Sunday, December 21, 2025

2025

Khotbah (2) Minggu III Adven – 14 Desember 2025

Khotbah Minggu III Adven – 14 Desember 2025 (Opsi 2)

 

MENGHALAU KERAGUAN (Mat. 11:2-11)

 

 Kita masuk ke dalam Minggu Adven ketiga. Terasa semakin kuat pengharapan dan optimisme sebab Natal semakin dekat. Firman Tuhan bagi kita sesuai leksionari, Mat. 11:2-11, seperti minggu lalu masih berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Tetapi minggu ini lebih ditekankan tentang bagaimana menghalau keraguan atas keyakinan kita tentang Yesus yang lahir dua ribu tahun lalu, benar-benar adalah Juruselamat pribadi kita dan bagi seluruh umat manusia.

 

Keraguan itu manusiawi. Yohanes Pembaptis pun yang sebelumnya berseru-seru tentang datangnya Mesias (Mat. 3:2), dalam nas ini tampak menjadi ragu atas Yesus. Ia menyuruh murid-muridnya bertanya kepada Yesus: "Engkaukah yang akan datang itu...?" (ayat 3a). Yohanes ragu karena masih dipenjara menentang Herodes Antipas yang menikahi istri saudaranya. Ia tidak sabar, berpikir, Yesus mestinya menjadi Raja dan Hakim dunia. Tuhan Yesus telah melakukan banyak kuasa mukjizat untuk orang lain, tetapi tidak untuk dirinya yang sedang susah di penjara!

 

Perasaan itu mungkin pernah muncul dalam hati kita, ketika kita dalam pergumulan: sakit penyakit, anak bermasalah, ekonomi sulit, dan lainnya. Kita berdoa berseru-seru kepada Tuhan Yesus, memohon pertolongan atas pergumulan kita. Tetapi Tuhan serasa tidak hadir atau mendengar. "Di mana Engkau Tuhan, di mana kuasa pertolongan-Mu...?" Demikianlah kadang perasaan kita. 

 

Tuhan Yesus menjawab utusan Yohanes: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik" (ayat 4-5). Pesannya jelas dan kuat. Kuasa-Nya sungguh tidak terbatas, dan Ia adalah penggenapan nubuat Nabi Maleakhi dan Yesaya (Mal. 3:1; Yes. 29:18-19; 35:5-6; 61:1).

 

Tetapi Tuhan Yesus ingin menekankan hal lain dalam pesan-Nya; Jangan melihat mukjizat dan kehebohan itu semua: ke padang gurun, pakaian halus, atau kenabian. Apa sebenarnya yang kita cari? Sikap bertanya, kritis, ragu itu wajar. Tetapi Tuhan Yesus menekankan kepada kita: "...berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." Tuhan Yesus ingin menekankan ketaatan, keteguhan, dan penyerahan diri. Ia juga menambahkan: kita semua yang mengikut Dia, seperti Yohanes Pembaptis, akan lebih besar kelak (dari nabi-nabi PL) dalam Kerajaan Sorga. Jadi, jangan pernah kecewa, apalagi berpaling. Tetaplah taat dan bersabar yang akan menyenangkan hati Tuhan. Laksanakan tugas misi sembari menanti datangnya Kristus kedua kali. Sebab, semua kelak akan dibukakan dan indah pada waktunya. 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

 

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min. 

 

Khotbah (3) Minggu III Adven - 14 Desember 2025

Khotbah Minggu III Adven – 14 Desember 2025 (Opsi 3)

 

MERAYAKAN KEMENANGAN (Yes. 35:1-10)

 

Mereka itu akan melihat kemuliaan TUHAN, semarak Allah kita. Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah (Yes. 35:2b-3) 

 

 

Salam dalam kasih Kristus.

 

Dalam manajemen dan kepemimpinan, ada pendekatan yang dahulu sangat popular untuk meningkatkan produktivitas, yakni metoda pentungan dan wortel (stick and carrot). Metoda ini mengandalkan daya tarik bonus jika mencapai target, tetapi dihukum bila tidak tercapai. Memang sejarahnya, cara ini dipakai untuk keledai yang menarik gerobak; sebuah wortel digantung di depan keledai agar menarik lebih cepat, dan akan dipukul bila berjalan lambat. Metode ini sudah kurang popular dan hanya dipakai untuk pekerjaan yang mengandalkan otot, lebih transaksional. Metoda yang lebih pas adalah performance appraisal yang digabung dengan merit system.

