Sunday, December 15, 2024

Khotbah Minggu 8 Juni 2014

Khotbah Minggu 8 Juni 2014

 

Minggu Pentakosta

 

ADA RUPA-RUPA KARUNIA, TETAPI SATU ROH

(1Kor 12:3b-13)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 2:1-21 atau Bil 11:24-30; Mzm 104:24-34,35b; Kis 2:1-21; Yoh 20:19-23 atau 7:37-39

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas 1Kor 12:3b-13 selengkapnya:

 

12:3b … dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus. 12:4 Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. 12:5 Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. 12:6 Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. 12:7 Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. 12:8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. 12:9 Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. 12:10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. 12:11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. 12:12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus 12:13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.

 

-------------------------

 

Pendahuluan

Karunia rohani yang diberikan kepada setiap orang percaya oleh Roh Kudus adalah kemampuan khusus yang akan dipergunakan dalam pelayanan sesuai dengan kebutuhan jemaat. Daftar dalam nas minggu ini bukanlah daftar yang lengkap tentang karunia rohani, sehingga pembahasan digabung dengan ayat-ayat lainnya (lihat Rm 12; Ef 4; 1Pet 4:10-11 dan ayat lainnya). Ada banyak karunia rohani, setiap orang memiliki yang berbeda, beberapa orang memiliki lebih dari satu, bahkan seseorang bisa memiliki karunia rohani yang "lebih baik", tetapi yang jelas, setiap karunia rohani tidak lebih hebat dari karunia rohani yang lain. Hal ini disebabkan semuanya bersumber dari Roh Kudus dan tujuannya adalah untuk membangun tubuh Kristus yakni gereja. Seluruh bentuk karunia yang ada pada manusia, pada hakekatnya adalah bersumber dari Allah Bapa melalui Yesus dan dipimpin oleh Roh Kudus. Memang, pemahaman tentang karunia rohani seringkali tidak sama: ada yang suka dan ada yang tidak suka, ada yang bingung. Tetapi paling tidak, berdasarkan nas bacaan kita minggu ini dan ayat-ayat lain kita diberikan gambaran sebagai berikut.

 

Pertama: Pengakuan "Yesus adalah Tuhan", karunia dan pelayanan oleh Satu Roh (ayat 3b-5)

Yesus memiliki banyak sebutan "gelar" sesuai dengan pemahaman masing-masing, meski panggilan yang sering oleh murid-murid-Nya adalah dengan sebutan Guru. Perempuan Samaria dalam percakapan dengan Yesus menyebutnya sebagai seorang nabi. Ada juga yang  menyebutnya sebagai Rasul. Serdadu-serdadu menyebutnya dengan Raja Israel meski dengan sikap awal hanya olok-olok namun kemudian diakui sebagai Raja segala Raja. Umat saudara kita menyebut Yesus sebagai Nabi yang memiliki sejumlah kekhususan, seperti lahir dengan tidak dari benih laki-laki, memiliki kemampuan penyembuh dan lainnya, meski dengan nama Isa. Petrus menyebut Yesus sebagai Mesias yang kemudian ditegaskan Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga (Mat 16:17). Akan tetapi yang penting dari semua itu adalah pengakuan dan panggilan Yesus sebagai Tuhan, yang menurut ayat kita baca: "tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus" (band. 1Yoh 4:2-3).

 

Pengakuan Yesus sebagai Tuhan bukanlah dari hasil olahan pikiran manusia. Manusia dengan segala kehebatannya hanya mampu mengakui Yesus sebagai Nabi, sebagai Guru, Rasul, Raja, Mesias (Yang Diurapi), namun untuk mengaku sebagai Tuhan dan Anak Allah, maka itu adalah anugerah Allah semata. Alkitab berkata, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada Yesus, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus-Nya” (Yoh 6:44). Jadi, sangat jelas, bahwa yang datang dan percaya kepada Yesus (dan mengaku sebagai Tuhan) adalah mereka yang ditarik dan dipilih Allah Bapa. Hal ini juga diteguhkan dengan prinsip kristiani bahwa dari berbagai bentuk karunia yang diberikan kepada manusia, iman (kepada Yesus) adalah karunia rohani khusus orang percaya kepada-Nya. "Kasih karunia atau karunia-karunia" (bahasa Yunani charismata berasal dari kata charis) dan Roh atau Pneuma menunjuk kepada karunia Roh Kudus yakni penyataan illahi berupa kemampuan khusus yang diberikan kepada orang percaya untuk pelayanan dan kepentingan bersama. Pengertian penyataan illahi (bahasa Yunani phanerosis berasal dari kata phaneros yang berarti "berwujud") menekankan bahwa karunia rohani itu menjadi penyataan langsung dan dianugerahkan sebagai tanda bukti kelihatan kehadiran Roh Kudus di dalam persekutuan jemaat.

 

Berdasarkan telaah Alkitab, ada 18 karunia rohani yang diidentifikasi dan dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian utama, yakni:

 

  • karunia rohani melalui perkataan atau berbicara, terdiri dari 7 karunia
  • karunia rohani melayani dan memberi, terdiri dari 6 karunia
  • karunia rohani untuk membuat mukjizat, terdiri dari 5 karunia.

 

Masing-masing karunia rohani tersebut dijelaskan pada bagian berikut.

