Wednesday, September 17, 2025

2025

Khotbah Minggu II Paskah - 27 April 2025

Khotbah Minggu II Paskah -  27 April 2025

 

 MEYAKINKAN SANG PERAGU (Yoh 20:24-29)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 5:27-32; Mzm 150; Why 1:4-8

 

 

 

Pendahuluan

 

Minggu ini kisah pelayanan Tuhan Yesus dimulai pasca kebangkitan-Nya. Setelah bertemu dengan Maria Magdalena, Yesus kemudian mendatangi tempat murid-murid-Nya yang sedang berkumpul. Yesus masuk menembus pintu dengan tubuh kemuliaan-Nya yang membuat murid-murid semakin percaya akan ke-Allah-an Yesus. Dalam pertemuan itu, Yesus memperlihatkan bekas luka-Nya dan mengembusi mereka dengan Roh Kudus untuk tugas pengutusan. Sayangnya, Tomas tidak berada di tempat itu, sehingga ketika murid-murid menceritakan bertemu dengan Tuhan Yesus yang bangkit, ia tidak percaya.

 

Kisah keraguan dan ketidakpercayaan Tomas merupakan Nats minggu ini dan kita mendapatkan beberapa pengalaman hidup sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: sisi buruk Tomas

 

Gambaran Tomas di Alkitab tidak banyak. Kita bisa menarik kesimpulan yang salah jika hanya memandang satu sisi saja. Sebagaimana kita umumnya, Tomas memiliki sisi buruk tetapi juga memiliki sisi baik. Kita lihat sisi buruknya lebih dahulu dari kisah yang dituliskan di Alkitab.

 

 

 

Kekurangan pertama pada diri Tomas, ia tidak tampak pada saat-saat terakhir Tuhan Yesus ditangkap dan diadili. Ada dugaan dia dan murid-murid lain menghindar menyembunyikan diri, mungkin alasan takut ditangkap atau mungkin alasan strategis. Kekurangan kedua, Tomas juga belum muncul pada saat murid-murid sudah berkumpul lagi setelah bangkitnya Yesus. Alkitab tidak memberi penjelasan mengapa hanya Tomas yang tidak hadir, dan ini menjadi dugaan Tomas telah sibuk dengan urusan dirinya, atau mengurung diri, hingga melupakan persekutuan dengan murid-murid lainnya.

 

 

 

Tomas ragu karena punya alasan untuk belum percaya. Ia dengan jelas telah melihat - walau mungkin dari jauh, bagaimana Yesus telah dipukuli, disiksa, disalibkan, mati dan dikuburkan. Jadi dalam pikirannya, bagaimana mungkin Yesus yang telah dikuburkan itu dikatakan hidup lagi?! Oleh karena itu ia meminta bukti, ia ingin melihat dan menjamah langsung. Tapi disinilah sisi kekurangan lainnya dari Tomas, karena sebenarnya Tomas sudah harus memahami apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sebelumnya, bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga (Mat 16:21; 17:22-23; 20:18-19; 26:2; band. Yoh 2:18-22). Tomas juga sudah melihat kuasa dan ke-Allah-an Yesus dengan berbagai mukjizat yang dilakukan-Nya, sehingga ia seharusnya sudah bisa memahami bahwa Yesus akan menggenapi janji-Nya bahwa Dia pasti bangkit. Dalam hal ini Tomas tidak bisa melihat dengan hatinya, kurang mengenal pribadi Yesus sebagaimana Yohanes, yakni ketika melihat ke kubur langsung percaya bahwa Yesus telah bangkit. Kedekatan hubungan pribadi antara Yohanes dengan Yesus berbeda dengan hubungan pribadi Tomas dengan Tuhannya.

 

 

 

Keraguan dan ketidakpercayaan Tomas juga tidak perlu, sebab ia pasti tahu dalam Perjanjian Lama banyak kisah kebangkitan orang mati (1Raj 17:17-24; 2Raj 4:18-37). Ia juga sudah melihat bagaimana Tuhan Yesus beberapa kali membangkitkan orang mati (Mrk 5:21-43; Luk 7:11-17; Yoh 11:11-44). Bahkan Alkitab pun menceritakan, pada saat Yesus bangkit banyak orang kudus yang bangkit dari kubur (Mat 27:52-53).

 

 

 

Kedua: sisi baik Tomas

 

Di antara kekurangan yang disebutkan di atas, Tomas bukanlah seseorang yang pengecut atau munafik! Dia juga bukan seorang yang bodoh. Dalam peristiwa  membangkitkan Lazarus, ketika orang lain menjadi ragu saat Tuhan Yesus "terancam", Tomas dengan tegas dan bersemangat mengatakan kepada murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia" (Yoh 11:16). Artinya, iman dan keyakinan Tomas kepada Yesus sangat kuat.