 

Firman Tuhan di Minggu III Adven ini adalah Yes. 35:1-10. Judul perikopnya: Keselamatan bagi umat TUHAN. Pasal ini menggambarkan dunia baru Israel yang indah penuh sukacita, setelah sebelumnya pasal 34 menjelaskan penghukuman kepada bangsa-bangsa lain yang menindas mereka. “Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga; seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat, ... ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai” (ay. 1-2a).

 

Nas minggu ini memberikan gambaran seperti perjalanan hidup manusia. Selalu ada pergumulan dan tantangan, dan sekaligus ada pengharapan - yang jangan sampai hilang. Bagi kita orang percaya, kita imani, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia....” (Rm. 8:28).

 

Kadang kala pergumulan dan rasa sakit yang kita alami  datangnya dari orang lain. Mungkin penyebabnya tidak mampu kita cerna, sebab tidak mudah memahami cara berpikir orang lain. Nah, jika yang kita terima sesuatu yang buruk, maka pesan yang kuat seperti dituliskan pada ayat 4: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!"

 

Jangan bertindak bodoh dengan mengikuti emosi. Sebuah kalimat buruk atau tindakan ceroboh, tidak mudah untuk menghapusnya bahkan dengan permintaan maaf. Dan kita yang didera tindakan buruk juga tidak perlu membalaskannya. Allah bekerja, dan pembalasan itu adalah hak Tuhan (Rm. 12:19; Ul. 32:35). Hukum tabur tuai tetap berlaku, baik di dunia maupun kelak di penghakiman (Gal. 6:7; Mat. 12:36; Ibr. 4:13). Doa Tuhan Yesus di Taman Getsemani menjadi rujukan kita. Ia menyerahkan diri-Nya kepada Bapa dan menerima kehendak Bapa (Mat. 26:39).

 

Pada saat gelombang melanda, pengharapan adalah sauh yang kuat (Ibr. 6:19), namun menjadi dayung kuat di kala tenang. Pengharapan sesuatu yang aktif. “Tuhan ingin kita menjadi seorang pemenang, bukan seorang yang cengeng,” tulis Joel Osteen dalam bukunya, Your Best Life Now. Yang perlu kita lakukan, menurutnya, jangan mau jatuh, tetaplah berdiri, meski dengan semua upaya dilakukan (Ef. 6:13). Temukanlah kekuatan dalam kesukaran, dan melihat Tuhan telah menyimpan sesuatu yang lebih indah jika bertahan dan melaluinya. Bersabar dan berteguh hati (Yak. 5:7-10), penegasan nas paralel untuk minggu ini.

 

Pesan kuat lainnya nas minggu ini, Allah hadir di tengah-tengah kita. Kuasa-Nya dahsyat untuk memulihkan, “mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai” (ay. 5b-6). Tiga puluh lima keajaiban yang telah diperlihatkan Yesus Kristus, membuktikan kuasa-Nya sanggup memulihkan.

 

Setiap pergumulan dan rasa sakit yang kita lewati akan memberi penilaian kinerja dan sistem merit (kemampuan) kita lebih baik: naik, naik, naik dan bukan turun. Sebagai pemenang kita pun akan merayakan, seperti nas minggu ini menuliskan: “Orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh” (ay. 10). Terpujilah Tuhan.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin. 

 

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min. 

Khotbah Minggu II Adven - 7 Desember 2025

Khotbah Minggu II Adven – 7 Desember 2025

 

 TARUK DARI PANGKAL ISAI AKAN TERBIT (Rm. 15:4-13)

 Bacaan lainnya: Yes. 11:1-10; Mzm. 72:1-7, 18-19; Mat. 3:1-12

 

 

Pendahuluan

 

Bacaan minggu ini diambil dari Rm. 15 berbicara tentang pentingnya kita belajar Perjanjian Lama, sebab banyak hikmat yang diberikan dan khususnya janji di dalamnya. Janji datangnya Mesias melalui tahta Isa dan Daud telah menjadi kenyataan 2000 tahun lalu. Melalui nas yang kita baca, kita diberi pelajaran kehidupan sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: Pengharapan oleh ketekunan dari PL (ayat 4)

 

Hal yang dimaksudkan pada kalimat "segala sesuatu yang ditulis dahulu" merupakan kitab Perjanjian Lama (PL) dan bukan mengacu kepada surat-surat dalam Perjanjian Baru (PB) yang sudah beredar pada saat itu. Memang ini menjadi hal yang prinsip bagi umat Kristiani, mengapa kita tetap menganggap PL itu sebagai kitab suci, meski kisah perihal Tuhan Yesus secara spesifik ditulis dalam PB. Hukum Taurat yang merupakan salah satu inti dalam PL juga telah “dibaharui” dengan semangat kasih yang lebih besar, tidak hanya dibaca secara harafiah sebagaimana layaknya umat Yahudi saat itu.