 

Kedua: Karunia berbicara oleh satu Roh (ayat 8)

Sebuah kata atau rangkaian kata-kata dapat menjadi pedang bermata dua, yakni membedah dalam tujuan baik atau memotong/menyayat dengan tujuan buruk. Rangkaian kata-kata buruk dapat merusak suasana, menghancurkan mental dan motivasi, dan bahkan membuat seseorang merasa dirinya tidak berharga dan terhina. Sebaliknya rangkaian kata-kata indah dapat membuat seseorang menjadi senang dan bersukacita, membangun semangat dan motivasi, dan bahkan menimbulkan keberanian sehingga jauh dari rasa kuatir dan takut. Kemampuan dalam olah "berbicara" itu tentu juga didasari oleh hikmat kemampuan batin dan rohani yang dalam, termasuk dalam memahami pengetahuan dan keilmuan. Dalam hal ini pengertian berbicara juga dimaksudkan dengan menulis sebagaimana para rasul Tuhan, dipakai dalam menulis surat-surat rasuli atau kitab-kitab sebagaimana dalam Alkitab. Oleh karena itu, Allah menggunakan kemampuan mengeluarkan kata-kata itu sebagai karunia khusus bagi orang yang Tuhan pakai dalam menyampaikan pesan dan membangun jemaat-Nya (band. 1Ptr 4:10).

 

Dalam Alkitab paling tidak ada tujuh karunia yang berhubungan dengan berbicara, yakni:

 

1. Karunia rasuli (Ef 4:11; 1Kor 12:28)

2. Karunia bernubuat/kenabian (Ef 4:11; 1Kor 11:14-15; 12:2)

3. Karunia penginjilan (Ef 4:11; 2Tim4:5; Kis 21:8)

4. Karunia penggembalaan (Ef 4:11)

5. Karunia mengajar (Rm 12:7; 1Kor 12:28-29)

6. Karunia menasehati berkata-kata dengan hikmat (Rm 12:8; 1Kor 12:8)

7. Karunia berkata-kata dengan pengetahuan (1Kor 12:8; 2Kor 8:7)

 

Lima karunia yang pertama diambil dari Ef 4:11 yang dianggap sebagai karunia jabatan yang ada dalam tubuh gereja, seperti rasul, penginjil, gembala dan pengajar (guru), terkecuali jabatan kenabian/nubuatan yang lazim dalam masa perjanjian lama. Namun dalam hal ini bernubuat tidak semata-mata berhubungan dengan ramalan-ramalan masa depan. Yohanes Calvin mengatakan bahwa menyampaikan firman dan pesan Allah kepada kumpulan orang percaya adalah kemampuan bernubuat yang dilaksanakan dalam berbagai khotbah sepanjang sejarah gereja. Nubuatan dalam khotbah disampaikan ditengah-tengah jemaat dalam rangka meneguhkan dan menguatkan kumpulan jemaat tersebut. Memang, sebagian lain berkata bernubuat bukankah berkhotbah, tetapi sesuatu yang spontan, pesan yang diinspirasi Roh Kudus. Namun Alkitab mengatakan, Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur (1Kor 14:3; band. Rm 12:6; Yoel 2:28). Sementara kemampuan dalam menyampaian kata-kata nasehat dengan penuh hikmat seperti isi kitab amsal, ini termasuk mereka yang belajar psikologi konseling. Yang terakhir pada bagian ini adalah mereka yang memiliki ilmu pengetahuan yang bisa menjelaskan tentang gejala-gejala dan proses alam (scientist), maupun bidang sosial yang meliputi peristiwa-peristiwa sosial, seperti antrhropolog, sosiolog, ahli sejarah, dan ilmu sosial lainnya.

 

Dalam semua ini penting kita ketahui bahwa Allah benar-benar terlibat di dalam memberi, menggunakan, dan memberdayakan karunia rohani. Penggunaan karunia rohani, tempat pelayanan, jenis pelayanan, semua akan menjadi lebih efektip ketika karunia itu dipakai untuk membangun jemaat. Allah menciptakan tempat dan waktu yang tepat bagi setiap orang percaya di dalam tubuh Kristus. Karunia rohani dan pelayanan mungkin kadang tampak tumpang tindih, tetapi setiap orang percaya memiliki kekhususan, sebab Allah mendisain peran bagi kita semua. Salah satu pengalaman yang menarik dan menantang dalam mengikut Kristus adalah menemukan karunia rohani tersebut dalam diri kita dan juga pada diri orang lain dan menggunakannya dengan baik untuk kepentingan bersama dalam pembangunan gereja (1Kor 14:12; Ef 4:12).

 

Ketiga: Karunia melayani oleh Roh yang sama (ayat 9a)

Kita orang percaya dipanggil untuk  melayani. Kita hidup bukan diri kita sendiri tetapi untuk Kristus dengan melayani orang lain. Allah memanggil anak-anak-Nya untuk melayani, dan tidak semua pelayanan dalam bentuk atau wujud yang tampak "hebat". Sebagaimana disebutkan dalam pemdahuluan, setiap karunia rohani tidak lebih hebat dari karunia rohani yang lain. Ketika para rasul sibuk dengan pemberitaan Injil, harus ada yang mengurus meja dan agar mereka bisa lebih memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman. Untuk itu mereka menunjuk tujuh orang untuk melayani meja, dalam pengertian pelayanan sosial kepada janjda-janda miskin (Kis 6:1-4). Mereka yang dipilih melayani ini juga bukan sembarangan, sebab mereka adalah orang-orang yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat untuk melaksanakan tugas itu. Jadi sebenarnya tugas mereka melayani didasari oleh iman dan kemurahan hati.

