Sunday, December 15, 2024

2023

Khotbah Minggu I Adven - 3 Desember 2023 (Opsi 1)

Khotbah Minggu I Adven - 3 Desember 2023 (Opsi 1)

 

 BUMI AKAN BERLALU (Mrk. 13:24-37)

 

 "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu" (ayat 31)

 

 

 

 

Firman Tuhan hari ini Minggu Adven I, Mrk. 13:24-37, berbicara tentang kedatangan Anak Manusia dengan nada yang berbeda. Jika pasal sebelumnya menekankan penghakiman menakutkan bagi mereka yang menolak Yesus dan tidak taat, kini penggambarannya berupa pengharapan saat orang-orang pilihan dikumpulkan bersama di awan oleh para malaikat-Nya (ayat 27). Ini tentu peringatan agar terus berjaga-jaga (ayat 28-37), tidak lalai, (cukup) mengerjakan tugas dan pelayanan semasa hidupnya hingga saat Tuhan datang (ayat 36).

 

 

 

Berjaga-jaga bukanlah berhitung ramalan spekulatif tanggal persisnya Tuhan Yesus datang kembali. Berjaga-jaga, artinya, terus melayani Allah dalam kehidupan saat ini dengan sikap sungguh-sungguh. Tidak terlena; Menunda. Orang percaya yang terlena adalah yang tidak mengerti adanya kehidupan kelak dalam kekekalan.

 

 

 

Manusia dapat menyusun skenario masa depannya penuh kecanggihan teknologi, bahkan pilihan hidup di Mars atau planet lain. Tetapi, itu skenario yang belum ada bukti kehidupan akan layak disana. Di lain pihak, gambaran kelangkaan sumber daya dan pemanasan bumi serta anomali cuaca semakin menakutkan. Memang ada optimisme, manusia memiliki daya penyesuaian yang tinggi. Tetapi sebatas apa, kita tidak tahu, sebab sejarah panjang membuktikan, manusia senang berebutan bahkan dengan kekerasan dan saling menghabisi.

 

 

 

Hikmat hidup yang benar adalah tidak memusingkan akhir dunia ini dengan skenario puluhan atau ratusan tahun ke depan. Lebih baik mengartikan "akhir dunia" atau kedatangan Yesus kembali yakni saat kita dipanggil pulang oleh-Nya. Kita mati, misi stop! Penugasan selesai. Bumi kediaman kita saatnya berlalu. Dan, itu dapat terjadi setiap saat! Tidak ada yang tahu umur kita dan hari esok; bisa lusa, bulan atau tahun depan, tidak seorang pun tahu (Yak. 4:13-14).

 

 

 

Mari kita jalani hidup ini dengan kewaspadaan yang menjadikan kita layak menyongsong dan menerima kedatangan Tuhan. Bagaikan Stefanus yang saat hendak mati, melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri menyambut rohnya (Kis. 7:55). Isilah hidup ini dengan sebagian waktu yang ada untuk memuji dan melayani kemuliaanNya, bukti kita mengasihi-Nya. Berilah yang terbaik bagi sesama sebagai bukti kita mengasihi Dia.

 

 

 

Coba kita renungkan, apa yang telah kita lakukan bagi Dia dan sesama minggu lalu? Apa rencana yang akan kita berikan minggu ini? Dalam dua bukti itulah termaktub kita menjadi layak disambut oleh-Nya, entah kapan: di ujung batas umur kita, atau di akhir zaman nanti. Maranata.

 

 

Selamat selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu I Adven - 3 Desember 2023 (Opsi 2)

Khotbah Minggu I Adven - 3 Desember 2023 (Opsi 2)

 

 PULIHKANLAH KAMI (Mzm. 80:2-9; 18-20)

 

 

“Ya Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat” (Mzm. 80:8)

 

  

 

 

Serangan Covid-19 telah melanda dunia pada akhir tahun 2019, sejak timbul kasus di Wuhan, China. Virus terus bermutasi sehingga masih menghantui seluruh dunia, meski dua tahun telah berlalu.

