2025
2025
Khotbah Minggu Hari Raya Pentakosta 8 Juni 2025
Khotbah Minggu Hari Raya Pentakosta
YESUS DAN ROH KUDUS (Yoh 14:8-17)
Bacaan lainnya menurut Leksionari:
Kej 11:1-9; Mzm 104:24-34, 35b; Kis 2:1-21 atau Rm 8:14-17
Pendahuluan
Minggu ini adalah hari raya Pentakosta atau disebut juga dengan Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja. Sebagaimana dijanjikan oleh Tuhan Yesus sebelum kenaikan-Nya ke sorga, Roh Kudus akan diutus untuk menolong para murid dan orang percaya. Peristiwa di kamar atas pada Kis 2:1-21 memperlihatkan kuasa Roh Kudus itu turun dan memenuhi para murid dan sempat menakutkan mereka. Namun, dalam kesempatan ini kita akan memfokuskan percakapan antara Filipus dengan Tuhan Yesus tentang Yesus dan Allah Bapa sebagai renungan kita. Pembicaraan tersebut juga secara tidak langsung berhubungan dengan keberadaan Roh Kudus yang kita peringati pencurahan-Nya pada hari minggu ini. Dari nats pembicaraan tersebut kita mendapatkan pelajaran sebagai berikut.
Pertama: melihat Yesus adalah melihat Allah (ayat 9)
Ketika Filipus meminta kepada Tuhan Yesus: “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”,sebenarnya ia mengungkapkan kejujuran hatinya yang sangat dalam dan mungkin juga dari diri kita:bahwa semuaorang ingin dapat melihat Allah. Bahkan Ayub yang dekat dengan Allah juga tetap merindukan mendapatkan Dia (Ayb 23:3). Akan tetapi umat Israel pada masa itu sangat memahami bahwa Allah itu tidak dapat dilihat. Mereka mengetahui peristiwa Musa yang ingin melihat muka Allah akan tetapi hanya bisa melihat belakang-Nya, tidak dapat melihat wajah-Nya (Kej 33:12-23).
Bagi umat Israel, Allah menjadi manusia merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin mereka bisa melihat-Nya, menyentuh-Nya dan bahkan bercakap-cakap dengan Dia. Bagi mereka, Allah lebih dari “RAJA” yang diam duduk dengan tenang penuh kuasa di takhta singgasana dan tidak perlu turun tangan ke dunia, terlebih harus bekerja untuk menghidupi diri-Nya. Sebagaimana kita ketahui, Yesus pada awalnya adalah seorang pekerja tukang kayu. Ini jelas sulit mereka terima, sebab Perjanjian Lama mengajarkan bahwa bekerja adalah sebuah hukuman karena perbuatan dosa manusia (Kej 3:19).
Namun di lain pihak, Allah tidak dapat membiarkan manusia terus menerus dikuasai dosa. Allah mengetahui iblis terus bekerja yang membuat manusia takluk padanya. Allah berpikiran bahwa pesan-pesan firman melalui nabi-nabi saja tidak cukup. Penyataan Allah melalui alam dan peristiwa-peristiwa tidak cukup membuat manusia untuk tetap taat dan setia kepada-Nya. Allah juga memegang janji-Nya bahwa keturunan “perempuan” itu harus meremukkan kepada sang ular pembuat dosa. Oleh karena itu Allah memutuskan menjadi manusia, mengutus Anak-Nya yang tunggal bagi pembebasan kita. Perlu disadari, Alkitab Perjanjian Lama memang tidak pernah membatasi diri-Nya dapat menjadi manusia. Allah bebas berkehendak dan mengekspresikan diri-Nya demi untuk menyelamatkan puncak kreasi ciptaan-Nya, gambar dan rupa Allah yang sudah retak, yakni kita manusia. Dengan Allah menjadi manusia dalam wujud manusia Yesus, maka mengenal Yesus berarti mengenal Allah Bapa.Filipus dan kita harus melihat ini dengan mata rohani, bukan mencari-cari wujud fisik-Nya agar Dia ada di depan mata kita sendiri.
Kedua: tidak melanggar monoteisme (ayat 10)
Salah satu serangan terhadap umat Kristen adalah tuduhan bahwa Allah kita itu tiga. Ada Allah Bapa, Allah Anak yakni Tuhan Yesus Kristus, dan ada Allah Roh Kudus. Kita seolah-olah dituduh membuat Allah tiruan yang jelas-jelas dilarang keras dalam perintah Sepuluh Hukum Taurat, yakni jangan membuat ilah lain dihadapan-Nya. Allah kita adalah Allah yang pencemburu. Ia sangat murka apabila kita memalingkan muka dan percaya kepada ilah yang lain. Apakah Tuhan Yesus dan Roh Kudus merupakan ilah yang lain? Apakah dengan keberadaan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, Allah kita itu menjadi tiga? Ini jelas bukan demikian dan untuk itu perlu kita fahami.
