Sunday, December 15, 2024

2024

Khotbah (2) Minggu II Setelah Pentakosta - 2 Juni 2024

Khotbah (2) Minggu II Setelah Pentakosta

 

 BUKAN DAFTAR BELANJAAN (Mzm. 139:1-6, 13-18)

 

 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN (Mzm 139:4)

 

 Firman Tuhan di Minggu hari ini, Mzm. 139:1-6, 13-18, dengan perikop: Doa di hadapan Allah yang maha tahu. Sejak awal tahun, penekanan bacaan firman menurut leksionari, adalah kekaguman dan rasa takjub serta hormat terhadap kekuasaan dan kebesaran Allah. Kali ini ungkapkan tentang kemahatahuan Allah atas segala sesuatu.

 

 

Raja Daud sebagai pemazmur meyakini bahwa hidupnya sejak dari kandungan telah diketahui Allah. ’Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya" (ayat 13-14).

 

 

 

Apakah benar demikian? Bagaimana logika kemahatahuan Allah terhadap hidup seseorang? Daud dengan lugas mengatakan dengan rinci: ”Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.... Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring “(ayat 2-3).

 

 

 

Tentu semua adalah iman dari akal sehat yang berpegang, bahwa ada Kuasa yang mengendalikan alam semesta ini beserta seluruh isinya. Tidak ada sesuatu tanpa penyebab, dan semua ada awalnya serta tentu juga pasti ada akhirnya. Soal ada pembaruan bumi baru langit baru itu tidak masalah. Ilmuwan besar seperti Einstein dan filsuf besar Immanuel Kant juga sampai pada kesimpulan itu. Oleh karena itu pemazmur menuliskan dengan cara sederhana, “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya ... Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah” (ayat 6 dan 17). Maka benar, ketika akal pikiran tidak mencapai, imanlah yang bekerja.

 

 

 

Pemahaman ini juga membawa kita pada prinsip tidak ada hal yang tersembunyi bagi Tuhan. Manusia tidak dapat berbuat seenaknya, khususnya terkait dosa, seolah-olah tidak ada yang mengetahui. Allah melihat dan maha tahu serta menilai semuanya kelak. Tetapi setiap perbuatan baik yang kita lakukan yang bukan untuk kepentingan diri sendiri, yang tidak dilihat orang, Allah maha tahu. Tujuan dari itu adalah agar Allah dapat melindungi kita sesuai dengan rencana-Nya (ayat 15).

 

 

 

Mazmur ini juga mengatakan bahwa segala sesuatu itu telah tertulis dalam Alkitab. Iman jelas harus berlandaskan “sesuatu” dan bukan atas pandangan orang seorang. Jika ada orang tidak percaya Tuhan karena mengikut filsuf Nietzsche atau lainnya, ya itu kurang berkhikmat saja. Bagi kita orang percaya, pedoman hidup itu adalah Alkitab. “... Dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya,” demikian ditulis di ayat 16. Alkitab adalah jalan kita mencari jawaban dari Tuhan atas segala peristiwa yang terjadi.

 

 

 

Hal terakhir pesan nas ini kepada kita, doa ternyata tidak harus berupa permintaan. Mazmur ini adalah doa kepada Tuhan berupa pujian dan sanjungan. Maka mari kita hindari membuat doa sebagai shopping list atau daftar belanjaan keperluan kita kepada Tuhan. “Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN,” itu pengakuan pemazmur bahwa Allah tahu yang perlu bagi kita.

 

 

 

Tugas kita adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk semakin layak dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya, dan dapat dapat melihat hal besar (Yoh. 1:43-51). Dan jangan lupa, doa pokok kita saat ini agar kita dan keluarga selamat dari Covid-19, hingga badai ini berlalu. Tetaplah memuji dan memuliakan Tuhan, maka hidup kita akan dipakai sesuai dengan rencana indah-Nya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 26 Mei 2024

Kabar dari Bukit Minggu 26 Mei 2024

 

 MENANG ATAS PENDERITAAN (2Kor. 4:7-15)

 

 ”Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami" (2Kor. 4:7)

 

 

Salah satu ketakutan manusia adalah merasa sendirian, tidak berdaya. Hal itu terjadi jika kondisinya sudah pada titik nadir, dampak situasi ekonomi, kesehatan, perseteruan, atau penolakan. Pikiran buntu, melihat tidak ada lagi peluang pengharapan seolah lenyap. Situasi neurotik ini menurut pakar psikologi sangat berbahaya, dapat menimbulkan rasa frustasi, ketakutan, merasa gagal dan bersalah, hingga depresi dan bunuh diri.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu Trinitas yang berbahagia ini adalah 2Kor. 4:7-15. Judul perikopnya: Harta rohani dalam bejana tanah. Pada ayat 7 dituliskan, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”

