)

 

Semua perbuatan kesalahan menurut hukum dunia pasti memiliki konsekuensi hukuman atau denda, sama halnya dengan hukum sorgawi atau hukum rohani juga memberikan konsekuensi yang berat apabila kita melanggarnya. Hukum Yahudi menetapkan apabila seseorang melakukan kesalahan dengan menipu orang lain, maka ia harus mengembalikan dengan dendanya sebesar 20 % (Bil. 5:7). Menggunakan uang persembahan untuk kepentingan diri sendiri, juga harus mengembalikan dengan ditambah denda. Hanya kalau ia terbukti mencuri hewan ternak milik orang lain serta menyembelih/menjualnya, maka ia akan dikenakan hukuman mengembalikan 4 – 5 kali lipat dari kehilangan hewan tersebut (Kel. 22:1). Demikian juga Zakheus tahu bahwa hukum Yahudi memerintahkan setiap orang, khususnya mereka yang mampu dan kaya harus memelihara dan peduli pada orang-orang miskin.

 

 

 

Zakheus mengetahui semua hukum dan aturan itu. Ia bukan orang bodoh, melainkan orang pintar sehingga diangkat menjadi kepala pemungut cukai. Akan tetapi hatinya lagi bergolak menyadari perbuatannya yang salah. Ia mengetahui dari sikap orang lain padanya dari olok-olok atau kebencian. Ia merasa berdosa dan menyadari bahwa hidupnya perlu diluruskan. Maka ia memutuskan ingin tahu siapa itu Yesus dan ketika Yesus menyapanya dan memutuskan untuk singgah di rumahnya, ia langsung bersukacita. Diperkirakan dari percakapan di rumahnya, Zakheus langsung menetapkan pertobatan dan kemudian berkata: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Hatinya berbalik setelah mendengar perkataan Tuhan Yesus. Dan yang utama, pertobatannya berbuahkan tindakan.

 

 

 

Mungkin kita pernah melakukan perbuatan tercela dan menerima hasil yang bukan menjadi hak kita. Mungkin kita pernah korupsi atau menipu atau mengambil keuntungan yang salah dari seseorang. Saatnya kita bertobat dan menyadari keharusan pengembalian yang bukan milik kita. Pengembalian yang bukan hak kita dapat dilakukan dengan menemui mereka atau menyerahkan apa yang dituntut. Pengembalian dapat dilakukan juga melalui pekerjaan Tuhan, sebagaimana Zakheus memberikan kepada orang miskin, juga kepada panti-panti, membiayai penginjilan dan pekerjaan Tuhan lainnya. Perubahan yang terjadi di dalam hati harus menjadi perubahan dalam tindakan (inward change into outward change). Itu adalah cara yang benar sesuai dengan pesan dalam teks yang kita baca. Kita perlu menguduskan semua milik kita dengan memohon pengampunan kepada-Nya. Pertobatan jangan hanya sebatas hati, tetapi juga dalam tindakan. Sudahkan kita melakukannya?

 

 

 

Keempat: mencari dan menyelamatkan yang hilang (ayat 9-10)

 

Tuhan Yesus menyelipkan kekhususan pertobatan Zakheus dengan mengatakan bahwa ia pun adalah anak-anak Abraham. Ia mengatakan itu karena di lingkungan orang Yahudi sehingga menekankan pengutamaan orang-orang di dekat mereka untuk diselamatkan. Yesus menekankan pentingnya lingkungan dekat kita, saudara-saudara kita, orang-orang di sekeliling kita untuk diselamatkan terlebih dahulu. Tidak usah jauh-jauh untuk penginjilan, utamakan yang dekat-dekat dahulu. Banyak orang di sekitar kita melupakan Yesus bahkan belum mengenal kasih-Nya. Maka kita dipanggil untuk memperkenalkan kasih-Nya kepada mereka. Banyak yang terhilang dan memerlukan keselamatan.

 

 

 

Penyelamatan Zakheus mengajarkan kita untuk membawa Injil kepada orang yang dibenci masyarakat. Yesus datang untuk mencari dan membebaskan orang-orang dari jerat dosa. Ia melihat hati setiap orang yang rindu akan pertobatan, yang rindu akan pemulihan. Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Kita adalah "petugas-petugas" yang menyebar umpan agar semakin banyak orang "dikail" dan mengikut Yesus. Sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi para pendosa yang terhilang maka kita pun wajib mengasihi mereka. Adalah sangat sukar seseorang yang sudah jauh tersesat dapat menemukan jalan kembali, sama seperti halnya menemukan jalan menuju Kerajaan Allah. Kita dipanggil untuk menunjukkan jalan itu dan memperlihatkan iman keselamatan kita kepada mereka.

 

 

 

Keselamatan dan anugerah tersedia bagi semua orang. Tidak ada pekerjaan atau perbuatan yang nista dan hina ditolak untuk menerima keselamatan. Memperkenalkan Yesus kepada mereka sama seperti menjadikan mereka sebagai anak-anak Abraham secara rohani, sama seperti kita. Janji itu ada bagi semua orang dan tugas kita menyebarkan kasih-Nya untuk memberikan janji itu kepada mereka. Keselamatan bukan datang karena faktor keturunan, jabatan, atau kelebihan lainnya, melainkan hanya karena pertobatan, iman dan diterimanya anugerah yang tersedia. Yesus datang ke dunia menawarkan itu, mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang.

 

 

 

Kesimpulan

 

Mungkin ada diantara kita yang rindu untuk mengenal atau mendekat kepada-Nya. Atau kita takut datang kepada-Nya karena keberdosaan yang kita miliki. Kerinduan itu harus kita perlihatkan kepada Yesus, agar Ia berinisiatif memanggil kita untuk masuk ke dalam rumah dan hati kita. Demikian juga di sekitar kita masih banyak yang belum mengetahui jalan itu, baik karena mereka dikucilkan atau kesombongan atau ketidaktahuan sama sekali, mereka adalah orang-orang tersesat yang memerlukan keinsyafan untuk bertobat. Pertobatan yang terjadi juga jangan hanya slogan iman belaka, tetapi harus diikuti dengan perbuatan khususnya mengembalikan yang bukan milik dan melayani Tuhan. Itu sebagai respons positif atas anugerah keselamatan Allah di dalam Tuhan Yesus, sehingga kita semua akan menjadi anak-anak rohani Abraham yang siap menerima janji-Nya.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 132 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12985034
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1012
6194
11973
12943169
14889
136103
12985034

IP Anda: 216.73.216.140
2025-11-04 04:22

Login Form