2024
2024
Khotbah (2) Minggu II Paskah 7 April 2024
Khotbah (2) Minggu II Paskah 2024
RUKUN BERSAUDARA (Mzm. 133)
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! (Mzm. 133:1)
Firman Tuhan di Minggu II Paskah, diambil dari Mzm. 133 yang berisi tiga ayat. Mazmur ziarah pendakian ini hampir dikenal semua orang, terlebih orang Batak; nas ini sering dijadikan tema pertemuan syukur awal tahun yang mengajak agar hidup rukun sesama saudara khususnya keluarga. Pengertian saudara dalam ayat 1 merupakan terjemahan dari aḥîm (=Ibrani), umumnya dipakai di lingkup keluarga tetapi juga bagi bangsa (Israel).
Hidup kita dipenuhi lingkaran manusia. Lingkaran pertama adalah keluarga inti, yakni suami/istri dan orangtua/anak. Terus bertambah menantu dan cucu. Lingkaran kedua melebar ke abang dan adik, sepupu dan om/tante. Lingkaran ini semakin besar, ke lingkungan tetangga, kantor, gereja, dan lainnya sesuai dengan aktivitas kehidupan. Dan hidup rukun mestinya mulai dari lingkaran kecil tadi. Orang yang tidak dapat mengatur hidupnya rukun dalam lingkaran pertama, maka berpotensi membuat masalah di lingkaran berikutnya dan lingkaran besarnya.
Hidup rukun adalah idaman semua orang. Tentu ada juga yang suka dan seringnya ribut melulu, layaknya mereka dikirim ke tempat pemulihan jiwa. Tuhan menyukai umat-Nya yang hidup rukun (Rm. 15:5-7), saling mengasihi dan menaruh hormat (Rm. 12:10; 1Yoh. 3:18), tolong menolong (Gal. 6:2), saling mendukung dan menasihati (Ibr. 10:24-25; 1Kor. 12:26), menjaga persatuan dan tidak terjadi perpecahan (Yoh. 17:21; 1Kor. 1:10), serta jauh dari rasa benci (1Yoh. 2:9; 3:15).
Kunci hidup rukun adalah saling menghargai. Ada kasih dan rasa hormat. Ketika hal itu sirna, pasti timbul masalah. Alkitab mengajarkan bagi yang imannya lebih kuat, agar bersabar (Rm. 15:1; 1Kor. 13:4). Rendahkan hati. Hilangkan ego, apalagi kesombongan (Rm. 11:20; 1Kor. 1:29). Mengalahlah, sebab mereka yang mengalah akan lebih diberkati, seperti Abraham menghadapi Lot dan Daud menghadapi Saul. Kesabaran tidak perlu ada batasnya, dan Alkitab mengajarkan agar kita lebih baik menjauhkan diri dari mereka yang tidak berhikmat (Mat. 10:14; 2Tes. 3:6). Jika tidak cocok, menjauh dan jangan bergaul dengan mereka; tidak perlu ribut berantem. Tidak ada manfaatnya. Biarlah Tuhan menjadi Hakim.
Berkat Tuhan tersedia bagi mereka yang mau hidup rukun. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20). “Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut....” (ayat 2). Minyak merupakan gambaran sukacita dan media urapan (Kel. 29; Mzm. 23:5; Pkh. 9:7-8). Ketika sukacita dibagikan, maka semakin berlipat ganda. Itu bedanya dengan dukacita dan rasa sedih, ketika dibagikan justru semakin berkurang. Coba saja.
Gambaran lainnya dalam nas ini, “Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion” (ayat 3). Embun merupakan simbol berkat Tuhan (Kej. 27:28; bdk. Ul. 33:13, 28). Embun bentuk kelimpahan, kesegaran baru, terlebih ketika musim dingin. Lelehan salju dari puncak gunung Hermon akan terus mengalir hingga ke Sungai Yordan. Kedua hal ini, minyak dan embun, menegaskan berkat datang dari atas, dari Tuhan yang bersemayam di surga.
Pesan akhir nas minggu ini, agar kita menjadi pembawa dan pemrakarsa damai. Ada perintah untuk mengambil inisiatif. "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Mat. 5:9). "Peliharalah kasih persaudaraan" (Ibr. 13:1). Berusahalah hidup damai (Ibr. 12:14). "Sedapat-dapatnya, kalau itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang" (Rm. 12:18).
Kiranya “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Flp. 4:7).