Dalam Alkitab, acapkali penyebutan Allah memakai istilah jamak untuk diri-Nya sendiri (Kej 1: 26; 3: 22; 11: 7; Yes 6: 8). Injil Yohanes memperlakukan perikop Yesaya sebagai penglihatan Yesus (Yoh 12: 41). Ada juga sebutan mengenai Malaikat Tuhan yang disamakan dengan Allah tetapi berbeda dengan-Nya (Kel 3: 2-4; Hak 13: 2-22). Perjanjian Lama menyebutkan Roh Allah sebagai wakil pribadi Allah (Kej 1: 2; Neh 9: 20; Mzm 139: 7; Yes 63: 10-14). Ada juga disebutkan tentang hikmat Allah (Ams 8) sebagai perwujudan Allah di dunia, dan firman Allah sebagai ungkapan yang kreatif (Mzm 33: 1, 9; band. Kej 1: 26). Ada juga nubuat yang menyamakan Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu itu sama dengan Allah (Mzm 2; Yes 9: 5-6). Namun yang lebih utama, Allah itu adalah Allah yang Maha Kuasa. Ia memiliki hak proregatif untuk menetapkan keputusan bagaimana Ia menyampaikan pesan kepada manusia, bagaimana Ia menyelamatkan manusia, sebab yang paling utama adalah: Allah mengasihi manusia. Ia tidak perlu meminta nasehat atau persetujuan siapa pun. Allah mengasihi manusia oleh karena itu Allah menetapkan Ia menjadi manusia untuk menyelamatkan ciptaan yang dikasihi-Nya itu. Jadi keberadaan Tuhan Yesus (demikian pula halnya dengan Roh Kudus) hanyalah dalam Wujud, Oknum, Pribadi, tetapi Hakekat yang utama adalah Allah yang Tunggal, Allah yang tetap berdasarkan Monoteisme, dan itulah sebabnya disebut dengan Alllah Tritunggal.
Ada cara untuk memahami "perbedaan" antara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, yakni melihat dan menghubungkan fungsi atau peran yang berbeda dari masing-masing Oknum itu. Bentuk paling popular menghubungkan peran penciptaan dengan Bapa, penyelamatan dengan Anak, dan pengudusan dengan Roh Kudus. Paulus memberikan bentuk lain dalam Efesus 1, yakni pemilihan dihubungkan dengan Sang Bapa (ay. 4, 5, 11), penyelamatan dengan Anak (ay. 3, 7, 8) dan pemeteraian dengan Roh Kudus (ay. 13-14). Tetapi "pemisahan" tugas ini tidak boleh memudarkan kebenaran mendasar mengenai keesaan Ilahi, yakni ketiga-Nya terlibat dalam kegiatan siapapun di antara ketiga Oknum itu. Misalnya, walaupun dalam penciptaan khususnya dikaitkan dengan Sang Bapa, namun juga dihubungkan dengan Anak (Yoh 1: 3) dan Roh Kudus (Yes 40: 13). Oleh karena itu dalam pengertian lain, Yesus adalah Allah yang kelihatan dan rupa yang nyata dari Allah yang tidak kelihatan. Sementara Roh Kusus adalah Allah yang dapat kita rasakan dan hayati dari Allah yang tidak kelihatan. Yesus dan Roh Kudus adalah penyataan yang sempurna dari Allah. Oleh karena itu, apabila kita mencari Allah yang tidak kelihatan, kebenaran dan realitas-Nya, maka kita dapat melihat dan merasakan dalam wujud Tuhan Yesus dan keberadaan Roh Kudus (Kol 1:15; Ibr 1:1-4).
Ketiga: percaya kepada pekerjaan-Nya (ayat 11-12)
Tuhan Yesus tidak berkata bahwa para murid melakukan mukjizat yang lebih besar, sebab membangkitkan orang mati adalah puncak dari mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi Yesus mengatakan bagaimana para murid harus melakukan sesuatu yang lebih besar yakni pergi ke seluruh dunia untuk mengabarkan Injil, keluar dari negeri Israel dan membawa seluruh bangsa kepada keselamatan. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus adalah Dia sudah melakukan hal yang besar dalam batasan masa inkarnasi-Nya yakni tiga tahun, maka para murid dan orang percaya tidak dibatasi oleh masa inkarnasi itu dan harus pergi ke seluruh muka bumi untuk mengabarkan kasih Allah kepada manusia dengan penyelamatannya. Itulah perbuatan yang sangat besar yang diawali oleh para murid. Kita bisa lihat pekerjaan para rasul lebih besar dalam "jumlah" dan jangkauan. Ini juga yang membuat kita memahami mengapa Tuhan Yesus perlu secara khusus memanggil Paulus menjadi murid-Nya, memperkuat para murid yang ditinggalkan-Nya.
Tuhan Yesus telah melakukan berbagai hal dalam tujuan-Nya untuk membawa manusia percaya kepada-Nya dan pesan yang dibawa-Nya dari Allah kita terima dengan ketaatan. Peristiwa lolosnya Dia dari cobaan iblis di padang gurun, serta puluhan mukjizat yang diberikan-Nya, penderitaan serta kematian untuk penebusan dosa kita, serta peneguhan Allah akan Dia melalui kebangkitan dan kenaikan ke sorga termasuk berbagai kejadian supranatural yang menyertainya, seharusnya telah cukup bagi kita untuk percaya kepada-Nya. Hal inilah yang Dia maksudkan, tetapi lihatlah pekerjaan-Nya, kita jangan mempersoalkan Pribadi-Nya, dan melalui pekerjaan-Nya itu tidak diragukan lagi bahwa Dia adalah Anak Allah, Allah yang berwujud manusia.