 

 

 

Sebagai salah satu murid Yesus, kekuatan Tomas adalah bersikap teguh, meski kadang ragu. Tapi ia jujur terhadap situasi yang dihadapinya. Dia peragu, tapi dengan tujuan yakni mengetahui dan memastikan kebenaran. Tidak ada kepentingan pribadi atau maksud yang terselubung. Tomas juga tidak kaku dengan keraguannya, pikirannya tetap terbuka untuk fakta dan bukti kebenaran. Keraguan Tomas mungkin hanya cara untuk merespons suatu fakta dan bukan merupakan cara pandang permanen pribadinya.

 

Mungkin Tomas adalah seorang skeptis yang tidak mudah percaya. Tapi ia bukan seorang yang pesimis dalam arti tak berpengharapan. Ia sama dengan murid yang lain yang perlu melihat langsung ketika Maria Magdalena di pagi buta mengatakan bahwa ia telah melihat Yesus. Imannya terhadap Yesus tetap kuat, pengharapannya masih ada. Tomas dalam hal itu kita berikan respek atas iman dan pengharapannya. 

 

 

 

Sebagaimana Tomas, kita boleh ragu atas sesuatu informasi, tetapi hendaklah itu jangan menjadi cara pandang atau cara kita melihat masalah. Kita jangan menjadi orang yang pesimis. Kalau kita ragu, sebaiknya itu hanya mendorong kita untuk berfikir ulang, atau mencari kebenaran yang lebih hakiki, untuk kemudian mengambil kesimpulan dan tindakan. Keraguan haruslah merupakan penajaman pikiran bukan untuk merubah sesuatu keyakinan yang sudah bagus. Keraguan dalam hal ini hanya menjadi alat untuk pemahaman dan pengenalan yang lebih dalam.

 

 

 

Ketiga: belajar dari pribadi Tomas

 

Itulah yang dilakukan Tomas sehingga ketika Tuhan Yesus menjawab kerinduannya akan kebenaran, Yesus datang kepadanya dan menawarkan tangan-Nya disentuh. Tomas langsung percaya meski Alkitab tidak menceritakan bahwa Tomas perlu untuk menyentuh bekas lobang paku itu. Maka ketika kita dalam keraguan, belajarlah dari Tomas. Jangan diam dan pasif, melainkan nyatakan keinginan, sehingga Yesus mendengar dan kemudian memberi jawaban seperti Yesus memberi jawaban kepada Tomas. Jangan mandeg, tetapi berusahalah. Hal ini dapat dilakukan dengan menemui orang-orang yang sudah mengalami, membaca Alkitab dan buku-buku, sebab Tuhan Yesus selalu siap hadir untuk memberi jawaban atas keraguan kita, sepanjang kita juga rindu untuk mengenal dan mengetahui kebenaran-Nya. Keraguan yang didiamkan tidak akan membawa hasil apa-apa.

 

 

 

Pada saat iman kita terhadap Yesus mungkin jatuh atau turun, maka kerinduan untuk memulihkannya jangan hilang. Iman adalah sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Artinya iman itu memang bisa turun naik, mengecil dan membesar. Allah bisa membesarkan iman kita itu, membangun iman kita, sepanjang kita tidak menidurkannya sehingga tidak bekerja. Yohanes Calvin menyebutkan, dalam peristiwa Tomas, Allah membangunkan imannya.

 

 

 

Setan terus bekerja setiap saat untuk mengikis iman kita. Kadang kita digoda untuk meragukan yang berhubungan dengan kuasa dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan keseharian kita. Tapi di lain pihak, setan justru menuntun kita untuk mudah mempercayai hal-hal mistik, bahkan gosip yang membawa kita ke dalam dosa. Di sinilah kita perlu waspada dan tetap menempatkan keraguan sebagai dasar untuk mencari kebenaran, tanpa melepaskan hubungan kita dengan Allah.

 

 

 

Keempat: belajar dari situasi yang dihadapi Tomas

 

Tomas tidak hadir pada persekutuan para murid yang menyebabkan ia tidak menerima sukacita yang diterima oleh murid-murid lain, saat Tuhan Yesus menyapa mereka. Oleh karena itu, Alkitab berkata, jangan menjauhkan diri dari ibadah dan persekutuan (Ibr 10:25), sebab selalu ada berkat dan mukjizat yang menanti. Peristiwa Tomas menjadi pelajaran penting bagi kita.

 

 

 

Pelajaran lainnya yang dapat kita ambil hikmatnya adalah, Tuhan Yesus tidak membenci keraguan, sepanjang itu dengan niat jujur dan bertujuan untuk menguatkan keyakinan. Dalam bahasa lain, lebih baik keraguan yang diungkapkan dari pada ketidakpercayaan yang didiamkan. Pengalaman Thomas mungkin pengalaman kita semua. Kita mungkin pernah dirundung masalah yang berat dan kemudian bertanya tentang keberadaan Tuhan atau meragukan kasih dan kuasa-Nya. Maka ungkapkanlah kepada Yesus.