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kabar dari Bukit Minggu 31 Maret 2024
Kabar dari Bukit - Kebangkitan Tuhan Yesus
KEBANGKITAN DAN NUBUATAN (Mrk. 16:1-8)
”Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu" (Mrk. 16:7)
Kisah kebangkitan Tuhan Yesus ditulis dalam empat kitab Injil memperlihatkan pentingnya hal tersebut. Alkitab juga menuliskan, "andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka... kamu masih hidup dalam dosamu (1Kor. 15:14, 16-17).
Firman Tuhan bagi kita di Minggu peringatan kebangkitan Tuhan Yesus hari ini adalah Mrk.16:1-8. Nas paralelnya berdasar leksionari adalah Mzm. 118:1-2, 14-24; 1Kor. 15:1-11; Kis. 10:34-43 dan Yoh. 20:1-18. Keempat nas ini telah saya tulis sebagai renungan dan dapat dibaca di website www.kabardaribukit.org. Perikop minggu ini menceritakan Maria Magdalena bersama dua ibu lainnya ingin meminyaki tubuh Yesus, namun khawatir tidak ada yang bisa menggulingkan batu penutup kubur-Nya (ay. 1-3).
Ternyata ketika mereka tiba, batu itu telah terguling, mereka menemukan kubur kosong (ay. 4-5). Seorang muda yang memakai jubah putih - tentunya malaikat, berkata: "Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini” (ay. 6b). Lalu malaikat itu mengingatkan nubuatan Tuhan Yesus sebelumnya, “Sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea" (Mrk. 14:28; Mat. 26:32). Kitab Perjanjian Lama juga telah menubuatkan kebangkitan Yesus (Mzm. 16:10-11; 71:20). Maka sesungguhnya, nubuatan Alkitab tidak pernah salah.
Nubuatan tidak terlepas dari peran nabi, yang dalam bahasa Ibrani ada tiga kata nabbi, ro’eh, hozeh, dan intinya nabi adalah pelihat dan penyampai pesan Tuhan. Ada banyak nubuatan masa depan manusia dan bumi kita, namun yang terutama adalah Kedatangan Kristus Kedua Kali (K4) dan hari kiamat atau akhir zaman. Kedua hal ini tentunya berkaitan dengan kebangkitan orang mati, penghakiman, pembagian upah dan mahkota, kekekalan, serta terbentuknya bumi baru dan langit baru.
Menurut Mark Hitchcock dalam bukunya Bible Propechy, ada 10 alasan kunci pentingnya nubuat, diantaranya nubuat dapat membantu kita memahami isi Alkitab, memberi perspektif yang tepat dalam kehidupan seperti ‘semua ada awal dan ada akhir’, memahami dunia masa kini, menghindari ajaran sesat, alat penginjilan, janji berkat dan sekaligus membuktikan ada Allah dan kebenaran firman-Nya.
Nubuatan bukanlah sejarah dan juga bukan ramalan yang sering salah. Tidak salah Dwight Eisenhower mengatakan, "Saya tertarik pada masa depan, karena di sanalah saya akan menghabiskan sisa hidup saya." Tentunya kita juga.
Kebangkitan Tuhan Yesus memberi pengharapan semakin kuat bahwa kita juga akan dibangkitkan. Dan Tuhan Yesus telah berjanji kepada kita: "Lihatlah, Aku segera datang; dan upah-Ku akan Kubawa bersama-Ku" (Why. 22:12). Oleh karena itu jika iblis atau seseorang mengingatkan masa lalu kita, ingatkan saja dia akan masa depannya.
Memahami nubuatan tentunya perlu memahami isi Alkitab. Yohanes Calvin mengatakan, khotbah yang disampaikan berdasar Alkitab dan bukan untuk kepentingan pribadi yang berkhotbah adalah nubuatan. Hanya perlu kita pahami bahwa K4 dan akhir zaman datangnya seperti pencuri malam (1Tes. 5:2-4; 2Pet. 3:10).
Untuk itu ingat nasihat Alkitab, “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (Luk 21:36). Tidak ada yang lebih penting dari hal itu. Yesus telah bangkit, kita menang, iman dan pengharapan dikuatkan, maka bersiaplah melakukan hal yang lebih baik mulai hari ini, untuk Tuhan dan sesama.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah (2) Paskah 31 Maret 2024
KHOTBAH (2) HARI RAYA PASKAH
TUHANKU PERKASA (Mzm. 118:1-2, 14-24)
Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN (Mzm. 118:17)
SELAMAT PASKAH UNTUK KITA SEMUA.