 

 

 

Namun kita tetap perlu berpegang pada kitab PL sebab itulah yang mendasari PB. Tanpa PL maka PB seolah kisah dan janji yang terputus dan melayang. Kitab suci memang tidak hanya berisi aturan dan norma etis saja, melainkan juga suatu risalah gambaran masa lampau alam semesta ini dengan segala isinya dan nubuatan eskatalogis akan masa depannya. Memang yang dimaksudkan bukan harus dalam pengertian sejarah atau antropologis lengkap, sebab kitab suci bukanlah kitab sejarah. Maka berdasarkan hal itu, kita bisa mengatakan bahwa kitab PL (bersama PB) adalah yang terbaik dari seluruh kitab suci yang ada. Di samping tentang pengenalan kita akan Allah sebagai Pencipta alam semesta dan isinya, dan terjadinya kejatuhan dosa pada manusia, hal utama lainnya pada kitab PL adalah: Pertama, kitab PL merupakan dasar dari segala janji keselamatan - yang sudah digenapkan sebagian dalam PB dan kegenapan sepenuhnya akan terjadi pada kedatangan Yesus kedua kalinya. Kedua, kitab PL berisi banyak sejarah jatuh bangunnya pribadi, pemimpin, kelompok dan bangsa-bangsa yang menjadi pelajaran penting bagi setiap umat dan pembacanya. Ketiga, kitab PL banyak berisi hukum moral dan hikmat yang menuntun orang percaya dalam bertindak sebelum amanat hidup baru dalam PB.

 

 

 

Oleh karena itu, nas minggu ini mengatakan bahwa kita dapat belajar tentang pengharapan, ketekunan dan penghiburan dengan membaca kitab PL, sebab begitu banyak kisah dan pengalaman manusia sebagai pribadi, kelompok, suku dan bangsa (Israel) yang dapat kita petik dan jadikan sumber inpirasi dan referensi. Ini sangat penting dan berharga bagi kehidupan praktis. Demikian juga kita dapat melihat bahwa mereka yang setia dan bertahan dalam pencobaan di jalan yang sulit, maka Tuhan akan memberi kekuatan dan menjadi pemenang. Ketabahan dalam jalan Allah menjadi ujian bagi orang percaya untuk tetap setia dan berserah. Sementara bagi mereka yang tidak setia dan jahat maka Tuhan akan memberikan hukuman. Semua kisah itu menjadi janji-janji dan pedoman Allah. Dapat dikatakan, mengetahui PL dan memahaminya akan mempengaruhi perilaku dan sikap kita secara langsung. PL memberikan firman dan kisah sebagai sumber inspirasi kekuatan dan pengharapan, maka kitab PB memberikan Tuhan Yesus sebagai sumber kekuatan itu sendiri.

 

 

 

Kedua: Rukun dan terimalah satu yang lain serta layani (ayat 5-7)

 

Salah satu masalah yang paling besar di bumi ini adalah tidak adanya kebersamaan. Kebersamaan merupakan energi yang dahsyat dalam memecahkan masalah. Sebaliknya egoisme dan berpikir sempit hanya untuk kepentingan diri sendiri atau apatisme jelas membuat masalah semakin membesar dan melebar. Hal itu dapat kita lihat ketika manusia lebih banyak membelanjakan hal-hal yang tidak perlu seperti persenjataan dan perang sementara masih begitu banyak masalah kelaparan dan kemiskinan yang melanda. Demikian juga dengan pertikaian antar suku, ras, golongan dan agama (SARA) jelas bukan sesuatu yang produktif. Tapi itulah kelemahan manusia yang dimanfaatkan oleh iblis.

