Sunday, December 15, 2024

2024

Kabar dari Bukit Minggu 24 Maret 2024

Kabar dari Bukit Minggu 24 Maret 2024

 

 BERKHIANAT DAN BUAHNYA (Mrk. 14:10-11, 17-21)

 

 

”Maka sedihlah hati mereka dan seorang demi seorang berkata kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?"” (Mrk. 14:19)

 

 

 

Menurut KBBI kata khianat berarti perbuatan tidak setia; tipu daya; perbuatan yang bertentangan dengan janji; pengkhianat adalah orang yang tidak setia kepada negara atau teman sendiri. Namun pada kehidupan politik, biasanya susah penerapannya sebab kepentinganlah yang selalu abadi.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu Palma masa sengsara hari ini bagi kita adalah Mrk. 14:10-11, 17-21. Perikop ini menceritakan Yudas Iskariot, salah seorang murid, berkhianat menemui imam-imam kepala bermaksud menyerahkan Yesus. Tentu mereka sangat gembira karena memang ingin membunuhnya (ay. 1-2), dan mereka pun memberikan uang tiga puluh perak kepada Yudas.

 

 

 

Tuhan Yesus sudah tahu akan hal itu dan pada perjamuan malam, Ia berkata kepada para murid yang bersama-Nya, “Sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku .... dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku (ay. 18,20).

 

 

 

Pertanyaannya, mengapa Tuhan Yesus tidak menghentikan langkah Yudas? Kita dapat melihat bahwa Tuhan tidak selalu menggunakan otoritas-Nya untuk memotivasi atau menghentikan rencana dan langkah setiap orang. Seringnya Tuhan memakai cara tidak langsung, yakni mengingatkan dan menegor, ketika Yesus berkata, “akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan" (ay. 21b). Sayangnya Yudas tidak sadar akan tegoran, ia tetap berkhianat.

 

 

 

Mengapa Yudas mau melakukannya? Menurut William Barclay penulis buku Pemahaman Alkitab Setiap Hari yang terkenal, ada empat alasan Yudas melakukannya, yakni: ketamakan, iri hati, ambisi, dan pekerjaan iblis.

 

 

 

Manusia sering sulit puas terhadap yang sudah dimilikinya. Ada saja dorongan untuk terus mendapatkan lebih dari yang sudah diraih, dan buntutnya ketamakan. Yudas sebagai bendahara para rasul, memang sejak awalnya sudah tamak (Yoh. 12:6; bdk. Yoh. 11:57). Untuk itu kita orang Kristen perlu mensyukuri yang sudah diterima. Jika pun ada keinginan atas sesuatu yang baru dan lebih, mestinya tetap menjaga nilai-nilai rohani dan integritas pribadi. Cinta uang akar segala kejahatan (1Tim. 6:10).

 

 

 

Iri hati bersifat manusiawi tapi perlu kendali. Apalagi bagi orang Batak, ada istilah Hotel (singkatan hosom, teal, late = dengki, sombong dan irihati) yang cukup menonjol, akibat semangat persaingan yang kuat. Semua merasa "anak raja", konsekuensi prinsip kekerabatan dalihan na tolu (tungku yang tiga), membuat kedudukan setara bagi semua orang. Namun perlu dijaga 3K, yakni Kejujuran, Kerendahatian, dan Kehormatan.

 

 

 

Demikian juga halnya dengan ambisi. Tidak ada salahnya bermimpi tinggi, namun kunci keberhasilan menggapainya, perlu 3K lainnya: Kemauan, Kemampuan, dan Kesempatan. Bagian manusia hanyalah membangun kemauan dan kemampuan, namun untuk kesempatan, tetap kuasa Tuhan yang membuka pintunya. Membuka kesempatan dengan cara yang tidak berkenan bagi Tuhan, mengabaikan kepentingan umum yang lebih besar, biasanya berakhir tragis. Doa dan pengharapan dalam iman adalah dasar terbukanya kesempatan tersebut.