Firman Tuhan bagi kita di hari bahagia memperingati kebangkitan Tuhan Yesus, diambil dari Mzm. 118:1-2, 14-24. Mazmur ini merupakan bagian dari kumpulan nyanyian pujian (Mzm. 113-118), yang lazimnya dibacakan oleh umat Yahudi pada setiap Hari Raya Paskah, Pentakosta dan Tabernakel, dan hari raya lainnya. Bila kita menonton film seri SHTISEL di layar Netflix, misalnya, kita akan melihat sebagian pola hidup umat Yahudi yang setiap momen menaikkan pujian syukur bagi Tuhan alam semesta, setiap saat, termasuk minum air putih, masuk pintu rumah, dan lainnya.
Pujian syukur adalah sikap orang beriman, terlebih beriman kepada Tuhan Yesus yang bangkit dari kematian. Rasul Paulus mengatakan, sia-sialah iman kita jika Yesus tidak bangkit. Kalau Yesus manusia biasa, yang mencoba menjadi martir dan pahlawan, dan kemudian dihukum gantung, mati, dan ternyata tetap di tanah, ya betul, sia-sialah iman kita. “Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1Kor. 15:14-15).
Tetapi tidak ada yang sia-sia bersama Tuhan Yesus. “TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku” kata nas ini (ayat 14). Artinya, Tuhan Yesus bukan hanya sebagai sumber kekuatan dan keselamatan, tetapi juga menjadi sumber sukacita dan kebahagiaan kita. Sorak-sorai dan kemenangan menjadi tanda orang yang benar dan menang (ayat 15). Kalah itu biasa, apalagi bersifat sementara. Sebab kita tidak ingin memenangkan pertempuran kecil dalam hidup, tetapi peperangan besar. Dan itulah menunjukkan keperkasaan (ayat 16b-17).
Pemazmur mengungkapkan bagaimana musuh-musuhnya semua dihalau Tuhan. Situasi yang tadinya menyesakkan, ditolak dan dibenci banyak orang, dikepung situasi yang mematikan seperti api duri, tapi akhirnya semua mundur terpukul (ayat 10-13). Kemenangan terjadi karena pemazmur tidak mengandalkan manusia, melainkan bersandar mengandalkan Tuhan.
Pernahkah kita menghadapi situasi serupa? Misalnya, di saat kita terkena penyakit berat mematikan, saat ekonomi kita jatuh dan terhimpit hutang, usaha atau karir kita hancur, atau di saat istri dan anak-anak kita bermasalah serius, atau hal buruk dan pahit lainnya. Dunia serasa runtuh. Kepala seperti tertimpa batu gunung. Lantas, ke mana larinya untuk berlindung dan meminta pertolongan?
Lihatlah itu sebagai jalan Tuhan untuk mengajar dan mendisiplinkan kita untuk lebih taat dan percaya, lebih dekat kepada-Nya. Hanya kepada Tuhan, kepada Allah yang telah terbukti perkasa mengalahkan segala musuh dan kematian. Pertolongan Tuhan selalu tepat waktu. Mereka yang tadinya berpikir Yesus sudah tidak berdaya, ternyata salah! “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan (kini) telah menjadi batu penjuru” (ayat 22). Pikiran manusia memang pendek, cenderung merasa selalu hebat. Tetapi orang berhikmat selalu mengandalkan sesuatu, tidak berpusat pada dirinya. “Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran”, itulah sikap rendah hati pemazmur dalam nas ini (ayat 19).
Ketika kita mengalami hal demikian, dalam hal situasi sesulit apapun, jangan ragu mengandalkan Tuhan kita yang hidup. Ujian, masalah, pencobaan, rasa sakit pasti datang. “TUHAN telah menghajar aku dengan keras” kata pemazmur dan untuk diri kita. “Tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut” (ayat 18), tidak membiarkan tergeletak ditinggalkan di bukit sepi.
Lantas, apa setelah menang dan bangkit? Jangan seperti kacang lupa dengan kulitnya. Jangan lupa pengorbanan para misionaris Eropa, yang bertaruh nyawa dan derita untuk mengabarkan berita sukacita kebangkitan itu kepada kita. Sudahkah kita ikut memberi yang terbaik agar berita itu semakin luas disebarkan, dan semakin banyak yang menerima Tuhan Yesus adalah Allah yang hidup dan perkasa?
“Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya.... Aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.... Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” (ayat 20, 24). Tuhan Yesus telah bangkit. Dan kita pun harus bangkit, tidak nanti, tapi sekarang ikut berbuat sesuatu bagi DIA, serukan nama Yesus!
Selamat Paskah dan selamat beribadah.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.
Khotbah (1) Paskah 31 Maret 2024
KHOTBAH (1) HARI RAYA PASKAH
Hari Raya Paskah – Kebangkitan Tuhan Yesus
YESUSKU BANGKIT (Yoh. 20:1-18)
Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati (ayat 8-9)
Firman Tuhan hari Minggu Paskah ini Yoh. 20:1-18 bercerita tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Adalah kebiasaan orang Yahudi untuk pergi ke makam tiga hari setelah kematian seseorang. Hal ini didasari pemahaman bahwa roh orang mati masih melayang-layang di sekitar makam tubuh kaku itu, baru setelah tubuh itu rusak dan tidak dikenali lagi, rohnya pergi.
Maria ingin meminyaki Yesus (Mrk. 16:1). Hati Maria terus tertuju pada Yesus. Ia telah memperoleh kebaikan Yesus yakni roh jahat diusir dari dirinya. Kini ia menjadi saksi pertama kebangkitan-Nya. Demikian pula Yesus, hati-Nya lebih besar bagi yang selalu merindukan-Nya. Yohanes yang sangat dekat dengan Tuhan Yesus, juga mendapat karunia pertama percaya akan kebangkitanNya. Adakah kita merasa dekat dan selalu merindukan Yesus? Ini pesan pertama nas minggu ini bagi kita.
Pesan kedua, para murid menyadari bahwa janji Tuhan telah digenapi dan Yesus benar-benar bangkit. Alkitab dengan jelas memperlihatkan bukti-bukti bahwa Ia bangkit: kubur yang kosong, tubuh-Nya sebagai manusia biasa, bercakap-cakap dengan orang lain, merasa lapar dan haus, dan bahkan dapat disentuh ketika Thomas tidak mempercayai kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, jangan meragukan janji Tuhan. Dan jangan pula kita lupa berjanji untuk tetap setia dan taat kepada-Nya.
Pesan ketiga yakni kuasa kebangkitan Yesus memberi kita bukti sebagai berikut:
1. 1. Ia terbukti Anak Allah (Rm. 1:4).
2. 2. Alkitab adalah benar dan dapat dipercaya (Luk. 24:44-47).
3. 3. Yesus mampu mengalahkan kematian yang berarti mampu membawa kita dalam kehidupan yang kekal (Rm. 5:10; 1Kor. 15:45; 1Pet. 1:3-4).
4. 4. Kristus hadir dengan kuasa-Nya dalam pengalaman hidup kita sehari-hari (Gal. 2:20; Ef. 1:18-20).
55 5. Akan ada penghakiman di masa depan bagi orang yang tidak percaya dan berbuat fasik (Kis. 17:30-31).
Pesan terakhir nas minggu ini, jangan selalu berpedoman pada mata dan penglihatan kita. Jangan ragu untuk memberitakan kebangkitan-Nya. Tuhan Yesus berkata, “pergilah kepada saudara-saudara-Ku, katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku.” Maria juga akhirnya bersukacita dan meneriakkan: “aku telah melihat Tuhan”.
Kebangkitan Yesus salah satu kebenaran yang paling utama dalam Alkitab (1Kor. 15:1-8) dan merupakan landasan iman yang sangat penting bagi keselamatan kita kelak. Kuasa kebangkitan itu kini menjadi andalan kita untuk terus meyakini penyertaan dan tugas panggilan kita sehari-hari. Dunia sekeliling kita masih banyak belum menerima-Nya; juga yang berurai air mata membutuhkan pertolongan untuk lebih mengenal-Nya. Karya-Nya nyata. Oleh karena itu tetaplah mengabarkan-Nya melalui kesaksian-kesaksian nyata. Teruslah berbuah.
Selamat Paskah dan selamat beribadah.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.). Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.
