2024
2024
Khotbah (2) Minggu XII Setelah Pentakosta – 11 Agustus 2024
Khotbah (2) Minggu XII Setelah Pentakosta – 11 Agustus 2024
PERLINDUNGAN TOTAL (Mzm. 34:2-9)
Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku (Mzm. 34:5)
Pasti banyak orang ingin seperti Raja Daud. Namun, bukan secara kemegahan jubah, kebesaran dan kekuasaannya; karena itu tidak mungkin. Tetapi, hal yang mudah kita teladani adalah imannya. Dan mazmurnyalah sebagai firman Tuhan bagi kita pada hari Minggu ini, yaitu Mzm. 34:2-9. Judul perikopnya: Dalam perlindungan Tuhan.
Kunci iman Raja Daud ialah melekatkan dalam hati dan pikirannya, Tuhan itu baik. Meski Daud seorang raja, ia mematrikan Yesus adalah Raja dari segala raja. Perkasa. Oleh karena itu, Raja Daud mengungkapkan sukacitanya yang besar:
• Puji-pujian di dalam mulutku pada segala waktu (ayat 2)
• Karena TUHAN jiwaku bermegah (ayat 3a)
• Muliakanlah TUHAN, marilah memasyhurkan nama-Nya (ayat 4)
• Aku mencari TUHAN, Ia melepaskan aku dari segala kegentaranku (ayat 5)
• Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu berseri-seri (ayat 6)
• Orang tertindas berseru, TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dari kesesakannya (ayat 7)
• Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia (ayat 8).
Ada keyakinan penuh Raja Daud, perlindungan Tuhan berlaku total ketika kita meletakkan iman kepada-Nya, dalam segala situasi yang kita hadapi. Perlindungan bukan hanya ketika kita sehat atau bersukacita. Ketika sakit atau ketakutan terjangkit virus menular, ada perlindungan dan Tuhan bekerja ketika kita datang berseru. “Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. ... Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1Kor. 10:13).
Bahkan ketika akhirnya kita meninggalkan dunia ini, perlindungan Tuhan tetap bekerja. “Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.... Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Rm. 6:8; 14:8).
Semua ini tentu didasari iman kepada Tuhan Yesus. Iman yang menurut Derek Prince didasari tiga hal: penyerahan diri dan kita hidup bersamanya (2Kor. 5:7; Mat. 19:26; Mrk. 9:23), percaya bahwa iman itu adalah anugerah Tuhan (1Kor. 12:7-11), dan didasari pemahaman iman itu adalah buah Roh (Gal. 5:22-23). Sebagai buah (Roh), iman perlu dipelihara untuk bertumbuh dan berbuah lebat dengan kualitas terbaik: disemai, ditanam, diolah, dipupuk, dan dijaga dari ilalang iblis. Iman tidak tumbuh dalam semalam: perlu waktu, kesabaran, ketelatenan melalui latihan, tetap percaya dan dipercayai, dan keberanian untuk terus berjalan di dalamnya.
“Makin serupa, Yesus, Tuhanku; inilah sungguh kerinduanku.” Itulah cuplikan awal lagu NKB 138. Tetapi saya pernah mendengar respon seperti ini: “Wah, kita tidak bisa, Yesus kan Tuhan!” Ada benar dan salahnya. Tetapi Raja Daud bukan Tuhan. Paulus bukan Tuhan. Untuk itu janganlah berkelit dengan mengatakan, mereka adalah raja dan rasul. Nah, kalau sudah begitu, semua kembali kepada niat dan kemauan. Pepatah lama berlaku, di mana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Aku mau, maka aku bisa. Aku tidak mau, maka pasti tidak bisa. Itulah hukum kehidupan.
