Sunday, December 15, 2024

2023

Kabar dari Bukit 24 Desember 2023

Kabar dari Bukit

 

INJIL, KETAATAN IMAN DAN KEMULIAAN (Rm. 16:25-27)

 

 ”... yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman” (Rm. 16:26)

 

 

 

Pujian “Glo o o ...ria in exelcis deo” yang berarti “kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi” semakin sering kita mendengarnya di masa Natal ini; sebuah doksologi penutup, yakni doa dan puji-pujian kepada Allah. Dalam buku nyanyian gereja (KJ, PKJ dan NKB), bagian akhir selalu pujiannya berupa doksologi (Yunani: Doxa = kemuliaan dan Logia = ucapan).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu IV Adven hari ini adalah Rm. 16:25-27. Nas terakhir surat Roma ini merupakan doksologi Rasul Paulus, sebagai kesimpulan dan penutup hal yang diutarakannya dari Allah kepada jemaat Roma, yakni “Bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.” (ay. 27).

 

 

 

Ada beberapa hal penting pesan pada nas pendek ini. Pertama, Rasul Paulus menguatkan kembali pada awal suratnya yakni, “keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm. 1:16). Ia menegaskan Allah “menguatkan kamu --menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus” (ay. 25). Melalui Injil yang berpusat pada Pribadi Yesus Kristus, orang percaya dikuatkan agar tetap kokoh berdiri teguh (band. Yeh. 2:1-2).

 

 

 

Hal kedua tentang “pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya" (ay. 25b). Hal rahasia dimaksudkan adalah Yesus Kristus Anak Allah, “yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi” (ay. 26a). Itulah sebabnya nas ini sering dibacakan pada Minggu Adven terakhir, saat menyongsong pesta sukacita merayakan kelahiran Yesus Kristus Tuhan kita. Semuanya didasari kasih Allah yang begitu besar, "supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:16).

 

 

 

Hal ketiga, berita Injil tentang Yesus Kristus merupakan puncak dan mahkota dari "pemberitaan kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa” yang bertujuan “untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman” (ay. 26b). Jika pada pasal 1 kitab Roma, Rasul Paulus menyampaikan bahwa Injil “di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman” (Rm. 1:17a), maka kini Rasul Paulus menekankan pentingnya ketaatan iman.

 

 

 

Iman berasal dari Allah (1Kor. 12:9) dan dikaruniakan di dalam hati orang percaya. Oleh karena itu dalam beriman, penting menjaga ketaatan, hati yang tidak mudah goyah meski banyak tantangan yang muncul sebagaimana isi surat Roma, yakni tindakan hawa nafsu yang memalukan (Rm. 1:26-27), tidak mengakui dan pembenci Allah (Rm. 1:28-32), ketidakpedulian terhadap yang lemah (Rm. 14:1, 21-23), adanya allah lain dan ajaran palsu (Rm. 16:17-18). Semua itu agar kita yang percaya dan taat, bebas dari murka Allah dan merdeka dari tabiat kedagingan (Rm. 1:18-23; 8:1-4). Abraham Lincoln mengatakan, “Andai tidak ada Alkitab, kita tidak tahu yang baik dan yang jahat.” Namun, untuk itu perlu ketaatan iman berdasarkan kasih, bukan ketaatan oleh hukum yang penuh ancaman dan dipaksakan.

 

 

 

Hal terakhir doksologi indah yakni ayat 27 di atas, sebagai penegasan Rm. 11:36: "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Oleh karena itulah, menjadi kewajiban bagi kita, Injil yang bersumber dari Allah, terus kita beritakan dan masyhurkan, agar nama Yesus Kristus semakin tinggi dan dimuliakan (ay. 25), dan hidup kita juga penuh dengan kelimpahan dan turut dimuliakan (Rm. 5:17; 8:21, 30). Terpujilah Allah di tempat yang mahatinggi.

 

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu IV Adven - 24 Desember 2023 (Opsi 1)

Khotbah Minggu IV Adven - 24 Desember 2023 (Opsi 1)

 

 SUKACITA YANG MENGUBAHKAN (Luk. 1:26-38)

 

 “Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah“ (ayat 34-35)

 

 

 

Manusia telah jatuh ke dalam dosa sejak Hawa ditipu oleh iblis yang jahat. Mereka dihukum keluar dari Taman Eden tetapi kasih Allah sebenarnya masih tetap besar pada manusia. Adam dan Hawa tidak bisa berada di taman itu, karena mereka sudah tidak kudus lagi sehingga tidak mungkin tinggal bersama Allah.