Khotbah Jumat Agung 29 Maret 2024
Khotbah Jumat Agung 29 Maret 2024
DARI PERJAMUAN MALAM HINGGA GOLGOTA - VIA DOLOROSA
(Yoh 18:1-19:42)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 52:13-53:12; Mzm 22; Ibr 10:16-25
Berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php
Pendahuluan
Perjalanan penderitaan Tuhan Yesus menuju bukit Golgota merupakan rangkaian beberapa peristiwa yang sangat mengharukan dimulai sejak perjamuan pada hari Kamis malam hingga kematian-Nya di Jumat senja hari. Jumat Agung memang mengingatkan kita tentang sejarah penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, dan kematian-Nya merupakan bagian penting dalam sejarah orang percaya. Oleh karena itu, bacaan kita pada hari peringatan kematian ini sangat panjang dan kita bebas memilih tema yang lebih spesifik untuk masing-masing jemaat kita.
Kisah pendahuluan menjelang malam terakhir di Yerusalem, yaitu Yesus sudah menyadari akan akhir pelayanan-Nya, ketika Ia berkata kepada murid-Nya: : "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku (Mat 26:18; band. Yoh 13:1;16:16). Ia kemudian bersama-sama murid-murid melakukan perjamuan paskah yakni makan roti yang tidak beragi dan minum anggur (Mat 26:26-29; Luk 22:14-20). Pada kesempatan inilah Yesus menyampaikan kepada murid-murid-Nya bahwa perjamuan malam itu harus diingat oleh umat percaya selamanya, melalui perjamuan kudus yang kita lakukan pada hari Jumat Agung ini.
Pada perjamuan malam itu Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa" (Mat 26:26-28). Setelah perjamuan malam selesai, Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya di kamar atas. Banyak sekali pesan-pesan akhir yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid kesayangan-Nya itu untuk menguatkan mereka, sebab Yesus sudah berulangkali mengatakan saat-Nya sudah akan tiba (Yoh 13-17).
Yesus juga bergumul secara pribadi akan hal itu sehingga Ia memutuskan untuk naik ke Bukit Zaitun dan berdoa di taman Getsemani. Yesus berdoa bagi semua orang percaya yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (Yoh 17:9). Hati-Nya terus ada pada kita sehingga meminta agar Bapa memelihara kita orang percaya (Yoh 17:11). Ia juga berdoa agar kita dikuduskan dalam kebenaran (Yoh 17:17), dan juga secara khusus berdoa bagi yang memberitakan Dia. Hal yang utama lainnya Yesus berdoa agar kita semua menjadi satu, sama seperti Yesus satu dengan Bapa (Yoh 17:21). Ut omnes unum sint. Yesus membenci perpecahan, apalagi perpecahan karena pertikaian terhadap hal yang tidak benar.
Yesus menyadari beratnya penderitaan yang akan Dia tanggung, sehingga dalam doa terakhir-Nya, Ia sujud dan berkata: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki (Mat 26:39). Bahkan untuk kedua kalinya Yesus berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu! (Mat 26:42).
Kisah yang diberikan di bawah ini merupakan tahapan dan poin penting dari rangkaian 18 jam perjalanan menuju bukit Golgota tersebut, dan dari situ kita mendapatkan hikmat dan pelajaran sebagai berikut.
Pertama: Penghianatan yang Berakhir dengan Penyesalan
Kisah penangkapan Tuhan Yesus terjadi karena penghianatan Yudas, yakni salah satu murid-Nya. Sebenarnya Yesus sudah mengetahui hal tersebut, ketika pada perjamuan malam yang diceritakan di atas, Yesus memberi tanda bahwa dia yang bersama-sama dengan Yesus mencelupkan tangannya ke dalam pinggan saat itu, dialah yang akan menyerahkan Yesus (Mat 26:21-23). Ternyata, itulah Yudas Iskariot yang telah menerima uang sogok sebanyak tiga puluh uang perak dari imam-imam kepala (Mat 26:14-16). Sejak menerima uang perak itu, Yudas mencari-cari kesempatan untuk menyerahkan Yesus.
Tatkala Yesus berdoa di taman Getsemani itu, Yudas mengetahui tempat itu karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Maka datanglah Yudas dengan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata, lalu mereka menangkap Dia. Yesus dengan tegar memperkenalkan diri-Nya dan tidak melakukan perlawanan dengan kekerasan, meski Petrus sempat menarik pedangnya dan memotong kuping salah satu prajurit itu.