 

 

 

Pesan pertama renungan kita yakni agar manusia tidak sombong. Kemanusiaan dan kedagingan kita lemah, bagaikan bejana tanah liat yang rapuh, mudah pecah berkeping. Semakin hari tubuh kita merosot dan tidak ada yang dapat menghentikannya. Kita dengan mudah mengalami rasa sakit, kesusahan, kesedihan dan tangisan. Namun orang yang rendah hati lebih siap menghadapinya, sebab hikmat Tuhan ada padanya (Ams. 11:2).

 

 

 

Pesan kedua nas ini, agar jemaat di Korintus dan kita tidak mudah menyerah dan tawar hati. Meski tubuh kita merosot dan kedagingan kita merana, namun kita tidak perlu takut dan gentar. Di dalam bejana yang rapuh itu tersimpan harta sorgawi, yakni “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (ay. 10). Keteladanan dan kuasa Tuhan Yesus menjadi pegangan.

 

 

 

Pesan ketiga, kita jangan sampai kalah meski tekanan yang datang berat. Ancaman, rasa sakit dan penderitaan jangan sampai mengubah hidup kita. Rasul Paulus menyingkapkan sesuai pengalaman hidupnya, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa” (ay. 8-9). Orang percaya selalu kuat, menyadari manusia sesungguhnya tidak pernah sendirian pada segala situasi, jika hidupnya dalam iman akan penyertaan dan pemeliharaan Allah. Inilah kekayaan rohani yang dimaksudkan dalam nas tersebut.

 

 

 

Pesan keempat, iman Kristiani kita hidup, bahwa Tuhan mempunyai rencana yang baik bagi anak-anak-Nya. Meski kita dalam penderitaan dan kelemahan, kuasa Tuhan bekerja agar kita tidak menang, melihat “justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2Kor. 12:9).

 

 

 

Jemaat Korintus dihadapkan adanya guru-guru palsu yang mengajarkan hal berbeda dengan yang disampaikan Rasul Paulus. Ini membuat jemaat sedih, tertekan, dan kebingungan sebab terjadi pertikaian di antara mereka. Rasul Paulus pun menulis surat 2Korintus ini untuk menghibur dan menguatkan jemaat. Firman-Nya mengajarkan, meski maut giat mengancam, orang percaya tetap bangkit bersaksi berkata-kata dengan roh iman yang dianugerahkan kepada kita (ay. 12-13).

 

 

 

Iman dan pengharapan merupakan sauh yang kuat dan aman agar kita tidak tenggelam dan terpuruk (Ibr. 6:19). Yesus yang telah bangkit mendorong kita untuk melakukan hal terbaik, yakni “supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah” (ay. 15). Jurgen Moltmann dalam bukunya Theology of Hope menekankan, berpeganglah pada janji Tuhan yang pasti, semua akan baik-baik saja. Ada sesuatu yang perlu dilihat dengan mata rohani, yakni "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).

 

 

Tidak ada hal yang lebih besar dari sikap dan perbuatan manusia selain menjadi pemenang dan menyenangkan hati Allah.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu I Setelah Hari Raya Pentakosta 26 Mei 2024

Khotbah (2) Minggu I Setelah Hari Raya Pentakosta 26 Mei 2024

 

 

DILAHIRKAN KEMBALI (Yoh. 3:1-17)

 

 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah" (Yoh. 3:3).

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini Yoh. 3:1-17 bercerita tentang percakapan Yesus dengan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi yang menemui-Nya di malam hari. Pesan penting nas ini - selain ayat Yoh 3:16 yang semua orang percaya wajib hafal dan menghayati - adalah tentang dilahirkan kembali. Poin ini juga ditemukan dalam nas lain PB, seperti 2Kor. 5:17; 1Pet. 1:3, 23; 1Yoh. 3:9; Tit. 3:5; Ef. 2:15. Dilahirkan kembali tentu dalam pengertian rohani, percaya kesaksian hal sorgawi, bukan semata yang duniawi (ayat 12).

 

 

 

Ada tiga hal yang kita dapat dalami dari istilah ini. Pertama, dilahirkan kembali dalam kaitan baptisan, baik percik yang berlanjut dengan sidi, atau selam. Ini terkait ayat 5, ...jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Air baptisan tanda hidup yang tahir dan roh yang baru agar hidupnya dipimpin Yesus (lih. Yeh. 36:25-27; Yoh. 3:22 dab; Gal. 2:20). Pengenalan Yesus secara mendalam dan kedudukan pengakuan iman dalam hal itu sangat sentral. Proses itu merupakan tanda dan meterai akan kehidupan kekal. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (2Kor. 5:17a).