Hanya dengan demikian kita bisa serupa dengan Raja Daud. Memperkaya pengalaman hidup dengan berjalan dalam iman, diterapkan bukan hanya saat berpengharapan, tetapi juga dalam setiap pergumulan. Dan akhirnya kita berani mempersaksikannya, seperti ayat 9 penutup nas minggu ini: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdr. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit Minggu 4 Agustus 2024
Kabar dari Bukit
SINERGI DALAM KEANEKARAGAMAN (Ef. 4:1-16)
"Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus" (Ef. 4:7)
"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh" merupakan peribahasa yang populer. Maknanya, akan lebih baik dan efektip jika dalam mewujudkan tujuan sebuah kelompok atau organisasi, dilakukan secara bersama-sama. Ini senada dengan perumpamaan sapu lidi, jika sebuah lidi mudah dipatahkan. Namun, ketika kumpulan lidi diikat menjadi satu, kekuatannya menjadi kolektif dan tidak mudah dipatahkan.
Firman Tuhan bagi kita di Minggu berbahagia hari ini adalah Ef. 4:1-16. Judul perikopnya: Kesatuan jemaat dan karunia yang berbeda-beda. Namun ternyata sejarah gereja memperlihatkan hal berbeda. Jika membaca buku Prof. Dr. Jan S. Aritonang tentang berbagai aliran di dalam gereja, perpecahan telah terjadi sejak awal. Gereja Kristen yang tadinya satu, terpecah menjadi gereja Barat dan Timur; kemudian gereja Barat juga pecah menjadi gereja katolik dan protestan; gereja protestan terpecah menjadi gereja Lutheran dan Calvinin dan berbagai aliran lainnya. Bahkan terakhir muncul aliran gereja "sempalan”, seperti Scientology dan gerakan zaman baru yang tidak mengakui Alkitab sebagai kitab sucinya.
Tentunya kita tidak berprasangka bahwa perbedaan dan perpecahan (gereja) selalu berbuah buruk. Alkitab menggambarkan perbedaan Rasul Petrus dengan Paulus, yang berdampak Injil lebih tersebar ke berbagai penjuru dunia. Bentuk organisasi gereja di dalam Alkitab juga membuka peluang perbedaan tersebut, yakni bentuk pemerintahan gereja yang dapat bersifat episkopal, presbiterial, dan kongregasional, sebagaimana dibedakan oleh Henry C. Thiessen dalam bukunya Teologi Sistematika. Selain itu penafsiran yang berbeda dari ayat/nas dapat menjadi benih perpecahan, misalnya, perihal baptis percik dan selam, dan hal lainnya.
Jan S. Aritonang kemudian menyimpulkan, bahwa terjadinya perpecahan dalam gereja selain faktor latar belakang, pergumulan dan konteks tertentu, selalu ada tokoh-(tokoh) sentralnya, seperti Martin Luther, John Calvin, Wesley bersaudara, termasuk tokoh gereja Pestakostal yaitu Charles Parham dan William Seymour. Mereka ini umumnya memiliki pemikiran-pemikiran tertulis yang hebat, dan kemudian dibukukan menjadi ajaran pokok; dan ironisnya mengaku paling alkitabiah. Ya, itu sah-sah saja, namun kebenarannya diuji dalam sejarah dan besarnya pengikut.
Allah memberi berbagai karunia kepada kita orang percaya untuk memperlengkapi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (ay. 12). Ada tiga katagori karunia menurut Alkitab, yakni melayani, membuat tanda-tanda/mukjizat, dan karunia berbicara melalui jabatan nabi, rasul, penginjil, gembala dan pengajar (ay. 11). Keunggulan dalam karunia tertentu ini juga dapat memicu perpecahan.
Namun nas minggu ini menasihati kita, untuk terciptanya kesatuan jemaat diperlukan sifat rendah hati, lemah lembut, kesabaran, dan kasih yang saling membantu (ay. 2). Mereka yang dipanggil melayani hendaklah hidupnya sepadan dengan panggilan itu (ay. 1). Maka jika ada gereja yang merupakan sempalan dari perpecahan, tidak berhasil menjadi gereja yang bertumbuh baik, itu karena pemimpinnya tidak sepadan dengan panggilannya dan tidak memiliki sifat-sifat yang disebutkan nas di atas.