Yudas yang kemudian menyadari kesalahannya dan melihat akibat kejahatannya itu, bagaimana Yesus yang sebenarnya Ia kasihi juga, harus menderita sedemikian berat. Akhirnya Yudas berusaha mengembalikan tiga puluh uang perak itu kepada imam-imam kepala. Ia menyesal. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Penyesalannya tidak membuahkan apa-apa, sebab tindak lanjut penyesalan Yudas itu ia akhiri dengan bunuh diri. Mengenaskan. Yudas berbeda dengan Petrus yang menyangkal Tuhan Yesus tiga kali, tetapi Petrus bertobat dan mengabdikan dirinya bagi Tuhan Yesus. Yudas Iskaritot tidak bertobat, penyesalannya menerima uang suap tidak ditindaklanjuti dengan pertobatan dan berbuah, selain penghukuman terhadap diri sendiri. Ini sungguh suatu pelajaran penting bagi kita, ketika menyadari kesalahan yang kita perbuat, penyesalan harus diikuti oleh pertobatan dan permohonan ampun, kemudian memberikan yang terbaik dari hidup kita kepada Tuhan dan orang lain sebagai “persembahan” atas penyesalan yang sudah kita lakukan.
Kedua: Penderitaan Selama 18 Jam
Setelah Yesus ditangkap, pemimpin Yahudi sejak awal tidak berniat memberikan pengadilan yang layak kepada Yesus. Dalam pikiran mereka yang utama adalah: Yesus harus mati. Kebencian dan emosi seperti ini membuat hati nurani mereka buta dan tertutup. Mereka juga tidak memperdulikan proses yang layak dan adil bagi Yesus. Oleh karena itu, di tengah dingin dan pekatnya malam, mereka langsung membawa Yesus dari taman itu dan mengadili-Nya melalui tahapan-tahapan yang melelahkan, serta diselingi siksaan dan penderitaan pada tubuh-Nya.
Adapun tahapan-tahapan pengadilannya mulai dari tangah malam itu adalah sebagai berikut.
1. Mereka membawa Yesus kepada Hanas, mantan Imam Besar tetapi masih berkuasa dan dihormati oleh orang Yahudi (Yoh 18:12-24). Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu telah menjadi Imam Besar, tetapi karena menurut ketentuan Imam Besar adalah jabatan seumur hidup, mereka menghormati dan tetap membawa kepada Hanas.
2. Hanas menolak untuk mengadilinya sehingga prajurit dan penjaga-penjaga itu kemudian membawa Yesus kepada Kayafas, yang baru ditetapkan dan berkuasa sebagai Imam Besar. Dalam pengadilan di depan Hanas tengah malam itulah mulai didengarkan kesaksian-kesaksian palsu dari Sanhedrin (Yoh 18:24; Mat 26:57-68; Mrk 14:53-65; Luk 22:54, 63-65).
3. Yesus dibawa ke depan sidang Sanhedrin yakni para pemimpin formal umat Yahudi. Ada sekitar 70 anggota Sanhedrin hadir menjelang fajar itu. Kelompok Sanhedrin ini terdiri dari para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat yang merupakan Mahkamah Agama Yahudi. Mereka ini sebenarnya sejak awal sudah memutuskan agar Yesus dihukum mati, sehingga pengadilan di subuh hari ini merupakan formalitas saja untuk justifikasi bahwa Yesus telah dihadapkan pada Mahkamah Agama. Dalam sidang formalitas ini kemudian Yesus ditetapkan dihukum mati (Mat 27:1; Mrk 14:15:1; Luk 22:66-71).
Namun hukuman mati hanya boleh atas persetujuan penguasa Romawi. Oleh karena itu Yesus dibawa ke Pilatus, Gubernur Yudea, penguasa Romawi. Tetapi Pilatus melihat Yesus tidak bersalah sehingga ia menolak untuk menyetujui hukuman mati, dan menawarkan hukuman cambuk saja. Tetapi pemimpin Yahudi ngotot dan akhirnya Pilatus berusaha untuk menghindar, dan berdalih bahwa itu bukan wewenangnya. Pilatus tahu bahwa Yesus dari wilayah Galilea dan penguasanya adalah Herodes, yang pada waktu itu sedang berada di Yerusalem, maka Pilatus mengatakan agar Yesus dihadapkan saja pada Herodes, (Yoh 18:28-38; Mat 27:2,11-14; Luk 23:1-6).
Herodes pada mulanya sangat senang melihat Yesus, karena ia sering mendengar tentang Yesus, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda mukjizat. Tetapi dalam sidang dihadapan Herodes, Yesus diam dan tidak mau berkata apapun. Lalu Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olok Dia, mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus (Luk 23:7-12)
Akhirnya Yesus dibawa kembali ke Pilatus (Yoh 18:38-39;19:16), tetapi Pilatus cuci tangan dan tidak berkeinginan untuk menyatakan kebenaran. Ucapannya yang sangat terkenal adalah: “apakah kebenaran itu?” (Yoh 18:38). Kesalahan Pilatus dalam hal ini ialah, menyerah pada permintaan orang banyak untuk kegunaan politiknya, tanpa memperdulikan keadilan dan kebenaran yang hakiki.