 

Atau, kita masih kurang percaya dengan kebangkitan dan kuasa-Nya, sehingga kita terus menunggu untuk bertemu, menyentuh dan mendengar suara Yesus langsung agar kita percaya kepada-Nya? Jangan lagi berpikiran seperti itu. Allah memiliki rencana yang  indah dengan tidak mengutamakan kehadiran fisik, Dia tidak lagi membatasi diri-Nya dengan kedagingan dan tubuh. Justru Allah menginginkan kita bisa selalu bersama-Nya sepanjang waktu, melalui Roh Kudus yang disediakan bagi kita orang percaya. Kita bisa berbicara dengan Yesus, berbicara dengan Roh Kudus melalui doa, mendengar sapaan-Nya melalui firmam dalam Alkitab atau khotbah di gereja. Allah menjadi nyata dalam semua wujud itu. Kita tidak perlu berpura-pura percaya padahal masih ragu. Allah membenci ketidakjujuran, tetapi menyukai ketulusan dan kerinduan mencari kebenaran. Kita bisa juga dapatkan keteguhan iman melalui teman-teman seiman yang sudah merasakan hadirnya Allah dalam hidup mereka. Kita yang ragu akan diteguhkan. Melalui persekutuan dengan mereka, iman kita semakin dikuatkan, sehingga kita dapat berkata sama seperti yang Tomas katakana kepada Yesus: "Ya Tuhanku dan Allahku".

 

 

 

Kesimpulan

 

Apa yang terjadi pada Tomas memberi kita pelajaran berharga, yakni pentingnya untuk memelihara keaktifan dalam persekutuan dengan teman-teman seiman. Banyak berkat yang akan diperoleh. Terlebih lagi pada saat iman kita sedang digoyang oleh iblis, maka kejujuran dan ketulusan kepada Tuhan diperlukan, sehingga Tuhan akan memberi jawaban. Belajar dari masalah Tomas, Allah tidak membenci keraguan. Persoalannya,  maukah kita percaya sekalipun tidak melihat? Firman Tuhan berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (2) Minggu II Paskah - 27 April 2025

Khotbah (2) Minggu II Paskah -  27 April 2025

 

 SAKSI KRISTUS (Kis. 5:27-32)

 

 Firman Tuhan bagi kita pada Minggu II Paskah ini diambil dari Kis. 5:27-32. Nas ini menceritakan betapa dahsyatnya kuasa pemberitaan Injil yang dilakukan para murid setelah kebangkitan Tuhan Yesus. Mereka semakin berani menghadapi tantangan, bahkan tidak memperlihatkan rasa takut ketika dihadapkan pada Mahkamah Agama. Mereka diciduk dari Bait Allah dan saat ditanyai Imam Besar Yahudi, jawaban Petrus dan rasul-rasul itu tegas: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia (ayat 29b, band. 4:19).

 

 

 

Keberanian memang mendorong energi keluar secara lebih besar. Yang tadinya terpendam tidak kelihatan, tiba-tiba keluar tak terbendung. Itulah yang terjadi pada para murid, saat mereka mengetahui Yesus ternyata bangkit dari kubur (dan kemudian naik ke sorga). Mereka berani memberitakan-Nya dan siap menanggung risiko meski ditangkap dan diadili.

 

 

 

Para murid juga berani menyerang para pemimpin Yahudi, menuduh mereka bertanggungjawab atas kematian Yesus, yang membunuh-Nya dengan menggantung-Nya di kayu salib (ayat 30). Tetapi Allah Bapa dan Allah Abraham, Ishak dan Yakub telah membangkitkan-Nya untuk membuktikan, “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa."

 

 

 

Sebaliknya dengan para pemimpin Yahudi. Mereka ketakutan, sebab pemberitaan Yesus memberikan dampak luar biasa. Para murid pun terus memperlihatkan kuasa mukjizat seperti Tuhan Yesus semasa hidup-Nya. Para pemimpin Yahudi ketakutan karena ketika diberi pilihan oleh Pontius Pilatus, mereka menantang dengan mengatakan: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" (Mat. 27:25). Itu yang membuat para murid terus dilarang mengajarkan Nama Yesus kepada semua orang. Padahal, ketakutan para Imam pun tidak beralasan, sebab Yesus tidak mencari kekuasaan politik, tetapi perubahan rohani.

