Sunday, December 15, 2024

Khotbah Minggu 20 Juli 2014

Khotbah Minggu 20 Juli 2014

 

Minggu VI Setelah Pentakosta

 

MENJADI ANAK-ANAK ALLAH

(Mengharapkan Apa yang Tidak Kita Lihat)

(Rm 8:12-25)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 28:10-19a; atau Yes 44:6-8; Mzm 139:1-12, 23-24 atau Mzm 86:11-17; Mat 13:24-30, 36-43

 

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> klik: Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas Rm 8:12-25 selengkapnya: Pengharapan anak-anak Allah

 

8:12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. 8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. 8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. 8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" 8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. 8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. 8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. 8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. 8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, 8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. 8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. 8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. 8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? 8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.

 

-------------------------

 

Pendahuluan

Kita tahu bahwa banyak orang Kristen yang belum memahami arti sebagai pengikut Kristus. Pola kehidupannya sering kali belum mencerminkan apa yang sebenarnya maksud dan kehendak Tuhan Yesus dalam hidupnya sebagai anak-anak Allah, sehingga masih banyak yang hidup dengan pola manusia lama. Hal itu bisa tampak dari hal sederhana, misalnya, masih hidup dalam ketakutan: takut pada kegelapan, takut akan hari esok dan lainnya, sampai yang paling “berat” yakni kehidupan yang wajib peduli terhadap orang lain, seperti kata firman-Nya: Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yak 4:17). Hal itu mungkin didasari mereka belum memahami akan janji-janji pasti yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita. Melalui nas minggu ini kita diberi pengajaran tentang hidup sebagai anak-anak Allah dan sekaligus pewaris kerajaan Allah sejak saat ini hingga di kekekalan nanti.

 

Pertama: Kita adalah orang berhutang (ayat 12-13)

Kita tahu banyak orang yang merokok. Adanya keharusan oleh pemerintah pencantuman gambar-gambar yang menyeramkan di bungkus rokok dan tulisan "Merokok Membunuhmu" dengan tujuan untuk memberi kesadaran dan rasa takut kepada pembeli, tampaknya tidak efektip. Kenaikan pita cukai juga tidak terlalu menolong, meski dianggap terlalu kecil sehingga harga jual rokok masih murah dibanding di luar negeri. Oleh karena itu jumlah perokok di Indonesia terus semakin bertambah dan bahkan sudah masuk ke dalam dunia remaja. Industri rokok pun semakin jaya dengan keuntungan semakin besar. Adapun alasan orang tetap menjadi perokok jelas, yakni susah menghentikan sebab telah adanya racun di dalam tubuh (darahnya) berupa zat adiktif nikotin yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah yang menyebabkan kecanduan. Setiap saat racun ini meminta kembali nikotin sehingga memaksa perokok untuk kembali mengepulkan asap rokok demi untuk memenuhi kebutuhan racun tadi. Dengan demikian dapat dikatakan, seolah-olah seorang perokok merasa berhutang bagi tubuhnya, bagi dagingnya, sehingga ia harus "membayar" pada saat yang dibutuhkan. Kecanduan memenuhi keinginan tubuh dan daging bukan hanya merokok, hal lainnya bisa kita lihat pada kecanduan narkoba, alkoholisme, kecanduan seksual, makan berlebih yang berakibat menjadi mudah lapar, termasuk kecanduan yang bukan tubuh seperti judi, menonton film porno, dan lainnya.

 

Anehnya, semua orang tahu bahwa merokok itu tidak baik, minum alkohol (berlebih) itu tidak baik, narkoba itu tidak baik. Namun tetap saja orang memulai dan akhirnya terjerat dalam hutang ketergantungan kepada daging. Mereka mungkin melupakan awalnya, bahwa memulai itu berarti membuat hutang pada tubuh. Betul ada jalan pemulihan, seorang perokok dapat menghentikan kebiasaannya dengan komitmen penuh. Kalau ada yang mengatakan tidak bisa, maka sebenarnya karena ia belum memiliki komitmen kuat. Lain lagi, memulihkan seseorang yang terjerat alkoholisme memerlukan biaya yang besar. Ini sama dengan narkoba, biasanya harus masuk panti khusus pemulihan yang membutuhkan biaya besar dan menjalani proses "siksaan" pada tubuh untuk menetralisir tubuh yang sudah terkontaminasi racun-racun yang ada di dalam darah. Untuk masuk dalam proses pemulihan itu pun memang perlu ada "kesadaran" sehingga proses pemulihan akan menjadi mudah dan tidak merasa terlalu berat. Seseorang harus proaktif dalam memenangkan peperangan yang dipakai iblis melalui kedagingan kita. Dalam hal ini pemulihan adalah sebuah "kerjasama" antara tubuh dengan roh (kesadaran)  untuk bekerjasama dalam proses pemulihan itu.

 

Namun banyak yang membuktikan, kesadaran dan kekuatan dari roh (kecil) kita saja tidak cukup untuk dapat melawan mematikan racun-racun tubuh itu. Seorang perokok atau pecandu narkoba biasanya bisa berhenti sebentar namun kumat lagi. Orang yang merokok kalau tidak sadar akan tujuan hidupnya maka akan kembali kecanduan. Demikian juga dengan kecanduan lainnya, sehingga apa yang dilakukan dalam pemulihan sering tidak efektip. Oleh karena itu, panti pemulihan alkohol dan narkoba yang dilengkapi dukungan kerohanian dengan memperkenalkan Tuhan Yesus biasanya lebih efektip. Seseorang yang mengenal Tuhan Yesus akan memahami bahwa mengikuti keinginan dengan membayar hutang kepada tubuh dan daging adalah sesuatu yang sia-sia dan membawa kita pada kematian. Juga bayangkan, berapa nilai rokok yang kita bayar, harga narkoba dan alkohol yang kita harus beli, semua hanya membentuk hutang kepada tubuh, yang kita harus membayarnya setiap saat sebelum kita dipulihkan, ditambah kerusakan tubuh. Dalam hal ini bukan saja kematian fisik yang terjadi, tetapi juga kematian secara rohani sebab kita melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan (Gal 5:16-18; Ef 6:12; 1Pet 2:11). Oleh karena itu, Roh Allah yang bekerja dalam kesadaran dan komitmen (roh kita) yang dapat menghentikan semua kecanduan itu, sebagaimana nas minggu ini menuliskan, "jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmi, kamu akan hidup." Roh itulah yang menghidupkan seseorang pecandu dari penyakit yang menanti dan sekaligus memahami arti kehidupan ini untuk tidak dijalani dengan sia-sia, memuaskan diri sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain. Kalau demikian, kita tidak berhutang kepada daging, tapi kita berhutang pada Roh. Itulah kehendak Allah di dalam diri kita untuk berada di dunia ini.