 

 

 

Belajar dari Yudas, pengkhianat, pendurhaka, sangat memilukan hati kita. Janganlah "menjual" Yesus demi uang, karir, jabatan apalagi pacar. Jangan biarkan iblis merasuki diri kita; belajarlah bersyukur dan menghindari hal jahat. Bila pun kita menginginkan sesuatu yang “lebih tinggi atau besar”, hendaklah berpegang pada firman Tuhan. Tidak ada gunanya memiliki uang, harta atau kedudukan namun harga diri jatuh, sebagaimana Yudas yang akhirnya menyesali perbuatannya, mengembalikan uang haramnya dan menggantung diri (Mat. 27:3-5). Tetaplah setia dan taat.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

Khotbah (1) Minggu Sengsara - Minggu VI Pra Paskah – 24 Maret 2024

Khotbah (1) Minggu Sengsara - Minggu VI Pra Paskah – 24 Maret 2024

 

 ELUKAN RAJAMU (Yoh. 12:12-16)

 

 “....mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru; “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (ayat 13).

 

 

 

Firman Tuhan pada Minggu Palem ini Yoh. 12:12-16 berbicara tentang Yesus memasuki kota Yerusalem. Ia naik keledai dan dielu-elukan oleh orang banyak, menyambut-Nya dengan lambaian daun palem, sebuah tradisi Yahudi menyambut raja, dan berseru-seru menyongsong Dia. Ini juga sebuah penggenapan nubuatan PL (Mzm. 118:26; Za 9:9).

 

 

 

Yesus saat itu baru saja melakukan mukjizat, membangkitkan Lazarus dari kematian sehingga semakin populer. Orang banyak berharap Dia adalah Mesias yang membebaskan bangsa Yahudi dari penindasan penjajah Romawi. Tetapi Yesus memperlihatkan sikap yang berbeda. Ia tidak menunggang kuda, tetapi hanya keledai muda; sikap kerendahan hati dan keberanian, yang sekaligus bertujuan membalikkan persepsi orang terhadap-Nya. Kerajaan yang dibangun-Nya adalah kerajaan rohani dan sorgawi, bukan politik dan kekuasaan. Itulah pesan pertama-Nya.

 

 

 

Pesan kedua nas ini, kedatangan-Nya ke Yerusalem dan kematian-Nya adalah pintu keselamatan menuju kerajaan damai sejahtera. Penggunaan kekerasan dan penguasaan terhadap sesama tidak memiliki tempat bagi-Nya. Ia datang ke dunia sebagai Mesias dan Raja. Kita umat percaya adalah utusan-Nya untuk memperluas kerajaan-Nya tersebut. Terkadang kita perlu berkorban dan bahkan menderita demi hal itu, tetapi Yesus mengatakan agar kita tidak takut (ayat 14-15).

 

 

 

Pesan ketiga, palem adalah simbol kemenangan; kemenangan atas dosa, penderitaan dan kematian. Palem adalah simbol untuk damai, dan kita mesti hidup damai dengan diri sendiri dan orang lain. Peristiwa ini juga mengingatkan kita agar jangan seperti orang banyak saat itu; sebentar mereka mengelu-elukan Yesus, tetapi dalam sekejap mereka juga berteriak: Salibkan Dia! Itu terjadi karena pengharapan kerdil mereka tidak terwujud. Menempatkan Yesus sebagai Raja artinya kita siap menghadapi segala resiko dan konsekuensi. Bertahan, tegar dan taat. Yang utama, dalam iman kita berpegang, semua resiko itu akan berakhir dan ada palem kemenangan serta sorak sorai. Segala nubuat akan terjadi. Terpujilah Dia Yesus Raja kita.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 17 Maret 2024

Kabar dari Bukit

 

 PENGANTARA YANG SEMPURNA (Ibr. 5:5-10)

 

 ”... dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya” (Ibr. 5:9)

 

 

 

Para imam dan kaum Lewi adalah petugas Bait Suci umat Israel di era PL. Imam Besar merupakan pimpinan, posisi tertinggi. Setahun sekali pada hari raya penebusan (Yom Kippur), hanya Imam Besar yang boleh masuk ke ruang maha suci, mempersembahkan korban tahunan sebagai pengantara umat Israel dengan Allah.