Untuk itu permintaan Tuhan Yesus bahwa kita saat ini bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang dilakukan-Nya, haruslah dilihat dalam pengertian yang luas dan berbeda. Kita tidak perlu membangkitkan orang mati untuk mengabarkan Injil. Akan tetapi pekerjaan kita membawa semakin banyak orang kepada Kristus yang tetap disertai dengan berbagai mukjizat dalam pengertian yang luas. Kenyataan yang ada dalam cerita-cerita di Kisah Para Rasul (Kis 2:41,43; 4:33; 5:12) tidak perlu harus sama identik dengan yang kita lakukan. Sebagaimana pekerjaan para murid yang dipenuhi kuasa Roh Kudus, pekerjaan dan pesan Tuhan Yesus itu menyebar ke seluruh dunia dan membuat pertobatan milyaran manusia untuk mengikut dia dan diselamatkan. Kita harus ikut dalam proses besar dan yang mulia itu.
Keempat: janji meminta di dalam nama-Nya (ayat 13-14)
Yesus berkata kita bisa meminta segala sesuatu (sekali lagi, segala sesuatu!!!) kepada Allah haruslah di dalam nama-Nya. Hal ini berarti ketika kita mengenal Allah maka kita mengenal-Nya melalui Yesus. Tuhan Yesus yang diberi kuasa dan kemuliaan sebagaimana Alkitab menjelaskannya. Maka ketika kita berdoa, kita berdoa dengan menggunakan kuasa dari Kristus (band Mat 28:19; Kis 3:6). Meminta segala sesuatu yang dikatakan Yesus, itu berarti apapun yang menjadi cakupan dan ruang lingkup doa kita, maka syaratnya hanya di dalam nama Yesus.
Hal ini sangat mudah dimengerti. Ketika kita membutuhkan sesuatu dalam realitas sehari-hari, maka tidak mungkin kita memintanya kepada seseorang yang tidak kita kenal. Kita bisa dianggap "pengemis" jalanan atau orang aneh. Kita hanya bisa meminta kepada orang yang kita kenal, atau paling tidak, orang yang dikenal oleh orang yang kita kenal. Dalam pengertian lain ada referensi. Maka ketika kita meminta kepada seseorang yang tidak kita kenal itu, dan kita menyebut nama yang kita kenal sebagai referensi, maka semuanya menjadi lebih mudah. Untuk itulah ketika kita meminta kepada Allah Bapa, diperlukan sebuah nama yang meneguhkan bahwa kita mengenal Dia dan itu nama itu adalah nama Yesus. Kita telah diberi "kuasa" dari Yesus untuk memintanya.
Kalau kita mengenal Tuhan Yesus, maka permintaan kita pasti disusun sesuai dan seturut dengan Pribadi Yesus, dan itu pasti sesuai juga dengan rencana dan kehendak Allah. Yesus yang saat ini duduk di sebelah kanan Allah Bapa tentu "memfilter" permohonan kita kepada-Nya. Apapun yang kita minta, tentu Yesus mengevaluasi apakah hal itu memang kita perlukan, butuhkan, dan yang terbaik bagi kita. Ketika kita meminta sesuatu yang tidak "sesuai" dengan rencana dan kehendak Yesus, maka sebetulnya kita tidak mengenal Dia. Maka pengabulan Allah atas permintaan kita adalah berdasarkan karakter Yesus itu sendiri. Kita tidak bisa memanipulasi nama Yesus untuk keinginan sendiri. Dan penting diingat, pengabulan ini hanya kepada yang percaya dan taat, yakni yang terus menerus berkesinambungan mengasihi Dia (Yoh 14:15).
Kelima: Roh Kudus penolong kita (ayat 16)
Yesus mengatakan akan pergi kepada Bapa dan akan mengirimkan Roh Kudus sebagai penolong para murid dan orang percaya (band. Yoh 16:7; Kis 1:8; 2:4). Sebagaimana Yesus, maka keberadaan Roh Kudus sebagaimana dijelaskan di atas merupakan kegenapan dari Allah Tritunggal sehingga peran masing-masing Pribadi Allah itu menjadi sempurna. Oleh karena keberadaan yang sementara itu, maka Roh Kudus yang menyertai sampai selama-lamanya (ayat 16).
Dari sisi lain kita juga dapat mengatakan bahwa ketika berhubungan dengan Allah, Yesus menjadi Jurubicara kita kepada Bapa dan Roh Kudus menjadi Jurubicara Allah kepada kita. Yesus mendengar namun “memfilter” segala permintaan kita dan Ia mengetahui apa yang terbaik untuk diberikan, sementara Roh Kudus mengajar kita untuk memahami maksud Allah dalam hidup kita dengan cara mengajar kita berdoa yang baik. Kalau kita berdoa tanpa bimbingan Roh Kudus, maka yang terjadi adalah doa kita akan lebih didominasi oleh keinginan pribadi dengan untuk menyenangkan dan memuliakan diri sendiri. Roh Kudus memimpin kita untuk mengajar meminta sesuai dan seturut dengan kehendak-Nya.