 

Kedua: Kita tidak dipimpin roh perbudakan (ayat 14-17a)

Rasul Paulus menggunakan kata adopsi sebagai ilustrasi hubungan baru orang percaya dengan Tuhan. Ia menggunakan kata Yunani hiuos yang berarti "anak yang sudah diangkat secara sah." Di dalam budaya Romawi, seseorang yang diadopsi oleh keluarga lain, maka hak-haknya pada keluarga lama akan hilang, namun ia mendapatkan hak-hak dari keluarga yang baru.  Dengan demikian ayat yang dipakai dalam nas ini adalah untuk menggambarkan posisi orang percaya, ketika menjadi orang Kristen dan lahir baru kita diangkat menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12; 3:4-5), maka kita pun memiliki hak penuh dan istimewa sebagai anak (Gal 3:26; 4:5; Ef 1:5). Salah satu keistimewaan menjadi anak-anak Allah adalah hubungan kita menjadi begitu dekat. Kita dapat memanggil Allah Bapa dengan panggilan akrab, yakni: Abba, yang berarti Bapa. Kata Abba berasal dari bahasa Aram yang sering digunakan pada saat kehidupan sehari-hari Tuhan Yesus. Penulisan "ya Abba, ya Bapa" juga merupakan sebutan Tuhan Yesus tatkala Ia berdoa di bukit  di Getsemani (Mar 14:36; Gal 4:3-9).

 

Dengan hubungan yang dekat dan mesra antara kita anak-anak-Nya dengan Allah, kita tidak lagi menjadi budak-budak yang was-was dan takut (2Tim 1:7); melainkan kita adalah anak-anak "Tuan Besar". Sungguh alangkah menyenangkan, roh perbudakan itu telah lenyap. Roh perbudakan pada dasarnya adalah akibat hukum Taurat yang membangkitkan rasa takut dan mencoba menyenangkan Allah dengan cara-cara yang sia-sia. Allah telah memberikan kita hadiah kasih karunia terbesar dalam hidup kita, yakni: Yesus Kristus, pengampunan, dan kemerdekaan. Dengan menerima Yesus, kita masuk ke jalan kemenangan dan kehidupan kita dipimpin oleh Roh Kudus (Gal 4:5-6), dengan kita dimampukan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh dan menganggap kecendrungan dan kuasa dosa di dalam tubuh sudah mati dan tidak memiliki kekuatan lagi (band. Rm 6:11; Gal 5:24). Kita menjadi tahu akan makna dan hakekat kehidupan ini yang sebenarnya, yakni kasih karunia. Kita memiliki tujuan hidup yang sekaligus menjalankan misi Allah sambil mengucap syukur, sambil terus mematikan keinginan daging sebagai bagian ketaatan kita pada-Nya (Rm 1:5). Nilai sebuah kemenangan akan sangat tinggi sesuai dengan perjuangan yang kita korbankan. Konsekuensi positip lainnya, secara sadar kita dapat mengabaikan pencobaan daging yang sering dimanfaatkan iblis apabila datang kepada kita (Gal 6:8).

 

Keistimewaan lainnya sebagai anak yang sah, kita menjadi pewaris dari keluarga kerajaan Allah. Kita mendapatkan hak penuh sebagai pewaris dari keluarga sorgawi (Gal 4:7; Ef 3:6). Oleh karena kita adalah anak-anak Allah, kita memperoleh bagian dari kekayaan sorga bersama orang percaya lainnya. Kita adalah orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerima bersama-sama dengan Kristus. Kasih Bapa kepada kita sebagai anak anak-Nya sama dengan kasih bagi Anak-Nya yang tunggal yakni Yesus Kristus (Yoh 14:21,23; 17:23). Mungkin kadang kala kita tidak merasa bahwa kita adalah anak-anak Allah, iblis akan mengganggu dan menggoyang iman kita, namun Roh Kudus adalah saksi tentang sikap dan keberadaan kita. Kehadiran-Nya di dalam hati mengingatkan (kembali) siapa kita dan menguatkan diri kita dengan kasih Allah Bapa (Rm 5:5; Tit 2:11-12). Ia menjamin kehidupan yang kekal, dan meneguhkan kita akan setiap permintaan kebutuhan kita sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.

 

Ketiga: Kita masih mengeluh dan menderita (ayat 17b-23)

Ada harga yang harus dibayar untuk menjadi pengikut Yesus. Sebagai ahli waris kerajaan Allah, cobaan dan penderitaan tidak otomatis lepas dari kehidupannya. Orang percaya harus menghadapinya dengan kemungkinan berbagai jenis penderitaan yang mungkin terjadi. Kadang pencobaan datang tidak terduga dan terselami seperti apa yang dialami Ayub. Pada awal abad pertama, orang Kristen menghadapi pencobaan berupa pengucilan dan penyiksaan yang berdampak dalam kehidupan sosial ekonomi, bahkan termasuk resiko kematian. Demikian juga kita saat ini harus siap menghadapi apa yang akan datang, dan siap membayar harga untuk itu. Di beberapa belahan dunia ini, ada tekanan-tekanan yang harus diterima oleh orang Kristen, dalam kegiatan dan karir di pemerintahan termasuk dalam pekabaran Injil. Kita di Indonesia yang mengaku sebagai negara yang memiliki toleransi tinggi, juga mengalaminya di beberapa daerah. Kekristenan tidak otomatis menjadi mulus dan langsung memuaskan. Namun itu tidak boleh menghentikan hidup sebagai orang Kristen haruslah melayani sesama, membela ketidakadilan, membela nilai-nilai hakiki yang universal, yang selalu mempunyai harga. Namun betapa pun beratnya, perlu kita ingat itu tidak melebihi apa yang ditanggung oleh Yesus pada masa pelayanan-Nya untuk dapat membela dan menebus kita dari dosa dan penderitaan kekal.

