Sunday, July 06, 2025

2025

Khotbah (2) Minggu VII Paskah - 1 Juni 2025

Khotbah (2) Minggu VII Paskah – 1 Juni 2025

 

 KUASA DAN PENGINJILAN (Kis. 16:16-34)

 

             Firman Tuhan bagi kita pada Minggu VII Paskah ini diambil dari Kis. 16:16-34. Nas ini bercerita tentang kuasa dan penyertaan Tuhan dalam pelayanan Rasul Paulus, masih di Makedonia. Penduduk masih banyak yang percaya dan mengandalkan roh tenung sebagai penolong dalam kehidupan sehari-hari, terutama ramalan akan masa depan yang sia-sia. Biasanya mereka ini perempuan. Dengan tenungan-tenungannya, juragan tuan-tuannya mendapat penghasilan besar.

 

 

 

            Mereka juga menawarkan kepada Rasul Paulus dan terus mengganggunya, padahal sudah dijelaskan mereka hamba Allah, penunjuk jalan keselamatan yang benar. Paulus kemudian memperlihatkan kuasa dari Tuhan yang lebih dahsyat dengan hardikan, mengusir roh jahat yang masuk ke tubuh hamba perempuan itu: "Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini." Seketika itu juga keluarlah roh itu (ayat 18) dan bahkan bertobat. Tuan-tuannya pun marah karena kehilangan penghasilan. Mereka menangkap Rasul Paulus dan Silas, lantas bersaksi palsu dengan tuduhan mengajarkan adat istiadat yang asing (ayat 20–21). Sesuatu yang dilarang kekuasaan Romawi saat itu. Keduanya pun ditangkap, didera, kaki dibelenggu dan dimasukkan ke penjara.

 

 

 

            Niat dan perbuatan baik tidak selamanya seketika berbuah baik. Tanggapan buruk kadang-kadang dapat terjadi, jika sekeliling memiliki nilai-nilai yang berbeda dan bahkan jahat. Tetapi menghadapi kesulitan itu, Rasul Paulus dan Silas tidak kecewa dan putus asa. Mereka terus berdoa dan menyanyi sukacita di dalam penjara dan menjadi kesaksian bagi tahanan lain. Sikap itu sejatinya cermin mental pemenang. Tangan Tuhan tidak diam. Kuasa-Nya bekerja menolong orang-orang yang setia mengasihi-Nya. Kemudian, gempa bumi hebat pun datang dan mukjizat terjadi. Sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua (ayat 26).

 

 

 

            Sebenarnya Paulus dan Silas punya kesempatan lari, tetapi mereka tidak melakukannya. Kepala penjara yang terjaga, ketakutan melihat pintu-pintu penjara terbuka. Ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, menyangka orang-orang hukuman itu telah melarikan diri. Tetapi Rasul Paulus berseru: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" Sebuah sikap Kristiani sejati yang spesial, perlu diteladani. Kasihilah musuhmu (Mat. 5:44). Kepala penjara pun gemetar, tersungkur di hadapan Paulus. Ia telah melihat kuasa nyata selain dari negara dan dewa-dewi mereka, dan bertanya: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?"

 

 

 

            Kejahatan jangan dibalas kejahatan (Rm. 12:17). Itu sering berbuah pahit. Balaslah kejahatan dengan kebaikan. Lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Firman Tuhan mengajarkan, "Hal yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka" (Luk. 6:31). Itu akan berbuah manis. Roh Kudus bekerja dan kepala penjara melihat kasih itu. Ia pun bertobat dan seluruh keluarganya menjadi percaya dan dibaptis.

 

 

 

            Perbuatan kasih Kristus mengikuti pemberitaan firman selalu lebih dahsyat. Akhir yang indah. Buah penginjilan Paulus: Lidia penjual kain ungu dari Asia, perempuan roh penenung orang Yunani, dan kepala penjara orang Romawi kemudian menjadi perintis gereja di Filipi. Terpujilah Tuhan.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.

 

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

 

 

Khotbah (3) Minggu VII Paskah - 1 Juni 2025

Khotbah Minggu VII Paskah – 1 Juni 2025

 

 RAJA YANG KEKAL (Mzm. 93:1-5)

 

 Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa (Mzm. 93:5)

 

 

Firman Tuhan bagi kita adalah dari Mzm. 93. Ada lima ayat, judul perikopnya: Tuhan, Raja yang kekal. Tema ini cocok di Minggu Kristus Raja hari ini, penutup kalender gerejawi tahun ini. Minggu depan kita masuk ke masa Adven yang penuh pengharapan dan sukacita.

 

 

 

Kita tahu akan Allah karena Ia memperkenalkan diri-Nya. Ia memberi wahyu kepada manusia, untuk menyingkapkan selubung diri-Nya. Jika sebelumnya pada masyarakat tradisional, Allah dikenal sebagai petir, pohon, matahari atau benda dan peristiwa unik. Maka dengan pewahyuan, Allah ingin lebih dikenal oleh manusia dengan jelas dan benar. Tetapi wahyu tidak hanya milik umat Kristen, tapi juga milik semua agama khususnya yang bersifat umum, dan bersifat khusus, yakni tertulis menjadi Kitab Suci yang juga ada pada umat Yahudi dan Islam.