 

 

 

Banyak orang telah merasakan beratnya dampak negatif dari Covid-19 ini. Tetesan air mata karena terpapar sakit, sulit bernafas, kehilangan keluarga, dilepas dari pekerjaan, penghasilan turun, serta hidup dengan gerak yang dibatasi oleh aturan protokol kesehatan yang ketat. Oleh karena itu, Firman Tuhan pada hari Minggu Adven I diambil dari Mzm. 80:2-9; 18-20, sangat cocok bagi situasi kita saat ini. Mazmur 80 merupakan doa syafaat umat Israel atas penderitaan yang mereka alami. Kepedihan hidup mereka diekspresikan dengan gambaran makan roti dengan cucuran dan meminum limpahan air mata, serta hidup mereka menjadi percederaan dan olok-olok oleh tetangga dan para musuh (ayat 6-8).

 

 

 

Namun, umat Israel melihat semua penderitaan itu dalam kendali Tuhan, penguasa alam semesta yang murka terhadap umat-Nya. Mereka sebelumnya telah melihat kebaikan Tuhan sebagai Gembala yang telah memberkati dengan membawa mereka keluar dari Mesir (ayat 9). Maka demikian jugalah kiranya kita, yang selama ini hidup nyaman, tetapi tiba-tiba menghadapi badai pandemi Covid-19; tentu semuanya itu ada dalam kendali Tuhan.

 

 

 

Seperti umat Israel, kita pun perlu memohon agar Tuhan memperlihatkan keperkasaan-Nya, dan membuat dunia kembali bersinar (ayat 4 dan 8). Ratapan dan permohonan harus kita sampaikan kepada Tuhan agar “murka Tuhan” ini segera berlalu. Tetapi sebagaimana umat Israel, mari kita melihat ini sebagai jalan ke pintu pertobatan (ayat 5). Hal buruk yang terjadi dalam hidup yang bukan atas kendali kita, maka itu semua ada dalam kendali Tuhan, dan kepada-Nya kita memohon.

 

 

 

Refleksi diri perlu direnungkan, apakah hidup kita selama ini telah mengikuti firman-Nya? Apakah hidup kita sudah semakin serupa dengan Dia, serta semakin menyenangkan hati-Nya? Seberapa besar kita menjadi berkat bagi sesama, meski kita sudah diberkati? Tidak ada doa yang terlambat, dan tidak ada pertobatan yang tertunda. Ukuran perubahan dapat dilihat secara matematis, melalui: semakin seringkah kita berdoa dan membaca firman/renungan? Semakin berkurangkah rasa amarah kesal, dengki dan semacamnya? Atau semakin lebih besarkah kita memberi dengan hati dan kesediaan untuk berkorban? Hitunglah, dan berubahlah.

 

 

 

Melalui nas ini juga kita diberi pengertian, bahwa pertobatan terjadi atas campur tangan Tuhan. Roh Kudus bekerja dengan kasih-Nya setelah melihat air mata dan kesedihan kita. Bahkan dalam ayat 18-20 disebutkan, kita perlu berjanji untuk tetap setia. "... kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu. Ya TUHAN, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat."

 

 

 

Memasuki Minggu Adven I ini, saat yang tepat untuk kita memulai hal yang baru. Minggu Adven I dan II adalah saat kita melihat ke dalam diri sendiri, sebelum kita ikut merayakan lahirnya Sang Juruselamat Dunia. Mari kita terus berdoa, agar pandemi ini cepat berlalu dan kita semua melaluinya dengan selamat bersama keluarga. Hanya dan hanya oleh kasih-Nya pandemi dapat dipulihkan dan kita selamat.

 

 

Selamat selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu Kristus Raja (Minggu XXVI setelah Pentakosta) 26 November 2023 (Opsi 1)

Khotbah Minggu Kristus Raja (Minggu XXVI setelah Pentakosta)

 

26 November 2023 (Opsi 1)

 

 SEGALA SESUATU TELAH DILETAKKAN DI BAWAH KAKI KRISTUS

 

(Ef. 1:15-23)

 

 (Bacaan lainnya: Kis. 1:1-11; Mzm. 47 atau Mzm. 93; Luk. 24:44-53)

 

 

 

 

Pendahuluan

 