 

Betul. Allah telah menciptakan dunia dan alam semesta ini dalam keadaan amat baik (Kej 1:31). Kejatuhan Adam ke dalam dosa merusakkan semua konsep dan ciptaan itu. Dosa menyebabkan seluruh ciptaan menjadi jatuh ke dalam nilai-nilai hakiki dari  saat awal Tuhan menciptakan. Manusia hanya makan dari buah-buahan pohon dan dedaunan di Taman Eden (Kej 2:9, 16), kemudian harus makan daging hewan setelah peristiwa penyelamatan Nuh dengan air bah (Kej 9:3-4) sebagai konsekuensi keserakahan. Pengertian makhluk dalam nas ini mengacu kepada ciptaan yang bernyawa. Semua telah mengalami kerusakan nilai-nilai hakikinya akibat dosa Adam hingga peristiwa Nuh. Alam semesta juga semakin menanggung berbagai kerusakan akibat bencana alam, seperti gempa, tsunami, ledakan gunung, kekeringan, banjir, dan kerusakan lingkungan hidup lainnya. Jelas semua itu merupakan dalam kendali kehendak-Nya akibat ketidaktaatan manusia. Semua makhluk mengeluh dalam pengertian ketidak puasan, namun harus menyadari keluhan sebagaimana orang bersalin pasti menghasilkan hidup baru dan kelegaan. Alam dan manusia mengharapkan pelangi baru sebagai tanda kasih Allah. Dunia mengalami kefrustasian dan terbelenggu dalam kelemahannya sehingga tidak dapat memulihkan hakekat nilai asli sesuai dengan tujuan Tuhan.

 

Orang Kristen melihat dunia ini kadang apa adanya, dunia yang semakin melorot dan secara rohani dosa telah merasuk. Alkitab yang kita imani mengatakan suatu saat Tuhan pasti memulihkan semua ciptaan-Nya itu terbebas dan ditransformasikan. Bersamaan dengan masa yang datang itu, semua berharap adanya pemulihan anak-anak Allah dibangkitkan. Namun kita orang percaya tidak perlu pesimis, sebab ada pengharapan kemenangan di masa depan. Sementara itu, orang Kristen di dunia ini terus bersaksi dan berbuah dengan menyembuhkan penyakit masyarakat, baik fisik, ekonomi, sosial maupun jiwa-jiwa yang masih haus akan kedamaian dan sukacita yang telah dirusak oleh iblis. Kita juga akan dibangkitkan dengan tubuh kemuliaan sebagaimana tubuh Yesus setelah kebangkitan-Nya yang saat tinggal di sorga (1Kor 15:25-58). Pembebasan tubuh kedagingan yang berarti bebas dari rasa sakit dan penderitaan akan berlalu bagi setiap makhluk. Perubahan lengkap tubuh dan kepribadian kita akan dinyatakan kelak setelah kehidupan saat ini, ketika kita menjadi serupa dengan Kristus (1Yoh 3:2). Kita telah mendapatkan "karunia sulung" berupa pemberian pertama atau uang muka yakni Roh Kudus sebagai jaminan akan semua pembebasan itu (2Kor 1:22; 5:5; Ef 1:14).

 

Keempat: Mengharapkan yang tidak dilihat (ayat 24-25)

Rasul Paulus dalam bab-bab sebelumnya telah menyodorkan ide yang berdasarkan pandangan hidup di dunia Romawi saat itu, bahwa keselamatan ada di masa lampau, di masa kini, dan di masa mendatang. Di masa lampau  kita diselamatkan pada saat kita pertama kali mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Kehidupan kita yang baru yakni jaminan hingga kekekalan dimulai pada saat pengakuan itu (Rm 3:24-25; 5:8-11;8:1). Pada masa kini  kita tetap diselamatkan dalam sebuah proses berkelanjutan dan pengudusan. Kekalahan kita akan iblis yang sesaat tidak menghapuskan janji dan jaminan keselamatan itu, sepanjang kita memperlihatkan sikap penyesalan dalam dan pertobatan. Di saat yang sama, kita akan menerima penggenapan seluruh upah dan berkat dari keselamatan yang menjadi milik kita, ketika kerajaan Kristus sepenuhnya utuh sempurna dinyatakan nanti. Ini merupakan keselamatan kita di masa mendatang. Ketika kita berkeyakinan penuh atas seluruh keselamatan itu, kita teguh memandang dengan penuh pengharapan dan iman. Pengharapan adalah sauh yang kuat untuk menjaga agar kita tidak terombang-ambing dalam menghadapi pergumulan hidup sehari-hari (Ibr 6:19), dengan demikian kita diberi jalan yang menyelamatkan melalui pengharapan.

 

Namun, tetap kita perlu memahami pertanyaan dasarnya: apa yang kita nantikan dalam menyongsong pasca hidup kita di dunia ini? Apa yang kita lihat saat ini bukanlah pengharapan melainkan realitas yang dihadapi tanpa perlu keluhan. Sejatinya, sesuai dengan gambaran yang diberikan Alkitab, kita mengharapkan tubuh yang baru, keluarga dan rumah yang abadi, sebuah bumi baru dan langit baru, kedamaian dan kelimpahan berkat, ketiadaan dosa dan penderitaan, dan yang terutama kita dapat bertatap muka dengan Tuhan Yesus sebagai sumber pengharapan kita! Seperti gambaran kitab Wahyu, kita/mereka "tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka" (Why 7:16-17). Kita melihat ke depan menunggu pada bumi baru dan langit baru sebagaimana yang Allah janjikan,  yang bebas dari perbuatan dan konsekuensi dosa. Gambaran itu tidak bisa kita uraikan sebagaimana dikatakan firman-Nya: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor 2:9). Semua telah ditaklukkan melalui pengharapan.