Pasukan dan penjaga Bait Allah serta orang Yahudi selama proses itu membelenggu dan banyak yang memukuli-Nya, meludahi-Nya, mengolok-olok, dan bahkan memukul di kepala-Nya. Setelah selesai pengadilan, bahkan Yesus masih dipaksa memikul salib-Nya via dolorosa, meski kemudian digantikan oleh Simon dari Kirene karena tubuh-Nya sudah lemah. Akhirnya, tubuh-Nya dipakukan di kayu salib di antara dua penjahat. Betapa tragis dan menyayat hati kita membayangkan hal itu.
Demikianlah drama rangkaian penangkapan dari tangah malam sampai pengadilan berlangsung hingga Jumat senja hari, sehingga diperkirakan berlangsung selama 18 jam. Proses yang panjang dan menyakitkan.
Ketiga: Pengadilan Yesus tidak sah dan adil
Dari catatan para murid dan rasul yang dituliskan di Alkitab, banyak pihak berkesimpulan bahwa pengadilan terhadap Yesus berlangsung secara tidak sah dan tidak memenuhi ketentuan "demi keadilan dan kebenaran" sebagaimana layaknya sebuah pengadilan. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa hal di bawah ini:
1. Yesus sudah dinyatakan harus mati sebelum diadili (Mrk 14:1; Yoh 11:50). Dengan demikiam tidak ada asas praduga tak bersalah, yakni tidak bersalah sebelum dibuktikan di depan hukum.
2. Banyaknya kesaksian palsu yang diberikan kepada Yesus (Mat 26:59). Para pemimpin Yahudi memprovokasi dan menyaring saksi-saksi yang tampil dalam pengadilan itu. Oleh karena itu Pilatus melihatnya tidak bersalah.
3. Pemimpin Yahudi menjebak Yesus atas ucapan-ucapan-Nya, kemudian mengkriminalisasi apa yang dikatakan-Nya itu (Mat 26:63-66).
4. Tidak ada pembelaan bagi Yesus selama proses pengadilan (Luk 22:67-71).
5. Pengadilan berlangsung malam hari (Mrk 14:53-65; 15:1) yang sebenarnya tidak diperbolehkan menurut hukum Yahudi.
6. Pengadilan berlangsung di tempat pertemuan Sanhedrin, bukan di tempat kaum Farisi sebagaimana biasanya (Mrk 14:53-65).
Tetapi itu adalah proses yang harus dilalui dan dialami oleh Tuhan Yesus. Cawan penderitaan itu harus diminum-Nya untuk dapat menyelesaikan misi-Nya yang agung dari Bapa, demi untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita yang penuh dosa ini.
Keempat: Tujuh ucapan Yesus dari kayu salib
Yohanes menyatakan bahwa pengadilan Yesus berakhir "kira-kira jam dua belas" (band. Kitab Markus yang menyebutkan Yesus disalibkan pada "jam sembilan" - Mrk 15:25). Perbedaan ini terjadi karena Yohanes menggunakan jam perhitungan Romawi sementara Markus menggunakan jam Palestina. Keputusan hukuman mati di siang hari itu membawa konsekuensi Yesus harus langsung dieksekusi, dan sebagaimana kebiasaan mereka dihukum mati dengan cara disalibkan. Ini adalah cara mati yang bagi pandangan umat Yahudi adalah sebuah kutukan.
Alkitab mencatat ada tujuh kalimat yang Tuhan Yesus ucapkan saat disalibkan. Urutannya adalah sebagai berikut.
1. Ketika menghadapi para pembenci dan penghukum-Nya, ucapan Yesus yang pertama: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34).
2. Yesus berkata kepada penjahat disebelah-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Luk 23:43).
3. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" (Yoh 19:26-27).
4. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat 27:46; Mrk 15:34).
5. Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia: "Aku haus!" (Yoh 19:28).
6. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai" (Yoh 19:30).
7. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya (Luk 23:46).