 

 

 

Kedua, dilahirkan kembali dalam pengertian bagi orang yang tahu akan Yesus, tapi tidak/belum mengakuinya sebagai Juruselamat. Dalam hal ini Nikodemus adalah contoh yang konkrit, seorang pemimpin agama yang penuh pengetahuan dan juga sarat kebaikan. Tindakannya menjumpai Yesus dengan resiko, sangatlah terpuji. Bagi Nikodemus dan mereka yang belum percaya Yesus dan menerimanya sebagai Juruselamat, pengakuan itu sangat penting.

 

 

 

Ketiga, dilahirkan kembali dalam pengertian pertobatan. Ini berlaku bagi mereka yang sudah belajar dan dibaptis, tetapi kehidupannya jauh dari menyenangkan hati Tuhan. Tidak sedikit mereka ini tampak rutin beribadah minggu, ikut pelayanan dan lainnya, tetapi hakekat hidupnya rusak oleh dosa. Pertobatan dan pembaruan total diperlukan dengan dilahirkan kembali menjadi manusia baru. Ada banyak alasan dan cara yang dipakai Tuhan untuk melakukan transformasi rohani. "Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh" (ayat 8).

 

 

 

Kadang orang percaya berpegang pada Ef. 2:8, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Tetapi itu tidak dapat membuat kita hidup sembarangan dan menyia-nyiakan waktu. Tetap percaya, taat dan berkarya. Nikodemus menunjukkan karyanya setelah mengakui Yesus. Ia membela saat imam-imam kepala menyerang Yesus (Yoh. 7:51). Dan, ketika Yesus mati, ia membawa "campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya" saat upacara pemakaman-Nya (Yoh. 19:39). Ya, kasih mesti berwujud.

 

 

 

Percakapan Nikodemus ini membuat kita perlu berefleksi. Sudah berapa lama kita telah mengenal dan mengakui Dia? Lahir baru, pembaruan hati dan menjadi manusia baru mungkin kita perlukan. Sisihkan selumbar untuk dimampukan melihat kebenaran Ilahi ini. Nyatakan kerinduan seperti Nikodemus sehingga Allah bertindak dan kita layak menerima hidup kekal dari-Nya. Kerajaan Allah hanyalah bagi orang-orang yang telah diperbarui. Haleluya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (1) Minggu I Setelah Hari Raya Pentakosta 26 Mei 2024

Khotbah Minggu I Setelah Hari Raya Pentakosta 26 Mei 2024

 

 MENJADI ANAK-ANAK ALLAH (Rm. 8:12-25)

 

 Bacaan lainnya: Kej. 28:10-19a; atau Yes. 44:6-8; Mzm. 139:1-12, 23-24 atau Mzm. 86:11-17; Mat. 13:24-30, 36-43

 

 

 

Pendahuluan

 

 

Kita tahu bahwa banyak orang Kristen yang belum memahami arti sebagai pengikut Kristus. Pola kehidupannya sering kali belum mencerminkan maksud dan kehendak Tuhan Yesus dalam hidupnya sebagai anak-anak Allah, dan masih banyak yang hidup dengan pola manusia lama. Hal itu bisa tampak dari hal sederhana, misalnya, masih hidup dalam ketakutan: takut pada kegelapan, takut akan hari esok dan lainnya, sampai yang paling “berat” yakni wajib peduli dan berbuat baik terhadap orang lain. Firman-Nya berkata: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak. 4:17). Hal itu mungkin didasari belum dipahaminya rencana Allah dalam hidupnya dan juga janji pasti yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita. Melalui nas minggu ini kita diberi pengajaran tentang hidup sebagai anak-anak Allah dan sekaligus pewaris kerajaan-Nya saat ini hingga di kekekalan nanti.