 

Adalah sesuatu yang alamiah seorang anak mempercayai penuh orangtuanya, meskipun kadang kala orangtuanya tidak bisa memenuhi janjinya. Tetapi, Bapa sorgawi kita, bagaimanapun, tidak akan pernah mengabaikan janji yang diberikan-Nya (Ibr 6:13; 2Pet 3:9). Namun daripada berlaku seperti anak yang tidak sabar dengan menunggu semua itu dinyatakan, kita tetap meletakkan iman kita di dalam hikmat dan kebaikan Allah. Betul, kadangkala, waktu yang diberikan-Nya jauh dari pengharapan kita. Rencana-Nya tidak terselami dan bisa jauh dari perkiraan kita. Namun kita percaya rencana-Nya adalah yang terindah. Kita diberi berbagai peristiwa untuk menguji kesabaran kita, ketaatan kita, dan terutama ketekunan kita dalam penantian itu (2Tim 2:12; 1Pet 4:13). Ketidaksabaran seorang anak harus diisi dengan menjalankan tugas panggilan, bukan dengan keluhan atau gerutuan. Itulah yang membuktikan bahwa kita adalah anak-anak sejati yang berhak atas tubuh fana digantikan oleh tubuh kemuliaan.

 

Penutup

Melalui nas minggu ini kita diingatkan kembali akan hak-hak kita sebagai anak-anak Allah, yakni kita tidak perlu berhutang (lagi) kepada tubuh dan kedagingan, melainkan kita berhutang kepada Yesus yang telah menyelamatkan kita dalam pengertian ekspresi rasa syukur. Kita tidak berhutang dalam pengertian kita wajib memenuhi keinginan tubuh sehingga ada ketergantungan, keterikatan, kecanduan yang membuat kita sebagai budak dari tubuh. Sebagai anak-anak Allah yang sudah dimerdekakan dan diberi kuasa Roh Kudus, kita tidak lagi memiliki roh perbudakan, bahkan kita adalah ahli waris yang sah dari Allah Bapa. Namun, dalam menanti penggenapan warisan kerajaan sorga itu, kita masih perlu berkorban dan bahkan menderita di dunia ini, yang hal itu sebagai ujian ketaatan dan kasih kita kepada Bapa, diikat melalui pengharapan. Ujian itu juga dimaksudkan agar apa yang kita akan terima nanti memang merupakan sesuatu yang istimewa, yang kita sendiri tidak bisa bayangkan dan gambarkan kesitimewaannya. Yang jelas, warisan kerajaan sorga itu akan melebihi gambaran dan penglihatan yang kita miliki, sebab kalau sudah kita melihatnya di dunia ini, maka itu bukan lagi pengharapan. Namun untuk semua itu, kita perlu bertekun dalam segala ujian dan pengharapan itu, sehingga kita terbukti adalah anak-anak Allah yang sejati.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau joke).

Khotbah Minggu 13 Juli 2014

Khotbah Minggu 13 Juli 2014

 

Minggu V Setelah Pentakosta

 

HIDUP MENURUT DAGING DAN MENURUT ROH

(Rm 8:1-11)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 25:19-34; atau Yes 55:10-13; Mzm 119:105-112 atau Mzm 65:1-8, 9-13; Mat 13:1-9, 18-23

 

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas Rm 8:1-11 selengkapnya: Hidup oleh Roh

 

8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. 8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. 8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, 8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. 8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. 8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. 8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. 8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. 8:9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. 8:10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. 8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

 

 

----------------------------------------

 

Pendahuluan

 

Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk Rom 1-4, mendapat dalam kasih Allah dan karunia Roh Kudus suatu jaminan keselamatan. Pokok ini diuraikan dalam Rom 5:1-11 dan diuraikan kembali dalam bab 8, sedangkan dalam Rom 5:12-7:25 diperlawankan dengan kebalikannya (dosa, maut, hukum Taurat).

Jemaat Korintus merupakan contoh yang tepat. Dalam I Korintus 3:1 dan 3:3 Paulus berkata mereka tidak rohani, tetapi mereka bersifat daging.

 

 

Pertama: Roh yang memerdekakan (ayat 1-2)

8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. 8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

 

Setiap orang yang “merasa bersalah” namun membenci dan menyesali perbuatannya itu dalam suatu pengadilan pasti tetap mengharapkan kata-kata yang sama dari hakim: "Tidak Bersalah, bebas". Keputusan bebas itu tentu bisa keluar sebab ada dasar pertimbangan-pertimbangan hakim yang meringankan. Demikian juga pengharapan kita semua tatkala nanti di akhir zaman saat pengadilan Allah akan dilaksanakan, maka kita berharap juga kata-kata itu yang diberikan kepada kita, sehingga kita benar-benar bebas selamat dan masuk ke dalam kehidupan kekal bukan dalam penghukuman yang menyakitkan. Meski kenyataannya bahwa semua umat manusia seharusnya memperoleh penghukuman itu karena dosa-dosa yang dilakukannya, namun ada dasar pertimbangan Hakim Agung yakni Yesus Kristus yakni iman dan penyerahan diri kepada-Nya, maka kebebasan dan keselamatan diberikan berdasarkan kasih anugerah. Itulah sebab kita bersyukur dan berterima kasih kepada Allah yang telah memberikan jalan penebusan dan pembebasan melalui anak-Nya Yesus Kristus.

