2025
2025
Khotbah Minggu XI Setelah Pentakosta - 24 Agustus 2025
Khotbah Minggu 24 Agustus 2025 – Minggu XI Setelah Pentakosta
BERSUKACITA KARENA PERKARA MULIA (Luk. 13:10-17)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Ibr. 12:18-29; Yer. 1:4-10 atau Yes. 58:9b-14; Mzm. 71:1-6 atau Mzm. 103:1-8
Pendahuluan
Tuhan Yesus kembali mengajar di sinagoge. Rumah ibadat Yahudi ini biasanya dipimpin oleh seorang kepala.. Pada saat mengajar itu, ada seorang perempuan yang sakit punggung selama 18 tahun sehingga tidak dapat berdiri tegak. Sungguh penderitaan yang menyiksa. Atas dasar belas kasihan, Tuhan Yesus menyembuhkan sakitnya. Namun, kepala rumah ibadat mencelanya karena melakukan penyembuhan di hari Sabat. Mereka ini terus berusaha untuk menguji dan menjebak Yesus agar dapat menyingkirkan-Nya Itulah yang menjadi pokok kisah firman bagi kita minggu ini. Dari bacaan tersebut, kita memperoleh pengajaran hidup sebagai berikut.
Pertama: Yesus yang penuh kuasa (ayat 10-13)
Perjalanan Tuhan Yesus dalam mengabarkan jalan baru keselamatan kepada umat Yahudi bukanlah pekerjaan mudah. Mereka telah hidup selama ribuan tahun dengan iman kepercayaan kepada Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub yang membebaskan mereka dari berbagai ancaman. Untuk itu mereka berusaha berpegang teguh kepada aturan-aturan tertulis dalam kitab perjanjian lama. Itu bukan sesuatu yang buruk. Namun oleh para imam dan ahli-ahli kitab Taurat, firman PL ini ditambah dengan aturan-aturan yang lebih rinci sehingga justru kehilangan maknanya. Penafsiran dalam praktek kehidupan oleh para imam dan ahli kitab itulah yang sering menjadi masalah. Para ahli kitab PL ini tidak lagi memperdulikan hakekat hubungan hakiki Allah dengan manusia yakni KASIH, melainkan lebih mementingkan penafsiran yang lebih menguntungkan bagi diri mereka sendiri.
Allah Bapa menyadari hal itu yakni kebenaran firman saja tidak cukup untuk melunakkan hati mereka. Para ahli kitab PL juga cukup ahli berdebat dan berusaha menjebak Yesus dengan berbagai pertanyaan agar orang-orang tidak percaya kepada-Nya. Kelahiran Tuhan Yesus yang sungguh ajaib tidak dapat meyakinkan mereka bahwa Ia adalah utusan Allah Bapa dengan penawaran perjanjian baru. Maka pilihan Allah adalah Yesus diberi kuasa istimewa yang tidak dimiliki oleh banyak nabi-nabi sebelumnya, untuk memperlihatkan bahwa Ia adalah Anak Allah yang memiliki kuasa sebagaimana Allah Bapa memiliki-Nya.
Inilah yang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus ketika seorang perempuan yang menderita selama 18 tahun ikut hadir dalam pengajaran-Nya. Perempuan itu sebagaimana dalam tradisi Yahudi mungkin duduk di belakang, namun Tuhan Yesus dengan rasa kasih melihatnya menderita dan memanggilnya. Kemudian hanya dengan kata dan tumpang tangan di atas punggung yang bengkok itu, perempuan itu lantas berdiri tegak sehat. Sungguh kuasa yang dahsyat yang diberikan oleh Tuhan kita, untuk meneguhkan bahwa Ia adalah Anak Allah dan kuasa-Nya itu terus hadir bersama kita saat ini. Sebagaimana perempuan itu yang langsung memuliakan Allah, demikian jugalah kitanya kita dalam menerima berkat kasih-Nya.
Kedua: jangan munafik (ayat 14-15)
Tuhan Yesus sendiri tidak pertama kali melakukan penyembuhan dalam hari Sabat dalam kisah ini. Alkitab mencatat ada tujuh kali Ia melakukan mujizat di hari Sabat, yakni:
1. Yesus mengusir roh jahat yang merasuki seseorang (Mrk. 1:21-28).
2. Yesus menyembuhkan mertua Petrus (Mrk. 1:29-31)
3. Yesus menyembuhkan orang mati sebelah tangannya (Mrk. 3:1-6)
4. Yesus menyembuhkan orang lumpuh di kolam Bethesda (Yoh. 5:1-18)
5. Yesus menyembuhkan orang yang lahir buta (Yoh. 9:1-12)
6. Yesus memulihkan wanita yang bungkuk (Luk. 13:10-17) sesuai nats ini.
7. Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung air (Luk. 14:1-6)
Kepala rumah ibadat itu takut dan marah karena Yesus memperlihatkan kuasa-Nya sehingga semakin banyak orang percaya kepada-Nya. Ia juga menyalahkan Yesus atas perbuatan-Nya itu. Dalam sudut pandangannya, Yesus telah melakukan “pekerjaan” di hari suci itu dengan menyembuhkan. Ia mencela dengan berfikir bahwa itu sama dengan pekerjaan profesi tabib atau dokter, yang jelas dilarang dilakukan pada hari Sabat. Akan tetapi Tuhan Yesus memandang kepala rumah ibadat ini munafik. Yesus menjawab bahwa mereka juga melepaskan lembu dan hewan peliharaannya untuk minum di hari Sabat, dan itu adalah pekerjaan, serta melepaskan hewan tersebut dari kehausan dan penderitaan. Maka, jika kepada ternak saja mereka memberi perhatian pada hari Sabat, bukankah sesama mereka jauh lebih layak seperti wanita ini mendapatkan setelah 18 tahun menderita?
Sikap munafik kepala rumah ibadat ini yang dicela Yesus. Mereka mengutamakan penafsiran hukum yang kaku dengan mengabaikan kasih kepada sesama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, munafik dijelaskan sebagai bermuka dua, suka mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; berpura-pura setia tetapi sebenarnya hatinya tidak demikian. Mereka seolah-olah mengutamakan kasih kepada Allah tetapi justru mengabaikan penderitaan orang lain. Padahal, kasih harus lebih besar dari aturan yang dibuat manusia. Penderitaan harus dikalahkan melalui kasih. Pertolongan harus diberikan tanpa harus melalui mekanisme persetujuan sistem dalam kelompok atau gereja. Kasih harus di atas segalanya. Jangan menunda esok sementara seseorang butuh pertolongan untuk lepas dari penderitaannya. Kita harus jujur dan jangan bersikap mendua atau munafik dalam melaksanakan kasih.
Ketiga: hari Sabat untuk siapa? (ayat 16)
Di zaman modern ini jenis penyakit semakin bertambah. Sebagian berasal dari pengetahuan manusia yang terus berkembang dan “menemukan” penyakit baru, akan tetapi sebagian besar akibat polusi alam dan pola hidup manusia yang tidak sehat: melalui makanan, kemalasan beraktifitas fisik, merokok dan lainnya. Hal ini merupakan pekerjaan setan yang semakin giat. Kita bisa katakan bahwa semua penyakit memang sumber awalnya adalah setan, yang dalam ayat 16 ini disebut dengan diikat oleh Iblis, termasuk keisengan setan untuk menguji anak-anak Tuhan (band. Kisah Ayub). Dari bacaan kita ini juga diperlihatkan bahwa penderitaan seseorang dapat terjadi dan berkepanjangan karena kesalahan sistem yang dibuat manusia, dan itu jelas bukan kehendak Allah.
Dunia modern juga memang membuat kita kurang peka terhadap penderitaan orang lain. Individualisme yang dibumbui dengan kebebasan media dalam mempertontonkan penindasan dan tindak kekerasan membuat kita semakin kebal atau immune atas penderitaan orang lain, seolah menganggap itu adalah sesuatu yang “biasa-biasa” saja. Tapi perlu diingatkan, kekristenan menempatkan individu di atas sistem yang tidak mengutamakan kasih. Individu harus memiliki tempat yang istimewa dalam sistim kemasyarakatan. Sistem yang kurang demokratis memang cenderung mematikan individu dengan segala dinamika perbedaannya, termasuk kadang kala muncul dalam kehidupan gereja. Sistem lebih menyukai aturan daripada kasih. Etika dan prosedur menjadi lebih utama dibandingkan urgensi pertolongan. Menjadi tragis dan berbahaya apabila masyarakat, negara, atau gereja kemudian terbelenggu oleh sistem yang demikian.
Di hadapan Allah, seorang manusia atau sebuah nama bukan hanya bagian dari angka statistik. Situasi ini bisa kita lihat ketika seseorang mau percaya tetapi tidak ada hamba Tuhan yang mau melayani untuk membaptis, padahal orang tersebut dalam keadaan sakit kritis. Atau seorang anak bayi yang belum dibaptis tapi sakit kritis? Akankah kita berdebat bahwa dalam kedua situasi itu harus pendeta yang membaptis? Oleh karena itu Yesus berkata: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (Mrk 2:27-28). Sabat, sistem, aturan dan etika, dibuat bertujuan untuk melepaskan penderitaan. Sabat justru merupakan hari yang tepat untuk melepaskan ikatan dari yang jahat sekaligus menyatakan kehadiran kuasa Allah yang membebaskan. Dalam hal ini, perempuan itu telah menerimanya dengan sukacita.