Bukankah semua itu pernyataan yang dahsyat? Betapa hebatnya Yesus, yakni pada saat Dia disalib setelah disiksa dan dianiaya, Ia bahkan berdoa agar Bapa-Nya di sorga mengampuni mereka! Dalam situasi yang lemah, Ia malah memberkati penjahat disebelah-Nya, memberi petunjuk kepada murid-murid-Nya, dan puncaknya adalah, Ia menyerahkan semua kepada Bapa-Nya. Sungguh mulia Tuhan kita, yang harus menjadi teladan dalam hidup kita.
Kelima: Arti dan Makna Kematian Yesus Bagi Kita
Kematian Kristus di kayu salib bagaikan korban anak domba sembelihan. Yesus tidak bersalah tetapi harus menanggung hukuman demikian berat. Kini, apa arti dan makna kematian Yesus Kristus itu bagi kita? Berikut diberikan gambaran artinya bagi kita:
1. Kematian Kristus merupakan penggenapan janji Tuhan (Kej 3:15; Yes 53:3, 7b; Za 9:9; Mzm 41:10; 22:7-dab).
2. Kematian Kristus membuka pintu perdamaian bagi kita dengan Allah (2Kor 5:18-21). Kita seharusnya mendapat murka Allah karena dosa-dosa kita, tetapi Allah memperdamaikan (Rm 1:18; band. Rm 11:28).
3. Kematian Kristus membuat kita dibenarkan (Rm 3:24; 4:2-3; 5:9-10).
4. Kematian Kristus sebagai pengganti bagi kita orang-orang berdosa. Allah membuka jalan penebusan melalui Kristus yang seharusnya Dia tidak alami dan tidak lalui, tetapi demi untuk dosa-dosa kita, Ia rela berkorban (Rm 5:5-8; 5:24; Kol 1:14).
5. Kematian Kristus memberi kita keselamatan dan hidup yang kekal (Rom 5:12-18). Upah dosa adalah maut (Rm 6:23) dan kita pasti akan mengalaminya. Tetapi maut yang dimaksudkan disini adalah kematian sementara, sebab kebangkitan dan kehidupan kekal telah menanti sebagaimana Kristus telah bangkit, mengalahkan maut, maka kita pun orang percaya akan dibangkitkan dan menang atas maut kematian itu. Kita menerima rahmat itu di dalam kematian Kristus, untuk dibangkitkan bersama-sama dengan Dia dan memiliki kehidupan yang baru bersama-Nya (Rom 6:1-4).
6. Kematian Kristus membuka kesadaran kita, betapa besarnya kasih Allah untuk kita yang rindu selalu dekat dengan Dia. Allah ingin membangun hubungan yang baru (2Kor 5:17), dan melalui kematian-Nya itu sekaligus menggerakkan dan menghidupkan kita (2Kor 5:14; Gal 2:20).
7. Kematian Kristus membuat kita lebih kuat dalam menanggung penderitaan, mendewasakan dan menjadikan kita lebih utuh dan sempurna (2Kor 12:10).
Kini, bagaimana kita meresponi pengorbanan Kristus itu? Semua itu tidak lain tidak bukan, Allah menginginkan kita menyesali segala dosa dan kesalahan kita, bertobat, tidak mengulangi lagi dosa-dosa yang pernah kita perbuat, serta mempersembahkan yang terbaik dari hidup kita bagi kerajaan dan kemuliaan-Nya.
Kesimpulan
Penderitaan dan kematian Yesus menunjukan kesetian-Nya pada Allah dan kasih-Nya pada manusia. Kesetiaan dengan meminum cawan penderitaan yang sungguh amat berat itu, dan menyerahkan sesuai dengan kehendak Bapa-Nya. KasihNya kepada kita dengan menanggung jalan panjang via dolorosa yang seharusnya Dia tidak tanggung, tetapi rela berkorban bagi penebusan dosa-dosa kita. Tuhan Yesus menginginkan kita untuk memahami hal itu, bersedia mengingat pengorbanan tubuh-Nya dan tumpahnya darah-Nya melalui perjamuan kudus yang kita ikuti pada Jumat Agung itu.
Apakah kita sudah memahami arti dan makna kematian Tuhan kita itu bagi kita? Apakah kita sudah siap untuk berubah dan memberikan yang terbaik, sehingga kita justru tidak menyalibkan Dia lagi melalui dosa-dosa perbuatan kita.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III KAPAK...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III PEMULIHAN...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 8 Desember 2024Kabar dari Bukit DOA UNTUK ANAK DAN PEMIMPIN (Mzm. 72:1-7,...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 29 guests and no members online