Roh Kudus bisa bekerja melalui bisikan ke dalam hati nurani sehingga kita tetap dalam pemeliharaan dan jalan yang berkenan bagi-Nya. Dia disebut sebagai Roh Kebenaran sebab bersaksi tentang kebenaran, menjelaskan tentang kebenaran, dan menyingkapkan hal-hal yang tidak benar untuk menuntun kita ke dalam kebenaran sejati (Yoh 16:8, 13; Yoh 18:37). Oleh karena peran yang demikian itulah kita dapat mengenalnya, namun dunia tidak akan mengenalnya. Semakin kita mengenalnya, maka kita akan mengetahui bahwa Ia diam di dalam diri kita.
Kesimpulan
Dalam minggu memperingati hari raya pentakosta dan sekaligus memperingati pencurahan Roh Kudus dan berdirinya gereja ini, kita diajar untuk memahami keberadaan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, yang merupakan wujud atau Pribadi dari Allah dengan fungsi dan peran yang berbeda. Namun harus kita tetap ingat, hakekatnya Allah kita itu tetap satu, yakni Allah yang Esa, Allah dalam Tritunggal. Semua itu Dia lakukan hanya demi kasih-Nya kepada kita, agar kita dapat lepas dari dosa dan kuasa maut, ada Penolong agar kita lebih baik dan semakin berkenan kepada-Nya, untuk masuk dalam kerajaan-Nya yang penuh damai sejahtera dan kekekalan itu.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kita sekalian! Amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu (2) Hari Raya Pentakosta 8 Juni 2025
Khotbah Minggu (2) Hari Raya Pentakosta
HARI PENTAKOSTA (Kis. 2:1-21)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Pentakosta ini (dikenal juga sebagai hari pencurahan Roh Kudus dan hari lahirnya gereja) diambil dari Kis. 2:1-21. Nas ini memberitakan hari perayaan Pentakosta dan khotbah Rasul Petrus. Para murid Tuhan Yesus sedang berkumpul di lantai atas salah satu rumah. Mereka menantikan janji-Nya pasca kenaikan-Nya, kemudian melihat lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Mereka pun penuh dengan Roh Kudus, lalu mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (ayat 2-3).
Hari Pentakosta atau lima puluh hari setelah Paskah, di PL berarti hari peringatan umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir dan pemberian hukum Taurat kepada Musa. Hari itu juga dijadikan sebagai festival pengucapan syukur untuk musim panen gandum yang tiba. Ini hari sukacita, umat berkumpul di Yerusalem, mempersembahkan korban sajian kepada Tuhan yang datang dari segala penjuru (Im. 23:15; Bil. 28:26).
Tetapi dalam PB, Hari Pentakosta adalah lima puluh hari setelah kebangkitan-Nya, dan hari itu Tuhan Yesus menggenapi janji-Nya, Penolong yang lain yakni Roh Kudus tercurah dan para murid kemudian berkata-kata dalam bahasa lain yang justru dimengerti para jemaat yang hadir, yakni tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Ada yang menyindir dan mengatakan para murid mabuk anggur (ayat 13), itu biasa. Tak kenal maka tak sayang. Tak merasakan maka tak bersimpati.
Rasul Petrus kemudian mencoba menjelaskan peristiwa tersebut dengan mengutip kitab Yoel yang menulis, Roh Allah akan dicurahkan kepada manusia, para anak-anak bernubuat, taruna akan mendapat mimpi dan penglihatan. "Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu" (Yoel 2:28-32). Rasul Petrus kemudian mengkaitkannya dengan Tuhan Yesus dan datangnya akhir zaman, lantas menutup khotbahnya, berkata: "Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan" (ayat 21).
Mereka yang tadinya ketakutan ditinggalkan Tuhan Yesus, kemudian merasakan kuasa Roh Kudus telah bekerja sebagai Penolong dan Penghibur, dan kemudian mereka pun berani keluar memberitakan firman Tuhan Yesus. Khotbah panjang Petrus di ayat lanjutannya, menghasilkan 3.000 jiwa menerima Yesus dan dibaptis. Itulah dasar hari Pentakosta dijadikan hari lahirnya gereja, yakni terwujudnya hubungan baru orang-orang percaya dengan Tuhan Yesus.
Kita memperingati hari itu. Sebagai pribadi dan sebagai gereja, kita bersyukur, janji Tuhan telah digenapi dan Roh Kudus hadir bersama kita, selamanya. Tetapi perlu kita renungkan lebih dalam makna pencurahan Roh Kudus tersebut. Gereja hadir, kita percaya mukjizat terus terjadi, sebab kuasa Allah tidak terbatas, tetapi semua itu adalah alat. Pencurahan sejati itu mestinya seperti para murid, berwujud timbulnya semangat baru akan pekabaran Injil, menebarkan kasih anugerah, mengirim para penginjil untuk menjangkau dan menyelamatkan jiwa-jiwa baru yang menjadikan Yesus sebagai Juruselamat pribadi dan dunia. Bila itu tidak dilakukan, maka keberadaan kita dan sebagai gereja kita tidak lengkap. Perayaan menjadi kurang sempurna. Pentakosta adalah kuasa pekabaran, gereja untuk bersaksi meneruskan dan mewujudkan misi-Nya di dunia ini. Maka lakukanlah itu.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kita sekalian! Amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 1 Juni 2025
Kabar dari Bukit
NASIB AKHIR MANUSIA (Why. 22: 12-14, 16-17, 20-21)
“Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya” (Why. 22:12 TB2)
Setiap dosa akan mendapat hukuman dari Tuhan (Rm. 6:23). Agama lain dan pandangan filosofis secara umum juga meyakininya; setiap tindakan buruk pasti punya konsekuensi. Bedanya, doktrin kekristenan tidak langsung memperhitungkan perbuatan baik sebagai dasar mengurangi hukuman. Banyak hal yang menjadi pertimbangan Allah dalam menetapkan “keadilan” saat seseorang menghadapi pengadilan Tahta Kristus. Kekristenan lebih mempertimbangkan pemberian anugerah yang merupakan hak mutlak Allah (Ef. 2:8-9).