Keempat: semua bersukacita karena perkara mulia (ayat 17)
Setiap penampakan karya Allah berupa pembebasan dari penderitaan seharusnya disambut dengan sukacita. Hal itu menandakan bahwa Allah terus peduli pada anak-anak-Nya dan ingin memberikan kelepasan penderitaan duniawi dan akhir zaman bagi yang rindu mendapatkannya. Perempuan itu memperlihatkannya yakni dalam keadaan sakit 18 tahun masih tetap ikut dalam pengajaran di sinagoga dan ingin mendengar perkataan Tuhan Yesus. Akan tetapi sebaliknya yang terjadi pada kepala rumah ibadat itu. Ia justru tidak melihat karya Yesus sebagai mukjizat dan bersukacita atas penyembuhan yang terjadi, malah memakai hal itu sebagai alat untuk menjatuhkan-Nya.
Hal seperti ini perlu kita hindari. Janganlah tidak percaya akan karya mukjizat Tuhan Yesus yang terus bekerja sampai dengan saat ini, apalagi mencoba menghalanginya. Karya dan kasih Allah akan nyata dan senantiasa tampak bagi mereka yang terus rindu akan jamahan-Nya. Tidak ada seorang pun atau kuasa lain yang bisa menghalanginya. Kita tidak perlu berputus asa akan penyakit atau permasalahan yang kita hadapi saat ini, sebab Ia adalah Tabib Agung kita. Meski penderitaan masih membelenggu dalam kehidupan, janganlah berputus asa sebab campur tangan Allah masih terbuka dan nyata bila kita berserah kepada-Nya.
Justru kita diminta menjadi anak-anak-Nya yang terus bercahaya bagi kegelapan orang lain. Kerajaan-Nya harus diperluas dan ditinggikan, sehingga semakin banyak yang masuk dan merasakannya melalui Pribadi Yesus. Pertolongan atau pemberian kelepasan yang cepat bagi yang membutuhkan tanpa menunggu prosedur kelembagaan bukanlah suatu yang buruk. Ada peribahasa latin mengatakan bahwa mereka akan mendapatkan dua kali lipat bagi yang memberikan lebih cepat. Jangan kita menjadi serupa dengan kepala rumah ibadat itu, yang akhirnya menanggung malu, sementara banyak orang yang melihat karya Allah bersuka cita. Marilah kita terus melakukan perkara-perkara yang mulia sebagaimana dilakukan oleh Kristus bagi perempuan itu.
Kesimpulan
Minggu ini kita dikuatkan kembali dengan kenyataan bahwa Allah kita masih terus bekerja dan berkarya bagi anak-anak-Nya yang rindu dengan jamahan-Nya. Ia tetap memberikan kelepasan sepanjang kita ekspresikan kerinduan kita dengan datang kepada-Nya. Jangan kita menjadi munafik melainkan kita diminta agar tetap peduli terhadap kebutuhan orang lain, bukan memanfaatkan demi kepentingan kita. Sikap yang terlalu mengutamakan ritual dan prosedur dan menghalangi hakekat kasih dan perbuatan nyata tidak akan membantu menghadirkan kerajaan Allah di sekitar kita. Mari terus berkarya dengan meluruskan semua yang bengkok dan bungkuk. Kita terus berkarya sehingga semakin banyak yang bersuka cita karena perkara-perkara mulia telah dinyatakan melalui kehidupan kita.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu XI Setelah Pentakosta - 24 Agustus 2025
Khotbah (2) Minggu 24 Agustus 2025 – Minggu XI Setelah Pentakosta
JALAN HIDUP (Yer. 1:4-10)
“Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam” (Yer. 1:10)
Salam dalam kasih Kristus.
Diri kita saat ini berasal dari hari kemarin, bahkan dari dulu-dulu. Sebuah jalan yang panjang. Dan iman kita mengajarkan bahwa perjalanan hidup manusia ditentukan oleh Tuhan Yesus. Ada rencana indah-Nya ketika kita hadir berada di dunia ini, dan akan berhasil mengikutinya dengan berupaya taat menjalani perintah-Nya sesuai Alkitab dan suara hati yang murni.