 

 

 

Alkitab menuliskan, Abraham memberi persembahan kepada Melkisedek, Imam Allah yang Mahatinggi (Kej. 14:18-20). Namun Melkisedek bukanlah dari garis suku Israel. Jabatan Imam Besar baru ada saat umat Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Harun - saudaranya Musa - yang dipanggil Allah, adalah imam besar pertama (ay. 4). Di masa PB kita tahu, masih ada imam besar Kayafas yang mengadili Tuhan Yesus. Jabatan ini kemudian hilang, seiring diruntuhkannya bait suci oleh kekaisaran Romawi.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Ibr. 5:5-10. Nas ini bagian dari perikop Yesus sebagai Imam Besar (Ibr. 4:14), penegasan dasar kepercayaan kita. Jabatan Yesus menggantikan para imam besar yang sebelumnya dipilih manusia dari keturunan Lewi; tapi kini ditegaskan, Yesus Kristus ditunjuk langsung oleh Allah Bapa menurut peraturan Melkisedek (ay. 6).

 

 

 

Penetapan dan pengakuan Yesus sebagai Imam Besar melewati proses yang panjang saat diri-Nya sebagai manusia. Ada ujian, Yesus dicobai Iblis (Mat. 4:1-11), diuji tatkala diri-Nya akan disalibkan; Ia berdoa dengan ratap tangis dan keluhan kepada Allah Bapa (ay. 7), agar cawan itu berlalu (Mat. 26:39a, 27:46).

 

 

 

Terbukti, Yesus lulus, tetap mengikuti kehendak Bapa (Mat. 26:39b). Allah pun meneguhkannya, "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini, .... Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya" (ay. 5-6; Mzm. 2:7, 110:4). Itu semua membuktikan Yesus adalah manusia sejati, dan setelah kematian-Nya, kebangkitan dan terangkat ke sorga, Yesus terbukti sebagai Anak Allah sejati.

 

 

 

Melalui nas hari ini kita diajar bahwa ketaatan itu adalah kunci. "Sekalipun Yesus adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya" (ay. 8).  Melalui ujian godaan dan penderitaan yang dialami-Nya, keimaman Yesus menjadi sempurna: "dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah" (Ibr. 5:9-10). Yesus kini menjadi Pengantara baru yang sempurna agar kita dapat dan berani mendekat menghadap takhta Allah Bapa (Ibr. 4:16).

 

 

 

Kesempurnaan Yesus sebagai Imam Besar menjadi bukti, model dan sekaligus teladan agar setiap orang percaya, diminta menjadi serupa dengan Dia, dan terus memperlihatkan kesalehan (ay. 7b). Kita akan dimampukan, sepanjang ada keinginan taat. Tentu, dalam upaya tersebut kita tidak bisa sempurna, sama seperti Harun tidak sempurna pernah menduakan Allah (Kel. 32:1-30). Namun Allah melihat hati (1Sam. 16:7; Yer. 17:10), dan memberi jalan kita menjadi sempurna melalui pengakuan dosa dan pembasuhan oleh darah-Nya.

 

 

 

Pesan lain dalam nas ini, yakni agar kita tidak memanfaatkan situasi. Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, menjadi sombong atas berkat dan jabatan yang diterima. Kuncinya justru sebesar apa pengorbanan kita, sebab tidak ada yang lebih mulia dari pengorbanan yang diberikan. Terakhir, pesan firman-Nya, agar kita tetap dalam iman dan pengharapan, meski tantangan yang ada besar dan berat, sebab kita percaya Yesus di sorga tetap berdoa dan Pembela bagi kita (Ibr. 9:24; Rm. 8:34; 1Yoh. 2:1). Haleluya.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu Sengsara - Minggu VI Pra Paskah 24 Maret 2024