 

Dasar pertimbangannya sangat jelas berikut ini. Roh dalam kehidupan ini ada tiga wujud: roh manusia itu sendiri dengan segala kebutuhan jiwa dan rohani termasuk keinginan daging dan ekspresi eksistensinya. Kedua, roh jahat atau ibils dengan segala wujud dan tipu liciknya; dan ketiga, Roh Allah yang penuh kuasa dengan kasih yang besar. Roh Allah ini juga merupakan Pribadi yang ada dalam penciptaan alam semesta (Kej 1:2) dan juga kuasa yang membuat orang percaya menjadi lahir baru, baik melalui sidi maupun pertobatan. Kuasa ini diberikan kepada kita orang percaya untuk mampu hidup seturut dengan kehendak-Nya (band. Yoh 3:6; Kis 1:3-5). Sementara daging yang dalam pengertian Rasul Paulus dalam nas ini lebih kepada pengertian manusia, tubuh, dengan segala keinginan dan hasratnya, pandangan dunia, yang semuanya dikendalikan oleh roh manusia tadi, namun dengan kuasa yang lemah. Bilamana keinginan daging ini yang dominan dan mengalahkan roh, maka manusia itu hidup menurut daging, yang hakekatnya adalah kehidupan yang dikuasai oleh tabiat dan kecendrungan dosa yang ada pada diri manusia. Kalau kita melihat daftar yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam Gal 5:19-21, maka daftar ini sungguh panjang, meliputi dosa seksual, dosa hati yang jahat, dosa kesombongan dan kepentingan diri sendiri, bahkan termasuk dosa mengkhianati Allah dengan penyembahan berhala. Semua perbuatan kedagingan ini akan lebih menonjol saat bersatu dengan roh iblis yang jahat dengan tujuan melawan Allah dan membawa manusia dalam kebinasaan bersama mereka yang sudah menjadi seteru Allah.

 

Oleh karena itu, kekuatan roh iblis dan sinergi jahatnya dengan keinginan daging tadi, hanya dapat dikalahkan oleh Roh Allah yang mahakuasa. Roh manusia dengan segala usaha dan jerih payahnya mungkin bisa berusaha dalam batas tertentu menyenangkan Allah dengan hukum Taurat atau hukum dosa dan hukum maut, akan tetapi godaan iblis dan keinginan daging dengan mudah mengalahkan itu semua, sehingga akhirnya harus ada hukum lain yang bisa menyelesaikan segalanya, yakni hukum anugerah kasih karunia. Kedua hukum ini (disebut hokum karena pengaruh yang terus-menerus dalam tindakan) tidak bertentangan melainkan saling melengkapi sebab berdasar pada kebenaran dan kekudusan Allah (band. Rom 3:31; 6:15; 7:21-22). Hukum kasih karunia ini dikendalikan oleh Roh Allah, yang diberikan kepada setiap orang yang mengaku Yesus adalah Anak Allah yang telah menebusnya, Yesus telah menolongnya, dan membiarkan Roh Kudus diam dan berkuasa di dalam hatinya untuk jauh dari kedagingan tadi serta melakukan hal yang sesuai dengan keinginan roh tadi (Gal 5:16, 24). Mereka memperoleh kekuatan dan hidup baru yang memungkinkan mereka mengatasi dosa. Di sini pentingnya iman dalam memperoleh Roh yang memerdekakan itu untuk mendapatkan kemenangan dan keselamatan. Oleh karena itu, ketika seseorang tetap jatuh dikuasai oleh iblis dan bertobat, maka dasar pertimbangan Allah adalah pemberian anugerah kasih karunia itu yang membuat kita dinyatakan: “Bebas, Tidak bersalah.”

 

 

Kedua: Allah yang menjadi manusia (ayat 3-4)

8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, 8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh

 

Allah mengutus anak-Nya sendiri untuk menjadi daging dan manusia tentu dilatarbelakangi oleh hikmat dan rencana yang sangat dalam. Kalau dalam penjelasan terdahulu disebutkan bahwa inkarnasi Allah menjadi manusia oleh sebab konsep penebusan, maka pertimbangan lain Allah menjadi manusia adalah karena Allah ingin berbicara kepada manusia. Dengan Allah menjadi manusia maka komunikasi dan penggambaran maksud Allah terhadap manusia juga menjadi lebih mudah. Kita akan kesulitan berkomunikasi dengan makhluk lain, misalnya ikan, sebab keinginan baik kita untuk memberi makan ikan kadang ditafsirkan salah dan ikan akan melengos menjauh. Kita juga tidak tahu bagaimana mengatakan kepada ikan agar mendekat meski kita ingin memberinya makan, akhirnya komunikasi menjadi buntu dan melelahkan. Oleh karena itu, ketika Allah ingin menyatakan kehendak-Nya kepada manusia maka wujud inkarnasi Allah yang paling efektip adalah manusia. Allah bisa saja berwujud yang tampak lebih "hebat" atau “serba wah” seperti naga, elang rajawali, gajah, atau wujud lainnya, namun sasarannya bukanlah mereka, melainkan manusia yang penuh hikmat dan akal budi, namun berdosa dan perlu diselamatkan.

 

Hal lainnya membuat Allah berinkarnasi menjadi manusia adalah ingin memperlihatkan ketika Allah menjadi manusia dalam wujud Yesus, maka dapat diperlihatkan bahwa manusia Yesus juga bisa tidak berdosa. Kehidupan Yesus yang tidak berdosa sebagai manusia dalam perbuatan dan sikap digambarkan sedemikian jelas, yang diawali dari ketaatan orangtuanya akan tradisi-tradisi Yahudi, seperti melaksanakan sunat, berkunjung ke Yerusalem, bekerja, dan hal lainnya. Oleh karena itu, kalau ada yang mengatakan tradisi adalah sesuatu yang buruk, terkecuali dalam wujud sinkritisme, maka itu jelas tidak sesuai dengan kehidupan Yesus. Demikian juga kehidupan Yesus dalam mengembangkan intelektualitas-Nya yakni dengan rajin belajar tentang Taurat dan tradisi Yahudi. Hal yang paling ingin diperlihatkan melalui kehidupan Yesus adalah kerendahan hati-Nya (Flp 2:7), sikap taat dan berserah dalam melewati pencobaan, dan puncaknya adalah pelayanan dengan kesediaan berkorban dan mengutamakan tugas dari Allah Bapa. Yesus yang dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus menggunakan seluruh hidupnya untuk pelayanan bagi kerajaan dan kemuliaan Allah Bapa yang mengutusnya.