 

 

 

Pertama: Kita adalah orang berhutang (ayat 12-13)

 

Kita tahu banyak orang yang merokok. Adanya keharusan pemerintah mencantumkan gambar-gambar yang menyeramkan di bungkus rokok dan tulisan "Merokok Membunuhmu" dengan tujuan untuk memberi kesadaran dan rasa takut kepada pembeli, tampaknya tidak efektif. Kenaikan pita cukai juga tidak terlalu menolong, meski dianggap terlalu kecil sehingga harga jual rokok masih murah dibanding di luar negeri. Oleh karena itu jumlah perokok di Indonesia terus bertambah dan bahkan sudah merembet ke dunia remaja muda. Industri rokok pun semakin jaya dengan keuntungan semakin besar. Para pemilik pabrik rokok menjadi orang-orang terkaya di Indonesia. Alasan orang tetap menjadi perokok jelas, yakni susah menghentikan sebab telah adanya racun di dalam tubuh (darahnya) berupa zat adiktif nikotin yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah yang menyebabkan kecanduan. Setiap saat racun ini meminta kembali nikotin yang memaksa perokok untuk kembali ingin mengepulkan asap rokok demi untuk memenuhi kebutuhan racun tadi. Dengan demikian dapat dikatakan, seolah-olah seorang perokok merasa berhutang bagi tubuhnya, bagi dagingnya, sehingga perlu "membayar" pada saat yang dibutuhkan. Kecanduan memenuhi keinginan tubuh dan daging bukan hanya merokok, hal lainnya bisa kita lihat pada kecanduan narkoba, alkoholisme, kecanduan seksual, makan berlebih yang berakibat menjadi mudah lapar, termasuk kecanduan yang bukan tubuh seperti judi, menonton film porno, dan lainnya.

 

 

 

Anehnya, semua orang tahu bahwa merokok tidak baik, banyak minum alkohol (berlebih) tidak baik, narkoba itu tidak baik. Namun tetap saja orang memulai dan akhirnya terjerat dalam hutang ketergantungan kepada daging. Mereka mungkin melupakan awalnya, bahwa memulai itu berarti membuat hutang pada tubuh. Betul ada jalan pemulihan, seorang perokok dapat menghentikan kebiasaannya dengan komitmen penuh. Kalau ada yang mengatakan tidak bisa, maka sebenarnya hanya belum memiliki komitmen kuat. Lain lagi, memulihkan seseorang yang terjerat alkoholisme, ini memerlukan biaya yang besar. Sama dengan narkoba, biasanya harus masuk panti khusus pemulihan yang membutuhkan biaya besar dan menjalani proses "siksaan" pada tubuh untuk menetralisir tubuh yang sudah terkontaminasi racun-racun yang ada di dalam darah. Untuk masuk dalam proses pemulihan itu pun memang perlu ada "kesadaran" sehingga proses pemulihan menjadi lebih mudah dan tidak merasa terlalu berat. Seseorang harus proaktif dalam memenangkan peperangan yang dipakai iblis melalui kedagingan kita. Dalam hal ini "kerjasama" dibutuhkan antara tubuh dengan roh (kesadaran) untuk proses pemulihan.

 

 

 

Namun banyak yang membuktikan, kesadaran dan kekuatan dari roh (kecil) kita saja tidak cukup untuk dapat melawan mematikan racun-racun tubuh itu. Seorang perokok atau pecandu narkoba biasanya bisa berhenti sebentar namun kumat lagi. Orang yang merokok kalau tidak sadar tujuan hidupnya, akan mudah kembali kecanduan. Demikian juga dengan kecanduan lainnya, sehingga yang dilakukan dalam pemulihan sering tidak efektif. Oleh karena itu, panti pemulihan alkohol dan narkoba yang dilengkapi dukungan kerohanian dengan memperkenalkan Tuhan Yesus biasanya lebih efektif. Seseorang yang mengenal Tuhan Yesus tentunya memahami bahwa mengikuti keinginan dengan membayar hutang kepada tubuh dan daging adalah sesuatu yang sia-sia dan membawa kita pada kematian. Juga perlu dibayangkan, berapa nilai rokok yang kita bayar, harga narkoba dan alkohol yang kita harus beli, semua hanya membentuk hutang kepada tubuh, yang kita harus membayarnya setiap saat sebelum dipulihkan. Ini masih ditambah dengan kerusakan tubuh. Apalagi, untuk membeli semua kebutuhan yang merusak itu harus mengorbankan keperluan yang lebih penting, untuk anak, keluarga, berobat dan lainnya. Dalam hal ini bukan saja kematian fisik yang terjadi, tetapi juga kematian secara rohani, sebab kita melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan (Gal. 5:16-18; Ef. 6:12; 1Pet. 2:11). Oleh karena itu, hanya Roh Allah yang bekerja dalam kesadaran dan komitmen (roh kita) yang dapat menghentikan semua kecanduan itu. Nas minggu ini menuliskan, "jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup." Roh itulah yang menghidupkan seseorang pecandu dari penyakit yang merusak dan sekaligus memahami arti kehidupan ini untuk tidak dijalani dengan sia-sia, hanya memuaskan diri sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain.