 

Maka berdasarkan pengelompokan pelayanan khususnya yang berhubungan dengan  waktu dan tenaga, ada lima karunia yang berhubungan dengan kemurahan hati dan pelayanan, yakni:

 

1. Karunia iman (1Kor 12:9)

2. Karunia melayani (1Kor 12:7)

3. Karunia menolong (1Kor 12:28; Kis 6:2)

4. Karunia memberi dengan murah hati (Rm 12:8)

5. Karunia memberi tumpangan (1Pet 4:9; 1Tim 5:10)

6. Karunia memimpin atau mengelola (Rm 12:8; 1Kor 12:28)

 

Dalam hal ini karunia iman dikelompokkan ke dalam pelayanan sebab iman dalam hal ini dilihat sebagai keteguhan hati dan kesungguhan dalam penyerahan diri, yang bermanfaat dalam pelayanan ke luar dirinya. Setiap orang percaya memiliki iman. Tetapi bagaimana pun, memiliki karunia iman merupakan ukuran yang tidak biasa atas kepercayaan dalam kekuasaan Roh Kudus (band. Mat 17:19,20; 1Kor 13:2). Penting kita ingat firman Tuhan yang mengatakan, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Flp 2:13). Memang dalam hal ini pengelompokan yang diberikan dapat disebut sebagai pelayanan diakonia, yang mengutamakan kerendahan hati dan kesedian memberi yang bukan terbatas pada materi, dan bersikap benar-benar sebagai hamba (band. 1Kor 12:27-31). Hal yang terpenting dalam kelompok ini adalah kemampuan dalam mengelola dan memimpin, baik dalam pengertian kepemimpinan tradisional dan kegembalaan, maupun dalam pengertian modern  berbentuk organisasi yang komplek dan multi dimensi dan layanan. Ini jelas sebuah karunia yang khusus juga yang sangat diperlukan dalam dunia modern saat ini.

 

Keempat: Karunia membuat mukjizat (ayat 9b-10)

Dunia ini penuh dengan guru-guru palsu. Setiap orang dapat mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Allah. Di lain pihak ada yang mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada namanya mukjizat. Bagi mereka semua proses atau kejadian yang terjadi harus mengikuti hukum alam, baik itu sains, psikologi, ataupun ilmu sosial. Kalau ada sesuatu peristiwa yang tidak dapat dijelaskan oleh akal pikiran, maka sebenarnya itu hanya misteri yang belum dan menjadi tantangan bagi pikiran manusia untuk membukanya. Bagi mereka adanya pelangi adalah gejala alamiah dan bukan tanda busur dari Allah sebagai ikatan janji. Kesembuhan seseorang dari penyakit tanpa melalui pengobatan medis, bagi mereka itu terjadi karena kembalinya kekuatan tubuh, adanya masukan makanan, dan lingkungan yang mendukung. Jadi kesembuhan sama sekali tidak ada karena kuasa doa, urapan kudus atau campur tangan illahi. Memang pengakuan tidak adanya mukjizat bukan selalu berarti atheis dan tidak perlu terlalu dipermasalahkan. Mereka hanya tidak mau mengakui campur tangan Tuhan dalam hidupnya dan berusaha melakukan sebaik mungkin berdasarkan usahanya sendiri. Bagi kita orang percaya, itu adalah hikmat dunia dan tidak menggunakan hikmat Allah.

 

Dalam Alkitab peristiwa mukjizat bukanlah monopoli perjanjian baru. Dalam peristiwa Musa mengeluarkan umat-Nya dari Mesir, mukjizat dipakai Tuhan sebagai alat untuk menyatakan kuasa dan kehadiran-Nya. Ketika Tuhan Yesus naik ke sorga, para murid juga melakukan banyak pekerjaan mukjizat, termasuk pesan kepada murid-murid-Nya (Mat 10:1; Mrk 16:18). Berdasarkan telaah dalam perjanjian baru, ada lima jenis karunia rohani yang berhubungan dengan pekerjaan mukjizat atau tanda-tanda, yakni:

 

1. Karunia menyembuhkan (Mat 10:1; 1Kor 12:9, 28, 30)

2. Karunia mengadakan mukjizat (1Kor 12:10, 28-29; Ibr 2:4)

3. Karunia berbahasa lidah dan berbahasa roh (Kis 1: ...; 1Kor 12:10)

4. Karunia membedakan roh (1Kor 12:10; 14:28)

5. Karunia menafsirkan bahasa roh (1Kor 12:10)

 