 

Oleh karena itu dikatakan dalam bagian nas ini, apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah melalui Anak-Nya dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa. Jadi intinya, tidak ada perbedaan kedagingan Yesus yang tidak berdosa dengan kedagingan kita, dalam arti sama-sama memiliki keinginan dan kebutuhan. Di lain pihak, Allah juga ingin memperlihatkan bahwa kedagingan Yesus tetap takluk pada hukum alam kedagingan, yakni harus melewati kematian sebagai hukuman atas dosa yang jatuh di dalam daging. Namun kita ketahui bahwa kematian daging itu akhirnya dikalahkan oleh Roh dengan kebangkitan Yesus di hari yang ketiga. Semua ini jelas maksudnya, yakni supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh, akan memperoleh kemenangan di dalam kebangkitan kelak untuk memperoleh upah dan mahkota yang disediakan bagi kita yang setia. Inilah maksud dan tujuan Allah menjadi manusia melalui Yesus, menjadi teladan yang sempurna bagi kita, bukan dengan maksud meniadakan hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya (Mat 5:17).

 

Ketiga: Memikirkan hal-hal yang dari Roh (ayat 5-8)

8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. 8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. 8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. 8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

 

Firman Tuhan dalam nas ini menggolongkan secara sederhana dua tipe manusia: manusia yang didominasi oleh sifat-sifat berbuat dosa dan manusia yang dikendalikan oleh Roh Kudus. Setiap kita akan menjadi manusia tipe pertama sebagaimana dijelaskan dalam nas minggu lalu yakni adanya kecendrungan untuk berbuat dosa dan kesenangan akan dosa, di samping pandangan kesombongan yang meremehkan terhadap dosa. Manusia daging berpusat pada diri sendiri dan hanya memikirkan kepentingan kedagingan yang hakekatnya kepuasan akan diri sendiri. Mereka tidak merasa ada pengaruh perbuatannya kelak dan yang paling utama adalah hidupnya penuh ambisi dengan puncaknya kesenangan yang sesuka hati. Mereka menjadi seteru dengan menyepelekan penghakiman Allah sehingga sebenarnya ini langkah menuju maut dan kematian kekal. Sayangnya hokum Taurat tidak bisa melakukan apa-apa terhadap situasi ini. Hukum Taurat bukan dimaksudkan sebagai penyelamat dan hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri (Ibr 10:1a).

 

Akan tetapi apa yang diberikan Allah melalui Yesus Kristus merupakan jalan keluar sehingga kita dapat menjadi manusia tipe kedua yakni yang dikuasai dan dipimpin Roh. Perlu ada sebuah jembatan untuk mendekatkan teladan yang sempurna dalam kedagingan Yesus dengan kedagingan kita yang penuh dosa. Pemulihan harus dilakukan dengan tatanan kuasa yang baru dan bukan lagi berdasarkan hokum Taurat melainkan dengan prinsip kasih karunia. Status baru perlu mengalami perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan menurut daging harus yang tadinya memikirkan hal-hal tubuh dan keduniawian kini harus diganti dengan kehidupan menurut roh yang berpikir tentang hal-hal yang rohani dan sorgawi. Sebagaimana dikatakan juga dalam firman-Nya, bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Ef4:22-24; band. Kol 3:5-10).

 

Pada saat kita mengatakan "Ya" kepada Yesus, maka kita akan diberi kasih karunia itu dan diisi dengan keinginan untuk terus mengikuti Dia, sebab kita tahu jalan-Nya adalah jalan penuh damai sejahtera dan membawa kita kepada kehidupan yang benar dan abadi. Hidup di dalam roh berarti memahami tidak hidup lagi menurut daging sebab keduanya tidak mungkin menjadi satu. Apabila seseorang menggemari dan bahkan mengulang-ulang dengan sadar keinginan daging yang dibenci Allah sebenarnya ia belum hidup menurut roh atau yang lahir baru. Ia sebenarnya masih manusia lama dan menjadi seteru Allah (Yak 4:4). Setiap hari kita harus dengan "sadar" memilih untuk memusatkan perhatian dan tujuan hidup kita bagi kemuliaan Allah melalui Yesus. Hal itu akan menjadi efektip bila kita menyukai firman Allah dengan rajin membawa Alkitab atau renungan harian, mendapatkan petunjuk dan mengikuti dengan taat. Di dalam situasi yang kadang membingungkan dan komplek, perlu bertanyalah pada diri sendiri: "Apa yang Yesus ingin saya lakukan?" Apakah yang saya lakukan ini menyenangkan hati Allah? Dengan pertanyaan itu, maka Roh Kudus akan memberi inspirasi dan petunjuk yang benar dan langkah itu yang seharusnya langsung dilakukan (Yoh 16:13-15; 2 Tim 3:16-17). Dengan demikian pula maka kita akan hidup lebih memikirkan hal-hal yang rohani saja dalam menjalani tujuan hidup yakni masuk sorga (band. Flp 3:10; Kol 3:1-2).