Nas minggu ini juga mengingatkan agar tujuan membentuk gereja (baru), tidaklah dengan permainan palsu dan kelicikan menyesatkan (ay. 14). Pedoman yang diharapkan oleh firman-Nya, agar tetap berusaha memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua... (ay. 4-6). Bhinneka Tunggal Ika, keanekaragaman yang bersinergi. "Kita satu di dalam Tuhan, satu G’reja yang esa. Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya" (KJ 256). Itulah cara pandang dan solusinya
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdr. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu XI Setelah Pentakosta – 4 Agustus 2024
Khotbah (2) Minggu XI Setelah Pentakosta – 4 Agustus 2024
IMAN JAS MERAH (Mzm. 78:23-29)
Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan (Mzm. 78:29)
Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita adalah Mzm. 78:23-29. Seutuhnya Mazmur 78 ini penuh hikmat, pembelajaran dari sejarah bangsa Israel. Semua orang diminta memasang dan menyendengkan telinga, menjaga mulut agar mengucapkan kata-kata hikmat, memberitakan kebaikan dan keajaiban-Nya, tetapi tidak menyembunyikan masa lalu termasuk bagian kelamnya. Tujuan pemazmur, supaya generasi baru tetap percaya kepada Allah, memegang teguh perjanjian yang pernah diberikan kepada mereka (ay. 1-10). JAS MERAH. “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”, mengutip judul pidato kepresidenan terakhir Bung Karno.
Iman ada pasang surutnya. Bila diumpamakan biji, kadang membesar, kadang menciut. Itulah yang dialami oleh bangsa Israel ketika dalam perjalanan di padang gurun. Mereka bersorak setelah dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Tetapi ketika tantangan kesulitan diberikan, mereka melupakan kebaikan tadi. “...mereka terus berbuat dosa terhadap Dia,... mencobai Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menuruti nafsu mereka. Mereka berkata terhadap Allah: “Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun?” (ay. 17-19).
Tuhan kita, Allah yang dapat murka. “Sebab itu, ketika mendengar hal itu, TUHAN gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel, sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari pada-Nya” (ayat 21-22).
Alkitab berkata Allah kadang menyesal; bukan menyesalkan perbuatan-Nya, tetapi menyesalkan mengapa manusia melakukan hal seperti itu: tidak taat, tidak bersyukur, menuntut banyak, dan malah mencobai Dia (Kej. 6:6-7; Kel. 32:12-14; Yer. 15:1-4; Am. 7:3-6; band. Rm. 11:29).
Tetapi Tuhan kita Allah yang baik. He is so good. Ketika manusia datang sujud mengakui kesalahannya, hati Tuhan pun berbalik (Mzm. 106:45; Yer. 18:8; Yo. 2:13; band. Mal. 6:4). Maka ketika umat Israel kelaparan dan kehausan, “Allah memerintahkan awan-awan dari atas, membuka pintu-pintu langit, menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, dan memberikan kepada mereka gandum dari langit; setiap orang telah makan roti malaikat, Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah-limpah” (ayat 23-25). Pada ayat 26-29a ditambahkan, Tuhan menghembuskan angin timur di langit, menurunkan kepada mereka hujan daging seperti debu banyaknya... Mereka makan dan menjadi sangat kenyang.
Mungkin ada di antara kita pada saat ini sedang dalam pergumulan berat. Dalam rasa sakit fisik, hati atau psikis. Atau dalam situasi kekhawatiran yang berlebihan terhadap pandemi Covid yang mengganas. Apapun itu, datanglah kepada Tuhan. Jangan sampai iman kita surut, iman kita mengkerut, bahkan mati. Jangan bersungut-sungut, apalagi berdosa mencobai Tuhan dengan “merendahkan” seperti umat Israel di atas (ayat 19).