Selain ada yang berhasil dan hebat dipakai-Nya, tentu ada yang gagal dan rencana Tuhan dalam hidup mereka berantakan. Ini disebabkan karena tidak mau mendekatkan diri dan mendengar suara Tuhan; memilih lebih mengikut suara sekitar dan diri sendiri serta kedagingan. Roh manusia yang memiliki kehendak, pikiran, emosi, dan nafsu, lebih dominan diikuti. Ini tidak terlepas dari manusia tetap memiliki kehendak bebas (freewill), yang di kalangan teolog kuat perdebatannya. Martin Luther bahkan mengatakan, kehendak bebas adalah omong kosong. Semua adalah kedaulatan Tuhan.
Firman Tuhan bagi kita di Minggu yang berbahagia ini dari Yer. 1:4-10. Ini kisah panggilan Tuhan kepada Nabi Yeremia. Dari nas tersebut, kita tahu riwayat nabi Yeremia telah dipersiapkan oleh-Nya: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa" (ay. 5). Hal yang sama ada pada pengakuan Raja Daud, bahwa Tuhan “membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku” (Mzm. 139:13). Artinya, awal jalan hidup manusia telah ada campur tangan Tuhan.
Namun Alkitab juga mengajarkan, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi jalan hidup seseorang yakni dari keturunan, bukan saja perihal genetika kepintaran atau sisi emosional semata, tetapi juga dosa asal yang terbawa-bawa dari perbuatan orangtua dan nenek moyang. Soal dosa asal ini, memang terjadi pendapat berbeda meski tidak jauh hakikatnya: Dosa asal adalah kecenderungan atau natur berdosa (Mzm. 51:5), tetapi juga “kutuk” hukuman dari pendahulu sebagaimana Tuhan sampaikan melalui hukum Taurat kedua: “membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku” (Kel. 20:5).
Tentu kita tidak mengabaikan roh jahat atau iblis si penggoda, sebagaimana kisah jatuhnya Hawa yang membawa manusia ke dalam dosa dan terlempar dari Taman Eden. Dunia ini memang penuh tawaran, tetapi pikiran manusia tetaplah yang menentukan; dan melalui pertolongan Roh Kudus, kita dapat dituntun untuk tidak jatuh ke dalam jerat iblis yang kesudahannya adalah buruk, jahat dan penderitaan.
Oleh karena itu, jalan hidup manusia ditentukan oleh keempat faktor tersebut. Pertama, rencana Tuhan dan sekaligus kedaulatan-Nya; kedaulatan dapat diartikan juga sebagai pemeliharaan-Nya. Kedua, ada dosa asal dan natur berdosa yang ikut mempengaruhi. Faktor ketiga, yakni kemampuan diri sendiri, roh kehendak bebas tadi, dalam wujud kendali dan kemauan serta ketaatan dalam memahami keberadaan di dunia, pengakuan sebagai ciptaan Tuhan dengan misi khusus di dunia. Terakhir, waspadai keberadaan iblis si penggoda.
Alkitab dipenuhi pegangan dan nasihat agar manusia membentuk dirinya dengan rajin dan bertekun (Ams. 6:6-8; 12:24; Pkh. 11:6), bekerja keras (Ef. 4:28; 2Tes. 3:7-8), cerdik, berhikmat dan cerdas (Mat. 10:16; Ams. 1:7; 22:29). Kekuatan roh manusia untuk membawa dirinya lebih baik dan lebih tinggi sesuai dengan kemampuan (level of competence) dirinya.
Kini, dimana kita berada? Akankah kita sama seperti nabi Yeremia yang mengikuti rencana indah Tuhan? Untuk itu tidak perlu takut, sebab bila ada kelemahan atau kekurangan yang kita rasakan, seperti nabi Yeremia merasa tidak pandai berbicara dan masih muda, Yeremia meminta pertolongan Tuhan untuk menutupi dan memulihkannya (ay. 6-9). Dosa asal pun, mari kita bereskan kepada Tuhan yang Mahabaik, dengan mengakui, mohon pengampunan dan bertobat.
Keempat faktor atau kekuatan itu akan terus saling tarik-menarik, membentuk jalan hidup kita. Satu atau dua faktor boleh lebih menentukan, tetapi tidak dapat mengabaikan faktor lainnya. Kitalah yang memilih, menentukan, kekuatan mana yang akan lebih kita ikuti dan kembangkan dalam menjalani hidup kita ke depan. Setiap piihan tentu membawa buah konsekuensi. Janganlah salah dan menyesalinya kelak, sebab tidak lagi berguna. Tidak ada istilah terlambat, apalagi demi anak cucu kita, agar diberkati dan terus menjadi berkat; sebuah kerinduan seperti ayat pembuka di atas.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 17 Agustus 2025
Kabar dari Bukit
FIRMAN JERAMI TANPA GIZI (Yer. 23:23-29)
”Nabi yang mendapat mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang mendapat firman-Ku, biarlah menyampaikan firman-Ku itu dengan benar! Apakah hubungannya antara jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN” (Yer. 23:28)
Ada banyak alasan orang percaya datang beribadah di hari Minggu. Selain untuk memuji dan memuliakan Tuhan serta merayakan hari yang kudus, umumnya mereka ingin mendapatkan berkat dari pemberitaan firman Tuhan. Jemaat membutuhkan pengajaran, tuntunan dan kekuatan rohani yang baru. Namun tidak jarang jemaat pulang dengan perasaan bingung dan bimbang, apakah firman yang disampaikan itu merupakan kebenaran dari Allah?