Kisah-kisah mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus membuktikan bahwa mukjizat itu nyata, penyertaan khusus kuasa ilahi dalam proses alam itu bukanlah hal aneh, sepanjang seseorang itu bersedia dan Allah berkenan memberikan untuk maksud dan tujuan-Nya. Allah bekerja bisa sendiri akan tetapi sebagaimana kisah dalam Kisah Para Rasul, para murid membuktikan karunia itu ada dan bekerja efektip dalam pekerjaan pekabaran Injil. Memang saat ini belum ada yang bisa membuktikan bahwa karunia itu ada pada orang-orang tertentu. Memang dalam hal ini kita perlu berhati-hati dalam karunia berbahasa roh, dengan ada klaim ia memiliki kemampuan dalam berbahasa roh dan bahkan belajar berbahasa roh. Kita tidak mengingkari adanya bahasa roh (1Kor 12:10, 30). Yang penting Alkitab mengatakan bahwa ketika seseorang berbahasa roh, maka harus ada yang mampu untuk menerjemahkannya, sebab kalau tidak, maka itu seperti omongan yang tidak berarti dan lebih baik diam (1Kor 14:26-28; band ay. 13). Dalam hal ini Rasul Paulus memberikan kita sebuah metoda pengujian untuk membedakan apakah pesan yang diterima seseorang itu datang dari Allah atau tidak; apakah orang itu mengaku Kristus sebagai Tuhan. Kita tidak boleh bersikap naif dengan menerima kata-kata yang diakui dari Tuhan, tetapi ujilah apakah pengajarannya sesuai dengan Alkitab dan perkataan Kristus.

 

Kelima: Satu tubuh satu baptisan (ayat 11-13)

Meskipun kerunia roh itu dibeda-bedakan dan dikelompokkan sebagaimana di atas, namun sebenarnya itu saling melengkapi dan bahkan tidak mudah memberi batas yang tegas akan kemampuan khusus yang diberikan kepada masing-masing orang. Semua kemampuan itu ibarat paduan tubuh yang terdiri dari anggota-anggota tubuh dan dibangun menjadi kesatuan yang utuh dalam jemaat. Namun alih-alih membangun dan menyatukan gereja sebagaimana di Korintus, karunia rohani bisa mencerai-beraikan. Karunia rohani dibuat menjadi kuasa rohani, menyebabkan persaingan, sebab beberapa orang berpikir mereka merasa "lebih rohani" dari yang lain karena adanya karunia itu. Ini menjadi hal yag buruk dan salah dalam penggunaan karunia rohani, sebab tujuan yang sebenarnya adalah membantu gereja agar lebih efektip, bukan untuk memecahnya. Kita dapat menjadi pemecah belah jika kita lebih mengotot menggunakan karunia rohani dengan cara kita sendiri tanpa memerdulikan pihak lain. Kita tidak boleh menggunakan karunia rohani untuk memanipulasi orang lain apalagi untuk kepentingan diri sendiri.

 

Seluruh karunia itu hakekatnya adalah rupa-rupa pelayanan, dan bersumber dari satu Tuhan. Meski ada berbagai-bagai perbuatan ajaib tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya pada semua orang percaya, sesuai dengan tugas dan misi Allah yang diberikan padanya. Kita perlu memperhatikan kesatuan dari semua karunia, kesatuan sumber dan tujuan penggunaan karunia itu. Sebagian orang akan diberi kemampuan dalam berbicara, sebagaian diberikan dalam kemampuan melayani, meski memang tidak mudah mendeteksi apakah kemampuan membuat mukjizat ini ada dalam jemaat. Alkitab berkata, “berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus” (Ef 4:3-7). Baptisan "dalam satu Roh" bukanlah menunjuk kepada baptisan air tetapi mengacu kepada tindakan Roh  membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus (Mat. 3:11; Mrk 1:8; Luk. 3:16) dan menjadikan orang percaya satu secara rohani dengan yang lainnya.

 

 

Kita tidak boleh seperti jemaat di Korintus yang mengutamakan karunia-karunia yang paling dirasakan hebat dan penuh tanda-tanda. Mereka lebih menonjolkan kehebatan karunia yang mereka punyai tanpa ingin mengetahui rencana Allah memberi karunia-karunia itu. Mereka meniru upacara-upacara kafir yang penuh dengan ritual “keanehan” demi untuk mendapatkan perhatian dan keistimewaan. Ini tidak terlepas dari jemaat Korintus yang dianggap masih bayi dengan sifat kanak-kanak dan belum dewasa, sebagaimana dijelaskan pada pasal-pasal sebelumnya. Rasul Paulus menekankan dengan perumpamaan tubuh manusia dengan anggota-anggota yang banyak menjadi satu, demikian pula pelayanan karunia rohani  sebagai alat pemersatu dan penguatan gereja-Nya (Rm 12:5; band. Gal 3:28; Kol 3:11). Tujuan semua itu adalah memuliakan Yesus sebagai Tuhan atas gereja, dengan Roh sebagai pemberi karunia yang berdaulat dan kita hanyalah alat dan hamba-Nya. Hal yang penting justru ketika karunia itu diberikan kepada kita, maka kita memakainya dengan baik dan terus bertumbuh, dengan berprinsip menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh sehingga nama Tuhan Yesus semakin dipermuliakan.