 

Keempat: Roh yang menghidupkan (ayat 9-11)

8:9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. 8:10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. 8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

 

Pernahkan kita merasa atau bertanya, apakah kita ini sudah menjadi Kristen sejati? Sesungguhnya seorang kristen sejati adalah mereka yang hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus dengan menempatkannya di hatinya. Apabila memang kita percaya bahwa Yesus telah mati untuk menebus dosa kita, dan menjadikan Dia sebagai Tuan dan Tuhan, maka secara otomatis Roh Kudus akan diam dihati setiap orang yang mengaku demikian, dan otomatis kita menjadi seorang Kristen. Kita tidak akan tahu apakah Roh Kudus sudah hadir apabila kita menanti-nanti tanda-tanda atau perasaan khusus, tetapi yakinilah bahwa Roh Kudus itu telah datang dan diam sebab Tuhan Yesus menjanjikan-nya. Jadi janjinya yang dipegang, bukan suasana hati atau tanda-tanda. Apabila kita menjalani kehidupan ini dengan pimpinan Roh Kudus tadi, maka kita akan mengetahui beberapa hal, yakni:

 

a. bahwa Yesus adalah Anak Allah dan kehidpan kekal datang daripada-Nya (1Yoh 5:5);

b. kita akan berperi laku seperti Kristus (Rm 8:5; Gal 5:22-23);

c.  kita akan mendapatkan pertolongan dalam pergumulan hidup setiap hari (Rm 8:26-27);

d. kita akan dimampukan untuk melayani Allah dan melaksanakan kehendak-Nya ( Kis 1:8; Rm 12:6 dab);

e. kita akan menjadi bagian dari rencana Allah untuk membangun gereja dan kerajaan-Nya (Ef 4:12-13)

 

Roh Kudus adalah janji dan jaminan Allah untuk kehidupan kekal bagi mereka yang percaya kepada Yesus. Roh Kudus diam di hati hanya dengan dasar iman dan dengan iman ini kita hidup bersama Kristus selamanya (band. Rm 8:23; 1Kor 6:14; 2Kor 4:14; 1Tes 4:14).

 

Sebagaimana manusia yang sama dengan Adam telah berdosa, maka demikian jugalah kehendak Allah melalui Rasul Paulus menyatakan manusia harus sama dengan (manusia) Yesus yang mempersembahkan kehidupan yang sempurna  yakni dengan penyerahan diri dan pengutamaan keinginan Allah Bapa. Manusia yang telah tercemar melalui dosa Adam kini hanya bisa diselamatkan melalui kuasa Yesus yang penuh dengan Roh Kudus.

------------

"Roh yang memberi hidup" ini ialah kuasa dan hidup yang mengatur dan menggiatkan dari Roh Kudus yang bekerja dalam hati orang percaya.

 

Semua orang percaya sejak saat menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan memiliki Roh Kudus yang berdiam dalam mereka (bd. 1Kor 3:16; 6:19-20; Ef 1:13-14;

hidup tanpa kasih karunia Kristus adalah kekalahan, kesedihan, dan perbudakan kepada dosa.

• dalam kamu: Rom 8:11; 1Kor 6:19; 2Tim 1:14 • Roh Kristus: Yoh 14:17; Kis 16:7; 1Yoh 4:13

Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

 

Hukum Taurat tidak dapat menolong kita untuk mengatasi dosa. Hukum Taurat hanya dapat menuntut, dan tidak dapat menolong kita. Hukum Taurat menghadapi kesulitan menangani suatu keadaan mustahil.

 

Justru yang membuat hukum Taurat menjadi lemah, yaitu daging manusia, menjadi saluran kemenangan kesucian Allah, karena dalam daging manusia Yesus Kristus mengalahkan dosa.

 

Mereka yang terutama mengasihi dan memperhatikan hal-hal dari Allah dalam hidup ini dapat mengharapkan hidup kekal dan hubungan dengan Allah (ayat Rom 8:10-11,15-16).

 

Hukum Taurat menghadapi kesulitan menangani suatu keadaan mustahil. Hukum roh itu berupa tuntutan-tuntutan hidup baru jang kita punjai dalam Kristus.  "Hukum" Roh kehidupan adalah suatu prinsip atau tatanan baru, yang dapat mengalahkan hukum Taurat yang telah diperalat oleh Dosa dan Maut. Itu berarti keseluruhan tuntutan Allah. Allah mengatasi dosa di dalam kematian Anak-Nya supaya orang-orang yang berada di dalam Kristus dapat memahami keseluruhan tuntutan Allah sebagaimana dinyatakan di dalam hukum Taurat. Melalui pengorbananNya, Dia menjembatani lowongan itu, sehingga kita selalu mempunyai dasar untuk dipulihkan dari dosa

 

 

istilah akan menghidupkan menunjuk pada kebangkitan orang percaya pada akhir zaman. Tetapi menurut Calvin istilah ini menunjuk pada "operasi yang terus-menerus dari Roh, di mana Dia secara bertahap mematikan sisa-sisa daging, dan memperbaharui hidup sorgawi di dalam kita." Menurut Hodges, kehidupan Kristen dan kemenangan Kristen adalah mujizat, suatu mujizat kebangkitan, bukan hanya di akhir zaman tapi juga pada saat ini.

 

Tubuh yang fana adalah tubuh yang dapat binasa. Tubuh yang dihidupkan oleh Roh Kudus menjadi tubuh yang kekal. Perubahan dari kefanaan menuju kekekalan merupakan hasil kerja Roh Kudus.

 

dalam Yesus Kristus apa yang dituntut oleh hukum Taurat akhirnya digenapi dalam kita, asal kita tidak hidup menurut daging tetapi menurut Roh. Ini tidak terjadi dengan sendirinya. Tetapi sejauh kita bersekutu dengan Dia, kita akan mengalami hasil yang dimaksudkanNya bagi kita.

 

• memberi hidup: 1Kor 15:45; Gal 6:8• telah memerdekakan: Yoh 8:32,36; Rom 6:18; hukum dosa: Rom 6:16;

 

hanya mereka yang percaya dan hidup menurut Roh saja, tetapi semua orang percaya, karena Roh Allah diam di dalam kita semua.