 

 

 

 

Kedua: Kita tidak dipimpin roh perbudakan (ayat 14-17a)

 

 

Rasul Paulus menggunakan kata adopsi sebagai ilustrasi hubungan baru orang percaya dengan Tuhan. Ia menggunakan kata Yunani hiuos yang berarti "anak yang sudah diangkat secara sah." Di dalam budaya Romawi, seseorang yang diadopsi oleh keluarga lain, maka hak-haknya pada keluarga lama akan hilang, namun akan mendapatkan hak-hak dari keluarga yang baru. Dengan demikian ayat yang dipakai dalam nas ini menggambarkan posisi orang percaya, ketika menjadi orang Kristen dan lahir baru kita diangkat menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12; 3:4-5), maka kita pun memiliki hak penuh dan istimewa sebagai anak (Gal. 3:26; 4:5; Ef. 1:5). Salah satu keistimewaan menjadi anak-anak Allah adalah hubungan kita dengan Allah Bapa menjadi begitu dekat. Kita dapat memanggil dengan panggilan akrab, yakni: Abba, yang berarti Bapa. Kata Abba berasal dari bahasa Aram yang sering digunakan pada saat kehidupan sehari-hari Tuhan Yesus. Perkataan "ya Abba, ya Bapa" juga merupakan seruan Tuhan Yesus tatkala Ia berdoa di bukit di Getsemani (Mar. 14:36; Gal. 4:3-9).

 

 

 

Dengan hubungan yang dekat dan mesra antara kita anak-anak-Nya dengan Allah, kita tidak lagi menjadi budak-budak yang was-was dan takut (2Tim. 1:7); melainkan kita adalah anak-anak "Tuan Besar". Sungguh alangkah menyenangkan, roh perbudakan itu telah lenyap. Roh perbudakan pada dasarnya adalah akibat pemahaman hukum Taurat yang membangkitkan rasa takut dan mencoba menyenangkan Allah dengan cara-cara yang sia-sia. Allah telah memberikan kita hadiah kasih karunia terbesar dalam hidup kita, yakni: Yesus Kristus, pengampunan, dan kemerdekaan. Dengan menerima Yesus, kita masuk ke jalan kemenangan dan kehidupan kita dipimpin oleh Roh Kudus (Gal. 4:5-6), serta kita dimampukan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh dan menganggap kecenderungan dan kuasa dosa di dalam tubuh sudah mati (band. Rm. 6:11; Gal. 5:24). Kita menjadi tahu tentang makna dan hakekat kehidupan yang sebenarnya, yakni kasih karunia. Kita memiliki tujuan hidup yang sekaligus menjalankan misi Allah sambil mengucap syukur, sambil terus mematikan keinginan daging sebagai bagian ketaatan kita pada-Nya (Rm. 1:5). Nilai sebuah kemenangan sangat tinggi sesuai dengan perjuangan yang kita korbankan. Konsekuensi positif lainnya, secara sadar kita dapat mengabaikan pencobaan kedagingan yang sering dimanfaatkan iblis (Gal. 6:8).

 

 

 

Keistimewaan lainnya sebagai anak yang sah, kita menjadi pewaris dari keluarga kerajaan Allah. Kita mendapat hak penuh sebagai pewaris dari keluarga sorgawi (Gal. 4:7; Ef. 3:6). Kita memperoleh bagian dari kekayaan sorga bersama orang percaya lainnya, berhak menerima janji-janji Allah. Kasih Bapa kepada kita sebagai anak-anak-Nya sama dengan kasih bagi Anak-Nya yang tunggal yakni Yesus Kristus (Yoh. 14:21, 23; 17:23). Mungkin kadang kala kita tidak merasa bahwa kita adalah anak-anak Allah. Iblis akan mengganggu dan menggoyang iman kita, namun Roh Kudus adalah saksi atas sikap dan keberadaan kita. Kehadiran-Nya di dalam hati mengingatkan (kembali) siapa kita dan menguatkan diri kita dengan kasih Allah Bapa (Rm. 5:5; Tit. 2:11-12). Ia menjamin kehidupan yang kekal, dan meneguhkan kita atas setiap permintaan kebutuhan sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.