Pada minggu ini kita diberi gambaran tentang kekuasaan dan kemuliaan Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah melihat karya nyata-Nya di dalam jemaat Efesus. Ini semua didahului oleh rasa syukur dan dukungan doa terus menerus bagi jemaat tersebut dan adanya pengharapan pada setiap panggilan-Nya. Panggilan itu datang dari Kristus Raja yang telah duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan semua telah diletakkan di bawah kaki-Nya. Melalui bacaan minggu ini kita diberi pengajaran sebagai berikut:

 

 

 

Pertama: Doa syukur atas pengenalan Allah yang benar (ayat 15-17)

 

Bagaimana kita mengetahui tentang orang lain? Apakah dengan membaca riwayat hidup atau keterangan lain tentang dia? Tentu itu membantu informasi tentangnya, tetapi kita tetap tidak mengenali orang tersebut dengan sesungguhnya. Jika kita ingin mengetahui seseorang, kita harus menghabiskan waktu yang cukup dengan orang itu, sebab tidak ada jalan singkat. Kita orang percaya bagaikan sebuah buku terbuka yang dapat dilihat dan dibaca orang lain dengan mudah. Semua tercatat dan dapat dinilai (dan kelak oleh Kristus). Bagi mereka yang tidak suka isi buku itu meski dengan alasan yang tidak jelas, mereka tidak belajar menarik manfaat dan malah menjelek-jelekkan. Ini cara pandang yang jelas salah. Tetapi bagi mereka yang menyukai hal yang tertulis, akan bersikap bersyukur dan mengambil manfaat dari isi buku itu. Itulah pelajaran universal pada kehidupan.

 

 

 

Demikianlah halnya dengan Rasul Paulus. Ia tinggal di Efesus bersama jemaat selama tiga tahun dan kemudian saat ia berada di penjara ketika surat ini ditulis, ia mendapat laporan bahwa jemaat Efesus semakin bertumbuh iman mereka dengan baik dan memberikan buah kasih yang nyata (band. Kol. 1:4). Buah iman ini diwujudkan dalam bentuk dukungan mereka bagi orang-orang kudus, yakni mereka yang sudah percaya kepada Yesus tetapi membutuhkan dukungan materi dan juga pelayanan. Ini kepedulian Rasul Paulus terhadap jemaat binaannya. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan, ia bersyukur apa yang dilihatnya, bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan untuk jemaat Efesus tersebut. Demikian juga dengan dengan pengenalan kita akan Allah. Membaca Alkitab, belajar teologi yang bagus, atau membaca brosur-brosur yang mengesankan, semua itu tidak dapat menggantikan pengenalan dengan berjalan dalam kehidupan bersama Pribadi Allah. Alkitab, buku teologi dan brosur atau informasi apapun juga, tidak bisa menggantikan Pribadi Allah yang perlu kita kenal lebih dalam, yakni dengan cara berinteraksi dengan-Nya.

 

 

 

Sikap bersyukur akan lebih baik bila didukung dengan berdoa bagi pertumbuhan yang lebih baik lagi bagi mereka. Doa syafaat Rasul Paulus dalam nas ini adalah untuk kesejahteraan rohani orang percaya agar mereka lebih mengenal Allah (band. Ef. 3:16). Pengenalan pertama yang diharapkannya yakni Pribadi Allah tersebut dalam Yesus Kristus. Pengenalan Pribadi ini sangat penting untuk mengetahui hal lainnya yang terdapat dalam Pribadi tersebut. Kini pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengenal Pribadi Allah? Atau kita hanya mengetahui tentang Dia? Perbedaannya pengenalan ini terletak pada berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bersekutu dengan Allah (band. Ayb. 42:5. Belajar tentang Yesus melalui kehidupan-Nya sebagaimana dituliskan dalam Alkitab, tentang apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya selama tiga tahun di dunia ini sekitar 2000 tahun yang lalu, akan membuka jalan bagi kita untuk mengenal Pribadi Allah lebih dekat dan menerima berkat-berkat atau kekayaan Ilahi-Nya. Lakukanlah pengenalan awal melalui doa saat ini juga. Pengenalan yang benar tentang Tuhan Yesus pasti mengubah hidup kita selamanya.