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Yer. 23:23-29. Ada tiga hal yang disampaikan: pertama, Allah Omnipresen atau Mahahadir, dekat dengan kita sehingga tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. “Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN” (ay. 23-24b). Hal kedua, adanya nabi-nabi atau pemberita firman palsu; dan ketiga, perlunya menguji firman yang disampaikan.
Menurut latar belakang nas ini, saat itu banyak nabi-nabi yang bernubuat palsu demi nama-Nya dengan mengatakan: aku telah bermimpi, aku telah bermimpi! (ay. 25). Mereka sebenarnya “menubuatkan tipu muslihat hatinya sendiri, yang merancang untuk membuat umat-Ku melupakan nama-Ku” (ay. 26-27). Dengan tipuan, mereka bertujuan untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri.
Demikian juga saat ini, tidak jarang pemberita firman atau pendeta senang mengkhotbahkan perbedaan doktrin yang sebenarnya perbedaan tafsiran semata. Kita ambil contoh tentang baptisan percik atau selam. Ada yang memberi tafsiran bahwa tanpa baptisan selam maka itu tidak sah dan tidak memenuhi syarat untuk masuk sorga. Demikian juga ibadah yang mengumbar mukjizat dan janji muluk.
Penafsiran tertentu boleh-boleh saja sepanjang dalam konteks gereja lokal, aturan gereja tersebut, bukan dalam pengertian kebenaran mutlak. Firman baiknya disampaikan untuk menguatkan, membawa jemaat lebih dekat dan taat kepada-Nya. Penafsiran yang baik bersumber dari Alkitab sebagai kesatuan kebenaran yang utuh. Satu dua ayat dalam Alkitab perlu dipadankan dengan ayat-ayat lain dan bila terdapat seolah “perbedaan”, maka selayaknya hikmat yang menentukan dan itu diterjemahkan sebagai beda sudut pandang. Penafsiran mutlak menyalahkan yang lain dapat membawa jemaat bingung tersesat.
Untuk itu pemberita firman perlu diuji melalui perbuatan, motivadi dan hatinya. Ini mutlak seiring sejalan berintegritas, diukur dengan beberapa hal yang disampaikan di mimbar: Apakah gaya hidupnya selaras dengan pemberitaannya? Misalnya, gereja adalah milik Tuhan, namun kenyataannya, penerimaan gereja lebih dipakai untuk gaya hidup mewah dan untuk anak serta keturunannya. Hal lainnya adalah kepedulian sosial. Teologi kemakmuran yang berkata semakin besar persembahan uang akan memperoleh berkat melimpah, jelas palsu. Gereja yang baik adalah berbuah kasih dan kepedulian kepada mereka yang membutuhkan. Hal ketiga, pribadinya arogan, dalam arti penguasa tunggal, tidak mencerminkan gereja sebagai persekutuan jemaat bersifat pelayanan, kasih dan kerendahan hati.
Nas minggu ini menekankan, “Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?” (ay. 29). Firman Tuhan hendaknya memiliki kuasa untuk mengubah jemaat dari kebiasaan buruk menjadi seturut dengan kehendak-Nya. Firman Tuhan yang penuh lelucon, misalnya, ibarat Jerami yang tidak bergizi, bukan gandum yang menyehatkan dan memperkuat rohani kita (ay. 28). Dalam hal inilah jemaat sendiri yang perlu bijak memilih pemberita firman dan tentu gerejanya.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu XI Setelah Pentakosta - 24 Agustus 2025
Khotbah (3) Minggu 24 Agustus 2025 – Minggu XI Setelah Pentakosta
KEMENANGAN ATAU HUKUMAN (Ibr. 12:18-29)
Suatu kali saya ikut ibadah di gereja besar dan populer di mal daerah Kuningan, Jakarta. Saat khotbah, pendetanya membaca ayat terakhir nas kita pada Minggu XII setelah Pantekosta: "Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan." Kemudian pendeta membuka khotbahnya dengan pertanyaan: apakah Allah kita itu penuh kasih atau pemarah? Jemaat menjawab: "Penuh kasih." Lantas pengkhotbah meresponnya: "Betul, tetapi Allah kita itu pemarah, berupa api yang menghanguskan." Semua kaget, termasuk saya; dan saya dengar, ia tidak pernah lagi dipanggil berkhotbah di tempat itu. Jelas, ia kurang bisa memahami Allah kita itu Maha Kasih tetapi juga Maha Adil, sehingga harus menghukum; bukan karena pemarah apalagi pendendam.