 

 

 

Teolog terkenal John Stott mengatakan, "Masuk akallah bila Allah mengambil prakarsa untuk mengungkapkan hal yang terdapat dalam pikiran-Nya, kita tidak akan mungkin menemukannya. Kecuali Allah memperkenalkan diri-Nya, kita tidak mungkin mengenal Dia.” Pewahyuan merupakan tindakan Allah, menyingkapkan diri-Nya dan menyampaikan kebenaran kepada hati dan pikiran, sehingga melalui hal itu, makhluk ciptaan-Nya dapat mengenal-Nya.”

 

 

 

Wahyu dituliskan menjadi Kitab Suci Alkitab, jelas mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Harun Hadiwijono menyebutkan sebagai berikut:

 

 

 

·         Membuat manusia tidak berdalih, mencari-cari alasan;

 

·         Memberikan pengetahuan tentang kuasa, kemuliaan, dan kekekalan Allah sebagai pencipta dan pengelola alam semesta (Mzm. 19:2-7);

 

·         Mempersiapkan kita manusia untuk menerima wahyu khusus berupa jalan keselamatan di dalam Pribadi Yesus Kristus.

 

 

 

Bagi kita orang percaya, Yesus adalah Tuhan, Mesias dan Anak Allah. Jelas. Begitu banyak bukti tentang semua itu, mulai dari banyaknya nubuatan, tubuh-Nya bukan dari benih laki-laki, perjalanan hidup yang singkat namun mengesankan, kuasa membelah laut dan ombak (band. ayat 3-4), kuasa mukjizat yang sangat banyak, dan terutama hanya YESUS yang bersedia mati di kayu salib untuk membela dan menyelamatkan para pengikut-Nya. Tidak ada kasih yang sedemikian besar diperlihatkan oleh pemimpin agama lainnya (1Pet. 2:21-25; Yoh. 15:13).

 

 

 

Kekuasaan dan kemuliaan Yesus Kristus telah berjalan dua ribu tahun. Banyak para filsuf mengatakan bahwa Tuhan sudah mati, Kitab Suci akan punah. Meski sikap atheis mulai menurun, tetapi sikap agnostik semakin menaik. Itu tantangan. Sebab kenyataannya, ucapan Yesus masih eksis: "...langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu!" (Mat. 24:35; band. nas ayat 5 di atas).

 

 

 

Maka mari kita teguhkan di hati, Kristus adalah Raja dan akan terus kita muliakan dan kabarkan. Ia pengendali dan batu penjuru kita. Sayangnya, justru tidak sedikit kita pengikut-Nya yang menjadi batu sandungan, penyebab orang tidak percaya kepada DIA. Ada yang masih suka tenggelam dalam kebiasaan dan dosa lama, dan bahkan tega membuat susah sesama. Itu ibarat menyalibkan kembali Tuhan Yesus (Ibr. 6:6), seolah-olah penyaliban Yesus di Golgota tidak lagi bermakna.

 

 

 

Hal lainnya, umat percaya masih senang perpecahan, mulai dari beda tafsir doktrin atau sejarah, yang belum tentu semua mutlak benar; atau perbedaan ritual ibadah yang mestinya memperkaya pujian dan penyembahan umat. Untuk itu mari kita tatap Tuhan Yesus, Raja kita yang kekal. Jangan ajaran atau ekspresi ibadah membuat kita semakin menjauh dari hakikat ibadah dan kasih sebagai pokok ajaran-Nya. Dengan demikian, semakin banyak orang melihat, “TUHAN (Yesus) adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, ...berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada” (ayat 1-2). Haleluya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.

 

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

 

 

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

Khotbah (2) Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

 

 SEGALA SESUATU TELAH DILETAKKAN DI BAWAH KAKI KRISTUS

 

(Ef. 1:15-23)

 

 Bacaan lainnya: Kis. 1:1-11; Mzm. 47 atau Mzm. 93; Luk. 24:44-53

 

 

 

 

Pendahuluan

 

Pada minggu ini kita diberi gambaran tentang kekuasaan dan kemuliaan Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah melihat karya nyata-Nya di dalam jemaat Efesus. Ini semua didahului oleh rasa syukur dan dukungan doa terus menerus bagi jemaat tersebut dan adanya pengharapan pada setiap panggilan-Nya. Panggilan itu datang dari Kristus Raja yang telah duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan semua telah diletakkan di bawah kaki-Nya. Melalui bacaan minggu ini kita diberi pengajaran sebagai berikut:

 

 

 

Pertama: Doa syukur atas pengenalan Allah yang benar (ayat 15-17)

 

Bagaimana kita mengetahui tentang orang lain? Apakah dengan membaca riwayat hidup atau keterangan lain tentang dia? Tentu itu membantu informasi tentangnya, tetapi kita tetap tidak mengenali orang tersebut dengan sesungguhnya. Jika kita ingin mengetahui seseorang, kita harus menghabiskan waktu yang cukup dengan orang itu, sebab tidak ada jalan singkat. Kita orang percaya bagaikan sebuah buku terbuka yang dapat dilihat dan dibaca orang lain dengan mudah. Semua tercatat dan dapat dinilai (dan kelak oleh Kristus). Bagi mereka yang tidak suka isi buku itu meski dengan alasan yang tidak jelas, mereka tidak belajar menarik manfaat dan malah menjelek-jelekkan. Ini cara pandang yang jelas salah. Tetapi bagi mereka yang menyukai hal yang tertulis, akan bersikap bersyukur dan mengambil manfaat dari isi buku itu. Itulah pelajaran universal pada kehidupan.