 

 

 

Kita pengikut Kristus pun harus berani untuk memberitakan-Nya. Membiarkan seseorang dalam kesalahan dan dosa sama dengan membiarkannya masuk neraka. Kita tidak mesti menghakimi, tetapi menyatakan pilihan dan kebenaran yang lebih baik. Tugas kita menyampaikan dan Roh Kudus yang bekerja. Kita telah melakukan panggilan menjadi duta Kristus, dan pengampunan berlaku bagi semua orang bagi yang mau bertobat. Lakukanlah sesuatu untuk bisa menjadi saksi bagi kebangkitan-Nya. Ambil peran sesuai talenta dan kemampuan kita. Larangan beribadah di komplek rumah, larangan membangun rumah ibadah, sesuatu yang perlu dilawan. Tidak perlu terlalu takut terhadap risiko penderitaan, sebab Tuhan Yesus yang hidup akan terus menjaga kita. Roh Kudus yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia, akan setia memberkati kita sama seperti memberkati para rasul-Nya. Haleluya. Terpujilah DIA.

 

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Kabar dari Bukit, Minggu 20 April 2025 - Minggu PASKAH

Kabar Dari Bukit – MINGGU PASKAH

 

 KASIH YANG SELAMA-LAMANYA (Mzm. 136:1-9, 23-26)

 

 “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 136:1)

 

 

Setiap orang mestinya mensyukuri diberi kehidupan di dunia ini khususnya kita yang tinggal di Indonesia. Allah menciptakan alam yang indah dan tanah yang relatif subur. Bersyukur itu tidak tergantung pada situasi kita sesaat: sedang sakit, banyak persoalan, merasa miskin, berpikir tidak memiliki harapan, dan lainnya. Juga tidak tergantung kepada situasi bangsa kita yang belum menjadi negara maju; semoga bisa terwujud di tahun Indonesia Emas 2045.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Paskah hari sukacita ini diambil dari Mzm. 136:1-9, 23-26. Mazmur ini diperkirakan ditulis oleh Raja Daud, dan diberikan kepada orang Lewi agar dapat dipakai sebagai nyanyian syukur dan pujian pada ibadah di Bait Allah. Nas kita merupakan bagian pembuka dan penutup Mazmur ini.

 

 

 

Kebahagiaan dan rasa syukur memang berhubungan erat. Namun kesedihan dan adanya pergumulan dalam hidup sebaiknya tidak menghalangi kita untuk bersyukur. Banyak hal positif yang dapat kita peroleh dengan bersyukur, seperti mengurangi kecemasan dan khawatir, lebih fokus dan jernih dalam melihat situasi, meredakan emosi, mengembangkan sikap positif termasuk hubungan yang lebih baik dengan pihak lain dan tentunya Tuhan.

 

 

 

Untuk itu perlu menghilangkan rintangan agar mudah bersyukur. Misalnya, evaluasilah pengharapan kita - jangan terlalu tinggi apalagi di jangka pendek. Mulailah mensyukuri hal-hal kecil, jangan membanding-bandingkan, sadar akan kekurangan dan buang pikiran negatif, lihatlah hal baik di masa lalu, dan bila perlu berbicara dengan ahli dan profesional. Bersyukur sama seperti menjadi bahagia, itu adalah pilihan, sikap hidup, dan tergantung kepada kita.

 

 

 

Mazmur ini dengan tepat menguraikan dasar kita bersyukur kepada Allah, yakni: Pertama, kasih adalah sifat dasar dan ciri Allah dan kasih setia-Nya sampai selama-lamanya (ay. 1-3); Kedua, Allah adalah pencipta segala sesuatu di alam semesta ini. Meski proses atau jalan yang kita lalui seolah tampak natural atau alamiah, namun selalu ada campur tangan Allah dalam proses tersebut (5-9).

 

 

 

Dalam nas berikutnya dijelaskan bahwa Allah adalah Penyelamat. Ia tidak menginginkan manusia menjadi binasa. Umat Israel telah beberapa kali diselamatkan baik dengan cara biasa maupun yang spektakuler - dibebaskan dari Mesir. Oleh karena itu Allah selalu menjadi Penyelamat (ay. 10-22). Pengorbanan, kematian dan kebangkitan Yesus merupakan bukti kasih setia-Nya bagi kita yang percaya kepada-Nya.

 

 

 

Bagian akhir renungan menegaskan bahwa Allah adalah Pemelihara. Ia selalu setia dan mengingat saat kita terpuruk dan tidak membiarkan kita jatuh tergeletak apalagi oleh lawan kita, sepanjang kita mengandalkan Dia (ay. 23-24). Percayalah akan pertolongan-Nya dan jangan putus asa apalagi mengambil jalan pintas mengakhiri hidup. Dia juga yang memberikan makanan dan minuman yang secukupnya setiap hari sebagaimana Doa Bapa Kami (ay. 25). Kasih setia-Nya sampai selama-lamanya yang membuat hidup itu indah dan layak diperjuangkan. Hanya mereka yang menghargai hidup yang membuat hidup itu indah.