Khotbah (2) Minggu Sengsara - Minggu VI Pra Paskah – 24 Maret 2024

 

 MASALAH DAN TUHAN (Mzm. 31:10-17)

 

 Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" (Mzm. 31:16)

 

 

 

Kita memasuki Minggu Sengsara, minggu keenam masa Pra Paskah. Dalam leksionari disebut hari ini sebagai Liturgy of the Passion, atau Liturgy of the Palms. Umat Katholik mengekspresikannya dengan membawa daun palem, mengingatkan umat menyambut Tuhan Yesus yang sedang menunggang keledai saat memasuki kota Yerusalem, sebuah simbol perdamaian, menjelang akhir pelayanan-Nya. “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan," seru orang-orang yang mengikutinya (Mrk. 11:8-9; Why. 7:9-10).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita hari ini, Mzm. 31:10-17, ditulis oleh Raja Daud. Ia meratap, merasakan sengsara: sesak, sakit hati dan mata, tubuh dan jiwa merana. Rasa duka dan keluh kesah menguasai, tulang pun menjadi lemah (ayat 10-11). Dan yang membuat derita Daud lebih besar, semua temannya lari menjauh. Musuh-musuh dan yang tidak menyukainya, mencela dan berbisik-bisik, ingin mencelakakan bahkan membunuhnya (ayat 12-14). Dan itu jugalah yang dialami Tuhan Yesus setelah Ia ditangkap di atas Bukit Zaitun (Mat. 26:47-56; Luk. 22:47-48). Penderitaan 18 jam menjelang akhir hidup-Nya di Golgota di hari Jumat Agung.

 

 

 

Derita dan kesengsaraan tentu bisa juga datang ke dalam kehidupan kita. Kadang tidak terduga; bisa dari masalah sepele, atau dari soal pelik yang memusingkan kepala. Datangnya pun tidak semuanya soal benar atau salah, seperti Yesus mengalaminya. Namun ketika masalah besar datang, dampaknya selalu menyusahkan tubuh dan jiwa.

 

 

 

Ada banyak teori tentang metode pemecahan masalah (problem solving method). Tetapi secara umum ada kesamaannya, yakni: kenalilah dahulu masalahnya secara rinci, bila perlu cek ulang atau klarifikasi. Apa goal yang dicapai bila masalah tersebut diselesaikan? Lalu, lihat dampaknya bila ditunda atau tidak diselesaikan. Kadang hal ini yang sering terjadi, orang lari dari masalah. Akibatnya, berlarut-larut dan semakin besar.

 

 

 

Padahal, bila dilihat detail dan tahu akar masalahnya, semua bisa diselesaikan. Bila ada masalah, selalu ada solusi. Masalah ada untuk dipecahkan, bukan dihindari. Caranya, mulailah selalu dari bagian gampangnya, solusi kecil. Memang kadang solusi besarnya pahit, tapi tidak apa-apa. Yang utama, jangan karena kita tunda atau hindari, orang lain menjadi susah menderita. Lebih baik kita yang berkorban. Itulah ciri orang Kristen.

 

 

 

Jangan juga terlalu cepat membawanya kepada Tuhan. Manusia telah diberi akal pikiran dan hikmat, serta pengetahuan untuk bisa menyelesaikan masalah. Jangan menyederhanakan dengan mengatakan Yesus adalah jawaban, sementara tidak jelas masalah dan pertanyaannya. Ini bukan dimaksudkan “meminggirkan” Tuhan, tetapi semua ada porsinya. Jangan seperti orang "mabuk agama". Oleh karena itulah, sangat dianjurkan setiap pagi, orang percaya berdoa memohon pimpinan dan pertolongan Tuhan. Dampaknya, kita ada di dalam naungan Tuhan dan berjalan bersama Tuhan sepanjang hari. Tetapi jangan lupa juga, doa pagi hari, baiknya ditutup dengan ucapan syukur dan terima kasih di malam hari. Doa pendek oke, yang penting lapor kepada Tuhan.