 

 

 

Demikianlah halnya dengan Rasul Paulus. Ia tinggal di Efesus bersama jemaat selama tiga tahun dan kemudian saat ia berada di penjara ketika surat ini ditulis, ia mendapat laporan bahwa jemaat Efesus semakin bertumbuh iman mereka dengan baik dan memberikan buah kasih yang nyata (band. Kol. 1:4). Buah iman ini diwujudkan dalam bentuk dukungan mereka bagi orang-orang kudus, yakni mereka yang sudah percaya kepada Yesus tetapi membutuhkan dukungan materi dan juga pelayanan. Ini kepedulian Rasul Paulus terhadap jemaat binaannya. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan, ia bersyukur apa yang dilihatnya, bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan untuk jemaat Efesus tersebut. Demikian juga dengan dengan pengenalan kita akan Allah. Membaca Alkitab, belajar teologi yang bagus, atau membaca brosur-brosur yang mengesankan, semua itu tidak dapat menggantikan pengenalan dengan berjalan dalam kehidupan bersama Pribadi Allah. Alkitab, buku teologi dan brosur atau informasi apapun juga, tidak bisa menggantikan Pribadi Allah yang perlu kita kenal lebih dalam, yakni dengan cara berinteraksi dengan-Nya.

 

 

 

Sikap bersyukur akan lebih baik bila didukung dengan berdoa bagi pertumbuhan yang lebih baik lagi bagi mereka. Doa syafaat Rasul Paulus dalam nas ini adalah untuk kesejahteraan rohani orang percaya agar mereka lebih mengenal Allah (band. Ef. 3:16). Pengenalan pertama yang diharapkannya yakni Pribadi Allah tersebut dalam Yesus Kristus. Pengenalan Pribadi ini sangat penting untuk mengetahui hal lainnya yang terdapat dalam Pribadi tersebut. Kini pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengenal Pribadi Allah? Atau kita hanya mengetahui tentang Dia? Perbedaannya pengenalan ini terletak pada berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bersekutu dengan Allah (band. Ayb. 42:5. Belajar tentang Yesus melalui kehidupan-Nya sebagaimana dituliskan dalam Alkitab, tentang apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya selama tiga tahun di dunia ini sekitar 2000 tahun yang lalu, akan membuka jalan bagi kita untuk mengenal Pribadi Allah lebih dekat dan menerima berkat-berkat atau kekayaan Ilahi-Nya. Lakukanlah pengenalan awal melalui doa saat ini juga. Pengenalan yang benar tentang Tuhan Yesus pasti mengubah hidup kita selamanya.

 

 

 

Kedua: Pengharapan dalam panggilan-Nya (ayat 18-20a)

 

Doa Rasul Paulus kedua bagi jemaat Efesus yakni agar mereka mengenal panggilan Allah. Panggilan Allah dalam hal ini adalah pengharapan untuk mengikut Kristus. Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu perasaan yang samar-samar bahwa masa depan kita baik, melainkan suatu jaminan kemenangan pasti di dalam Allah yang hidup. Kepastian yang utuh datang pada kita melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karena itu, Rasul Paulus meminta agar Tuhan membuka mata hati mereka menjadi terang, yakni tempat pusat pengolahan perasaan batin, pikiran, dan kemauan yang terang pada setiap orang percaya. Mata hati yang gelap tidak mampu melihat karya Allah bagi dunia ini dan bagi setiap insan manusia melalui sejarah dan Tuhan Yesus (2Kor. 4:6; Ibr. 6:4). Pengharapan itu sangat penting sebab pengharapan yang memberikan dorongan kepada kita untuk hidup penuh semangat dan berdaya juang (tentang pengharapan ini dapat dibaca juga pada Rm. 8:23; Ef. 4:4; Kol. 1:5; 1Tes. 1:3; 1Pet. 3:15).

 

 

 

Selanjutnya doa Rasul Paulus meminta agar jemaat mengenal kekayaan Allah yakni kemuliaan yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Flp. 1:9; Kol. 1:9-10). Dalam mengenal kekayaan tersebut, yakni janji masa depan yang indah pada akhir zaman dan kekekalan. Janji tersebut bahkan sudah berwujud sejak kita mengaku Yesus adalah Juruselamat dengan pemberian Roh Kudus di dalam hati kita yang memiliki kuasa demikian besar, khususnya berupa damai sejahtera dan kekuatan serta penghiburan dalam menjalani kehidupan ini (Rm. 5:5; 2Kor. 1:22; Gal. 4:6). Kekayaan Allah berupa hikmat dan janji itu akan digenapkan nanti dalam kemuliaan yang sudah diterima oleh Tuhan Yesus dan juga menjadi bagian orang percaya. Gambaran kemuliaan ini tidak dapat terpikirkan oleh manusia, sebagaima dalam firmam-Nya: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).

 

 

 

Doa keempat atau yang terakhir untuk jemaat Efesus dari Rasul Paulus adalah agar mereka dapat mengenal kuasa Allah. Perihal kuasa ini kadang ada sebuah ironi. Dunia ini takut terhadap kekuatan bom atom, yang sebenarnya atom adalah bagian alam semesta milik dan ciptaan Allah. Sementara kuasa Allah tidak terbatas bahkan meliputi pengendalian alam raya semesta dan kuasa ini juga yang dipakai untuk membangkitkan Yesus dari kematian; kuasa kebangkitan-Nya itu juga yang diberikan pada kita sebagai ahli waris-Nya. Memang masih banyak orang takut akan kematian sebab masih berpikir itu sebagai misteri dan kegelapan, namun dengan kebangkitan yang dijanjikan dan telah terbukti pada Yesus, maka setiap orang percaya tidak perlu lagi takut sebab "kematian" itu bersifat sementara dan jalan menuju ke kehidupan kedua yakni kekekalan (band. 1Pet. 1:5). Kuasa Allah yang tak terbandingkan ini juga tersedia bagi orang percaya untuk menolong kita dalam menghadapi setiap kesulitan, sehingga tidak ada yang terlalu sulit bagi Dia.