 

 

 

Kedua: Pengharapan dalam panggilan-Nya (ayat 18-20a)

 

Doa Rasul Paulus kedua bagi jemaat Efesus yakni agar mereka mengenal panggilan Allah. Panggilan Allah dalam hal ini adalah pengharapan untuk mengikut Kristus. Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu perasaan yang samar-samar bahwa masa depan kita baik, melainkan suatu jaminan kemenangan pasti di dalam Allah yang hidup. Kepastian yang utuh datang pada kita melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karena itu, Rasul Paulus meminta agar Tuhan membuka mata hati mereka menjadi terang, yakni tempat pusat pengolahan perasaan batin, pikiran, dan kemauan yang terang pada setiap orang percaya. Mata hati yang gelap tidak mampu melihat karya Allah bagi dunia ini dan bagi setiap insan manusia melalui sejarah dan Tuhan Yesus (2Kor. 4:6; Ibr. 6:4). Pengharapan itu sangat penting sebab pengharapan yang memberikan dorongan kepada kita untuk hidup penuh semangat dan berdaya juang (tentang pengharapan ini dapat dibaca juga pada Rm. 8:23; Ef. 4:4; Kol. 1:5; 1Tes. 1:3; 1Pet. 3:15).

 

 

 

Selanjutnya doa Rasul Paulus meminta agar jemaat mengenal kekayaan Allah yakni kemuliaan yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Flp. 1:9; Kol. 1:9-10). Dalam mengenal kekayaan tersebut, yakni janji masa depan yang indah pada akhir zaman dan kekekalan. Janji tersebut bahkan sudah berwujud sejak kita mengaku Yesus adalah Juruselamat dengan pemberian Roh Kudus di dalam hati kita yang memiliki kuasa demikian besar, khususnya berupa damai sejahtera dan kekuatan serta penghiburan dalam menjalani kehidupan ini (Rm. 5:5; 2Kor. 1:22; Gal. 4:6). Kekayaan Allah berupa hikmat dan janji itu akan digenapkan nanti dalam kemuliaan yang sudah diterima oleh Tuhan Yesus dan juga menjadi bagian orang percaya. Gambaran kemuliaan ini tidak dapat terpikirkan oleh manusia, sebagaima dalam firmam-Nya: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).

 

 

 

Doa keempat atau yang terakhir untuk jemaat Efesus dari Rasul Paulus adalah agar mereka dapat mengenal kuasa Allah. Perihal kuasa ini kadang ada sebuah ironi. Dunia ini takut terhadap kekuatan bom atom, yang sebenarnya atom adalah bagian alam semesta milik dan ciptaan Allah. Sementara kuasa Allah tidak terbatas bahkan meliputi pengendalian alam raya semesta dan kuasa ini juga yang dipakai untuk membangkitkan Yesus dari kematian; kuasa kebangkitan-Nya itu juga yang diberikan pada kita sebagai ahli waris-Nya. Memang masih banyak orang takut akan kematian sebab masih berpikir itu sebagai misteri dan kegelapan, namun dengan kebangkitan yang dijanjikan dan telah terbukti pada Yesus, maka setiap orang percaya tidak perlu lagi takut sebab "kematian" itu bersifat sementara dan jalan menuju ke kehidupan kedua yakni kekekalan (band. 1Pet. 1:5). Kuasa Allah yang tak terbandingkan ini juga tersedia bagi orang percaya untuk menolong kita dalam menghadapi setiap kesulitan, sehingga tidak ada yang terlalu sulit bagi Dia.

 

 

 

Ketiga: Duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20b-21)

 

Kuasa Allah yang kedua setelah membangkitkan Yesus adalah mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya (band. Mrk. 16:19). Pengertian duduk di sebelah kanan dalam hal ini ekspresi alegoris orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan dan bukan dalam pengertian fisik orientasi seperti Allah Bapa bersebelahan di sebelah kiri Tuhan Yesus, sebab Allah adalah Roh dan mengatasi segala tempat. Pengertian duduk memiliki dua makna: Pertama, sebagai metafora "Kepercayaan" atau "Wakil" dalam melaksanakan kuasa dan Pribadi Allah menghadapi seluruh ciptaan Allah sekaligus ungkapan kemuliaan dan penghormatan. Istilah populernya Yesus sebagai “Tangan Kanan”. Pengertian duduk di sebelah kanan ini sekaligus penguatan hal yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Lama, "Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm. 110:1). Dalam Mzm. 80:18, dituliskan "Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu". Dengan kedudukan di sebelah kanan itu maka Yesus sebagai Anak Allah menjadi Representasi Pribadi Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi Penguasa dan Pemerintah atau Raja di dunia dan alam semesta ini.