 

Penutup

Melalui nas minggu ini kita diberikan sebagian pelajaran tentang karunia rohani dan berdasarkan tambahan ayat-ayat lainnya dari Alkitab mencoba memadukannya sehingga ditemukan delapan belas karunia rohani yang dipersiapkan bagi orang percaya. Sebagian orang diberi kemampuan dalam berbicara, sebagian diberikan kemampuan melayani, dan sebagian (memang tidak mudah mendeteksi kemampuan) membuat mukjizat. Semua itu bersumber dari satu Roh dan kita juga melihatnya bahwa karunia-karunia yang kita miliki semata-mata dari Allah dan diperuntukkan bagi kemulian-Nya. Dengan karunia yang kita miliki maka tujuan dan motivasi kita haruslah membangun jemaat, sehingga penggunakan karunia rohani itu akan lebih efektip. Kita harus menjauhkan diri dari tindakan memanipulasi karunia yang diberikan termasuk menggunakan untuk kepentingan diri sendiri, atau menonjolkan karunia-karunia yang dianggap hebat dan mempertunjukkan tindakan-tindakan yang dianggap spektakuler. Hal semacam itu adalah egoisme yang menonjolkan diri dan tidak ada faedahnya, sebab semua karunia itu suatu saat akan lenyap. Sikap kita haruslah menyatakan bahwa Dia satu-satu-Nya Tuhan bagi jemaat-Nya yang mendahulukan kasih dan kasih adalah hal yang terbesar. Sebagaimana ayat lanjutan dari pasal ini dinyatakan, “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing” (1Kor 13:1).

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau lelucon).

Khotbah Minggu 1 Juni 2014

Khotbah Minggu 1 Juni 2014

 

Minggu Paskah VII

 

SERAHKANLAH SEGALA KEKUATIRANMU KEPADA-NYA

(1Pet 4:12-14, 5:6-11)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 1:6-14; Mzm 68:1-10, 32-35; Yoh 17:1-11

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas 1Pet 4:12-14, 5:6-11 selengkapnya:

 

4:12 Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. 4:13 Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. 4:14 Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu 5:6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. 5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. 5:8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. 5:9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. 5:10 Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. 5:11 Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin

 

-----------------------------------------

 

Pendahuluan

Nas minggu ini dilatarbelakangi oleh tantangan berat yang dihadapi oleh jemaat di wilayah Asia Kecil dari pihak kekaisaran Roma, khususnya bagi pemimpin-pemimpin baru seperti penatua dan diaken. Rasul Petrus mengingatkan dalam situasi saat itu agar mereka jangan terkejut apabila ada pelbagai penganiayaan dan penderitaan yang datang, mengingat sikap keras yang diperlihatkan panglimanya Nero dalam menganiaya orang-orang percaya. Penderitaan yang datang bukan merupakan ilusi, tetapi sudah merupakan rencana Allah untuk mereka ikut serta dalam penderitaan dan kesusahan itu. Ini sikap yang perlu dihadapi sebagai jalan untuk mengikut jejak Yesus yang mati demi kebenaran, sehingga mereka tidak perlu malu atau berputus asa dalam menghadapinya. Maka melalui bacaan peristiwa di masa awal gereja ini kita memperoleh pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Berbahagialah dalam penderitaan untuk Kristus (1Pet 4:12-14)

Tidak dapat disangkal bahwa kelahiran agama umumnya berangkat dari penderitaan umat ditengah-tengah ketidakadilan. Ada kerinduan manusia agar perubahan dapat terjadi dan mereka wajar saja memiliki pengharapan melalui Mesias atau nabi-nabi baru. Allah sendiri mungkin menempatkan skenarionya sedemikian rupa sehingga memudahkan pesan Allah sebagai Pencipta dan Yang Mahakuasa bagi mereka untuk berubah. Penderitaan manusia itu sendiri tentu berawal dari kebodohannya di samping akibat ketidaktaatannya. Oleh karena itu, pesan Allah yang pertama adalah: bertobatlah, atau berubahlah (band. Pesan Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus pada Mat 3:2; 4:17). Dalam melakukan pertobatan atau perubahan itulah biasanya kita diminta untuk berkorban, menderita bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain. Mereka yang percaya akan perubahan tentu harus berjuang untuk itu. Hal itulah yang terjadi pada para murid Tuhan Yesus. Riwayat awal pelayanan-Nya dan sejarah gereja mencatatnya dengan baik. Murid-murid dipilih-Nya untuk mengambil bagian dalam perjuangan perubahan itu dengan ikut menderita. Dengan perjuangan mereka dan penderitaan yang dialami, nama Tuhan ditinggikan dan semakin banyak yang percaya dan menjadi pengikut Yesus, yang memang Ia juga turut sebagai korban ketidakadilan.

 

Namun dalam hal ini Yesus bukan sekedar nabi. Ia juga Allah yang menjadi manusia, sehingga apa yang dikatakan-Nya pasti merupakan kebenaran dan sekaligus menjadi janji pasti-Nya kepada mereka yang percaya dan setia mengikuti firman-Nya. Rasul Petrus mengutip ucapan awal Tuhan Yesus pada Mat 5:11 yang senada mengatakan, "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." Jadi ketika ada penderitaan, kita jangan terkaget-kaget. Apabila itu dalam rencana Allah, maka Roh Kudus akan diberikan untuk menguatkan mereka yang diuji melalui imannya. Kita juga tidak perlu takut dan gentar. Lihat saja bagaimana Petrus dan Yohanes dianiaya ketika memberitakan Injil, mereka bersukacita sebab merasakan bahwa penganiayaan itu adalah tanda pembuktian dari Allah akan buah kerja mereka (Kis 5:41; Kol 1:24; Ibr 10:34). Tentu tidak berarti bahwa kita mencari kesusahan, tapi jangan menghindarinya juga. Be ready. Fight for the best, ready for the worst. Yang penting, tetap lakukan yang terbaik bagi Tuhan, tanpa terlalu mempedulikan resiko penderitaan yang akan mungkin datang sebagai konsekuensinya.