 

 

 

Ketiga: Duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20b-21)

 

Kuasa Allah yang kedua setelah membangkitkan Yesus adalah mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya (band. Mrk. 16:19). Pengertian duduk di sebelah kanan dalam hal ini ekspresi alegoris orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan dan bukan dalam pengertian fisik orientasi seperti Allah Bapa bersebelahan di sebelah kiri Tuhan Yesus, sebab Allah adalah Roh dan mengatasi segala tempat. Pengertian duduk memiliki dua makna: Pertama, sebagai metafora "Kepercayaan" atau "Wakil" dalam melaksanakan kuasa dan Pribadi Allah menghadapi seluruh ciptaan Allah sekaligus ungkapan kemuliaan dan penghormatan. Istilah populernya Yesus sebagai “Tangan Kanan”. Pengertian duduk di sebelah kanan ini sekaligus penguatan hal yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Lama, "Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm. 110:1). Dalam Mzm. 80:18, dituliskan "Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu". Dengan kedudukan di sebelah kanan itu maka Yesus sebagai Anak Allah menjadi Representasi Pribadi Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi Penguasa dan Pemerintah atau Raja di dunia dan alam semesta ini.

 

 

 

Arti kedua duduk adalah tinggal atau bersemayam (band. Luk. 24:49 dan Ams. 20:8 yang memakai kata Yunani yang sama - kathizo). Pengertian duduk berarti Tuhan Yesus tinggal secara kekal dalam kebahagiaan Allah Bapa (band. Mzm 16:11). Dengan Yesus sudah merupakan Representasi dan tinggal bersama Allah, kita tidak perlu takut pada seorang diktator, sebuah bangsa, atau pada kematian dan bahkan pada setan. Kekuasaan Yesus tidak terbatas dan jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Kita tahu tentang penguasa dunia atau raja-raja seperti Nebukadnesar, Daud, Rhiza Pahlevi dan lainnya, bahkan presiden yang sangat berkuasa seperti Suharto, demikian juga dengan dinasti-dinasti di Tiongkok atau Jepang, namun semua itu tidak ada yang abadi, runtuh tidak berbekas. Kerajaan dan kekuasaan mereka tidak kekal sebagaimana kerajaan Yesus yang bertahan dan terus meluas hingga saat ini (Flp. 2:9, 10).

 

 

 

Kuasa Allah yang dinikmati oleh orang percaya di dunia ini tidak berhenti disini saja. Segala kuasa di sorga maupun di bumi telah dilimpahkan kepada Yesus (Mat. 28:18-20). Kekuasaan manusia sebagaimana disebutkan di atas pasti berakhir. Dunia baru dengan bumi dan langit baru memerlukan pemerintahan dan kuasa yang abadi dan tidak sama dengan dunia yang kita lihat dan diami saat ini. Semua ini merupakan paket dalam perjanjian ketika kita menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidup kita. Yesus yang dihakimi di dunia 2000 tahun lalu akan menjadi Hakim yang dipilih Allah untuk mengadili yang hidup dan yang mati dan kita akan menjadi orang yang dibela dan dibenarkan sesuai dengan janji-Nya. Perjanjian telah dimeteraikan; kita hanya sesaat untuk menunggu penenuhannya. Rasul Paulus mengatakan, sebagaimana juga pada kitab Rm. 8:37-39, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kasih-Nya.

 

 

 

Keempat: Segalanya diletakkan di bawah kaki-Nya (ayat 22-23)

 

Musuh yang paling kuat bagi manusia adalah iblis dengan segala bentuk pengikutnya. Meski dikatakan tubuh dan daging juga disebut sebagai musuh, namun banyak orang telah berhasil mengalahkan keinginan daging dan tubuh dengan cara puasa, tapa atau selibat. Namun sejak awal dikisahkan bahwa manusia dapat mudah mengalahkan keinginan tubuh, namun begitu menghadapi godaan hati, manusia sangat lemah dan mudah jatuh. Kisah Hawa yang digoda iblis dalam bentuk ular dan kemudian Adam, Kain, dan ratusan kisah manusia terbukti dikalahkan oleh iblis sehingga akhirnya jauh dari Allah. Oleh karena itu satu-satunya kuasa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah kuasa dari Allah. Apabila manusia menghadapi iblis dengan kekuatannya maka pasti takluk, akan tetapi apabila menghadapinya bersama dengan kuasa Allah, maka pasti menang (Kol. 2:10). Pengertian bersama dengan kuasa Allah ini bukan harus dalam bentuk tengkingan, berteriak, melainkan sikap hidup sehari-hari dengan tunduk berserah dipimpin Roh Kudus dan menatap lurus ke depan tanpa tergoda ke kanan atau ke kiri (Yos. 1:7).