 

 

 

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya, itulah dasar kita bersyukur dan layak memuji yang memperlihatkan kebesaran dan kemuliaan-Nya, Allah semesta langit (ay. 26). Bersyukurlah.

 

 

Selamat Paskah dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (3) Minggu II Paskah - 27 April 2025

Khotbah (3) Minggu II Paskah -  27 April 2025

 

 HALELUYA DAN MELAYAKKANNYA (Mzm. 150)

 

 

“Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mzm. 150:6)

 

 

Firman Tuhan di hari MInggu ini untuk kita dari Mzm. 150. Judul perikopnya: Haleluya; (Hallelu + YAH) berarti Pujilah Tuhan. Bagi umat Israel, kata ini sering diucapkan dalam doa; bagi kita umat percaya, ini adalah ungkapan pujian kepada Tuhan.

 

 

 

Ada 13 kali memuji Tuhan disebut dalam enam ayat Mazmur ini. Bila pasal 1 kitab Mazmur dibuka dengan pengajaran tentang “jalan orang benar dan jalan orang fasik”, maka pasal penutup Mazmur minggu ini merupakan ekspresi sukacita besar, keyakinan teguh, dan mengajak orang lain. Dan memang begitulah kehidupan, yang mengikuti petunjuk benar, pasti buahnya sukacita dan berpuas hati di akhirnya.

 

 

 

Mazmur ini juga memberi kita pijakan dalam memuji Tuhan. Pertama, Allah ada di tempat kudus-Nya (ay. 1a). Allah kita kudus maka memuji Tuhan hendaklah kita juga kudus (baca: dikuduskan) terlebih dahulu (band. Musa, Kel. 3:5). Kita perlu hormati kekudusan tersebut dan menjaganya. Mereka yang hidup masih dalam rasa kebencian terhadap orang lain, ada permusuhan, keinginan jahat, ini adalah hati yang kotor, dan sebaiknya merenung kembali sebelum mengucapkan haleluya. Sama seperti censura morum sebelum menerima perjamuan kudus, bertanya: apakah kita layak untuk bersekutu dengan Tuhan jika hidup kita masih jauh dari firman-Nya? Alkitab juga mengajarkan, tidak boleh datang memberi persembahan kepada Tuhan, jika masih ada hal yang tidak beres dalam hubungan kita dengan sesama manusia (Mat. 5:23-25).

 

 

 

Tempat kedua Allah adalah cakrawala (Ibrani: raqia), sorga tempat Dia bertakhta (ay. 1b, bdk. Doa Bapa Kami Luk. 11:2; Mzm. 11:4). Langit atau cakrawala menaungi seluruh bumi, dan Allah Mahahadir. Tangan dan penglihatan-Nya tidak kurang jauh untuk menjangkau dan menuntun kita menjalani kehidupan ini. Memuji Tuhan memang tidak mengenal tempat, tetapi mensyaratkan hati yang bersih dan benar.

 

 

 

Memuji Tuhan perlu dasar, alasan. Mazmur ini mengatakan, Allah itu perkasa dan hebat kebesaran-Nya (ay. 2). Pengalaman pribadi akan menguatkan hal ini. Mereka yang melihat dengan kerendahan hati, dan merasakan anugerah keselamatan dalam hidupnya, akan lebih mudah mengakui Allah kita yang besar dan perkasa. Karya-Nya berupa bumi dan alam semesta, kompleksitas tubuh manusia, serta perbuatan dan pemeliharaan-Nya yang ajaib sepanjang sejarah. Jangan sampai persoalan yang kita alami dan hadapi saat ini, membuat kita ragu tidak melihat keperkasaan Allah. Lihatlah dengan mata rohani dan iman, persoalan yang kita alami, pasti akan berlalu dengan pertolongan-Nya. “Allahku lebih besar dari persoalanku”, itulah prinsip orang Kristen. Keraguan adalah provokasi iblis.

 

 

 

Berikutnya tentang cara memuji Tuhan. Pada ayat 3-5 digambarkan sejumlah peralatan musik, seperti tanduk sangkakala, gambus, kecapi, rebana, seruling dan ceracap. Irama ini diiringi tari-tarian. Semua untuk menekankan, Allah menyukai sukacita dan keindahan sebagaimana ciptaan-Nya selalu indah. Keindahan dan harmoni selalu menyenangkan hati. Namun alat musik hanyalah alat ekspresi, intinya seluruh kemampuan kita perlu dipakai. Setiap orang telah Tuhan beri talenta dan karunia rohani. Mari kerahkan itu sebagai alat untuk memuji Tuhan. Menjadi pribadi yang menyenangkan hati Tuhan melalui perbuatan; satunya kata dan tindakan.