 

 

 

Arti kedua duduk adalah tinggal atau bersemayam (band. Luk. 24:49 dan Ams. 20:8 yang memakai kata Yunani yang sama - kathizo). Pengertian duduk berarti Tuhan Yesus tinggal secara kekal dalam kebahagiaan Allah Bapa (band. Mzm 16:11). Dengan Yesus sudah merupakan Representasi dan tinggal bersama Allah, kita tidak perlu takut pada seorang diktator, sebuah bangsa, atau pada kematian dan bahkan pada setan. Kekuasaan Yesus tidak terbatas dan jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Kita tahu tentang penguasa dunia atau raja-raja seperti Nebukadnesar, Daud, Rhiza Pahlevi dan lainnya, bahkan presiden yang sangat berkuasa seperti Suharto, demikian juga dengan dinasti-dinasti di Tiongkok atau Jepang, namun semua itu tidak ada yang abadi, runtuh tidak berbekas. Kerajaan dan kekuasaan mereka tidak kekal sebagaimana kerajaan Yesus yang bertahan dan terus meluas hingga saat ini (Flp. 2:9, 10).

 

 

 

Kuasa Allah yang dinikmati oleh orang percaya di dunia ini tidak berhenti disini saja. Segala kuasa di sorga maupun di bumi telah dilimpahkan kepada Yesus (Mat. 28:18-20). Kekuasaan manusia sebagaimana disebutkan di atas pasti berakhir. Dunia baru dengan bumi dan langit baru memerlukan pemerintahan dan kuasa yang abadi dan tidak sama dengan dunia yang kita lihat dan diami saat ini. Semua ini merupakan paket dalam perjanjian ketika kita menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidup kita. Yesus yang dihakimi di dunia 2000 tahun lalu akan menjadi Hakim yang dipilih Allah untuk mengadili yang hidup dan yang mati dan kita akan menjadi orang yang dibela dan dibenarkan sesuai dengan janji-Nya. Perjanjian telah dimeteraikan; kita hanya sesaat untuk menunggu penenuhannya. Rasul Paulus mengatakan, sebagaimana juga pada kitab Rm. 8:37-39, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kasih-Nya.

 

 

 

Keempat: Segalanya diletakkan di bawah kaki-Nya (ayat 22-23)

 

Musuh yang paling kuat bagi manusia adalah iblis dengan segala bentuk pengikutnya. Meski dikatakan tubuh dan daging juga disebut sebagai musuh, namun banyak orang telah berhasil mengalahkan keinginan daging dan tubuh dengan cara puasa, tapa atau selibat. Namun sejak awal dikisahkan bahwa manusia dapat mudah mengalahkan keinginan tubuh, namun begitu menghadapi godaan hati, manusia sangat lemah dan mudah jatuh. Kisah Hawa yang digoda iblis dalam bentuk ular dan kemudian Adam, Kain, dan ratusan kisah manusia terbukti dikalahkan oleh iblis sehingga akhirnya jauh dari Allah. Oleh karena itu satu-satunya kuasa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah kuasa dari Allah. Apabila manusia menghadapi iblis dengan kekuatannya maka pasti takluk, akan tetapi apabila menghadapinya bersama dengan kuasa Allah, maka pasti menang (Kol. 2:10). Pengertian bersama dengan kuasa Allah ini bukan harus dalam bentuk tengkingan, berteriak, melainkan sikap hidup sehari-hari dengan tunduk berserah dipimpin Roh Kudus dan menatap lurus ke depan tanpa tergoda ke kanan atau ke kiri (Yos. 1:7).