Kita adalah anak-anak-Nya. Kita debu, tetapi ketika kita melekat dan bergantung kepada Dia, kita menjadi berharga dan menjadi biji mata-Nya. Bergantung berarti berjalan dalam iman, iman Jas Merah, yang tidak semata-mata mengandalkan akal pikiran manusia. Mengembalikan semua persoalan kepada Allah tanpa berbuat sesuatu, itu juga mencobai Tuhan. Jadilah mitra yang positif dan kreatif, berupaya dalam doa dan hikmat. Melangkahlah bersama Dia, Yang Tidak Kelihatan, tapi kuasa-Nya nyata dan luar biasa dalam sejarah. Jadikan Dia sebagai Roti Hidup, maka kita akan terus berkelimpahan, dan menerima apa yang kita inginkan” (ayat 29b). Terpujilah Yesus.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Khotbah (1) Minggu XI Setelah Pentakosta – 4 Agustus 2024
Khotbah (1) Minggu XI Setelah Pentakosta – 4 Agustus 2024
ROTI HIDUP (Yoh. 6:24-35)
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi (Yoh. 6:35).
Firman Tuhan hari Minggu ini dari Yoh. 6:24-35 mengumumkan Yesus adalah Roti Hidup. Kisahnya, setelah membuat kenyang 5.000 orang dengan mukjizat roti dan ikan, para murid terus terus mencari Dia terlebih bila sekejap saja tidak tampak. Yesus mempertanyakan, mereka belum memahami pesan Ilahi-Nya; meski tanda-tanda mukjizat dahsyat telah dilakukan. Murid lebih fokus pada makanan jasmani yang bersifat sementara; setelah kenyang, ya lapar lagi. Inilah yang ingin diluruskan-Nya.
Yesus menekankan yang utama dalam hidup adalah hal rohani. "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat. 4:4). Oleh karenanya sabda Yesus pada mereka: "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya" (ayat 27). Jadi, tujuan dan motivasi kita mencari dan bersama Yesus, haruslah benar. Fokus kita bukan pada terjaminnya makanan yang fana, melainkan semakin eratnya hubungan pribadi dan kehidupan kekal.
Hal kedua, Yesus mengatakan Dia adalah roti hidup. Dan Yesus, ialah roti dari Allah yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Tetapi respon murid tetap soal perut: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (ayat 33-35). Roti hidup yang diberikan, yakni diri-Nya tidak mengenyangkan sesaat, tetapi selamanya, yakni hidup yang kekal (Yoh. 6:39-40).
Hal ketiga, Yesus menegaskan agar kita melakukan pekerjaan yang dikehendaki oleh Allah (ay. 27-29). Ini respon-Nya kepada para murid yang menuntut Yesus agar terus melakukan tanda-tanda mukjizat, khususnya makanan, seperti Musa yang memberikan manna bagi umat Yahudi saat di padang gurun. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." Maka pesan ketiga nas minggu ini, iman kita hendaknya terus bertumbuh teguh, bekerja dan berbuah. Perintah-Nya jelas: “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh. 6:40).
Nas minggu ini menyegarkan kita tentang makna dan tujuan hidup. Orientasi hidup kita sebaiknya bukan fokus kepada makan minum dan kepuasan badani semata, tetapi kepada hubungan yang semakin erat dan iman percaya kita bertumbuh untuk melakukan kehendak-Nya. Maka kita pun semakin dipakai sebagai berkat bagi orang lain. Nah, apakah itu yang menjadi doa kita setiap hari?