 

Dalam situasi sekeliling kita saat ini pun, masih banyak penderitaan dan ketidakadilan, sehingga setiap orang percaya pada hakikatnya dipanggil untuk menghilangkan penderitaan dan ketidakadilan itu. Kita orang percaya tidak bisa berpangku tangan apalagi memanfaatkan situasi untuk kepentingan diri sendiri. Kemauan kita mengambil bagian dalam penderitaan orang lain adalah bukti kesungguhan untuk melayani dan mengabdi pada Kristus (band. Kis 14:22; Rom 8:17-18; 1Pet 1:6-9). Pengalaman mengambil bagian dalam perjuangan yang menimbulkan penderitaan akan memperkaya diri kita secara rohani. Perjuangan membuat kita hidup, dan bukan sekedar hidup adalah perjuangan. Kita harus melihat tugas itu sebagai peperangan melawan kebodohan, kemalasan dan bahkan melawan iblis sebagai sumber segala kejahatan dan keburukan (band. Ef 6:12). Allah memanggil dan membiarkan kita masuk dalam perjuangan itu. Meski tampaknya itu berupa nyala api siksaan yang datang kepada kita, harus dinista, atau kita mungkin kalah secara fisik atau jasmani, tidak perlu takut dan gentar, sebab itu hanya ujian iman dan bukan akhir cerita. Semua itu bukan esuatu yang luar biasa. Roh Allah yaitu Roh kemuliaan bekerja dan diam di hati orang percaya dengan cara istimewa menguatkan kita dalam ujian itu. Dan pada akhirnya, kita akan tetap sebagai pemenang secara rohani, kita bergembira dan bersukacita, sebab ada jaminan yang tersedia bagi kita ketika Ia datang kembali menyatakan kemuliaan-Nya (Rm 8:17; 2Kor 4:17; 1Pet 5:1). Maka, berbahagialah kita untuk itu.

 

Kedua: Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya (1Pet5:6-7)

Ketakutan dan kekuatiran adalah manusiawi. Ketakutan merupakan bagian dari tidak tahunya kita akan apa yang akan terjadi di depan. Puncak ketakutan manusia mungkin adalah kematian dan proses kematian yang menyakitkan. Tetapi sepanjang kita memahami bahwa kematian adalah pintu untuk kemuliaan dan proses kematian yang menyakitkan adalah jalan untuk menuju pintu kemuliaan itu, maka semua tidak perlu dikuatirkan lagi. Ketakutan manusia akan penderitaan daging juga memperlihatkan bahwa ia belum lepas dari keinginan daging. Nas minggu ini juga ditujukan kepada mereka yang dipanggil di dalam pelayanan gereja, sebagai pendeta, penatua, diaken, guru sekolah minggu, dan lainnya. Semua panggilan itu merupakan kesempatan untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan melalui orang-orang percaya. Jadi tidak ada alasan untuk takut dan kuatir. Tujuan panggilan itu bukan untuk mendapatkan kehormatan, memperoleh pujian apalagi keuntungan diri sendiri. Jabatan diberikan sebagai jalan yang lebih mudah dalam pengabdian dan sekaligus menjadi tantangan penggunaan wewenang sebagai pemimpin, teladan dan gembala. Domba yang diserahkan bukan untuk disesatkan melainkan diasuh dan ditumbuh-kembangkan kerohaniannya sehingga semakin berkenan kepada Tuhan.

 

Mengambil bagian dalam penderitaan Kristus akan membentuk diri kita sesuai dengan karakter yang diinginkan-Nya (Rom 5:3-5; 2Kor 1:3-7; Yak 1:2-4). Tapi perlu kita sadari bahwa panggilan itu adalah otoritas Allah, namun respon, intensitas dan kualitas pelayanan kita adalah semata-mata dari kerelaan kita dan bukan karena paksaan. Kita tidak perlu merasa jengkel atas pengalaman penderitaan yang datang, dan juga tidak perlu merasa cemburu atau rendah diri apabila orang lain tidak mengalami hal yang sama, apalagi bersikap memberontak atas apa yang kita alami. Memang terkadang kita kuatir akan status dan kedudukan kita, atau berharap akan pengakuan manusia atas apa yang kita lakukan. Akan tetapi Rasul Paulus dalam hal ini menasihatkan bahwa pengakuan dari Tuhan jauh melebihi apa pun yang diberikan oleh manusia. Allah sanggup dan mau untuk memberkati kita seturut dengan waktu-Nya. Taatlah dengan sungguh-sungguh berserah dalam kerendahan hati terhadap Allah. Tunduklah atas rencana-Nya yang penuh misteri tanpa memperhitungkan situasi saat ini, dan pada saatnya nanti - entah di masa hidup kita kini atau di masa kekekalan nanti, Dia akan mengangkat dan meninggikan kita pada waktunya.