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XII setelah Pentakosta ini diambil dari Ibr. 12:18-29. Nas ini berbicara tentang tanggung jawab yang berat bagi umat yang telah mengikut Kristus, tentu termasuk kita semua. Pasal sebelumnya (ayat 3-17) meminta mereka untuk tetap kuat teguh dalam penderitaan yang mereka alami, dan agar tetap berusaha hidup damai dengan sesama, serta terus menjaga kekudusan hidup. Penjelasannya: "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya" (ayat 11).
Dalam nas ini, mereka diminta agar tetap bersukacita, sebab Allah mereka adalah Allah yang mereka kenal dengan baik dan sangat dekat serta akrab. Penulis Ibrani membandingkannya saat Musa menerima hukum Taurat di gunung Sinai: suasana kekelaman dan kegelapan, dan pemandangan yang mengerikan. Mereka yang mendengarnya saat itu memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka (ayat 19). Musa sampai berkata: “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar” (ayat 21).
Sementara Allah melalui Kristus yang datang dengan perjanjian baru, digambarkan dengan Bukit Sion, kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi, dan ada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah. Jadi mereka yang mengikut Kristus telah melakukan hal yang benar, datang kepada Allah yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru yang akan menjadi Hakim bagi semua orang (ayat 23-24).
Oleh karena itu, siapapun yang sudah mengenal Yesus, janganlah menolaknya. Dia yang langsung berbicara dari sorga, tidak lagi melalui nabi-nabi seperti dalam PL sebelumnya. Allah memberi peringatan bagi kita tentang adanya godaan kekuasaan, harta dan wanita/pria. Seberat apapun beban dan masalah yang kita hadapi, jangan berpaling dari Dia yang api-Nya menghanguskan. Kita yang sudah diberi anugerah keselamatan kekal, tetaplah setia dan terus mengucap syukur, beribadah kepada-Nya menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Allah itu baik dan adil. Jadilah pemenang, bukan kalah dan terhukum.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu X Setelah Pentakosta - 17 Agustus 2025
Khotbah Minggu 17 Agustus 2025 – Minggu X Setelah Pentakosta
MEMBACA TANDA-TANDA ZAMAN (Luk. 12:49-56)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Ibr 11:29-12:2; Yes. 5:1-7 atau Yer. 23:23-29; Mzm. 80:1-2, 8-19 atau Mzm. 82;
Pendahuluan
Minggu ini bacaan kita masih merupakan rangkaian kewaspadaan. Kalau dalam minggu sebelumnya diingatkan agar kita terus bekerja dan berkarya sambil membawa pelita dalam menanti kedatangan-Nya, maka dalam minggu ini kita diberikan pengajaran tentang perlunya membaca tanda-tanda zaman, sebagaimana layaknya kita bisa membaca tanda-tanda musim ketika mau bercocok tanam. Pemisahan dan pertentangan antar keluarga mungkin akan terjadi. Dari bacaan tersebut, kita memperoleh pelajaran hidup sebagai berikut.
Pertama: melemparkan api ke bumi (ayat 49)
alam Alkitab pengertian api memiliki makna yang beragam. Kadang dipakai untuk tujuan negative, misalnya untuk menghanguskan yang terkait dengan penghakiman; kadang dipakai tujuan positif yakni untuk istilah Roh Kudus atau semangat yang baru; kadang dipakai untuk tujuan membersihkan seperti menyucikan dan memurnikan emas dan bahan logam lainnya. Dalam hal terakhir ini tujuan pemakaian api adalah untuk memisahkan kotoran (unsur-unsur yang jelek) dalam suatu paduan hingga didapatkan kesatuan yang lebih murni dan lebih berharga.