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Why. 22: 12-14, 16-17, 20-21. Tema nas terakhir Alkitab ini yakni pesan Tuhan Yesus akan segera datang (kembali), dan kita orang percaya diminta berharap dan berseru agar Ia segera datang: "Ya, Aku datang segera. Amin. Datanglah, Tuhan Yesus!” (ay. 20). Oleh karenanya dalam liturgi gereja kadang kita mengumandangkan Maranatha, Hosiana, selain Haleluya!
Dunia ini pasti berakhir, yang dapat dimengerti dari dua sudut pandang. Pertama, keseluruhan umat manusia, yakni "kiamat" besar. Bumi baru dan langit baru (Why. 21:1) akan hadir, meski bukan berarti pengertian planet kediaman baru, melainkan sebuah tatanan baru. Kekristenan mengimani Kristus akan memerintah sebagai Raja, Yang Pertama dan Yang Terkemudian (ay. 13). Pengertian ini juga sudah berlaku saat ini, ketika kita menjadikan Kristus sebagai Raja dalam hidup. Bagi kita yang sudah menjalaninya, kerajaan sorga telah dialami. "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm. 14:17).
Pengertian kedua, akhir dunia seseorang, tatkala ajalnya tiba. Ini "kiamat" kecil. Meski tubuh kembali menjadi debu tanah (Kej. 3:19), roh manusia hidup dan kembali ke Pencipta. Alkitab berkata, "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Rm. 14:12). Inilah pembalasan yang disebut ayat 12, dapat bersifat negatif yakni hukuman, dan bersifat positip yakni upah. "Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman (Rm. 2:6b-8). Dan hukuman bukanlah pelampiasan murka Allah, melainkan menegakkan keadilan demi melindungi ciptaan dan kasih-Nya kepada yang setia.
Nas minggu ini mengingatkan agar setiap orang bertobat, membasuh jubahnya. Yang melakukannya akan memperoleh hak atas pohon kehidupan dan masuk lewat pintu gerbang (ay. 14). Namun bagi yang tidak mau bertobat, yakni "anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar," tidak memperoleh upah mahkota kehidupan (ay. 15; bdk. Yak. 1:12; Why. 2:10). Setiap pengikut Kristus mesti memberitakan hal ini, mengajak setiap orang bertobat, dan berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, .... hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!" (ay. 17).
Kini pilihan nasib akhir ada pada kita sendiri. Sia-sia menunggu akhir zaman; hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam (1Tes. 5:2; Mat. 24:42-44). Jangan menjadi gadis yang bodoh melainkan gadis bijaksana yang menyalakan pelita dan membawa minyak dalam buli-buli mereka (Mat. 25:1-13). Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar (Mat. 11:15).
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin (ay. 21).
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu (3) Hari Raya Pentakosta
Khotbah Minggu (3) Hari Raya Pentakosta
PERPECAHAN ORGANISASI (Kej. 11:1-9)
“Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka,
sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing” (Kej. 11:7)
Saudaraku dalam kasih Yesus Kristus.
Di perkumpulan orang Batak dan juga di masyarakat, agak sering kita mendengar “perpecahan”. Suatu organisasi dan tadinya berjalan bagus, tetapi kemudian muncul lagi organisasi serupa dengan pengurus yang berbeda. Ini biasa terlihat pada perkumpulan marga-marga, atau sub-marga, dan sering mengejutkan hati dan menguras pikiran.
Minggu ini adalah hari raya Pentakosta atau disebut juga dengan Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja. Firman Tuhan di Minggu hari ini dari Kej. 11:1-9. Ini cerita Menara Babel, yang pasti pernah kita dengar. Awalnya, manusia satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya (ay. 6a). Tetapi kemudian manusia bersepakat dan berkata: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi" (ay. 4)
Melihat hal ini, Tuhan mengambil sikap: “Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing" (ay. 6b-7). “Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel” (ay. 8b-9).
Kembali ke masalah “perpecahan” dalam perkumpulan atau organisasi, mengapa hal itu terjadi? Apakah itu hal baik atau selalu buruk dan negatif?