 

Allah Tritunggal sumber keselamatan. Dengan indah sekali Paulus melihat Allah Tritunggal terlibat penuh dalam kasih karunia-Nya menyelamatkan manusia. Pertama, Allah Bapa mengutus Anak-Nya sendiri (ayat 3). Kedua, Anak Allah menjelma menjadi manusia dan Dia (Yesus Kristus) telah menggenapi taurat, menanggung hukuman atas dosa, dan dengan jalan itu memberi kita pembenaran dan pengudusan (ayat 4). Ketiga, Roh Kudus menolong agar apa yang telah Yesus kerjakan untuk kita itu dapat menjadi milik dan pengalaman nyata kita (ayat 5-8).

apakah mereka lahir baru atau tidak lahir baru, dan bukan apakah mereka hidup menurut kehendak Allah atau tidak hidup menurut kehendak Allah.

 

Keberadaan Roh Allah di dalam mereka menjadi kunci kemenangan mereka yang diuraikan dalam pasal ini.

 

Adanya baptisan itu dalam pengalaman kita menjadi dasar dorongan untuk menyerahkan "anggota-anggota tubuhmu kepada Allah sebagai alat-alat kebenaran" (6:13) dalam pasal 6, dan juga dalam pasal 8, di mana Paulus berkata, "Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang..." yang harus "mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu..." (8:12-13).

 

Paulus tidak mengancam, tetapi dia membesarkan hati kita bahwa kemenangan rohani

 

Dengan memperoleh "orientasi Roh" Paulus menguraikan bagaimana kita dapat "mengenal Kristus dan kuasa kebangkitanNya" (seperti Filipi 3:10).

 

Karena dosa telah memasuki aspek jasmaniah dalam diri kita, tubuh kita harus mati atau diubah (bd. 1Kor 15:50-54; 1Tes 4:13-17). Akan tetapi, karena Kristus ada di dalam diri kita, kini kita mengalami hidup Roh.

 

dari satu segi tubuh adalah mati karena dosa, tetapi dari segi yang lain roh adalah kehidupan karena kebenaran.

 

Paulus tidak menyatakan apakah dia mempunyai maksud bahwa roh kita yang dihidupkan adalah kehidupan bagi kita, atau bahwa Roh Allah yang mendiami kita adalah kehidupan bagi kita. Rupanya Paulus membiarkan maksudnya menjadi samar-samar, sehingga dua-duanya bisa dimaksudkan

• orang mati: Kis 2:24; [• juga tubuhmu: Yoh 5:21; Rom 6:5;

Allah yang telah membangkitkan Kristus dari kuburanNya, akan menghidupkan "tubuh maut" kita.

Ia juga melepaskan orang beriman dari perbudakan dosa membelit dan menghasilkan maut Kuasa dosa yang memperbudak manusia telah dipatahkan dan pemerintahan Allah dalam hidup orang percaya telah dimulai.

 

Hidup merdeka. Bila sungguh Roh Allah telah memerdekakan kita kita akan aktif melawan dosa (ayat 13). Menyalibkan sifat dosa adalah suatu tindakan aktif. Tetapi kita sendiri harus aktif dan tegas menolak dosa dan menyerahkan semua kelemahan yang bisa menjerat kita berdosa kepada Tuhan.

 

Taurat yang impoten tak berdaya: Ibr 7:18; 10:1-4 kini diganti oleh Injil yang dalam karya Roh memungkinkan kita merdeka

 

Seseorang sungguh Kristen, pengikut Kristus sejati bila Roh Kudus diam di dalamnya (ayat 9). Menerima Roh dan didiami Roh adalah hak semua orang Kristen. Kristen menerima hak itu tatkala menyerahkan diri kepada Kristus dan mempersilakan Kristus menyelamatkan kita. Tentu saja pengalaman dipenuhi Roh berulang terus sepanjang hidup sebab kita memang harus terus dipimpin oleh-Nya. Namun hak itu bukan hak segelintir Kristen yang telah mengalami hal istimewa tertentu, tetapi hak semua orang beriman. Apabila kita tidak memiliki Roh Kudus, sama dengan mengatakan kita belum di dalam Kristus (ayat 9b).

 

Hidup rohani. Hidup dalam Roh itu pasti membawa dampak yang harus kita perhitungkan dan jalani. Pertama, kita menyadari bahwa akibat dosa, hidup di dalam tubuh itu menjadi sesuatu yang fana (ayat 10). Begitu kita dilahirkan ke dalam dunia ini, kita ditempatkan ke dalam perjalanan hidup menuju kematian. Nafas yang pertama kita hirup tatkala dilahirkan akan berakhir dalam nafas yang kita hembuskan saat kematian. Namun oleh Roh kini kita memiliki hidup rohani. Hidup rohani itu membuat kita dikuatkan dari ke hari dengan harapan bahwa kelak tubuh fana kita ini akan diganti oleh tubuh kebangkitan. Kita akan mengalami itu kelak sebab kini Roh yang telah membangkitkan Yesus hidup di dalam kita (ayat 11).

 

 

Penutup

Roh yang memerdekakan

Anak Allah yang menjadi manusia

Memikirkan hal-hal yang dari Roh

Roh yang menghidupkan

 

Ingatlah: Kita harus menomorsatukan kehendak Allah dalam setiap pilihan yang kita ambil. Ini tidak akan selalu mudah. Bergantunglah pada Roh Kudus agar kita hidup menurut Roh bukan menurut daging.

Renungkan: Hidup dalam Roh berarti: 1) hidup kita menjadi baru bukan lagi di dalam dosa, 2) pola pikir kita dikendalikan Roh bukan dosa, 3) sikap baru yaitu tunduk dan cinta kepada Allah bukan lagi berontak melawan Allah.

Doa: Tuntunlah kami menghayati sifat baru dariMu dengan tekun.

 

Renungkan: Adakah ciri Kristen dalam diri Anda? Di dalam Roh: 1) hidup dalam kesucian, 2) bebas dari ketakutan akan hukuman, 3) bebas berdoa kepada Bapa, 4) adalah pewaris Kerajaan Allah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau joke).

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 41 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8561968
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
16
73300
73316
8223859
713253
883577
8561968

IP Anda: 162.158.189.83
2024-12-16 00:05

Login Form