 

 

 

Dalam perjalanannya manusia terus berbuat dosa. Keturunan pertama Adam dan Hawa sudah langsung saling membunuh karena perasaaa iri di antara Kain dan Habel. Demikian seterusnya hingga terjadi peristiwa Menara Babel manusia ingin menyamai Allah. Manusia pun semakin tersebar ke seluruh bumi ini (Kej. 11:1-9).

 

 

 

Bangsa Israel sendiri telah ditetapkan oleh Allah sebagai umat pilihan-Nya, dalam arti mereka menjadi umat kesayangan dan diharapkan menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain, sehingga semua umat manusia menempatkan Allah YHWH sebagai Raja yang patut disembah. Allah kemudian mengutus nabi-nabi dan hakim-hakim agar umat Israel tetap setia kepada Allah, berjalan lurus sesuai dengan perintah-Nya. Mereka diberi hukum Taurat sebagai dasar semua hukum yang akan dipakai, dan inti semua hukum itu adalah mengasihi sesama dan mengasihi Allah (Ul. 6:5; Im. 19:18; Mat 22:37-40).

 

 

 

Allah menyesal dalam arti melihat manusia bertindak tidak sesuai kehendak-Nya dan meninggalkan Allah? Nabi besar yang dikirim-Nya, seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan lainnya tidak didengar, hingga kemudian kerajaan Israel punah setelah sebelumnya pecah dua, di Utara dan Selatan. Manusia tidak berubah. Sejarah Israel penuh dengan ketidaktaatan. Allah kemudian ”diam” selama 400 tahun setelah nabi Maleakhi, tidak lagi berbicara melalui nabi untuk menuntun bangsa Israel.

 

 

 

Allah mengirim Anak-Nya ke dunia, menjadi manusia. Ini keputusan Bapa sesuai dengan rencana-Nya untuk menyelamatkan manusia ciptaan-Nya. Perihal menjadi manusia, itu sebuah pertanyaan logis, meski gampang-gampang susah. Versi gampangnya, Allah menjadi manusia, karena Ia hendak berbicara kepada manusia yang dikasihi dan akan diselamatkan-Nya. Contoh paling sederhana, ikan di akuarium, seberapa besar pun kasih kita kepadanya, ketika kita mau kasih makan, atau kita mau bersihkan airnya, ikan akan lari. Makanya, untuk menyatakan kasih kepada ikan, kita harus menjadi ikan, paling tidak bertingkah seperti ikan...dan itu sulit. Jika Allah menjadi makhluk lain, maka mungkin makhluk lain yang selamat, dan manusia masuk neraka. Itu logisnya.

 

 

 

Keputusan Allah Anak-Nya tidak lahir dari benih manusia. Ini penggenapan janji Allah terhadap Hawa, bahwa keturunannya yang akan meremukkan ular yang menggoda manusia (Kej. 3:15). Maka malaikat Gabriel diutus pergi kepada seorang perawan Maria dan menyampaikan berita sukacita: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.... Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.“ Maria yang sedang bertunangan dengan Yusuf dari keluarga Daud, sungguh terkejut. Tetapi ia menyadari berita itu adalah sukacita yang akan mengubah hidupnya dan sejarah manusia. Lalu ia berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu Gabriel malaikat itu meninggalkan dia (Luk. 1:38).

 

 

 

Firman Tuhan Yoh 3: 16, berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.“ Firman Tuhan ini menguatkan kita akan lima hal: Pertama, kasih Allah itu besar, sebab Allah mau menjadi manusia turun dari sorga serta harus menderita untuk menyelematkan kita. Kedua, kasih Allah itu adalah karunia. Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan dan Allah mengetahui bahwa manusia dengan kekuatan sendiri tidak mungkin untuk diselamatkan. Ketiga, kasih Allah itu kepada setiap orang, tidak terbatas kepada umat Israel saja, sebab sejarah membuktikan umat itu semua adalah kepunyaan Allah. Keempat, kasih Allah itu menyelamatkan, membuat manusia agar tidak binasa dan masuk ke naraka. Dan terakhir kelima, kasih Allah itu kekal, tidak dibatasi oleh waktu dan tempat; Sekarang dan sampai selama-lamanya.