 

 

 

Sebagaimana Daud dan Tuhan Yesus dalam penderitaannya, mereka tetap berpegang kepada Tuhan. “... kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!" (ayat 16). Itu kuncinya. Ketika derita dan kesengsaraan datang, imanilah Allah adalah Penolong dan setia. Tidak mencari kuasa lain. Tuhan Yesus pasti mendengar dan Wajah-Nya tidak berpaling membiarkan kita jatuh tegeletak (ayat 17; Mzm. 37:24). “Masa hidupku ada dalam tangan-Mu”, ujar Daud di ayat 16. “Kehendak-Mulah yang terjadi” kata Yesus dalam doa-Nya sebelum ditangkap, meski sebelumnya Ia memohon cawan (penderitaan) itu diambil dari-Nya (Luk. 22:42).

 

 

 

Mari kita hayati Minggu Sengsara ini dengan keyakinan dan mengingat Dia, bahwa bila ada masalah, semua bisa kita lalui. Jadikan Tuhan sumber kekuatan. Allah Mahatahu. Ya kadang Ia membiarkan kita melewatinya, sebagai ujian iman untuk lebih dekat kepada-Nya. Bila timbul rasa takut di awal, itu wajar. “Pikullah kuk yang kupasang...,” kata Yesus. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13). Maka, elukanlah Dia, dan kemuliaan hanya bagi-Nya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (1) Minggu V Pra Paskah – 17 Maret 2024

Khotbah (1) Minggu V Pra Paskah – 17 Maret 2024

 

 DOSA DAN DOSA ASAL (Mzm. 51:1-15)

 

 Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku (Mzm. 51:7)

 

 

 

Pada saat manusia lahir ke dunia, ada yang mengibaratkan jiwanya bagaikan selembar kertas putih, putih polos, tidak berdosa. Tetapi, Alkitab mengajarkan bahwa ada dosa yang ditanggung oleh keturunan seseorang, hingga yang ketiga dan keempat, bila ia melakukan dosa dan tidak membereskannya (Kel. 20:5). Raja Daud dalam ayat di atas juga menegaskan hal tersebut. Para ahli pun menyebut hal ini sebagai dosa asal, dosa turunan, dan menjadi kodrat manusia. Tetapi doktrin ini masih sering diperdebatkan.

 

 

 

Ayat di atas yang menjadi bagian dari firman Tuhan bagi kita minggu ini, yakni Mzm. 51:1-15, dapat juga dimaknai berbeda, dan dapat diterima semua pihak, bahwa manusia sejak lahir telah memiliki kecendrungan berbuat dosa. Bila seseorang tidak dekat dan mengenal Tuhan dengan baik serta tidak lahir baru, maka kecendrungan itu semakin besar. Demikian pula jika orang tersebut lebih mengikuti keinginan daging dan hati manusianya yang egois, godaan dunia dan iblis, maka dosa semakin tidak tertahankan lagi menjadi jerat yang kuat. Jerat, berarti terperangkap, satu dosa melahirkan dosa lain, dan seterusnya, hingga tidak bisa lepas.

 

 

 

Mzm. 51 ini merupakan pengakuan dosa yang indah dari Raja Daud, atas kesalahannya mengambil Batsyeba sebagai istrinya. Semula Batsyeba adalah istri Uria, komandan perang Daud. Jahatnya Daud tidak berhenti, ia kemudian menjerat Uria dengan membunuhnya secara tidak langsung, dan berpikir Batsyeba akan sebagai janda pahlawan yang diselamatkannya. Sayangnya, Tuhan Mahatahu semuanya, dan mengirim nabi Natan untuk menegur Daud. Setelah dituduh telak oleh Natan, bahkan dengan nubuatan, Daud akan menanggung dosa tersebut dengan kematian empat anak-anaknya. Terbukti, Daud harus melewati hidupnya dengan penuh tangis dan dukacita atas kematian anak-anaknya itu.