 

 

 

Allah menciptakan keragaman dengan kesetaraan. Nas ini diberikan Tuhan melalui Rasul Paulus sebab gereja Roma saat itu berisi keragaman jemaat: Yahudi dan bukan Yahudi, kaya dan miskin, majikan dan hamba dan lainnya. Mereka tidak bisa menikmati keragaman itu dan bahkan terus mempertahankan gengsi. Padahal, Allah menciptakan kesetaraan: warna hitam setara dengan warna putih, kuning atau biru; warna hitam dapat memberi aksentuasi, tidak selamanya berkonotasi gelap. Kita diberikan realitas perbedaan adalah untuk mencari keseimbangan. Kaya-miskin dimaksudkan untuk terjadinya kesejahteraan. Pintar-bodoh dimanfaatkan untuk terciptanya pengajaran dan hikmat. Kuat-lemah diharapkan menjadi ikatan yang lentur dan sigap. Majikan dan pekerja ada untuk produktifitas. Oleh karena itu melalui ayat dalam nas ini disebutkan agar mereka yang imannya kuat membantu mereka yang imannya lemah. Dasar imannya kuat mungkin karena lebih pintar dan menjadi sombong (band. 1Kor. 8:1). Tujuannya agar saling memperhatikan dan menolong. Harmoni dalam kerukunan adalah tujuan dari semua perbedaan.

 

 

 

Maka dalam perbedaan itu kita diminta untuk terbuka, yang kuat menerima yang lemah, dan yang berkecukupan berbagi dengan yang berkekurangan. Kita kuat dalam satu bidang tetapi mungkin lemah dalam bidang lain. Saling mengisi. Tentu sangat bagus mengetahui kedua hal ini, agar kita bisa menghindari banyak terlibat dalam bidang yang lemah ini dan membuat kehidupan rohani kita terganggu. Kita menyenangkan hati Allah hanya dengan menyenangkan hati sesama. Pertengkaran apalagi permusuhan karena perbedaan dengan sesama membuat Allah berduka. Semua itu hanya dapat terwujud apabila kita satu hati dalam melihat tujuan Allah, yakni kebaikan bagi semua dan tidak ada yang lepas dari keselamatan. Cukup sudah kedukaan Allah melalui pemusnahan di masa Nuh dan disalibkannya Tuhan Yesus, kita tidak perlu menambahinya. Maka berusahalah rukun dan terimalah satu dengan yang lain, sebagaimana Kristus telah menerima kita orang yang hina dan berdosa (band. 1Kor.1: 10; Ef. 4:3; Flp. 2:2). Kristus adalah kuncinya yang dibuat sebagai teladan dan batu penjuru dalam kehidupan.

 

 

 

Ketiga: Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya (ayat 8-11)

 

Kristus hadir di bumi untuk melayani. Ia datang bukan untuk dilayani dan dengan keteladanan itulah Yesus memperlihatkan kasih sebagai dasar kerukunan dan persatuan (band. Yoh. 17:21; Mzm. 69:9). Itulah tujuan Dia datang dan menjadi manusia. Kesamaan dalam melihat tujuan membuat kebersamaan dan damai sejahteranya kelompok, baik dalam wujud gereja, bangsa dan perkumpulan. Jadi di dalam setiap wujud kelompok itu tidak ada lagi perbedaan yang memicu konflik, semua dalam kesetaraan dan kebersamaan. Tidak tampak adanya kuat-lemah, kaya-miskin, majikan-pekerja, bos-anak-buah, perbedaan suku kedaerahan, bangsa dan bahasa, semua menjadi satu untuk menghasilkan sukacita bersama. Jadi mereka yang kuat (iman dan hal lainnya) yang pada umumnya orang bukan Yahudi pada masa itu, bisa menjadi berkat bagi orang lemah (pada umumnya orang Yahudi), sebagaimana Kristus Yesus telah melayani mereka.

 

 

 

Sukacita hanya bisa timbul ketika adanya persatuan itu. Pertengkaran tidak mungkin menimbulkan sukacita. Kita juga dapat menikmati sukacita itu ketika bersekutu dengan Allah. Ada yang kita agungkan bersama, ada yang kita sembah, ada yang kita tinggikan. Dialah Yesus. Sikap kita adalah sikap memuji dan siap mengumandangkan kidung-kidung bagi kemuliaan Allah Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Simponi yang indah muncul ketika paduan variasi nada bahkan yang setengah nada (minor) sekalipun. Kuncinya adalah mencari aransemen harmoni yang bagus. Dalam kehidupan nyata itu semestinya bisa dipadu bersinergi sehingga semua orang bersukacita.