 

 

 

Ketiga: Kita masih mengeluh dan menderita (ayat 17b-23)

 

 

Sebagai ahli waris kerajaan Allah, cobaan dan penderitaan tidak otomatis lepas dari kehidupan kita. Orang percaya harus menghadapi berbagai jenis penderitaan yang mungkin terjadi. Kadang pencobaan datang tidak terduga dan terselami seperti yang dialami Ayub. Pada awal abad pertama, orang Kristen menghadapi pencobaan berupa pengucilan dan penyiksaan yang berdampak dalam kehidupan sosial ekonomi, bahkan termasuk risiko kematian. Demikian juga kita saat ini harus siap menghadapi risiko yang akan datang, dan siap membayar harga untuk itu. Di beberapa belahan dunia ini, ada tekanan-tekanan yang harus diterima oleh orang Kristen, dalam kegiatan dan karier di pemerintahan atau perusahaan, termasuk dalam pekabaran Injil. Kita di Indonesia yang mengaku sebagai negara yang memiliki toleransi tinggi, juga mengalaminya di beberapa daerah. Kekristenan tidak otomatis menjadi mulus dan langsung memuaskan. Namun itu tidak boleh menghentikan pola hidup sebagai orang Kristen yang harus melayani sesama, membela ketidakadilan, membela nilai-nilai hakiki yang universal, yang selalu mempunyai harga. Namun betapa pun beratnya, perlu kita ingat beban itu tidak akan melebihi yang ditanggung oleh Yesus pada masa pelayanan-Nya untuk dapat membela dan menebus kita dari dosa dan penderitaan kekal.

 

 

 

Betul, Allah telah menciptakan dunia dan alam semesta ini dalam keadaan amat baik (Kej. 1:31). Kejatuhan Adam ke dalam dosa merusakkan semua konsep dan ciptaan. Dosa menyebabkan seluruh ciptaan menjadi jauh dari nilai-nilai hakiki saat awal Tuhan menciptakan. Manusia hanya makan dari buah-buahan pohon dan dedaunan di Taman Eden (Kej. 2:9, 16), kemudian boleh makan daging hewan setelah peristiwa penyelamatan Nuh dengan air bah (Kej. 9:3-4). Ini mungkin konsekuensi keserakahan. Akibatnya, semua mengalami kerusakan nilai-nilai hakikinya akibat dosa Adam hingga peristiwa Nuh. Alam semesta juga semakin menanggung berbagai kerusakan akibat bencana alam, seperti gempa, tsunami, ledakan gunung, kekeringan, banjir, dan kerusakan lingkungan hidup lainnya. Memang semua ini masih dalam kendali kehendak-Nya akibat ketidaktaatan manusia. Semua makhluk mengeluh dalam pengertian ketidak puasan, namun harus menyadari keluhan sebagaimana orang bersalin pasti menghasilkan hidup baru dan kelegaan. Alam dan manusia mengharapkan pelangi baru sebagai tanda kasih Allah. Dunia mengalami kefrustasian dan terbelenggu dalam kelemahannya, sehingga tidak dapat memulihkan hakekat nilai asli sesuai dengan tujuan Tuhan.

 

 

 

Orang Kristen perlu melihat dunia ini sebagaimana adanya, dunia yang semakin melorot dan secara rohani dosa telah merasuk. Alkitab yang kita imani mengatakan suatu saat Tuhan pasti memulihkan semua ciptaan-Nya, terbebas dan ditransformasikan. Bersamaan dengan masa yang datang itu, semua berharap adanya pemulihan anak-anak Allah dibangkitkan. Namun kita orang percaya tidak perlu pesimis, sebab ada pengharapan kemenangan di masa depan. Sementara itu, orang Kristen di dunia ini terus bersaksi dan berbuah dengan menyembuhkan penyakit masyarakat, baik fisik, ekonomi, sosial maupun jiwa-jiwa yang masih haus akan kedamaian dan sukacita yang telah dirusak oleh iblis. Kita juga akan dibangkitkan dengan tubuh kemuliaan sebagaimana tubuh Yesus setelah kebangkitan-Nya yang saat tinggal di sorga (1Kor. 15:25-58). Pembebasan tubuh kedagingan berarti bebas dari rasa sakit dan penderitaan akan berlalu bagi setiap orang percaya. Perubahan lengkap tubuh dan kepribadian kita kelak akan dinyatakan setelah kehidupan saat ini, ketika kita menjadi serupa dengan Kristus (1Yoh. 3:2). Kita telah mendapatkan "karunia sulung" berupa pemberian pertama atau uang muka yakni Roh Kudus sebagai jaminan semua pembebasan itu (2Kor. 1:22; 5:5; Ef. 1:14).