 

Maka apabila kita terus menerus membawa-bawa segala kekuatiran, tekanan, dan pergumulan hidup setiap hari, maka sebenarnya kita tidak percaya penuh pada Allah dalam hidup kita. Memang diperlukankerendahan hati, sebab bagaimana pun, dengan mengakui bahwa Allah peduli dan mengakui kita mempunyai kebutuhan, kita membiarkan keluarga Allah lainnya terbuka untuk menolong. Kadang kita berpikir bahwa kesusahan terjadi, yang mungkin disebabkan oleh dosa dan kebodohan kita sendiri, membuat Allah tidak peduli. Itu jalan pikiran yang salah. Ketika kita datang pada-Nya untuk bertobat, Dia akan mengangkat semua beban yang kita pikul. Ia tidak berencana menghancurkan kita melainkan membentuk menjadi manusia yang lebih baik. Biarkanlah Allah dengan tangan-Nya yang kuat menyelesaikan kekuatiran dan kecemasan kita, bukan bersikap pasif. Jangan menyerah kepada keadaan, tetapi membiarkan Allah mengendalikan situasi yang ada. Segala ketakutan, kekuatiran, dan keprihatinan harus diserahkan sepenuhnya kepada-Nya (bd. Mazm 37:5; 55:23; Mat 6:25-34). Ia menjaga dan memelihara anak-anak-Nya, berharga di mata Tuhan mereka yang dikasihi-Nya (Mzm 116:15; 1Kor 7:32). Mereka yang rendah hati akan lebih tenang dan bijak sehingga lebih mudah dalam menyelesaikan masalah. Orang-orang yang demikian inilah yang sepenuhnya dipelihara Allah dalam hidupnya (Ayub 5:11; Yak 4:6, 10).

 

Ketiga: Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis (1Pet 5:8-9)

Kewaspadaan adalah sikap hidup. Itu berangkat dari kesadaran akan hakekat diri sendiri dan adanya ancaman yang menanti. Orang yang tidak peduli dengan dirinya akan mudah jatuh, baik secara fisik maupun secara rohani. Tubuh yang tidak sehat dan sigap akan mudah terjatuh dalam setiap gerakan, demikian pula jiwa dan roh yang tidak kuat akan mudah tergoda oleh si jahat. Seekor singa biasanya akan mengincar dan siap memangsa hewan yang lemah, masih muda, atau suka lepas keluyuran; mereka memilih menerkam korban yang sendiri dan tidak waspada dan dianggap sebagai makanan empuk. Rasul Petrus melalui nas ini mengingatkan kita akan tipu muslihat setan ketika kita lemah dalam penderitaan atau dianiaya. Jika kita merasa sendiri, lemah, tanpa pertolongan, dan terputus dari orang percaya lainnya, atau kita terlalu fokus pada kesulitan diri kita sendiri dengan melupakan bahaya yang mengancam, maka pada saat itulah sebenarnya kita sangat rentan bagi serangan setan.

 

Ketika kita dalam penderitaan atau pergumulan sehari-hari, maka kewaspadaan itu juga akan melemah. Akibat kita merasa sendiri, terasing, dan tidak mungkin lagi mendapatkan pertolongan Allah maka kita melupakan persekutuan dengan-Nya. Ini jelas sangat berbahaya. Terlebih lagi, bila kita juga semakin menjauhkan diri dari persekutuan-persekutuan dengan sesama, yang seharusnya berfungsi untuk saling menasihati dan menguatkan (Ef 4:2; 1Tes 5:11). Oleh karena itu pada saat terjadi penderitaan, berusahalah mencari teman orang percaya untuk mendapatkan dukungan. Iblis sebagai penguasa dunia dengan pasukan roh jahatnya selalu berjalan berkeliling bagaikan singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (band. Mzm 22:14; Yeh 22:25). Siapa yang lemah maka akan diterkam dan dijerat dalam belenggu ketidaktaatan, dan penyangkalan akan campur tangan Allah. Kita dikuatkan bukan hanya karena kita dapat dipulihkan, akan tetapi kita juga dapat melihat dan menyadari, seperti kata nas minggu ini, "semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama."

 

Iblis menginginkan kita meragukan janji firman Tuhan, menyangkal dan menjauh dari-Nya. Iblis sebagai pendakwa dan pembohong akan menyembunyikan kebenaran yang asli bahwa Allah sebenarnya tetap mengasihi kita. Akan tetapi mustahil kita bisa melawan dengan kekuatan diri sendiri. Roh dan jiwa manusia tidak akan mampu melawan tipu daya iblis sebagai penguasa dunia (Yoh 14:30; 1Yoh 5:19), sehingga perlu kekuatan dan kuasa lain untuk melawannya. Untuk itulah kita tetap perlu memandang Kristus dalam menolak iblis. Di sini perlunya iman yang teguh, yang tidak mudah goyah oleh godaan dan cobaan seketika. Sebab dengan Roh Kudus "yang ada di dalam kamu lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia" (1Yoh 4:4), maka Iblis akan dikalahkan. Sesuai dengan firman Tuhan, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Ef 6:11-12). Rasul Petrus sendiri membuktikan itu, meski ia pernah menyangkal Yesus tiga kali saat Yesus hendak diadili, namun ia menjadi martir yang teguh dengan mati disalibkan posisi terbalik sesuai dengan keyakinan tradisi gereja. Dengan iman yang seperti itu, maka seperti kata Rasul Petrus, maka iblis akan lari darimu, dan kita akan menjadi pemenang. Tunduk kepada Allah, sadar dan berjaga-jaga, dengan iman yang teguh diperlengkapi senjata Allah adalah kunci kepada kemenangan itu (band. Yak 4:7).