 

 

 

Itulah berita sukacita dalam menyongsong hari Natal. Sukacita yang mengubah kita dari sesuatu yang tidak berharga, menjadi berharga di mata Allah. Sukacita yang mengubah kita dari yang semestinya masuk neraka, tetapi Allah membawa kita ke Taman Eden, tempat manusia yang seharusnya saat diciptakan. Untuk dapat mewujudkan itu, Yesus perlu menebus kita, melalui kematian-Nya demi penebusan dosa. Dia mau diam bersemayam di hati kita, mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya dan menjadikan kita warga sorgawi sesuai dengan harkat manusia sebagai gambar dan rupa Allah di bumi ini. Sukacita itu sungguh layak kita syukuri dalam menyongsong hari Natal.

 

 

Selamat beribadah dan melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit 17 Desember 2023

Kabar dari Bukit

 

 

ROH, JIWA DAN TUBUH TERPELIHARA (1Tes. 5:16-24)

 

 ”Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal” (1Tes. 5:16-18a)”

 

 

 

Semua orang tentu ingin senantiasa bersukacita. Namun jika diminta tetap berdoa, barangkali masih ada rasa enggan. Apalagi jika diminta mengucap syukur dalam segala hal, pastilah sulit pada situasi keinginan hati tidak terkabul. Tetapi itulah kata Alkitab, sabda Tuhan, sumber kebenaran. Maka perintah sesulit apapun diberi petunjuk, agar dapat dilakukan, bagi siapa saja.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu III Adven ini adalah 1Tes. 5:16-24. Nasihat agar “bersukacita, tetap berdoa, dan mengucap syukur” justru diberikan pada saat situasi di Tesalonika sedang sulit dan kesusahan. “... telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi” (1Tes. 3:4).

 

 

 

Untuk itu ada empat nasihat pada nas ini untuk diikuti. Pertama: “Janganlah padamkan Roh” (ay. 19). Artinya, jika kita ingin mampu melalui sesuatu yang sulit, maka jangan mengandalkan diri sendiri atau manusia. Hanya dengan kuasa Roh Tuhan kita mampu untuk mengatasi dan melewati ujian dan cobaan sekalipun yang berat. Kadang rasa sakit di tubuh dan jiwa muncul tidak tertahankan. Tapi tidak ada penderitaan yang tidak berakhir. Dengan iman dan pertolongan Roh, nyala dan kuasa-Nya, badai pasti berlalu.

 

 

 

Nasihat kedua yakni agar “janganlah anggap rendah nubuat-nubuat” (ay. 20). Yohanes Calvin menerjemahkan nubuat sebagai firman Tuhan yang dikhotbahkan, bukan hanya pada pengharapan gambaran sorga dan sukacita akhir zaman. Maka untuk kita dapat "bersukacita, tetap berdoa dan mengucap syukur", selalulah suka akan firman Tuhan. Mulailah hari-hari kita dengan membaca firman atau renungan dan berdoa. Pagi hari yang dimulai dengan firman dan doa, maka sepanjang hari kita akan bersama dengan Tuhan. Itu pastinya.

 

 

 

Petunjuk ketiga, agar “ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (ay. 21). Kita sering lalai bahwa respon yang terlalu cepat umumnya membawa masalah. Kecerobohan dan ketergesaan mengambil sikap dan keputusan, biasanya hasilnya petaka. Oleh karena itu perlu hikmat, kebijaksanaan, menguji sesuatu dengan nilai-nilai dasar yang baik. Berpegang pada nilai-nilai buruk seperti egoisme dan tidak mau susah, itu akan membuat situasi lebih runyam. Berdoa sebelum memutuskan sesuatu, akan menuntun turunnya campur tangan Tuhan.

 

 

 

Nasihat keempat, "jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan” (ay. 21-22). Mari kita periksa diri. Memegang yang baik dan jauh dari kejahatan itu sederhana, yakni tidak ingin melakukan sesuatu yang buruk dan tidak mau menyusahkan orang lain apalagi Tuhan kita. Jangan selalu menilai atas standar kebenaran diri sendiri, tapi minta kepada orang-orang yang layak memberi pandangan jernih dan alkitabiah. Jangan hanya meminta kepada orang yang mendukung sikap kita. Berani mengakui kesalahan, adalah perbuatan mulia. Kesalahan dan kegagalan yang berulang, tidak akan membuat kasih sayang Tuhan berkurang pada kita, selama kita mau mengakui dan ingin mengubahnya.