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit Minggu 28 Juli 2024
Kabar dari Bukit
DOA ORANG PERCAYA (Ef. 3:14-21)
"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan" (Ef. 3:20)
Doa adalah nafas orang percaya, sebab doa sebuah hubungan dengan Tuhan. Kita boleh membuat pengharapan dan cita-cita, tentunya lebih dikuatkan jika ditopang oleh doa, memohon pertolongan Tuhan memberkatinya. Doa juga membuat kita kuat dalam menghadapi ujian dan pergumulan hidup, sebab dalam iman kita merasa tidak pernah ditinggalkan-Nya.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 3:14-21. Judul perikopnya: Doa Paulus. Kita mungkin sudah hafal "Doa Bapa Kami" yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Melalui nas ini Rasul Paulus memberi kita pelajaran sisi lain berdoa, khususnya bagi orang lain. Untuk itu kita berdoa kepada Bapa (ay. 14). Kita mengenal Allah Bapa di dalam Yesus Kristus sehingga wajar kita berdoa dalam nama-Nya. Alkitab juga mengajarkan agar kita berdoa di dalam Roh Kudus, “... bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus (Yud. 1:20).
Hal kedua, nas ini mengajarkan bahwa sikap berdoa yang baik adalah sujud menyembah (ay. 14; bdk. Bil. 16:22; Mzm. 95:6; Mat. 26:39). Alkitab memang mengenalkan sikap berdoa beragam, mulai dari mengusap dada (Luk. 18:13), berdiri mengangkat tangan (1Raj. 8:22; Mzm. 28:2; 1Tim. 2:8), berlutut (Luk. 22:41; Kis. 20:36). Sikap ini bisa ditambah dengan diam hening (Yes. 65:24), menangis (Ibr. 5:7) dan berpuasa (Mat. 17:21)
Tradisi mengajar kita berdoa dengan menutup mata dan melipat tangan. Ini simbol berserah, bagaikan anak-anak yang menggantungkan sepenuh hati kepada bapak-ibunya. Namun sikap sujud lebih melambangkan rasa tunduk dan hormat terhadap Dia yang “dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya” (ay. 15).
Hal ketiga, berdoa janganlah hanya keperluan diri sendiri dan keluarga. Agak egoistis. Pedulilah terhadap orang lain, melalui doa syafaat yang arti harfiahnya kita sebagai perantara (1Tim. 2:1). Rasul Paulus memberi contoh yang didoakan untuk orang lain (dalam hal ini jemaat Efesus), terutama kekayaan rohani. Poin doanya yakni:
1. Menguatkan dan meneguhkan Roh Kudus di dalam batin mereka (ayat 16). Pengertian batin menurut William Barclay adalah akal budi, kesadaran dan kemauan;
2. Agar iman Kristus diam di dalam hati mereka dan berakar serta berdasar di dalam kasih (ay. 17);
3. Agar mereka memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus yang melampaui segala pengetahuan (ay. 18);
4. Agar mereka dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah (ay. 19).
Doa dipanjatkan bukan sekedar rangkaian kata-kata. Alkitab berkata, “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak. 5:16). Oleh karena itu perlu memiliki hubungan yang baik dengan Allah, dan hidup benar dalam pengertian kita dibenarkan dengan (berusaha) menjaga kekudusan, memohon pengampunan jika berbuat salah, dan hidup berbuah sebagai berkat bagi sesama. Mengasihi Allah berarti bersekutu setiap hari, memperlakukannya sebagai pengendali hidup. Hanya dengan jalan itu doa kita memiliki kuasa.
Berdoa juga jangan karena terpaksa setelah upaya dan kecerdasan manusia sudah mentok. Ya, memang tidak apa-apa. Tetapi itu bukanlah tanda hubungan yang baik dan intim dengan Dia. Dan berdoalah tidak jemu-jemu (Luk. 18:1; 1Tim. 5:5); Pray Until Something Happens (PUSH), sesuatu hal terjadi. Berdoa perlu keyakinan penuh bahwa Allah mampu mewujudkannya bahkan melebihi pikiran kita (ay. 20; Mzm. 31:7-9).
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III KAPAK...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III PEMULIHAN...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 8 Desember 2024Kabar dari Bukit DOA UNTUK ANAK DAN PEMIMPIN (Mzm. 72:1-7,...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 37 guests and no members online