 

 

 

Bagian terakhir, hendaklah kita mengajak orang lain seperti pemazmur menuliskan, “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya! (ay. 6). Dengan kita berusaha layak memuji, Tuhan yang memang layak dipuji, dengan kelayakan atas berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita, kita pun layak sebagai saksi yang baik, menjadi bagian dari kerajaan sorgawi. Maka, nama Tuhan semakin ditinggikan dan dimuliakan. Terpujilah Dia, haleluya!

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Minggu Paskah, Hari Kebangkitan Tuhan Yesus - 20 April 2025

KHOTBAH MINGGU PASKAH - HARI KEBANGKITAN TUHAN YESUS, 20 April 2025

 

 KEBANGKITAN YESUS MENEGUHKAN IMAN KITA (Yoh 20:1-18)

 

 Bacaan leksionari lainnya: Yes 65:17-25; Mzm 118:1-2, 14-24; 1Kor 15:19-26

(Untuk melihat khotbah Jumat Agung dapat dilihat/scroll ke bawah)

 

 

 

 

Pendahuluan

 

Minggu ini kita memperingati dengan sukacita kebangkitan Tuhan Yesus. Kisah penderitaan dan kematian Tuhan Yesus sebagai manusia yang tidak berdosa namun harus menerima disalibkan, membuat sekilas hati kita sedih tetapi sekaligus bangga dan bersyukur akan keputusan-Nya untuk bersedia mati dalam usia-Nya yang muda. Ia rela menerima kehinaan dengan cara mati yang dipandang kutukan oleh orang Yahudi, bahkan disandingkan dengan penjahat di kanan-kiri-Nya. Lambung-Nya ditusuk untuk memastikan Ia telah mati. Tetapi orang- orang yang mengasihi-Nya menurunkan-Nya dari salib dan menguburkannya di makam yang layak.

 

 

 

Adalah kebiasaan orang Yahudi untuk pergi ke makam tiga hari setelah kematian seseorang. Hal ini didasari pemahaman bahwa roh orang mati masih melayang-layang di sekitar makam dan tubuh kaku itu, kemudian setelah tubuh itu rusak dan tidak dikenali lagi, barulah rohnya pergi. Maria datang ke kubur Yesus di hari pertama setelah sabat dan disitulah Maria melihat dan menyadari tubuh Yesus telah tiada. Ia lantas panik dan rangkaian kisah inilah bacaan kita mingggu ini yang memberi kita beberapa hikmat dalam mengikuti Dia.

 

 

 

Pertama: Hati yang Terus Mengasihi Yesus (ayat 1-4,11)

 

Maria Magdalena datang pagi-pagi sekali dalam kesunyian kubur untuk meminyaki Yesus (Mrk 16:1). Maria memperlihatkan kasih kepada Yesus karena ia telah menerima kebaikan dari Yesus. Roh jahat telah diusir dari dirinya dan dosanya yang besar itu telah diampuni Yesus dan Yesus menerimanya dengan penuh kasih. Setelah tiba di depan kubur, ia melihat batu penutupnya telah terbuka! Dalam kitab Matius disebutkan batu penutup itu sudah disegel oleh petugas kerajaan Romawi (Mat 27:66). Ia sungguh kaget dan berpikir tubuh itu mungkin dicuri oleh penjahat atau diambil oleh petugas kerajaan Romawi untuk kepentingan politik mereka. Maria tidak mengerti karena itu ia langsung berlari kembali ke desa menemui Petrus, Yohanes dan lainnya, meneriakkan hilangnya tubuh Yesus.

 

 

 

Yesus menyatakan pertama kali kebangkitan-Nya kepada Maria dan bukan kepada para pembesar Romawi atau para Imam, bahkan tidak kepada murid-murid-Nya. Di sini tampak hati Yesus selalu lebih dahulu kepada mereka yang "hina" dan dalam kesusahan, tetapi tetap rela memelihara kasih kepada Tuhan Yesus. Maria merupakan model kesetiaan yang berbuahkan berkat dan kehormatan karena mengasihi Yesus. Maria memberikan kasihnya dan upahnya adalah sebagai orang yang pertama ditemui Yesus setelah bangkit. Sungguh ini menjadi pelajaran bagi kita, ketika kita menyadari Yesus telah mengasihi kita (atas anugerah keselamatan dan berkat yang kita terima) maka kita wajib untuk mengungkapkan kasih kita kepada-Nya. Akhir dari ungkapan kasih kita itu, seperti Maria Magdalena, niscaya akan berbuahkan yang manis dan indah dari Yesus.

 

Ini juga yang dilaukan para murid-murid. Meski memerlukan waktu beberapa hari setelah kenaikan-Nya ke sorga, para murid mulai memberikan hidup dan nyawanya bagi kebenaran dan kuasa yang diajarkan oleh Yesus. Mereka melakukan perjalanan dan beberapa menulis riwayat kebersamaan mereka dengan Yesus dan saat ini menjadi referensi hidup kita yakni Alkitab. Mereka merasakan kasih Yesus dalam kebersamaan tiga tahun. Dan ketika menyadari bahwa Yesus bangkit, maka mereka kembali semangat dan mengabdikan diri bagi pelayanan kepada-Nya.