 

 

 

Menjalani hidup "senantiasa bersukacita, tetap berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal" sangatlah diminta terlebih menjelang tibanya natal. Dan "itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (ay. 18b). Apalagi buahnya indah yakni, “roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna” (ay. 23). Ada jaminan sebagaimana pada ayat terakhir, “Ia (Tuhan) yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya”. Haleluya.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu IV Adven - 24 Desember 2023 (Opsi 2)

Khotbah Minggu IV Adven - 24 Desember 2023 (Opsi 2)

 

 PERJANJIAN DENGAN ALLAH (Mzm. 89:1-4, 19-26)

 

 “Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit” (Mzm. 89:1-2)

 

 

 

 

 

Mengapa datang kemalangan dan derita pada seseorang? Ini pertanyaan yang lazim. Secara garis besar, Alkitab khususnya kitab Amsal, menjelaskan ada beberapa faktor penyebabnya: pertama, mereka kurang berhikmat sorgawi, bodoh atau bebal, misalnya, makan banyak-banyak dan tidak berolah raga, maka kemudian kena stroke; atau berkendara ugal-ugalan, kemudian bertabrakan hingga menderita luka parah.

 

 

 

Kedua, cobaan dari iblis dengan persetujuan Tuhan atau Tuhan sendiri yang ingin menguji seseorang, khususnya tentang kemurnian iman (1Pet. 1:5). Kisah Ayub sangat jelas; juga Tuhan Yesus dicobai di padang gurun (band. 1Pet. 2:19; 4:13-14). Dalam menghadapi ini, sering kali akal kita tidak mampu memahami ihwal yang terjadi, dan sangatlah bagus jika menganggapnya sebuah misteri Ilahi, bukan menghujat. Dan bagi yang beriman kuat, melaluinya dengan tetap berpegang: “... Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1Kor. 10:13).

 

 

 

Tetapi ada juga orang yang hidupnya mendapatkan berkat melimpah, dan terus bertambah-tambah setiap hari. Tentu tidak semua dalam ukuran harta materi. Alkitab mengajarkan hal ini bukan saja karena ia hidup berhikmat dari Allah dan selalu bersyukur, tetapi Alkitab juga menegaskan bisa saja karena ada janji Allah terhadap kakek moyangnya, sehingga hidupnya terus diberkati. Berkat dan kutuk memang dua hal yang jelas dipaparkan dalam Alkitab, sebagaimana dituliskan dalam Ulangan 28, termasuk kepada keturunan ketiga dan keempat dalam Hukum Taurat ketiga (Kel. 20:5).

 

 

 

Firman Tuhan di hari Minggu Adven IV diambil dari Mzm. 89:1-4, 19-26. Ini sebuah nyanyian pengajaran tentang janji Allah. Pada ayat 1-4, seolah ada keluhan terhadap janji Allah atas umat Israel yang menderita saat itu. Pemazmur mewakili umat berkata: “Engkau telah berkata: Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun!" (ayat 3-4).

 

 

 

Umat Israel sesuai 2Sam. 7:1-17, percaya ada janji Allah kepada Daud melalui nabi Natan mengenai keluarga dan kerajaan Daud. “Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya" (2Sam. 7:15-16). Inilah yang dituntut umat. Dan kita pun dalam situasi susah, kadang menuntut Allah: di mana kasih setia-Mu?

 

 

 

Sebagai orang percaya, kita melihat Allah adalah Pribadi, dan Dia Allah yang hidup; maka perjanjian antara kita dengan Allah menjadi sesuatu yang wajar. Alkitab dan sejarah membuktikan, janji Allah teguh dan pasti, bahkan Allah kadang bersumpah meneguhkan janji-Nya (Kej. 15:13, 18; Kis. 2:20; Ibr. 6:17). Ia adalah Allah yang penuh kasih setia dan tidak pernah gagal dalam janji-Nya. Jadi, meski kadang jalan kehidupan yang kita lewati menanjak dan penuh liku serta ada rasa sakit, semua itu dalam kendali-Nya, dan percayalah itu untuk kebaikan kita. “Penderitaan adalah gada, bukan kapak, atau pedang,” tulis Matthew Henry dalam buku kedua tafsiran Mazmur yang lumayan tebal.

 

 

 

Minggu Adven IV adalah masa penuh pengharapan, sebelum semua digenapi di malam Natal. Bagi kita yang belum membuat janji dengan Allah dalam menjalani kehidupan ini, saatnya untuk melakukan. Perjanjian dengan Allah kadang inisiatif Allah, kadang atas inisiatif manusia. Sebagaimana pemazmur yang kembali imannya terhadap janji Allah di ayat 19-26, memang sungguh dahsyat dan penuh pengharapan, yakni seperti mahkota di atas kepala, urapan minyak kudus; musuh tidak akan menyergap dan menindas, tetapi justru sebaliknya lawan serta orang-orang yang membenci akan dihancurkan, membuat tangan menguasai laut, dan tangan kanan menguasai sungai-sungai, serta tanduk kita akan meninggi (ayat 19-23, 25).