Ada falsafah budaya orang Batak adalah Dalihan Na Tolu (Tungku Berkaki Tiga), yakni hubungan tripartit Dongan Tubu (rekan semarga), Hula-hula (marga istri dan ibu) dan Boru (perempuan yang semarga dengan laki-laki). Prinsip utama tiga tungku ini, bersikap hormat kepada hula-hula, bersikap kasih mengayomi kepada boru, dan bersikap kasih menghargai kepada dongan tubu. Jadi dalam keseharian atau acara/ritual, seseorang bisa menjadi hula-hula yang dihormati, tapi kadang dia menjadi boru bila bertemu semarga dengan istri/ibunya. Prinsip ini membuat kesetaraan, egaliter, sebagaimana tiga tungku memiliki peran dan kedudukan yang sama.
Menurut Dr. Andar Lumbantobing dalam bukunya Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak (BPK Gunung Mulia, 1996), orang Batak memiliki sifat-sifat keprajuritan yang gemar berkelahi, pertikaian kelompok; meski orang Batak bukanlah pendendam. Maka selain kesetaraan tadi, hal ini mendorong persaingan yang tinggi. Selain itu, orang Batak juga menghargai sahala ni tohonan (wibawa jabatan), kehormatan yang sering dikejar sebagai tujuan hidup, sebagaimana hasangapon dalam konsep 3H (hamoraon = kekayaan, hagabean = beranak laki-laki dan perempuan, dan hasangapon = kehormatan, kemuliaan); sesuai lagu Batak berjudul Marragam-ragam (Beraneka-ragam) yang sangat populer.
Oleh karena itu terjadinya “perpecahan” organisasi, tidak perlu kita melihatnya sebagai hal selalu negatif. Memang disayangkan, tapi tidak perlu ditangisi. Sebagaimana pada gereja juga terjadi “perpecahan” sejak awal hingga saat ini, ternyata memberi dampak positif, sepanjang dasar berpisah dan kemandiriannya adalah untuk dapat lebih baik dan optimal melayani Tuhan dan sesama. Kita bisa membayangkan, seandainya gereja-gereja tetap dalam satu wadah denominasi, maka tidak akan terjadi pertumbuhan umat Kristiani seperti saat ini.
Hal yang perlu kita pelajari dan cermati, ketika berpisah dan mandiri, maka pelayanan kepada anggota perkumpulan haruslah lebih baik. Jangan juga seperti Menara Babel, motif mendirikannya untuk mencari nama (ay. 4); ingin sahala, kehormatan jabatan, namun manfaat dan pelayanannya bagi anggota tidak lebih baik. Apalagi, jika motif untuk berpisah didasari sifat yang disingkat TEL (Teal=sombong, Elat=irihati, Late=dengki dan merusak); tentu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita semakin berkarya bagi sesama dipimpin Roh Kudus yang tercurah hari ini.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kita sekalian! Amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu VII Paskah - 1 Juni 2025
Khotbah Minggu VII Paskah – 1 Juni 2025
SUPAYA SEMUA MENJADI SATU (Yoh 17:20-26)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 16:16-34; Mzm 97
Pendahuluan
Ini adalah doa Tuhan Yesus sebelum penyaliban-Nya. Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya dan juga bagi dunia. Tuhan Yesus pada masa akhir pelayanan-Nya berdoa bagi kesatuan umat percaya dan gereja-gereja, menandakan betapa hal ini merupakan pokok yang penting bagi kita semua. Kita memang kadang kala melihat orang percaya terpisah, saling membenci dan gereja sering terpecah karena alasan yang sepele atau bahkan karena perebutan aset atau harta duniawi. Ini jelas mendukakan Allah kita. Tuhan Yesus juga berdoa bagi kesatuan orang percaya dan gereja karena Roh Kudus siap bekerja untuk mempersatukan kita. Dari nats minggu ini kita diberikan pencerahan sebagai berikut.
Pertama: Yesus berdoa bagi kita semua (ayat 20)
Tuhan Yesus berdoa karena berada dalam pergumulan yang berat. Kalimat yang panjang dari Tuhan Yesus dalam doa-Nya mengungkapkan makna yang dalam. Ada perasaan galau dan sedih sebab Tuhan Yesus telah melihat kecendrungan murid-murid dan pengikut untuk berselisih dan terpecah-pecah. Egoisme dalam diri manusia membuat kasih bisa dikesampingkan, malah memicu pertikaian yang membawa kepada dosa. Hal itu sudah terlihat sejak percakapan tentang siapa yang lebih besar di antara murid-murid. Pasa masa para rasul juga keadaan itu tampak, ketika Paulus "berselisih" dengan Barnabas tentang Markus (Kis 15:35-41). Ada juga perselisihan antara Paulus dengan Petrus dan kawan-kawannya (Gal 2:7-14).
Perselisihan dan pertentangan juga terjadi pada sejarah gereja. Sejak awal terbentuknya gereja bahkan sebelum dikanonkannya Alkitab, perselisihan itu sudah mulai tampak, seperti dalam hal pemahaman ke-Allah-an Yesus dan juga soal baptisan. Saat itu bahkan sudah ada hukuman “kutuk” bahkan hukuman mati apabila terjadi perbedaan pendapat. Demikian juga setelah dikanonkannya Alkitab, perselisihan besar dimulai antara gereja Barat (Khatolik) dengan gereja Timur (Orthodox). Perpecahan besar (schism, skisma) terjadi lagi ketika protestanisme dideklarasikan yang diawali oleh protes Martin Luther, yang menjadikan umat Katholik dan Protestan menjadi terbagi dua. Hal ini terus berlanjut ke masa kini ketika umat protestan dipicu lagi oleh pemikiran dan aliran pentakosta dan pentakosta baru dan berpisah dari pemikiran main stream. Kita belum tahu bagaimana arah ke depannya dan semoga tidak sering terjadi dan tidak bertambah buruk.