 

 

 

Salah satu bukti kedewasaan rohani adalah tatkala kita tidak lagi mengutamakan diri sendiri, melainkan menyebarkan kebaikan bagi banyak orang. Alangkah sukacitanya hati kita ketika melihat seseorang bangkit, pulih, tegak dari situasi yang pedih terpuruk. Gereja juga harus bersikap demikian. Kesiapan melayani semua manusia dan bukan hanya warga gereja, merupakan bukti penerapan keteladanan Yesus yang datang untuk semua. Itu tanda dan bukti gereja yang sehat. Janji itu menjadi milik semua ketika orang yang belum mengenal Kristus juga merasakan kasih dari kita sesama. Kebersamaan dan kesatuan orang-orang yang mengikut Dia mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Dengan demikian maka seruan firman ini “bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya, pujilah Dia....” bukanlah hanya untuk kita saja.

 

 

 

Keempat: Taruk dari pangkal Isai terbit (ayat 12-13)

 

Pengharapan, keteguhan dan penghiburan yang menjadi pokok bahasan di awal tadi, menjadi kunci bagi terwujudnya semua kerinduan itu. Pengharapan harus menjadi pilihan pada setiap kesulitan dan pergumulan yang terjadi. Kita tidak boleh pesimis bahkan putus asa melihat keadaan saat ini: melihat pertentangan-pertentangan, perang, kesenjangan yang berbuah menjadi kejahatan dan kriminalitas. Kita harus bisa melihat setiap persoalan pasti ada titik lemahnya untuk masuk sebagai kunci penyelesaian. Kuasa Allah merupakan kekuatan yang tidak habis-habisnya untuk membereskan hal yang tidak dikehendaki, dan itulah dasar utama pengharapan kita. Itu kita dapatkan dalam kuasa firman dan untuk itu kita perlu taat.

 

 

 

Situasi yang dihadapi bangsa Israel sedemikian lama dalam penantian, hampir 400 tahun setelah nabi Maleakh yang membuat banyak orang berputus asa. Mereka tidak lagi memiliki keyakinan dan keteguhan. Mereka jauh dari pengharapan dan penghiburan atas kesusahan yang dihadapi. Sukacita menjadi hilang. Janji Allah dari keturunan Daud belum memberikan tanda-tanda. Kekhawatiransemakin dalam seolah-olah Allah telah meninggalkan mereka. Maka suara Tuhan melalui Rasul Paulus memberikan peneguhan pengharapan baru sebagai kekuatan dalam menghadapi kehidupan. Pengharapan itu ada dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus, Sang sumber kehidupan.

 

 

 

Oleh karena itu, dalam menyongsong perayaan lahirnya Tuhan Yesus di akhir bulan Desember ini, kita diminta untuk semakin rajin dan tekun membaca dan mendengarkan firman Tuhan. Marilah kita saling memperhatikan dan mendukung sesama, hidup dalam kerukunan dan saling melayani agar damai sejahtera terwujud dalam kehidupan berkelompok kita, baik di keluarga, gereja, kesukuan atau berbangsa. Ketika kita menerima orang lain, maka itu berarti kita juga mengakui karya Kristus ada pada orang itu.  Janji Tuhan keturunan tanduk Isa (Isa adalah ayah dari Raja Daud - 1 Sam. 16:1) telah terwujud 2000 tahun yang lalu dengan lahirnya bayi Yesus dan menjadi pemenang ketika Ia dibangkitkan dan naik ke sorga (band. Why. 5:5). Maka janji Tuhan kepada kita melalui firman-Nya juga diwujudkan sehingga kita menikmati hidup yang berkelimpahan bersama-sama dan khususnya bersama Dia Sang Raja.