 

 

 

Dalam Mzm. 110: 1 di atas juga disebutkan, "sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu", arti yang sama dengan “meletakkan semuanya di bawah tapak kaki-Nya.” Ungkapan ini berasal dari sikap seorang Raja atau pemenang yang menempatkan kakinya di atas leher atau kepala orang yang ditaklukkannya dalam sebuah perkelahian atau pertempuran. Dengan sikap ini, artinya, segala yang mengaku kuasa dan pemerintahan, harus tunduk bertekuk lutut di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus (Mat. 22:44; 1Kor. 15:25-27; Ibr. 2:8). Yesus adalah Mesias; Ia Yang Diurapi. Dia adalah Allah yang ditunggu umat Israel, Allah yang membangun kembali dunia mereka yang sudah hancur. Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa Allah pasti menang dalam peperangan akhir dan mengendalikan segalanya di bawah kuasa-Nya. Demikian pula dengan kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk tahyul, setan, sinkretisme, dan alat-alatnya semua pasti takluk dengan penguasa tertinggi alam semesta.

 

 

 

Setelah dibangkitkan dari kematian, kuasa diberikan pada Kristus sebagai Kepala Gereja. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja (Mat. 16:18) dan siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh-Nya. Gereja dalam hal ini bukanlah bangunan atau denominasi, melainkan setiap orang yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan hidupnya (Yoh. 3:16; 1Kor. 12:13). Dalam keseharian, kumpulan orang ini disebut dengan gereja lokal dan kemudian menjadi sebuah gereja universal sedunia dengan Yesus sebagai Kepala. Kedudukan Kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan umum tetapi mengandung arti penuh dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan sistem, pemerintahan, dan kuasa-Nya dalam tubuh Gereja (1Kor. 11:3; Ef 4:15; 5:23; Kol 1:18; 2:10). Tubuh tidak berdaya tanpa kepala demikian pula Gereja tidak akan berdaya tanpa Kristus. Sebagai Kepala, Kristus memenuhi jemaat dan kepenuhan ini mengacu pada pemberian karunia-karunia rohani dan berkat-berkat pada gereja (band. Yoh. 1:16; 1Kor. 12:11; Ef. 3:19; 4:10). Kepenuhan Dia untuk memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 3:19; 4:13), Kristus sungguh-sungguh memberdayakan dan mengarahkan gereja dan untuk itu pula gereja harus mengekspresikan sepenuhnya Kristus. Dengan demikian maka gereja menempatkan Kristus sebagai Raja yang kita peringati dan teguhkan melalui nas minggu ini.

 

 

 

Penutup

 

Doa sejati penuh dengan ucapan syukur dan dapat melihat dengan mata hati yang terang tentang karya Tuhan Yesus dalam hidupnya atau hidup orang lain serta jemaat-Nya. Doa yang lebih dalam adalah kepedulian akan sesama orang percaya untuk terus diberikan jalan pengenalan Allah yang benar, sehingga mampu berkarya melalui kuasa Roh Kudus. Roh kebenaran ini kemudian memberi hikmat untuk memahami rencana Allah dan menerapkannya demi pengharapan dalam panggilan-Nya. Yesus sebagai Raja dan pemegang otoritas memimpin dan memerintah dan Ia duduk di sebelah kanan Allah, tinggal dan berkuasa atas sorga dan bumi saat ini dan dalam kekekalan. Dengan kedudukan dan kuasa itu maka segala kuasa yang ada baik yang ada di bumi dan di awan-awan dan angkasa telah diletakkan di bawah kaki Yesus yang telah menjadi Pemenang. Inilah yang menjadi doa dan pengharapan kita, agar kita sebagai anggota tubuh-Nya semakin mengenal melalui mata hati yang terang akan Allah yang benar dalam Kristus yang telah menjadi Raja, sehingga kekayaan Allah dalam hikmat dan berkat merupakan penggenapan janji nyata yang kita terima dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

 

 YESUS ADALAH PENGGENAPAN PERJANJIAN LAMA (Luk 24:44-53)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 1:1-11; Mzm 47; Ef 1:15-23

 

 

 

 

Pendahuluan

 

Pada hari ini kita memperingati peristiwa besar dalam kehidupan orang Kristen, yakni naiknya Tuhan Yesus ke sorga. Alkitab menceritakan bahwa saat naiknya Tuhan kita itu, ada banyak orang yang melihat dengan kasat mata bagaimana Yesus terangkat ke sorga yang merupakan kejadian luar biasa. Kesaksian itulah yang mereka tuliskan dalam kitab-kitab yang menjadi pegangan kita saat ini. Sebelum terangkat, Yesus memberi pesan-pesan penting yang sebagian kita baca sebagai nats renungan minggu ini. Dari bacaan itu kita mendapatkan beberapa hal sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: Penggenapan firman dalam perjanjian lama (ayat 44-45)

 

Tuhan Yesus mengatakan semua yang ada tertulis tentang Dia dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur harus digenapi. Artinya, apa yang ditulis dalam kitab Perjanjian Lama (PL) yang pada saat itu sudah dikanonkan (dibukukan) digenapi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Yesus hadir dalam kitab-kitab PL itu. Hal itu terlihat dalam nubuatan di PL tentang Tuhan Yesus, seperti kedatangan-Nya sebagai nabi (Ul 18:15-19), penderitaan-Nya (Mzm 22; Yes 53), dan tentang kebangkitan-Nya (Mzm 16:9-11; Yes 53:10,11). Oleh karena itu, ketika kita membaca kitab PL, sebenarnya kita harus membaca dan mengerti dengan mata dan pikiran yang tertuju kepada Tuhan Yesus.