 

 

 

Dalam Mzm. 110: 1 di atas juga disebutkan, "sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu", arti yang sama dengan “meletakkan semuanya di bawah tapak kaki-Nya.” Ungkapan ini berasal dari sikap seorang Raja atau pemenang yang menempatkan kakinya di atas leher atau kepala orang yang ditaklukkannya dalam sebuah perkelahian atau pertempuran. Dengan sikap ini, artinya, segala yang mengaku kuasa dan pemerintahan, harus tunduk bertekuk lutut di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus (Mat. 22:44; 1Kor. 15:25-27; Ibr. 2:8). Yesus adalah Mesias; Ia Yang Diurapi. Dia adalah Allah yang ditunggu umat Israel, Allah yang membangun kembali dunia mereka yang sudah hancur. Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa Allah pasti menang dalam peperangan akhir dan mengendalikan segalanya di bawah kuasa-Nya. Demikian pula dengan kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk tahyul, setan, sinkretisme, dan alat-alatnya semua pasti takluk dengan penguasa tertinggi alam semesta.

 

 

 

Setelah dibangkitkan dari kematian, kuasa diberikan pada Kristus sebagai Kepala Gereja. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja (Mat. 16:18) dan siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh-Nya. Gereja dalam hal ini bukanlah bangunan atau denominasi, melainkan setiap orang yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan hidupnya (Yoh. 3:16; 1Kor. 12:13). Dalam keseharian, kumpulan orang ini disebut dengan gereja lokal dan kemudian menjadi sebuah gereja universal sedunia dengan Yesus sebagai Kepala. Kedudukan Kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan umum tetapi mengandung arti penuh dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan sistem, pemerintahan, dan kuasa-Nya dalam tubuh Gereja (1Kor. 11:3; Ef 4:15; 5:23; Kol 1:18; 2:10). Tubuh tidak berdaya tanpa kepala demikian pula Gereja tidak akan berdaya tanpa Kristus. Sebagai Kepala, Kristus memenuhi jemaat dan kepenuhan ini mengacu pada pemberian karunia-karunia rohani dan berkat-berkat pada gereja (band. Yoh. 1:16; 1Kor. 12:11; Ef. 3:19; 4:10). Kepenuhan Dia untuk memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 3:19; 4:13), Kristus sungguh-sungguh memberdayakan dan mengarahkan gereja dan untuk itu pula gereja harus mengekspresikan sepenuhnya Kristus. Dengan demikian maka gereja menempatkan Kristus sebagai Raja yang kita peringati dan teguhkan melalui nas minggu ini.

 

 

 

Penutup

 

Doa sejati penuh dengan ucapan syukur dan dapat melihat dengan mata hati yang terang tentang karya Tuhan Yesus dalam hidupnya atau hidup orang lain serta jemaat-Nya. Doa yang lebih dalam adalah kepedulian akan sesama orang percaya untuk terus diberikan jalan pengenalan Allah yang benar, sehingga mampu berkarya melalui kuasa Roh Kudus. Roh kebenaran ini kemudian memberi hikmat untuk memahami rencana Allah dan menerapkannya demi pengharapan dalam panggilan-Nya. Yesus sebagai Raja dan pemegang otoritas memimpin dan memerintah dan Ia duduk di sebelah kanan Allah, tinggal dan berkuasa atas sorga dan bumi saat ini dan dalam kekekalan. Dengan kedudukan dan kuasa itu maka segala kuasa yang ada baik yang ada di bumi dan di awan-awan dan angkasa telah diletakkan di bawah kaki Yesus yang telah menjadi Pemenang. Inilah yang menjadi doa dan pengharapan kita, agar kita sebagai anggota tubuh-Nya semakin mengenal melalui mata hati yang terang akan Allah yang benar dalam Kristus yang telah menjadi Raja, sehingga kekayaan Allah dalam hikmat dan berkat merupakan penggenapan janji nyata yang kita terima dalam pengalaman hidup sehari-hari.