 

 

 

Kedua: Janji yang Digenapi (ayat 5-10)

 

Ketika mendengar teriakan Maria, murid-murid langsung berlari menuju makam. Yohanes yang paling muda tiba di makam duluan. Ia melongok ke dalam makam, mungkin karena rasa hormat ia tidak masuk, dan melihat kain kafan tergeletak dan susunannya tidak berubah sebagaimana kain itu membungkus tubuh Yesus sebelumnya, seolah-olah tubuh dalam bungkusan kain kafan itu menguap. Ia berpikir cepat dan menyadari bahwa Yesus telah bangkit! Yohanes yang sangat dekat dengan Tuhan Yesus kini orang kedua yang mendapat karunia yang pertama percaya dan menyadari bahwa janji Tuhan telah digenapi dan Yesus benar-benar bangkit. Sungguh indah selalu yang kita terima dari Tuhan Yesus.

 

 

 

Alkitab dengan jelas memperlihatkan bukti-bukti bahwa Ia bangkit. Di samping kubur yang kosong, Yesus juga memperlihatkan “tubuh-Nya” sebagai manusia biasa dan bertemu serta bercakap-cakap dengan orang lain, merasa lapar dan haus dan bahkan dapat disentuh ketika Thomas tidak mempercayai kebangkitan-Nya. Tetapi tubuh Yesus juga tidak sembarang tubuh, sebab kadang tubuh-Nya tidak terlihat oleh mata dan bahkan dapat menembus tembok dinding. Tubuh itu selama kebangkitan kadang berubah menjadi Roh yang tidak terlihat tapi ada di tengah-tengah mereka.

 

 

 

Kalau Maria merespon dengan rasa kaget dan setengah ketakutan, Yohanes meresponnya dengan cepat kebangkitan Tuhan-Nya. Iman dan kepercayaan Yohanes akan kebangkitan Yesus tentu lahir dari pengenalannya secara pribadi dengan Yesus. Yohanes selalu memberikan hatinya kepada Yesus dan Yesus juga kita tahu sangat mengasihi Yohanes. Interaksi seperti ini jelas memberikan teladan kepada kita, bahwa pengenalan dan kedekatan secara pribadi dengan Tuhan Yesus akan melahirkan iman dan percaya yang kuat kepada-Nya. William Barclay menyebut hal ini sebagai hukum kehidupan yang besar, yakni di dalam setiap interaksi dan hubungan antar pribadi, kita tidak bisa sungguh-sungguh membaca dan memahami pikiran orang lain bila kita tidak menaruh simpati kepadanya. Yohanes memberi simpatinya, memberi hatinya kepada Yesus, itulah sebabnya ia mudah memahami situasi yang terjadi pada Yesus: Yesus telah bangkit!

 

 

 

Petrus yang datang belakangan dan selalu responsif masuk ke dalam kubur, tidak hanya melongok, untuk memastikan bahwa tubuh itu tidak ada lagi disitu. Setelah yakin, akhirnya mereka kembali dengan pikiran masing-masing, namun Maria yang kembali ke makam itu masih menangisi Tuhan Yesus. Ia memiliki sifat kewanitaan yang wajar dan simpati atas hilangnya tubuh yang dikasihinya itu.

 

 

 

Ketiga: Kuasa Kebangkitan (ayat 12-17)

 

Ketika Maria menangis, ia tidak menyadari bahwa Yesus telah ada di belakangnya. Yesus kemudian menyapanya, tapi Maria menganggap bahwa Dia adalah petugas makam atau yang mengambil tubuh Yesus itu. Pikiran Maria terus pada Yesus sehingga dalam linangan air mata, ia secara otomatis menanyakan: apakah orang itu mengambil tubuh Yesus?

 

 

 

Maria dalam konteks ini tidak bisa mengenali karena matanya penuh air mata, dan kedua arah pandangannya masih ke makam. Ini memberi kita pelajaran penting bahwa air mata dapat menutupi cara kita melihat dan menutupi sukacita kita. Ketika kita fokus pada diri kita akan kesedihan, permasalahan, penderitaan, dan airmata, maka kita akan kehilangan kesempatan melihat hadirnya Yesus dalam hidup kita. Kehadiran Yesus telah memberikan begitu besar nilai kehidupan kita ini, baik yang sekarang maupun untuk kekekalan kelak. Oleh karena itu janganlah kita larut dan mata kita tertutup kesedihan dan melupakan berkat yang besar dalam hidup kita ini. Demikian juga mata Maria terus terpaku pada kuburan kosong sehingga ia tidak melihat Yesus yang ada di belakangnya. Ini juga memberikan pelajaran kepada kita, jangan kita memandang kuburan, kematian, gundukan tanah itu, marilah kita memandang Yesus, memandang ke sorga di atas tempat Yesus yang bertakhta dan siap menyertai hidup kita dalam sukacita panggilan yang diberikan kepada kita.