Memang ada hal yang positip dari perselisihan dan perpecahan tersebut. Pada waktu masa rasul, mereka dengan berpikir positip mengambil jalan masing-masing. Sebagaimana Paulus dan Barnabas serta Petrus, mereka mengambil jalan penginjilan yang berbeda targetnya. Mareka semakin dewasa dan tetap saling menghormati (1Kor 9:6; 2Tim 4:11). Hal ini juga terjadi pada tubuh gereja, yakni dengan semakin banyak denominasi maka semangat untuk melayani dan menginjili dunia juga semakin besar. Kita harus bisa mengambil sisi positip dari perbedaan dan perselisihan, sepanjang itu bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok dan meninggikan dan membesarkan nama manusia. Alkitab berkata, "biarlah saya menjadi kecil dan Engkau yang menjadi besar". Untuk itulah Yesus berdoa bagi para murid dan juga bagi kita supaya kita hidup dalam kasih, bersatu dengan Dia dan bersatu dengan sesama.
Kedua: Yesus menginginkan kita menjadi satu (ayat 21-22)
Yesus berdoa untuk kesatuan hati, pikiran, dan kehendak agar kita dapat secara bersama-sama mengabdi sungguh-sungguh kepada-Nya. Kesatuan yang diminta Tuhan Yesus bukan dalam pengertian segi administrasi dan organisasi, akan tetapi yang lebih utama adalah dalam kesatuan kasih, kesatuan rohani yang berlandaskan Kristus (Yoh 17:23), dan kesatuan satu misi bagi dunia. Sebuah analisis mengatakan pengertian menjadi "satu" (dalam terjemahan bahasa Indonesia), dimaksudkan adalah "satu adanya", yang dalam bahasa Yunani lebih menekankan tindakan yang berkesinambungan, terus-menerus, dan kesatuan yang berlandaskan kesamaan dalam hubungan.
Allah menciptakan perbedaan, keragaman dan pluralisme (Kis 10:34-35). Perbedaan membentuk mosaik yang artistik. Warna-warna adalah keindahan. Tetapi perbedaan yang indah adalah perbedaan yang diikat oleh kasih, disatukan oleh tujuan untuk kasih kepada Allah dan sesama, serta bertujuan meninggikan dan memuliakan Allah. Perbedaan dan keragaman dibuat oleh Allah bukan untuk pemicu konflik atau pertentangan yang menjurus kepada cacian dan kekerasan. Perbedaan haruslah sebagai proses pembauran tesis dan antitesis yang menghasilkan sintesis.
Namun pada dasarnya Allah tidak menginginkan perpecahan di dalam gereja (1Kor 11:2-16). Umat percaya dan gereja harus berusaha tetap dalam satu visi, satu misi, satu baptisan dan satu tujuan. Allah apabila perlu dapat melihat waktu dan cara terjadinya perbedaan, bukan dengan jalan pikiran manusia sendiri. Ini mungkin yang terjadi pada zaman Perjanjian Lama, bahwa Allah menciptakan perbedaan yang baik untuk manusia (Kel 34:28-35). Apa yang terjadi dalam sejarah gereja itu pasti ada dalam kehendak Allah, seperti perpisahan umat protestan dan umat khatolik, sebab saat itu gereja Khatolik memang telah menyimpang dari ajaran gereja yang benar. Akhirnya semua diluruskan dan kita melihat buah positipnya. Oleh karena itu jangan dengan mudah mencari justifikasi atau pembenaran bahwa perbedaan dan perpecahan adalah baik adanya, melainkan Allah tetap menginginkan kita bersatu.
Ketiga: Yesus di dalam kita untuk membuat kita sempurna (ayat 23-24)
Inilah yang menjadi tantangan kita saat ini. Sebab jika melihat kenyataan yang ada di sekitar kita, baik pada tingkat lokal, kelompok, suku, bangsa, dan bahkan gereja, perselisihan dan perpecahan mudah terjadi. Amuk massa bahkan kini menjadi tontonan rutin di TV. Kita agak miris melihat semua itu. Kesatuan hati dan tujuan seolah-olah menjadi sesuatu yang sulit dicapai dan perbedaan tidak dilihat sebagai bunga-bunga kehidupan. Orang Kristen dan gereja harus menjadi teladan dalam situasi yang demikian itu. Jangan menjadi contoh yang buruk, atau bahkan menjadi provokator yang membuat damai sejahtera dan kedamaian tidak tercipta.