 

 

Selamat beribadah hari Minggu dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 26 November 2023

Kabar dari Bukit Minggu 26 November 2023

 

 GEMBALA, PEMIMPIN DAN KEPEDULIAN (Yeh. 34:11-16, 20-24)

 

 ”Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan ALLAH” (Yeh. 34:15)

 

 Hari ini kita masuk ke Minggu Kristus Raja, akhir dari siklus kalender gereja. Minggu depan awal kalender dimulai dari Minggu Adven, gerbang perenungan sebelum merayakan Natal. Minggu Kristus Raja berarti dalam perjalanan hidup setahun ber-Tuhan dan bergereja, mestinya semakin meneguhkan kita bahwa Kristus adalah Raja, pemimpin dan Gembala dalam kehidupan, memerintah dalam hati dan pikiran, Penuntun langkah dan tindakan sesuai dengan kehendak-Nya.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Yeh. 34:11-16, 20-24. Nas ini menegaskan Tuhan (Yesus) adalah “Gembala yang baik, melawan gembala-gembala yang jahat,” sesuai judul perikopnya. Gembala yang jahat digambarkan sebagai raja-raja Israel, pemimpin, para imam, dan kaum Farisi yang bertindak tidak adil, yang memeras dan mengeksploitasi domba-domba (umat) Israel, menjadi terserak dan mangsa para musuh (ay. 7-8).

 

 

 

Nas ini membawa kita pada situasi politik saat ini yang sedang “panas dan heboh", tentang pemimpin yang baik. Tanpa diduga putra Presiden yang masih muda berhasil sebagai Cawapres dan adiknya terpilih sebagai ketua partai. Ada dugaan campur tangan Presiden, yang selama ini bersama putra dan menantunya dibesarkan oleh partai lain. Mengapa begitu cepat berbalik? Tentu masih misteri. Namun dari survey lembaga SMRC (kompas.com) hasilnya 39 % mengatakan langkah Presiden kurang pantas, 8 % mengatakan tidak pantas sama sekali, dan 30% mengatakan pantas. Ya, pendapat bisa berbeda, tapi intinya adalah kepedulian masa depan demokrasi bangsa kita ke depan.

 

 

 

Dr. J. Robert Clinton menuliskan dalam bukunya Pembentukan Pemimpin Sejati, perlu ada lima tahapan yang perlu dilalui seorang pemimpin (atau gembala), yakni: fase kedaulatan dasar, pertumbuhan batin, pendewasaan pelayanan, pendewasaan hidup, dan pemusatan. Ini sebuah garis kehidupan yang merupakan kunci keberhasilan. Resikonya, kegagalan, munculnya pemimpin karbitan.

 

 

 

Melalui nas PL ini, Nabi Yehezkiel menubuatkan akan datangnya Gembala yang baik. Ada empat ciri khas Gembala yang digambarkan nya: Pertama, gembala yang baik adalah gembala yang bersedia berkorban untuk menjaga dan memelihara domba-dombanya. Gembala yang memperhatikan, mencari  yang tercerai-berai, dan menyelamatkan mereka dari segala tempat kegelapan (ay. 11-13a). Tuhan Yesus berkata, “Akulah Gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku” (Yoh. 10:14).

 

 

 

Kedua, gembala yang baik menuntun domba-dombanya mencari makan dan minum, hingga ke atas gunung-gunung, di alur-alur sungai; menuntun domba-dombanya ke padang yang baik dan membiarkannya berbaring di rumput yang subur (ay. 13b-14). Untuk ini Tuhan Yesus berkata, “domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku" (Yoh. 10:16).

 

 

 

Ciri ketiga gembala yang baik adalah bertanggungjawab penuh atas domba-dombanya. Ia tidak mewakilkan atau membiarkan ada yang hilang. Kepeduliannya tinggi. Bila dombanya sakit akan dirawat, diobati dan dikuatkan; semua dilindungi dari serangan yang jahat. Tuhan Yesus berkata, "Akulah Gembala yang baik, Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Yoh. 10:11).

 

 

 

Ciri keempat gembala yang dinubuatkan Yehezkiel, memiliki kuasa untuk menjadi hakim keadilan di antara domba yang gemuk dengan domba yang kurus, dan dari keturunan Daud (ay. 20-24).  Semua ciri ini jelas menenguhkan bahwa Gembala nubuatan Yehezkiel adalah Yesus Kristus Tuhan kita (Yoh. 10:1-18).