 

 

 

Kebangkitan Kristus penting bagi kita yang percaya kepada-Nya, sebab kebangkitan-Nya memberikan bukti sebagai berikut:

 

 

 

1.         Bahwa Dia adalah Anak Allah (Rm 1:4).

 

2.         Bahwa Alkitab adalah benar dan dapat dipercaya (Luk 24:44-47).

 

3.         Bahwa Yesus mampu mengalahkan kematian berarti mampu membawa kita dalam kehidupan yang kekal (Rm 5:10; 1Kor 15:45) dan memastikan warisan orang percaya kelak di sorga (1Pet 1:3-4).

 

4.         Bahwa Kristus hadir dengan kuasa-Nya dalam pengalaman hidup kita sehari-hari (Gal 2:20; Ef 1:18-20).

 

5.         Bahwa ada penghakiman bagi orang yang tidak percaya dan fasik di masa depan (Kis 17:30-31).

 

 

 

Kebangkitan Yesus adalah salah satu kebenaran yang paling utama dalam Alkitab (1Kor 15:1-8). Kebangkitan itu merupakan landasan iman dan sangat penting bagi keselamatan kita kelak. Yesus telah dinyatakan sebagai Anak Allah melalui kebangkitan-Nya (Rm 1:4). Kita bisa merasakan kebangkitan dan kehadiran Yesus dengan iman dan melihat hasil dan bukti bahwa kuasa kebangkitan itu adalah nyata dalam pengalaman hidup orang percaya.

 

 

 

Keempat: Tugas Untuk Memberitakan (ayat 18)

 

Mungkin muncul pertanyaan mengapa Yesus mengatakan kepada Maria agar tidak memegangnya? Ayat ini harus ditafsirkan bahwa Yesus menekankan kepada Maria untuk berhenti menangis dan jangan lagi berpegang pada tubuh-Nya. Memegang tubuh Yesus bukan hal yang utama, itu hanya penting bagi orang-orang yang bebal seperti Thomas yang harus memegang tangan Yesus bekas luka paku itu. Ayat ini lebih bisa diartikan, jangan bergantung pada terus pada tubuh-Nya. Jangan tergantung terus pada mata dan penglihatan kita. 

 

 

 

Apa yang dikatakan Tuhan Yesus adalah “pergilah kepada saudara-saudara-Ku, katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku”. Dalam hal ini Yesus lebih menekankan kepada Maria lebih baik ia pergi menceritakan kebangkitan itu kepada banyak orang. Jangan lagi ada perasaan takut (band. Mat 28:10; Mrk 16:8) atau tidak percaya. Yesus mempunyai tugas untuk Maria dan tugas itu diberikan juga kepada kita untuk menyampaikan kebangkitan dan kenaikan-Nya kembali ke Bapa.

 

Inilah tanggungjawab pengutusan kepada kita. Sebagaimana Maria akhirnya bersukacita dan meneriakkan “aku telah melihat Tuhan”, maka kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama dengan Maria dalam kehidupan kita. Kita melihat Tuhan berarti mengakui perbuatan-Nya berupa penebusan kepada kita dan pemberian-Nya berupa penyertaan setiap saat dan hidup kekal selamanya. Kemenangan Yesus atas maut, itulah kemenangan itu dan yang kita rayakan pada hari ini. Kita tidak lagi merayakan sabat dalam pengertian lama, tetapi sabat kita adalah hari kebangkitan, hari kemenangan, yakni hari Minggu.

 

 

 

Kesimpulan

 

Minggu ini kita diteguhkan kembali tentang status Yesus adalah Anak Allah dan Ia datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita dengan cara menderita dan mati di kayu salib. Tetapi kita diteguhkan kembali akan kuasa-Nya mengalahkan maut dan kematian dan menang melalui kebangkitan. Kuasa kebangkitan itu kini menjadi andalan kita untuk terus meyakini akan penyertaan dan tugas panggilan dalam hidup kita sehari-hari untuk menceritakan kebangkitan-Nya itu, meneriakkan bahwa kita telah melihat (kebangkitan) Tuhan. Dunia saat ini masih banyak tidak menerima dan mengakui-Nya oleh karena itu kita diminta untuk terus menerus mengabarkan kebangkitan-Nya melalui kesaksian-kesaksian nyata.

Selamat Hari Raya Paskah dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 44 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12769504
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
2241
3989
25821
0
87670
143416
12769504

IP Anda: 216.73.216.133
2025-09-17 08:49

Login Form