 

 

Keempat: Mengharapkan yang tidak dilihat (ayat 24-25)

 

Rasul Paulus dalam bab-bab sebelumnya telah menyodorkan ide yang berdasarkan pandangan hidup di dunia Romawi saat itu, bahwa keselamatan ada di masa lampau, di masa kini, dan di masa mendatang. Di masa lampau kita diselamatkan pada saat kita pertama kali mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Kehidupan kita yang baru yakni jaminan hingga kekekalan dimulai pada saat pengakuan itu (Rm. 3:24-25; 5:8-11; 8:1). Pada saat ini kita tetap diselamatkan dalam sebuah proses berkelanjutan dan pengudusan. Kekalahan sesaat kita terhadap iblis tidak menghapus janji dan jaminan keselamatan, sepanjang kita memperlihatkan sikap penyesalan dalam dan pertobatan. Di saat yang sama kita akan menerima penggenapan seluruh upah dan berkat dari keselamatan yang menjadi milik kita, ketika nanti kerajaan Kristus dinyatakan utuh sempurna sepenuhnya. Ini merupakan keselamatan kita di masa mendatang. Kita berkeyakinan penuh atas seluruh keselamatan itu, teguh memandang dengan penuh pengharapan dan iman. Pengharapan adalah sauh yang kuat untuk menjaga agar kita tidak terombang-ambing dalam menghadapi pergumulan hidup sehari-hari (Ibr. 6:19), dengan demikian kita diberi jalan yang menyelamatkan melalui pengharapan.

 

 

 

Namun, tetap kita perlu memahami pertanyaan dasarnya: Apa yang kita nantikan dalam menyongsong pasca hidup kita di dunia ini? Sesuatu yang kita lihat saat ini bukanlah pengharapan melainkan realitas yang dihadapi tanpa perlu keluhan. Sejatinya, sesuai dengan gambaran yang diberikan Alkitab, kita mengharapkan tubuh yang baru, keluarga dan rumah yang abadi, sebuah bumi baru dan langit baru, kedamaian dan kelimpahan berkat, ketiadaan dosa dan penderitaan, dan yang terutama kita dapat bertatap muka dengan Tuhan Yesus sebagai sumber pengharapan kita! Seperti gambaran kitab Wahyu, kita/mereka "tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka" (Why. 7:16-17). Kita melihat ke depan menunggu pada bumi baru dan langit baru sebagaimana yang Allah janjikan, bebas dari perbuatan dan konsekuensi dosa. Gambaran itu tidak bisa kita uraikan sebagaimana dikatakan firman-Nya: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9). Semua ditaklukkan melalui pengharapan.

 

 

 

Adalah sesuatu yang alamiah untuk seorang anak mempercayai penuh orangtuanya, meskipun kadang kala orangtuanya tidak bisa memenuhi janjinya karena keterbatasan tertentu. Tetapi, Bapa sorgawi kita, bagaimanapun, tidak akan pernah mengabaikan janji yang diberikan-Nya (Ibr. 6:13; 2Pet. 3:9). Namun daripada berlaku seperti anak yang tidak sabar menunggu semua dinyatakan di dunia ini, lebih baik kita tetap meletakkan iman di dalam hikmat dan kebaikan Allah. Betul, kadangkala, waktu yang diberikan-Nya jauh dari pengharapan kita. Rencana-Nya tidak terselami dan bisa jauh dari perkiraan kita. Namun kita percaya rencana-Nya adalah yang terindah. Kita diberi berbagai peristiwa untuk menguji kesabaran kita, ketaatan kita, dan terutama ketekunan kita dalam penantian itu (2Tim. 2:12; 1Pet. 4:13). Ketidaksabaran seorang anak harus diisi dengan menjalankan tugas panggilan, bukan dengan keluhan atau gerutuan. Itulah yang membuktikan bahwa kita adalah anak-anak sejati yang berhak atas tubuh kemuliaan menggantikan tubuh fana ini.

 

 

Penutup

 

Melalui nas minggu ini kita diingatkan kembali tentang hak-hak kita sebagai anak-anak Allah, yakni kita tidak perlu berhutang (lagi) kepada tubuh dan kedagingan, melainkan kita berhutang kepada Yesus yang telah menyelamatkan hidup kita. Kita tidak perlu lagi berhutang wajib memenuhi keinginan tubuh sehingga ada ketergantungan, keterikatan, kecanduan yang membuat kita sebagai budak dari tubuh. Sebagai anak-anak Allah yang sudah dimerdekakan dan diberi kuasa Roh Kudus, kita tidak lagi memiliki roh perbudakan, bahkan kita adalah ahli waris yang sah dari Allah Bapa. Namun, dalam menanti penggenapan warisan kerajaan sorga itu, kita masih perlu berkorban dan bahkan menderita di dunia ini, yang hal itu sebagai ujian ketaatan dan kasih kita kepada Bapa. Ujian juga dimaksudkan agar hal yang kita akan terima nanti memang merupakan sesuatu yang istimewa, yang kita sendiri tidak bisa bayangkan dan gambarkan keistimewaannya. Yang jelas, warisan kerajaan sorga itu pasti melebihi gambaran dan penglihatan yang kita miliki, sebab kalau kita sudah melihatnya di dunia ini, maka itu bukan lagi pengharapan. Namun untuk semua itu, kita perlu bertekun dalam segala ujian dan pengharapan itu, disertai rasa syukur sehingga kita terbukti adalah anak-anak Allah yang sejati.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 19 Mei 2024