 

 

 

Menjalani hidup, seperti kata orang bijak, perlu hati-hati terhadap godaan harta, tahta dan wanita/pria. Setiap orang perlu memberikan yang terbaik dan menganggap semua karya pekerjaannya adalah bagi Tuhan, sang Gembala yang menjadi Pemelihara jiwa kita (Kol. 3:17). Kiranya kita domba-domba Yesus, dimampukan mengikuti teladan hidup-Nya, selalu peduli dengan sesama dan lingkungannya.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu Kristus Raja (Minggu XXVI setelah Pentakosta) 26 November 2023 (Opsi 2)

Khotbah Minggu Kristus Raja (Minggu XXVI setelah Pentakosta)

 

26 November 2023 (Opsi 2)

 

 

 

HIDUP ADALAH IBADAH (Mzm. 100)

 

 "Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai" (Mzm. 100:1-2)

 

 

 

Kini kita tiba di Minggu Kristus Raja, minggu terakhir dalam kalender gerejawi sebelum memasuki masa adven minggu depan. Setelah perjalanan setahun ibadah kita, berdoa dan bekerja untuk berkarya, menaikkan pujian, membaca dan mendengarkan firman Tuhan, semoga semua itu membuat iman kita semakin diteguhkan bahwa Kristus adalah Raja segala raja, Tuhan yang terus memberkati hidup kita.

 

 

 

Firman Tuhan hari ini adalah Mzm. 100; sebuah himne singkat, lima ayat, dan sering dipakai sebagai pengantar masuk dalam ibadah. Sangat jelas ketika menghampiri Allah, kita bersukacita, bersyukur dan berpengharapan, sehingga layak dengan sorak-sorai (ayat 1-2). Tetapi sorak-sorai jangan membuat pudarnya rasa "hormat dan takut" akan Dia, misalnya berekspresi berjingkrak-jingkrak mirip kesurupan, atau doa yang panjang-panjang bagai memberi daftar belanjaan, apalagi dengan bahasa yang agak memaksa. Ibadah seperti ini kehilangan dasar dan makna kebenaran Kristiani, yakni fokus penyembahan kepada Dia sebagai Raja, Allah Mahakuasa.

 

 

 

Himne Mzm. 100 menegaskan seluruh bumi datang menyembah-Nya. Kita bersukacita sebab kita adalah umat domba gembalaan-Nya (ayat 3), yang ditebus dan diselamatkan, dan ditempatkan di sebelah kanan-Nya yang ikut masuk ke dalam Kerajaan yang telah disediakan-Nya; kita bukan kambing-kambing yang ditempatkan di sebelah kiri-Nya (Mat. 25:33-34). Perjalanan hidup yang kita lalui dengan gelombang kehidupan, pasang surut, sukacita dan pergumulan, tawa dan tangis, semua adalah proses membentuk diri kita untuk semakin taat dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Adanya pergumulan hidup bukan berarti Allah tidak mengasihi kita.

 

 

 

Kita mensyukuri setahun ibadah gerejawi yang diikuti. Ibadah dalam pengertian dasarnya adalah sebuah bakti pada seluruh denyut kehidupan; tidak hanya bergereja di hari Minggu. Ketika kita mengaku Kristus adalah Raja, Gembala Agung, maka keseharian hidup kita ada dalam kuasa dan perintah-Nya. Sejak bangun pagi, mulai dengan sembah doa. Setiap kegiatan keseharian dengan sukacita dan dilakukan yang terbaik. “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.... Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:17, 23).

 

 

 

Mazmur ini di era PL dipakai sebagai pengantar pemberian korban syukur. Maka di Minggu Kristus Raja ini, dalam memasuki kalender gereja yang baru, kita diingatkan dan diminta bersiap masuk melalui pintu gerbang-Nya, dengan sukacita dan nyanyian syukur (ayat 4). Allah selalu hadir menyambut kita dengan pelataran pujian. Allah senang dan layak dipuji. Hidup adalah ibadah. Semakin kita menghayati penyertaan Tuhan dalam perjalanan kehidupan, maka kita akan semakin mengetahui dan menyetujui bahwa Allah itu baik. Ia baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun (ayat 5). Belum merasakannya? Sembahlah, teruslah menyenangkan hati-Nya. Itulah kunci gerbangnya.

 

Selamat beribadah hari Minggu dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 74 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8562158
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
206
73300
73506
8223859
713443
883577
8562158

IP Anda: 108.162.226.186
2024-12-16 01:01

Login Form