 

 

 

Penutup

 

Firman Tuhan minggu ini mengajarkan kita agar kita belajar firman Tuhan yang ada pada kitab PL dan PB. Hikmat Tuhan begitu kaya di dalamnya yang memberi kekuatan, keteguhan, penghiburan dan pengharapan. Kita perlu meneladani Yesus Kristus, yang telah menerima kita semua tanpa perbedaan demi kemuliaan Allah. Setiap orang percaya harus menerima orang lain dengan keberadaannya dan rukun dengan melayaninya; bukan menjadi batu sandungan, tetapi menjadi berkat. Kita tidak diminta menonjolkan dan membedakan kuat-lemah, kaya-miskin, kulit hitam-putih, majikan pekerja, hamba Tuhan-anggota, sebab persekutuan umat Tuhan yang indah dapat menjadi kesaksian bagi mereka yang belum mengenal-Nya. Ini merupakan tantangan besar bagi kita.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

  

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Kabar dari Bukit, Minggu 7 Desember 2025

Kabar dari Bukit

 

JALAN KE PEMULIHAN DAN PENGHIBURAN

 

”Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan seluruh kelestariannya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN mengembusnya dengan napas-Nya” (Yes. 40:6b-7a) 

 

 

”Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan seluruh kelestariannya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN mengembusnya dengan napas-Nya” (Yes. 40:6b-7a)

 

Sebagai seorang yang pernah dipenjara dua kali pada masa orde baru akibat memimpin demonstrasi mahasiswa melawan pemerintah, berita pembebasan adalah sesuatu yang sangat melegakan. Memang sebagai pemimpin, saya dan teman-teman tidak sampai diperlakukan dengan kekerasan hingga menderita fisik, namun terali besi yang menghadang langkah, terasa menyiksa jiwa juga. Sebuah pengalaman berharga.

 

Firman Tuhan bagi kita di Minggu II Adven yang berbahagia ini adalah Yesaya 40:1-11. Pasal 40 ini merupakan awal berita sukacita bagi umat Israel, setelah 39 pasal sebelumnya nubuatan Yesasa tentang penghakiman dan penghukuman atas dosa-dosa mereka yang menyebabkan dibuang ke Babel. Kejiwaan mereka putus asa, merasa bersalah, dan kehilangan jati diri. Oleh karena itu judul perikopnya: Berita pembebasan. 

 

Ada beberapa pesan nas ini bagi kita. Pertama, Allah kita tetap penuh cinta kasih. Pesannya indah, "Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku" (ay. 1). Ia datang dengan sapaan "umat-Ku", meski umat berdosa. Berita sukacita pun diberikan: perhambaan sudah berakhir, kesalahan telah diampuni, tuntas dua kali lipat (ay. 2).

 

Kedua, Allah sendirilah yang menyelamatkan. Untuk itu umat Israel dan kita diminta mempersiapkan Raja yang akan datang. "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditimbun, setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran" (ay. 3-4). Pesan ini kemudian diulang kembali oleh Yohanes Pembaptis pada PB (Luk. 3:4-5). Semua ini adalah simbol bagi kita yang ingin dibebaskan kesalahannya dan ditebus, yakni agar kembali ke jalan lurus, menyingkirkan semua penghalang, rintangan, yakni menjauhi dosa yang tidak berkenan kepada Tuhan.

 

Ketiga, jangan pernah tergantung kepada manusia; mengandalkan kekuatan manusia termasuk diri sendiri dalam pemulihan dan penebusan. Uang, harta, kekuasaan, bahkan perbuatan baik tidaklah menyelamatakan; hanya oleh iman dan angerah. Orang mati (rohani) pasti tidak bisa mandi sendiri, itu kita tahu. Maka perlu dimandikan oleh pihak lain; yang dalam hal ini Firman Tuhan (Alkitab) dan Roh Kudus. Itu diberikan untuk memampukan kita melawan keinginan daging, dunia dan jahatnya iblis. Berpeganglah pada itu. "Seluruh umat manusia seperti rumput dan seluruh kelestariannya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnya bangsa itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya" (ay. 6-8).

 

Raja yang datang itu, Yesus, berkuasa dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya. "Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya. Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya" (ay. 9-11).

 

Berita sukacita ini datang dari sorga di masa penantian Adven ini. Nabi Yesaya dan Yohanes Pembaptis telah mengukuhkannya. Yesus Kristus kegenapannya. Kini, bagaimana respon kita terhadap kasih kebaikan Allah tersebut dan kesediaan kita membuka hati dan tekad, menerima pembebasan dari jerat dosa, dan kita pun akan lebih diberkati di dalam kelimpahan dengan penggembalaan dan gendongan Tuhan (bdk. Yoh. 10).

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin. 

 

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min. 

Khotbah (2) Minggu II Adven - 7 Desember 2025

Khotbah Minggu II Adven – 7 Desember 2025 (Opsi 2)

 

 RAJA DAMAI DAN KITA (Yes. 11:1-10)

 

 Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus (Yes. 11:9a)

 

 

 

Salam dalam kasih Kristus.