 

 

 

Pernyataan yang ditulis dalam 44 ini (dan ayat 43 sebelumnya) diduga tidak berupa kejadian yang berlangsung dalam sesaat, melainkan dalam beberapa hari, sebab Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya terlebih dahulu pergi ke Galilea dan kembali lagi sebelum Ia naik ke sorga (Mat 28:16; Yoh 21). Dalam kebersamaan dan percakapan itulah para murid lebih memahami apa sebenarnya yang telah terjadi pada diri Tuhan Yesus dan keberadaan-Nya dalam kaitannya dengan Perjanjian Lama, dan juga tentang maksud kedatangan-Nya ke dunia yang kemudian dituliskan dalam Perjanjian Baru (PB). Kitab PB ditulis oleh murid-murid yang rela memberikan nyawanya bagi kebenaran yang diajarkan oleh Yesus. Mereka tentu tidak akan mau mengambil resiko untuk menulis tentang Yesus jikalau mereka tidak yakin akan kebenaran dan ke-Allah-an Tuhan Yesus (band. 1Kor 15:12-19).

 

 

 

Demikian juga dengan kita. Kebersamaan dengan Tuhan Yesus akan membuat kita semakin memahami apa yang telah dilakukan-Nya dalam hidup kita dan kemudian tentang rencana Allah dalam hidup kita ke depan. Pembacaan firman dan kebersamaan dengan Tuhan Yesus melalui firman-Nya yang sepintas lalu dan terpotong-potong, akan menyulitkan dalam memahami maksud dan rencana kebaikan-Nya dalam hidup kita. Sebab, untuk memperoleh pikiran yang terbuka dan pengertian Kitab Suci, itu hanya terjadi kalau beroleh pertolongan dari Allah belaka. Itulah mengapa kita harus memohon pertolongan Roh Kudus bila ingin membaca dan mengerti Firman Tuhan. Roh Kudus bekerja bagi kita hanya bila kita bertekun dan berkesinambungan untuk membuka semua itu (2 Kor 3:14-16). Pertanyaannya adalah: apakah kita pernah mengalami kesulitan dalam memahami firman Tuhan dalam kaitannya dengan hidup kita? Bagaimana kerasnya usaha kita untuk bisa memahaminya, baik melalui bertanya kepada hamba Tuhan, membaca buku-buku, dan berdoa agar Roh Kudus membuka tabir pemahaman itu, sehingga kita dapat bersuka cita karena tersibaknya dan memahami rencana Allah yang indah dalam hidup kita.

 

 

 

Kedua: Penderitaan dan pengampunan harus diberitakan (ayat 46-48)

 

Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita sebagai murid dan pengikut-Nya haruslah menjadi saksi. Nubuatan dalam Perjanjian Lama dan tulisan para murid dalam Perjanjian Baru adalah kesaksian tentang penderitaan Tuhan Yesus untuk penebusan dan pengampunan dosa-dosa kita. Perjanjian Lama mengajarkan bahwa pengampunan dosa harus dilakukan dengan membawa korban penghapus dosa atau penghapus salah. Darah hewan yang dibawa oleh umat Yahudi sebagai persembahan korban penebusan dosa kemudian dipercikkan sebagai tanda dosa mereka telah diampuni. Tetapi kini kita tidak perlu melakukan hal itu, sebab melalui penderitaan-Nya yang berat darah Yesus telah tercurah dan terpercik sebagai jalan penebusan dan pengampunan atas dosa-dosa kita. Ia telah menggantikan kita dengan membayar lunas semua hutang-hutang dosa kita.

 

 

 

Ini adalah sebuah revolusi cara berpikir dan tindakan tentang pengampunan. Tuhan Yesus mengatakan semua itu melalui murid-Nya untuk mereka yang berbahasa Yunani. Yesus menginginkan bahwa pesan itu tidak dibawa kepada bangsa Yahudi saja, tetapi kepada seluruh dunia, bahwa penebusan dan pengampunan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus itu berlaku bagi semua orang. Tidak hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga otang Yunani dan semua bangsa. Allah menginginkan semua orang bertobat, berhenti dan berbalik dari jalan yang salah, dan menjadi murid-Nya sehingga dapat bersekutu dengan Dia dalam sukacita yang baru.

 

 

 

Para murid tidak boleh memberitakan pengampunan dosa tanpa tuntutan pertobatan. Ini sangat penting. Pengampunan hanya ada kalau didahului pertobatan dan meninggalkan cara hidup yang lama. Pengkhotbah yang menawarkan keselamatan atas dasar iman yang gampang, atau menawarkan keselamatan tanpa adanya suatu penyerahan diri untuk taat kepada Kristus dan Firman-Nya, itu adalah pemberitaan injil yang palsu. Pertobatan meminta agar kita meninggalkan dosa; ini selalu merupakan unsur yang penting.

 

 

 

Penebusan dan pengorbanan itu juga sekaligus membawa persekutuan dan damai sejahtera yang baru. Tidak ada lagi kecurigaan dan hasutan. Tidak perlu ada lagi kekerasan dan pemaksaan agar orang perlu bertobat. Beritakan saja penderitaan Tuhan Yesus itu dan tawarkan pengampunan yang diberikan-Nya. Terus dukung dalam doa. Biarlah Roh Kudus yang bekerja apakah mereka terpanggil atau mau membuka diri untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya, dalam kehidupan kini dan kelak nanti. Semua orang hanya perlu tahu, tidak ada yang lebih besar di dunia ini dari anugerah diampuninya dosa-dosa kita dan diangkat menjadi anak-anak-Nya, serta akan hidup kekal bersama dengan Dia dalam berkat damai sejahtera sorgawi.