Kabar dari Bukit

 

 NURANI DAN ROH KEBENARAN (Yoh. 15:26-27; 16:4b-15)

 

 

”Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman" (Yoh. 16:8)

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada hari raya Pentakosta hari Minggu ini adalah Yoh. 15:26-27; 16:4b-15. Hari ini disebut juga hari pencurahan Roh Kudus karena dalam penantian, kesedihan, dan ketakutan para murid yang berkumpul di sebuah kamar atas, Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka (Kis. 2:1-4). Hari ini disebut juga sebagai hari lahirnya Gereja, karena Roh Kudus memberikan kuasa kepada para murid mengabarkan Injil dan menjadi saksi bagi Kristus di seluruh dunia (ay. 15:26-27; Kis. 2:14-40).

 

 

 

Pesan pertama nas minggu ini adalah perkataan Tuhan Yesus, "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu" (ay. 16:7). Poin ini penting sebab dengan pencurahan Roh Kudus, maka janji Allah digenapi bahwa Tuhan Yesus menyertai kita sampai akhir zaman (Mat. 28:20). Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus tentu terbatas masa dan umur-Nya. Kematian Yesus di usia muda dan hanya melayani tiga tahun dengan karya yang begitu besar, memperlihatkan kepada murid dan kita, bahwa pekerjaan misi Yesus telah diserahkan kepada semua orang percaya dengan bekal untuk dapat melakukan pekerjaan-Nya bahkan lebih besar (Yoh. 14:12).

 

 

 

Pesan kedua, dalam nas minggu ini Roh Kudus disebutkan sebagai Roh Kebenaran, dan pekerjaan-Nya ada tiga: "Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum" (ay. 9-11). Ketiga hal ini yakni keinsyafan atau kesadaran akan dosa, kebenaran dan penghakiman sangatlah berhubungan dengan hati nurani.

 

 

 

Dalam Alkitab, hati nurani (Yunani: suneidesis) atau istilah lainnya “suara hati” atau “hati yang tulus” (bdk. Kej 20:5-6), sering disebutkan. Namun penting kita sadari bahwa hati nurani hanyalah alat, instrumen untuk mengetahui salah benar, baik buruk, berguna tidak berguna. Hati nurani tidak otomatis berfungsi tentang kesadaran hakiki kebenaran, kebaikan dan kemanfaatan. Hati nurani bisa kotor dan jahat, salah dan buruk, jika yang dipakai standar kedagingan, nafsu dan norma dunia. Allah menyelidiki hati nurani kita (Rm. 8:27), dan tidak menjadi lemah dan dinodai (1Kor. 8:7).

 

Oleh karena itu Alkitab menekankan pentingnya hidup dengan hati nurani yang baik, murni dan suci di hadapan Allah dan manusia (Kis. 24:16; 1Tim 3:9).

 

 

 

Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran akan bersaksi tentang Kristus Yesus (ay. 26b), meyakinkan (ay. 8), membimbing (ay. 13), mengajar (Yoh. 14:16),

 

dan terus bekerja melalui bisikan ke dalam hati nurani sehingga kita tetap dalam pemeliharaan dan menempuh jalan yang berkenan bagi-Nya, serta terus membarui (Rm. 8:26). Alkitab sebagai suara Allah memiliki kewibawaan ilahi dan standar paripurna mengisi hati nurani.

 

 

 

Untuk itulah kita perlu rajin membaca dan memahami isinya. Tetapi Tuhan Yesus juga  merumuskannya dengan pedoman ringkas sederhana dan mudah dicerna. Pedoman pertama, pakailah hukum kasih kepada Tuhan dan sesama (Mat. 22:37-40). Pedoman kedua, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat. 7:12). Jika ditambahkan pedoman ketiga yang menjadi ciri Kekristenan sejati, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan..., janganlah kamu menuntut pembalasan, kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Rm 12:17-21). "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka" (Mat. 5:44).

 

 

Sungguh berbahagia kita yang mengikut Yesus dan hati nuraninya mau terus dituntun oleh Roh Kebenaran.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 284 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8563552
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1600
73300
74900
8223859
714837
883577
8563552

IP Anda: 172.70.142.90
2024-12-16 02:39

Login Form