 

 

 

Dalam Alkitab ada 300 lebih nubuatan kedatangan Yesus Raja Damai. Pada PL mulai Kej. 3:15 tentang kelahiran-Nya dari anak dara hingga Mal. 2:17-3:5; 3:1-6 tentang utusan-Nya untuk mempersiapkan kedatangan_nya. Pada awal kitab PB dituliskan pesan Yohanes Pembaptis dan Zakharia (Luk. 1:67-80).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di Minggu II Adven ini diambil dari kitab Yes. 11:1-10. Judul perikopnya: Raja Damai yang akan datang. Pasal ini menggambarkan kebangkitan baru Israel yang akan penuh damai sejahtera, setelah Asyur kalah diporak-porandakan. Dan seorang keturunan Raja Daud akan tampil sebagai Raja Damai.

 

 

 

Damai adalah pengharapan dan sekaligus upaya. Sebuah kerinduan, yakni terwujudnya keadaan aman tenteram, saling mengasihi dan mendukung, tidak ada permusuhan, kebencian, dan niat jahat, seperti digambarkan nas minggu ini di ayat 6-9a: “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, .... Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. “Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus.” Gambaran sorga yang indah (band. Rm. 14:17).

 

 

 

Menyambut kedatangan Yesus Raja Damai, diperlukan respon yang seirama dan senada dari kita. Untuk bisa menerima damai yang dibawa Yesus, maka hati dan pikiran (state of mind) kita juga harus dalam keadaan damai. Tidak mungkin menerima Yesus, tapi hati kita berisi kebencian, permusuhan, niat jahat, dan senang menyusahkan sesama (SMS).

 

 

 

Sama seperti mengikuti perjamuan kudus, selalu ditanya, apakah masih ada hati dan perbuatan kita yang tidak sesuai dengan firman-Nya? Kini menyambut Yesus, mari kita periksa diri, apakah layak menerima Dia? Jika betul damai bersemayam, pertanyaannya sederhana:

 

 

 

1.         Apakah kita masih mendendam terhadap seseorang?

 

 

 

2.         Apakah ada saat kita memalingkan muka bila bertemu seseorang?

 

 

 

3.         Apakah kita tidak mau berjabat tangan dengan seseorang?

 

 

 

4.         Apakah kita masih mau menyakiti hati orang lain?

 

 

 

Bila menginginkan damai, itu dimulai dari diri kita. Bilamana empat hal di atas masih ada di dalam hati, segeralah bereskan. Orang yang cinta damai pasti bukanlah pendendam dan pemarah, bukanlah yang suka menghujat. Keluarga kita juga ikut sebagai pembawa damai, penentang perpecahan, menjadi teladan dan ikut berupaya dengan segala cara agar tercipta damai sejahtera bagi sekelilingnya.

 

 

 

Pemeriksaan kedua, apakah kita berdamai dengan sesama, mulai dari keluarga lingkar kecil (orang tua dan kakak beradik) hingga lingkar besar (satu marga atau satu kumpulan). Agak susah merasakan dan mengatakan damai, tetapi kita tidak berdamai dengan mereka. Ini jelas tidak logis. Oleh karena itu, bereskanlah itu sebagai prioritas (band. 1Pet. 3:8-12) dalam menyongsong Natal ini.

 

 

 

Damai sejahtera merupakah tanggungjawab pengikut Yesus. "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh” (Kol. 3:15a). Orang yang berbicara damai sejahtera tanpa hatinya dipenuhi damai, pastilah pembohong dan bermuka dua, seperti orang Farisi dalam nas paralel minggu ini (Mat. 3:1-10). Integritasnya tidak ada, tidak satunya kata dan perbuatan.

 

 

 

Damai sejahtera yang sejati, hanya dapat kita miliki di dalam Yesus Raja Damai. Tidak ada damai dalam diri seseorang, jika ia tidak menyerahkan hidupnya ke dalam tangan-Nya. Tidak ada Kristus, tidak ada damai; kenal Kristus, maka tahu akan damai. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (Yoh. 14:27), itulah yang kita pegang dan perlukan menyambut sukacita Natal ini.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

  

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 84 guests and no members online

Statistik Pengunjung

13194869
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
2377
7291
2377
13157821
95589
129135
13194869

IP Anda: 216.73.216.218
2025-12-21 18:57

Login Form