 

Keempat: Ia melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan (ayat 10-11)

Tidak dapat disangkal bahwa keberadaan Allah itu nyata. Ia adalah Allah yang hidup dan bukan Allah yang diam berpangku tangan apalagi Allah yang sudah mati sesuai pandangan Nietzsche. Allah sebagai Roh Hidup merupakan sumber segala sesuatu. Dalam kitab Roma, dikatakan bahwa Allah adalah sumber ketekunan dan penghiburan (Rm 15:5), sumber pengharapan (Rm 15:33), dan terutama Allah sebagai "sumber damai sejahtera, (yang) segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu” (Rm 16:20). Maka, dalam nas ini dinyatakan Allah sebagai sumber kasih karunia sebagai penguatan dari penyataan Rasul Paulus dalam kitab Roma tadi. Jadi dalam hal ini, kita yang dipanggil dalam kemuliaan-Nya yang kekal akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Artinya, ketika kita menderita sesaat, maka Allah akan memberikan dukungan kuat dari awal hingga kita menerima kemuliaan itu kelak dari-Nya.

 

William Barclay menjelaskan dalam bukunya tentang semua istilah itu, sebagai berikut:

melengkapi, dalam hal ini dimaksudkan sebagai memperbaiki, dalam arti ketika kita melewati penderitaan, ada perubahan sikap hidup dan paradigma terhadap penderitaan itu sendiri. Ketika penderitaan diterima dengan rendah hati, kepercayaan dan kasih, maka itu dapat memperbaiki kelemahan sifat seseorang dan menambahkan kepadanya suatu kebesaran yang tidak ditemui sebelumnya.

meneguhkan, yang artinya menjadikan keras seperti granit. Penderitaan tubuh dan kesedihan hati yang diterima terus menerus dengan dasar kepercayaan kepada Kristus, tidak akan membuatnya putus asa, melainkan ia kan menjadi seperti baja keras yang ditempa di dalam api.

menguatkan, artinya memenuhi dengan kekuatan. Arti iman yang sebenarnya sungguh-sungguh diketahui setelah ia mengalami ujian dalam berbagai penderitaan. Angin yang besar akan memadamkan api yang kecil, tetapi ia akan menghembuskan nyala api yang lebih besar di dalam kobaran api.

mengokohkan, artinya meletakkan pondasi-pondasi. Setelah kita melalui penderitaan hingga iman yang paling bawah, dari situ kita menemukan hal-hal yang tidak dapat digoyahkan. Ada perubahan drastis menjadi kestabilan dan kematangan jiwa dan rohani.

 

Memang ketika kita dalam penderitaan, mungkin kita merasa bahwa penderitaan itu tidak akan berakhir. Waktu sesaat seolah panjang tidak berujung. Tetapi Rasul Petrus dalam hal ini memberikan kepada orang Kristen yang beriman teguh perspektif yang lebih luas. Dalam perbandingan dengan kekekalan, penderitaan kita di dunia ini hanya sesaat, sebentar saja dibandingkan dengan kekekalan sepanjang masa. Beberapa pembaca surat Petrus akan dikuatkan dan dipakai dalam hidup mereka sendiri. Sebagian akan dibebaskan dari penderitaan melalui kematian. Tuhan mengetahui dan mengizinkan semua hal itu dalam perjalanan hidup anak-anak-Nya. Melalui semua itu, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28). Yang pasti, semua pengikut Tuhan Yesus yang setia dijamin memperoleh hidup yang kekal bersama Kristus dengan tidak ada lagi penderitaan (Why 21:4). Semua itu dapat terjadi sebab Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

 

Penutup

Penderitaan dan kesusahan yang dialami oleh umat percaya tidak seharusnya membuat iman orang Kristen sampai ke titik nadir dan terperosok ke penyangkalan pertolongan Tuhan. Penderitaan justru dilihat sebagai jalan untuk semakin dekat dan bergantung kepada-Nya, menguatkan komitmen seperti dikatakan firman minggu ini, berbahagialah dalam penderitaan untuk Kristus. Kita tidak perlu takut dan kuatir akan apa yang terjadi dalam kehidupan termasuk dalam pelayanan, justru serahkanlah segala kekuatiran yang ada kepada-Nya, sebab Ia adalah Allah yang peduli dan setia memelihara anak-anak-Nya. Yang penting, dalam kehidupan dan pelayanan kita tetap melayani dengan penuh kasih dan pengabdian, dan dalam menghadapi tantangan iman kita diminta selalu sadar, waspada dan berjaga-jaga. Iblis si jahat akan selalu berkeliling menggoda, mengaum, dan menipu untuk kita beralih dari Tuhan, yang membuat kita menjadi orang yang kalah dan mudah ditelan. Karena itu,  lawanlah si Iblis dengan senjata-senjata rohani yang berdasarkan iman kepada Dia, sebab Ia akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita dalam setiap langkah kehidupan yang berkenan kepada-Nya.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau lelucon).

 

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 257 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8563810
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1858
73300
75158
8223859
715095
883577
8563810

IP Anda: 162.158.170.183
2024-12-16 02:55

Login Form