Tuhan Yesus menyatakan melemparkan api ke bumi dalam pengertian terakhir, yakni agar semua orang yang menerima api itu dapat memakainya bagi proses penyucian dirinya dari kotoran dosa, membakar dan membersihkan kerak yang sudah melekat demikian lama dari buah pekerjaan iblis dalam hati dan pikiran jahat yang ada. Mereka yang menerima api itu dan menggunakannya dengan benar akan menerima manfaat dari proses itu dan menjadi bersih dan kudus seturut dengan pengakuan bahwa itu semua adalah dari anugerah dan kasih Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa Ia berharap bahwa api itu menyala dalam pengertian proses yang kontinu dalam pekerjaan Roh Kudus. Proses pengudusan adalah proses yang terus menerus meski pada pertobatan awal dilakukan satu kali (Ibr. 10:10), namun selama kedagingan kita masih ada kita tidak bisa terlepas dari godaan dosa, dan setelah kita menyadari dan menyesali serta memohon pengampunan, maka Allah yang Maha Baik itu akan memberikan pengampunan dan proses pengudusan itu kembali berlangsung terus sampai nanti disempurnakan dan digenapkan pada akhir zaman.
Kedua: hati-Nya susah (ayat 50)
Tuhan Yesus menyadari bahwa pemberian api untuk menyucikan itu akan membawa dampak pertentangan, sebagaimana dijelaskan nanti pada bagian ketiga (ayat 51-53). Ia menjelaskan bahwa betapa hati-Nya susah melihat semua perbuatan umat manusia yang telah murtad, jauh dari rencana Allah, bahkan kuasa iblis lebih sering menang atas (roh) manusia dan menjadi budak serta terbelenggu olehnya. Jalan yang baru harus diberikan dan penebusan atas dosa-dosa itu harus dilakukan demi memperoleh keselamatan yang kekal bagi mereka yang mau menerimanya.
Ia menyadari bahwa untuk melakukan itu diri-Nya harus dibaptis “tenggelam” atau diselamkan dalam penderitaan untuk menebus semua dosa-dosa tersebut. Manusia jatuh karena satu orang Adam maka manusia juga diselamatkan oleh satu orang yakni Tuhan Yesus. Untuk penyelamatan dan penebusan itu Yesus harus melalui baptisan, penenggelaman, sebagai pengudusan diri-Nya untuk dapat menguduskan mereka yang percaya kepada-Nya (band. Yoh. 17:19). Yesus sadar bahwa proses penyucian itu harus berlangsung melalui penderitaan yang akan dialami-Nya hingga mati di kayu salib. Inilah yang menyusahkan hati-Nya. Tetapi pernyataan ini bukan dalam pengertian Ia menyesal akan tugas misi dari Allah Bapa, melainkan hatinya sedih sebab manusia telah mudah dikalahkan oleh iblis.
Yesus ingin agar semua orang melihat bahwa proses penderitaan-Nya yang berujung di kayu salib itu akan berakhir dengan kemenangan. Penderitaan dan kematian akan menang oleh salib. Ia tidak memerlukan tentara untuk bisa mengalahkan serdadu-serdadu Romawi dan hujatan para imam dan suku Lewi. Akan tetapi, melalui kepatuhan, kebesaran jiwa, dan penyerahan kepada Allah Bapa, maka semua penderitaan itu bisa dilewati dengan kemenangan. Kematian yang harus dilewati-Nya pasti akan dikalahkan dengan kebangkitan-Nya. Inilah maksud-Nya dengan mengatakan bahwa betapa susahnya hati-Nya sebelum hal itu berlangsung!
Ketiga: Ia datang membawa pertentangan (ayat 51-53)
Dengan membawa pesan pertobatan dan sekaligus damai sejahtera, kedatangan Tuhan Yesus dapat membuahkan konflik. Ayat ini masih senada dan kelanjutan dari ayat 49 di atas. Banyak pihak saat itu menikmati kondisi yang tengah berlangsung, seperti penguasa Romawi yang menindas bangsa Israel, para imam dan suku Lewi yang ditempatkan dengan “kebesaran” mereka, para pemungut cukai, dan lainnya. Mereka ini tidak menginginkan perubahan atau gerakan yang revolusioner karena tidak mau berubah dari situasi yang menguntungkan mereka saat itu. Memang tidak semua atau selamanya manusia menginginkan perubahan, ketika kenyamanannya (comfort zone) terusik.
Kedatangan Yesus dengan pesan keras-Nya menghendaki perubahan. Ia berseru agar semua orang bertobat dan mencari kerajaan sorga. Situasi saat itu jelas tidak berkenan kepada Bapa di sorga sehingga diperlukan pembaharuan jiwa dan roh semua orang dengan kembali ke jalan yang lurus. Mereka yang miskin, tertindas, tersisihkan dan rindu akan damai sejahtera sorgawi akan diselamatkan dengan cara mengikuti Dia. Jelas sebagian yang mendengar seruan-Nya dalam comfort zone tidak mau dan bahkan bersikap anti terhadap yang bersedia mengikuti-Nya. Memang Tuhan Yesus tidak membuka peluang ada posisi ditengah-tengah dengan keraguan. Keputusan pribadi sangat diperlukan untuk berubah. Mereka yang setia diminta untuk menyatakan dan memperlihatkan komitmen yang jelas.