 

 

 

Ketiga: Menantikan Roh Kudus dengan setia (ayat 49, 53)

 

Tubuh Yesus telah terangkat dan para murid melihatnya dengan jelas. Ada dua sikap yang muncul saat itu, yakni ketidak jelasan akan apa yang terjadi dan pengharapan yang kuat akan janji Tuhan. Yesus mengatakan bahwa Penolong itu akan datang, tetapi tidak ada gambaran kapan, bagaimana, dan dimana akan datangnya. Tetapi akhinya para murid percaya janji Tuhan dan mengikuti perintah-Nya dengan memilih tinggal di kota itu untuk menantikan diperlengkapinya mereka dengan kuasa dari tempat tinggi (ayat 49; band. Yoel 2:28). Apa yang dijanjikan Bapa yakni agar "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi", tentu menunjuk kepada pencurahan Roh Kudus yang dimulai pada hari Pentakosta. Para murid bertekun dalam doa sementara mereka menunggu penggenapan janji itu (Kis 1:14).

 

 

 

Kepergian Tuhan Yesus ke sorga juga dapat dilihat merupakan perubahan cara berfikir orang Yunani, yang lebih mementingkan aspek spritual dan tidak memahami makna spiritual dari dunia realitas ini. Bagi mereka orang Yunani, hal spiritual lebih penting dan utama dari pada segala aspek fisik dan tubuh. Tetapi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yakni menjadi manusia dengan tubuh sejati dan sekaligus Allah sejati, merupakan penjungkir balikan atas pemahaman itu.

 

 

 

Ia pergi dan pekerjaan penyelamatan Yesus telah selesai dan kini Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa dengan penuh kuasa atas bumi dan sorga untuk menjadi hakim bagi semua orang. Bagi kita yang utama adalah seberapa besar usaha kita dalam penantian kuasa pertolongan Tuhan Yesus dalam realitas keseharian kita. Sebagai manusia biasa, kita pasti ada pergumulan dan kerinduan. Di sinilah pentingnya penantian itu sebagai wujud kesetian kita kepada-Nya. Dalam penantian itu tentu kita tidak diam berpangku atau berlipat tangan, melainkan berupaya untuk terus menerus lebih baik dan lebih berkarya bagi Dia. Untuk bisa mengetahui apakah kita sudah maksimal dalam upaya penantian dan pencarian itu, maka hidup Yesus merupakan keteladanan yang layak untuk diikuti.

 

 

 

Keempat: Menyembah Dia dan terus bersukacita (ayat 50-52)

 

Ketika Yesus naik ke sorga, tubuh-Nya adalah tubuh immortal yakni tubuh kemuliaan. Tubuh itu bisa kelihatan dan bisa tidak kelihatan. Hal yang membuat kita bersuka cita adalah Tuhan Yesus mengatakan tubuh kita saat dibangkitkan nanti dari kematian akan sama dengan tubuh kemuliaan itu (1 Kor 15:42-50). Ini memberikan gambaran bahwa nantinya ada saat tubuh kita itu bisa tampak secara kasat mata, tetapi ada kalanya tubuh kita itu nantinya tidak perlu tampak nyata, sebagaimana tubuh Tuhan Yesus ketika berbicara dengan dua murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-33).

 

 

 

Peristiwa kenaikan itu mungkin "mengherankan" dalam arti bagaimana tubuh Yesus itu terangkat naik ke sorga dan hilang dibalik awan. Janji Yesus, begitu jugalah Dia akan datang ketika saatnya nanti kita juga diangkat ke sorga bersama-sama dengan Dia. Yohanes Calvin pernah berkata, pengertian sorga janganlah diasosiasikan dengan sebuah tempat, melainkan lebih kepada suatu “keadaan”, yakni situasi yang penuh kedamaian, keindahan dan kesejahteraan. Tuhan Yesus tidak lagi bersama-sama dengan para murid dan juga kita dalam pengertian fisik, tetapi "keberadaan-Nya" dalam keadaan yang baru itu lebih memungkinkan kita semua untuk dapat bersama-sama dengan Dia. Yesus hadir dan berada "di sini dan di sana" dan dengan sabar dan setia menantikan seruan dan permohonan kita.

 

 

 

Hal yang penting saat ini adalah bagaimana kita mampu menjadi saksi yang baik bagi Kristus. Yesus telah menjawab dengan tidak tergoyahkan atas keraguan kita, bahwa Ia telah mengampuni dosa bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Waktu kita sangat terbatas, namun kalau memiliki keinginan dan motivasi, Roh Kudus akan memampukan kita untuk menjadi saksi dan memaksimalkan akar dan motivasi kita itu. Untuk itu kita layak untuk terus menyembah Dia dan terus ada dalam sukacita karena Ia akan memampukan perjuangan kita.

 

 

 

Kesimpulan

 

Dalam memperingati hari kenaikan Tuhan Yesus Kristus ini, melalui pembacaan dan perenungan nats yang diberikan, kita mendapatkan gambaran bahwa Yesus adalah penggenapan dari kitab Perjanjian Lama. Kita harus membaca kitab PL itu dengan pikiran yang tertuju pada Yesus Kristus. Nubuatan akan Dia ada di sana dan itu digenapkan dengan penderitaan-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Ini yang harus diberitakan dan sekaligus kita dalam penantian akan kuasa pertolongan Roh Kudus untuk memampukan kita sebagai saksi dan berkat bagi orang lain. Dalam penantian itu kita terus memuji dan menyembah-Nya sambil tetap bersuka cita akan anugerah yang sudah diberikan-Nya.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

Khotbah (3) Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

 

 ROH KUDUS DIJANJIKAN (Kis. 1:1-11)

 

Dan (dua orang yang berpakaian putih) berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga" (Kis. 1:11)

 

 

 

Setiap orang akan kembali ke asalnya. Manusia dari tanah akan kembali ke tanah. Orang tua saya dari Samosir Sumatera Utara, dan banyak orang seusia mereka yang dibesarkan di sana, berpesan ingin dimakamkan di kampung halamannya. Alamiah. Demikian pula Yesus, Ia datang dari sorga (Yoh. 3:16), maka kembali ke sorga. Ia kembali kepada Bapa yang mengutus-Nya.