 

 

 

Daud melakukan dosa karena ada kecendrungan dosa atau natur dosa dalam dirinya. Saat melihat Batsyeba sedang mandi, ia tidak berkuasa melawannya; Ia jatuh, terpuruk, dan dihukum. Demikian pula kita dalam kehidupan ini. Dan Alkitab mengatakan, “semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23). “Upah dosa ialah maut” (Rm. 4:4).

 

 

 

Kadang memang hukuman tidak seketika atau di dunia ini, tetapi di dalam pengadilan Allah yang kelak tidak seorangpun dapat menyangkalnya. Mereka yang tidak bisa membereskan dosanya saat di dunia, maka kita tahu neraka kekekalan dengan jerit tangis dan kertak gigi menjadi bagiannya (Mat. 13:50). Namun sering terjadi, masalah yang timbul adalah: Penyesalan, frustasi, merasa tidak bisa apa-apa, kemudian mengasihi diri sendiri, dan yang lebih parah muncul paralisis, tidak bisa melupakan, menjadi depresi.

 

 

 

Mari kita belajar dari Daud dan sekaligus tahu pengampunan yang diberikan. Selama sembilan bulan Daud bergulat dengan kesalahannya, disimpan dalam hati, tetapi sikapnya kemudian berubah ketika Natan datang kepadanya. Setelah ia telah mendengar semua “kutukan” perbuatannya dari nabi Natan, ia pun mengakui dosanya. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan setelah menyadari kesalahan adalah sebagai berikut:

 

 

 

1.         Nyatakan bahwa Allah itu setia dan mengampuni  (ay. 1)

 

2.         Akuilah hal itu merupakan kegagalan terhadap dirimu (ay. 3)

 

3.         Akuilah kesalahanmu kepada Tuhan (ay. 4)

 

4.         Akuilah bahwa kita lemah, sejak dari lahir  (ay. 5)

 

5.         Minta kepada Tuhan untuk memulihkan (ay. 10)

 

6.         Janji untuk kembali ke jalan yg benar (ay. 13)

 

7.         Memberitakan keadilan Tuhan (ay. 15)

 

 

 

Sangat perlu memohon pengasihan: kasihanilah aku ya Allah (ayat 3a). Ya, semua memang bermula dari belas kasih, bukan kuasa, bukan pembelaan diri. Ia jujur dengan mengaku sadar akan pelanggarannya, meski Tuhan telah memberinya hikmat dan kebenaran. Daud juga tidak menyalahkan Batsyeba atau iblis penggoda. Ia menerima sebab ia tahu Allah adalah adil (ayat 6).

 

 

 

Ia juga tahu Allah Maha Kuasa dan mampu memulihkannya. Tuhan berkuasa untuk membersihkan dosanya dengan hisop, yang kotor dibasuh dan menjadi lebih putih dari salju! Daud rindu kegembiraan hatinya bersama Tuhan dipulihkan. Lalu, ia pun memohon pentahiran, karena itulah kunci untuk kembali ke dalam kasih setia Tuhan. Ia tidak mau Roh Tuhan diambil dari dalam hatinya (ayat 13), seperti meninggalkan Saul yang digantikannya sebagai raja (1Sam. 16:14).

 

 

 

Langkah berikutnya adalah, ketika kita memohon pengampunan, kita perlu berjanji melakukan sesuatu untuk Tuhan. Tidak cukup hanya berubah, tapi harus berbuah. Jika ingin Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, berjanjilah untuk melakukan sesuatu. Sama seperti Daud, berjanji untuk mengajarkan jalan kebenaran Tuhan kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Nya. Daud juga berjanji akan terus bersorak-sorai memberitakan keadilan Tuhan (ayat 15). Sudahkah kita melakukan itu? Kasih setia Allah selalu tersedia. Kesalahan bukanlah terminal terakhir, itu merupakan ujian untuk kesempurnaan kita.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 25 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8561896
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
73244
41991
73244
8223859
713181
883577
8561896

IP Anda: 162.158.107.22
2024-12-15 23:38

Login Form