Sikap ini akan menimbulkan pertentangan di antara kelompok masyarakat, bahkan termasuk keluarga. Dalam keluarga bisa saja ada yang rindu untuk bertobat namun anggota atau kepala keluarga tidak mendukungnya. Ini jelas akan menimbulkan perpecahan. Akan tetapi, apakah perlu dukungan dan persetujuan keluarga untuk mengikuti Tuhan Yesus? Keselamatan adalah pilihan pribadi dan tidak memerlukan dukungan keluarga yang tidak mencintai Tuhan (band. Mat. 24:15-18). Ada yang bersedia bertobat dan ada yang bebal. Inilah yang dikatakan Tuhan Yesus, “mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."
Keempat: membaca tanda-tanda zaman (ayat 54-56)
Masyarakat pada masa itu hidup dari pertanian, khususnya tanaman pangan. Bahkan saat ini tanaman pangan masih merupakan andalan penduduk bumi untuk bisa bertahan hidup. Tanaman pangan sendiri sangat tergantung kepada iklim dan cuaca. Benih yang ditanam memerlukan air (hujan) sekaligus sinar matahari. Keduanya harus ada dan berimbang, tidak boleh terlalu banyak sinar mataharinya demikian pula dengan curahan/siraman air (hujan). Kesalahan dalam membaca tanda-tanda musim dalam awal menanam hingga masa panen akan merusak tanaman yang ada. Tanda-tanda itu seperti terbentuknya awan menandakan datangnya hujan dan apabila angin selatan bertiup maka itu adalah tanda akan datangnya panas terik.
Tuhan Yesus mengingatkan betapa pembacaan geliat alam itu sangat penting, bahkan lebih penting dari hanya berpikir akan datangnya masa panen. Kewaspadaan akan tanda-tanda alam itu lebih utama agar hasil panen menjadi baik. Ini yang diumpakan oleh Tuhan Yesus, bahwa kewaspadaan dan kesiap-siagaan akan datangnya kerajaan sorga yakni kedatangan Tuhan kembali harus diperhatikan, yakni dengan cara bertobat dan beralih dari kejahatan dan perbuatan yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Dalam hal inilah Yesus menekankan jangan mengabaikan tanda-tanda itu.
Inilah yang diinginkan oleh Tuhan agar kita jangan munafik. Kita bisa membaca tanda-tanda alam untuk kepentingan duniawi akan tetapi menjadi buta dalam membaca tanda-tanda akan datangnya kerajaan sorga itu. Sebagaimana dijelaskan pada minggu sebelumnya, kedatangan Tuhan Yesus kembali itu tidak disangka-sangka bagaikan datangnya pencuri diwaktu malam hari Mat. 24:43). Itulah hari penghakiman ketika kita sudah tidak mampu lagi berbuat untuk menolong diri sendiri. Kitalah yang harus waspada dari saat ini dan memberi perlindungan dari pekerjaan si iblis yang menyeret kita dalam perbuatan kejahatan, sehingga pada saat penghakiman itu, Yesus sebagai Penolong dan Pembela menyelamatkan kita dari api murka penghukuman akhir zaman.
Kesimpulan
Minggu ini kita membaca tentang penjelasan Tuhan Yesus bahwa kedatangan-Nya ke dunia adalah membawa pemisahan. Ia datang untuk memberikan damai sejahtera bagi yang berkenan kepada-Nya. Akan tetapi, dalam situasi tertentu yang terjadi malah bukan damai sejahtera melainkan pertentangan. Ia juga melemparkan api ke bumi yang berdampak pada pemisahan kelompok-kelompok yang setia dan tidak setia, pemisahan di antara anggota keluarga yang mau mendengar dan bertobat dengan yang masih bebal. Orang harus memilih, apakah tetap dalam comfort zone dosa dan sesaat, atau berubah mengikuti Dia untuk memperoleh hidup yang kekal.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu XV Setelah Pentakosta - 21 September 2025Khotbah Minggu 21 September 2025 Minggu XV Setelah Pentakosta SETIA...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu XV Setelah Pentakosta - 21 September 2025Khotbah Minggu 21 September 2025 Minggu XV Setelah Pentakosta...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu XV Setelah Pentakosta - 21 September 2025Khotbah Minggu 21 September 2025 Minggu XV Setelah Pentakosta...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 57 guests and no members online