Luk 6:13-16 menceritakan para murid mampu bekerja sama walau mereka berbeda-beda dan inilah yang diinginkan Yesus bagi kita. Falsafah bangsa kita Bhineka Tunggal Ika juga bisa dijadikan pegangan; berbeda-beda tetapi tetap satu dalam ikatan negara kesatuan RI. Ut Omnes Unum Sint, supaya semua menjadi satu. Umat percaya dan gereja-gereja berbeda sekaligus bersatu dalam semangat saling mengasihi dan mengasihi dunia, mengasihi mereka yang belum mengenal Dia. Allah mempercayai Yesus melalui pencobaan di gurun dan Yesus percaya kepada Allah, dan Dia juga percaya kepada manusia untuk memberikan yang terbaik bagi kesatuan dan persatuan, sepanjang ada kemauan. Itu telah diperlihatkan para murid.
Di dalam kesatuan gereja misalnya, kita tidak perlu beribadat dengan cara dan pola yang sama. Kita tidak perlu mempertentangkan liturgi, cara berdoa, pengakuan iman mana yang terbaik, urutan lagu, dan sebagainya. Kalau kita melihat gereja mula-mula juga demikian. Mereka menemukan jalan bagaimana mereka menyelesaikan perbedaan yang terjadi (Kis 15:31). Harus ada pemikiran dan prinsip bahwa yang lebih utama adalah kesatuan kita dan itu menjadi buku yang terbuka dan mudah dibaca oleh banyak orang. Kita dilihat orang lain diikat oleh satu iman, satu baptisan, satu pengharapan dan satu kasih. Adanya perbedaan tidak perlu membuat kita kecewa dan menimbulkan rasa sakit (Rm 14:1-2; 1Kor 1:10-11). Mari kita anggap itu sebagai hal yang wajar. Jadi yang lebih diutamakan adalah bagaimana memperlihatkan Tuhan Yesus telah bekerja dalam diri kita dan membuktikan bahwa Yesus juga bekerja dalam tubuh gereja dan menjadikan kita sempurna.
Keempat: Mengenal Bapa melalui kasih-Nya (ayat 25-26)
Yesus mendapat kemuliaan dari Bapa dan Ia ingin memberikan kemuliaan itu kepada kita orang percaya. Kemuliaan yang diberikan oleh Bapa kepada Yesus melalui salib, maka kemuliaan bagi kita hanyalah apabila kita juga memikul salib yang diberikan kepada kita dan menerimanya dengan rendah hati (Flp 2:2-11). Tetapi itu semua dilakukan oleh Allah Bapa karena kasih-Nya kepada Yesus dan kasih-Nya kepada kita. Melalui jalan penderitaan dan pengorbanan itu kemuliaan diberikan-Nya.
Hal itu juga sama dengan kita orang percaya. Kemuliaan yang bisa kita dapatkan jika orang dapat melihat dan persaksikan apa yang kita lakukan, yakni kita bersedia berkorban dan menderita demi persatuan dan kesatuan itu. Berusaha untuk selalu menang dan mendapatkan keuntungan dari setiap situasi pasti menyulitkan untuk terjadinya kesatuan. Dan orang juga bisa melihat bahwa kita melakukannya bukan karena kehebatan diri kita, tetapi semata-mata karena kasih Allah kepada kita yang kemudian kita wujudkan bagi orang lain. Kerendahan hati, penyangkalan diri, dan kesediaan untuk menderita bagi Tuhan Yesus menjadikan persatuan orang percaya dan gereja serta akan membawa kepada kemuliaan sejati bagi gereja dan Tuhan kita.
Disini perlu ada kepatuhan kepada Bapa. Perlu ada penyerahan diri bahwa melalui jalan yang kita tempuh Allah bekerja untuk menjadikannya lebih baik dan itulah yang diminta dari kita. Allah akan meminta seberapa besar kita sudah memberi andil dalam kesatuan kasih itu; baik melalui doa, menghindari hujatan dan gosip, menghindari kubu-kubuan, mendukung gerakan oikoumene dan kebersamaan, dan meninggikan Kristus sebagai Kepala Gereja. Itulah harusnya menjadi sukacita kita dan sukacita kita saat ini hanya pembuka sukacita yang lebih besar kelak di sorga.
Mari kita nyanyikan PKJ 118, “Agar Semua Orang Percaya” ayat 1 yang berlirik demikian: “Agar semua orang percaya, menjadi satu di dalam Bapa, seperti Yesus di dalam Bapa, seperti Bapa di dalam Yesus; Itulah doa Tuhanku Yesus, agar bahagia orang percaya, Itulah doa yang sangat tulus, agar bahagia orang percaya”.
Kesimpulan
Minggu ini kita dingatkan tentang pentingnya kesatuan dan persatuan dalam kehidupan orang percaya dan juga di dalam tubuh gereja. Yesus telah berdoa bagi kita dan Roh Kudus siap untuk berkarya bagi kita untuk kemuliaan Yesus dan Allah Bapa. Kita harus memperlihatkan bahwa Yesus ada dalam hidup kita dan mampu membuat kita menjadi sempurna. Kasih Bapa telah dinyatakan-Nya melalui Yesus dan melalui jalan penderitaan dan kasih Bapa itulah yang kita perlihatkan pada dunia, dengan kerelaan kita berkorban untuk mewujudkan kita memang mampu bersatu dan Ut Omnes Unum Sint, supaya semua menjadi satu.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025Khotbah Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025 TUAIAN...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025Khotbah (2) Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025 IMAN...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025Khotbah (3) Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025 TABUR...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 24 guests and no members online