 

 

 

Selama tiga tahun lebih pelayanan-Nya, Ia telah membuat gempar para pemimpin Yahudi dan juga kekaisaran Romawi. Tiga puluhan mukjizat dilakukan untuk membuktikan bahwa Ia memang dari sorga utusan Allah (ayat 1-2). Bahkan Ia bangkit dari liang kubur, mengalahkan kematian, dan selama 40 hari memperlihatkan diri-Nya dengan kuasa yang tetap ada kepada semua murid dan pengikut-Nya (ayat 3).

 

 

 

Pesan utama tujuan Yesus menjadi manusia dan datang ke dunia telah disampaikan, yakni agar manusia bertobat karena kerajaan sorga telah dekat (Mat. 4:17; Mrk. 1:15). Ia datang untuk menjadi tebusan bagi orang-orang yang berdosa dan percaya kepada-Nya (Mat. 20:28; 1Tim. 2:6). Pesan kedua-Nya, agar kaum miskin, janda-janda dan yatim piatu, mereka yang tertindas dan teraniaya, serta orang asing kaum pendatang, diberi perhatian. Memberi kasih yang tulus kepada mereka, membagikan damai sejahtera sehingga dunia ini penuh dengan sukacita (Luk. 4:18-19; Yoh. 14:27, Mat. 25:31-46). Dan pesan ketiga, Ia datang untuk memberi hidup dan kelimpahan bagi kita orang yang percaya dan taat (Yoh. 10.10).

 

 

 

Dua belas rasul dan sebagian umat Yahudi pengikut setia yang telah menerima-Nya masih berharap bahwa kerajaan dunia akan dibangun Yesus. Pertanyaan mereka rasanya wajar: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (ayat 6). Dalam benak mereka, Yesus menjadi raja seperti Daud dan Mesias yang ditunggu. Mungkin terbersit juga gambaran mereka dapat menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan kerajaan tersebut.

 

 

 

Namun sejak awal Yesus sudah menjelaskan tentang Kerajaan Allah yang dimaksudkan adalah kerajaan rohani, sebagaimana dituliskan dalam awal kitab-kitab Injil. Maka Yesus pun menjawab: Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Artinya murid tidak usah pusing. Jalankan saja pesan dan perintah yang diberikan, dan janji-Nya akan ada Roh Kudus yang membaptis mereka (ayat 5). Dan terbukti, para murid kemudian memahami semua hal itu.

 

 

 

Yesus menyampaikan pesan terakhir: kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (ayat 4, 8), sebagaimana Amanat Agung di Mat. 28:18-19. Gambarannya semakin mengarah keluar, sentripetal. Tugas yang tidak mudah. Dan Yesus berkata, mereka melakukan itu sebab akan menerima kuasa, Roh Kudus turun ke atas mereka. Tuhan Yesus mengetahui, untuk tugas berat manusia tidak bisa berjalan sendirian.

 

 

 

Lantas Ia pun pergi, terangkat ke sorga. Tugas dan misi singkat dari Bapa telah selesai. Para murid kecewa dengan pertanyaan di benak: Siapa yang mendampingi mereka dalam menjalankan misi tersebut? Memang disebut akan ada Roh Kudus. Tetapi, apa dan siapa itu?

 

 

 

Dalam hidup ini kita pun kadang-kadang kecewa, sebab pertanyaan tidak terjawab atau pengharapan tidak terwujud. Semangat melemah dan pikiran kacau. Itu wajar.

 

 

 

Tetapi kita perlu meneladani para murid. Mereka hanya percaya perkataan Tuhan Yesus meski tidak mengerti apa yang akan terjadi. Iman lebih bekerja saat pikiran sudah mentok. Dan janji Tuhan memang terbukti. Dalam pasal berikutnya dijelaskan, para murid akhirnya menunggu dengan berkumpul di sebuah rumah menanti janji Tuhan itu, dan Roh Kudus dicurahkan. (Kis. 2:1-13). Janji-Nya digenapi.

 

 

 

Mari kita menjalankan misi mulia yang diberikan Tuhan Yesus. Mengabarkan Injil ke seluruh pelosok. Bila waktu dan tenaga kita tidak memungkinkan, maka berikan kemampuan yang lain agar misi itu tetap berjalan. Tuhan memberi talenta dan tempat yang berbeda kepada semua orang untuk ikut mengambil bagian dalam perintah bersaksi tersebut, baik langsung maupun tidak langsung. Kita ingat saja, bahwa Tuhan Yesus kelak akan datang ke dunia, tentu sebagai hakim meminta pertanggungjawaban kita. Ia terangkat ke sorga dan akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga (ayat 11). Bersiaplah.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 26 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12420034
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1586
6852
1586
12380249
32366
134774
12420034

IP Anda: 216.73.216.189
2025-07-06 10:06

Login Form