 

 

 

Kini saatnya kita membangun atau membarui janji dengan Allah. Tuliskan atau katakan secara gamblang, hal nyata yang akan dilakukan untuk menyenangkan hati Tuhan di hadirat-Nya, dan meteraikan semuanya dengan kuasa Roh Kudus. Agungkan dan utamakan hal itu dalam hidup kita. Itu bukan saja untuk hidup kita, tetapi juga bagi keturunan kita. Kesetiaan dan kasih-Nya selalu menyertai (ayat 2, 24) sehingga ada saatnya kelak, kita pun layak berseru sebagaimana ungkapan pemazmur di ayat 26: “Bapaku Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku.”

 

 

Selamat beribadah dan melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu III Adven - 17 Desember 2023 (Opsi 1)

Khotbah Minggu III Adven - 17 Desember 2023 (Opsi 1)

 

 SIARKAN TERANG (Yoh. 1:6-8, 19-28)

 

 “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (ayat 4-5).

 

 

 

Minggu ketiga adven hari ini bagaikan jembatan yang menghubungkan situasi peringatan tentang datangnya akhir zaman yang maha dahsyat, menuju situasi sukacita pengharapan akan datangnya cahaya baru peristiwa 2000 tahun lalu di kota mungil Betlehem.

 

 

 

Firman Tuhan yang menjadi rujukan renungan kita minggu ini, Yoh. 1:6-8, 19-28, berbicara tentang kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus Sang Terang. Manusia membutuhkan terang yang secara umum tidak suka pada kegelapan. Allah pun, menciptakan terang di hari pertama (Kej. 1:3). Dengan terang, manusia merasa lebih aman dan nyaman. Terang membimbing seseorang terhindar dari kejatuhan, terperosok dalam, bahkan dapat menyelamatkan dari kematian.

 

 

 

Kehidupan rohani manusia juga memerlukan terang. Jiwa yang penuh terang akan berisi sukacita, dan jiwa yang gelap akan berisi kekuatiran dan ketakutan. Dan jelas, terang Ilahi akan melampaui terang dari hikmat pengetahuan dunia. Yesus memberi terang Ilahi pada manusia. Pribadi dan hidup-Nya membebaskan manusia dari kegelapan. Tidak hanya di dunia ini, tetapi juga dasar bekal bagi hidup yang kekal. Tuhan Yesus adalah terang sejati. Manusia dengan Terang Yesus, membuat hidup lebih bermakna sesuai dengan kehendak Bapa.

 

 

 

Natal mengingatkan kita akan kehadiran Terang ke dalam dunia. Menyongsong natal berarti menyambut Sang Terang. Dia adalah Firman yang mencerahkan dan sumber segala inspirasi. Dia adalah Firman hidup yang memberi Roh penuntun. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia (Yoh. 1:4).

 

 

 

Peringatan akan lahirnya Juruselamat merupakan sukacita bagi kita bersama. Sukacita di dalam hati, bukan hanya tanggapan bersifat alamiah, tetapi juga bersifat adikodrati sebagai akibat tindakan penebusan Allah yang terjadi di dalam hidup kita. Namun, kita tidak sekedar bersukacita atas kedatanganNya, karena kita juga dipanggil untuk menyiarkan Dia, sehingga orang lain pun memiliki Terang itu dan hidup mereka juga penuh dengan sukacita.

 

 

 

Tetapi kadangkala, itu tidak mudah bagi mereka yang sedang dalam kegelapan dosa, atau situasi kemiskinan yang membuat hidup menjadi perih. Bagi yang dalam kegelapan dosa, membuat rasa takut menjadi tampak nyata dan terbuka, tanpa mengetahui ada perdamaian dan pengampunan. Ini perlu usaha ekstra. Bagi yang dalam kemiskinan, khususnya di wilayah Kristiani lainnya yang masih rata-rata di atas 10% penduduk miskinnya, usaha lebih ekstra lagi. Perlu tindakan nyata. Bawalah dan siarkan Terang itu.

 

 

 

Mari membawa Kristus kepada mereka, melepaskan ikatan dosanya dan membebaskan kemiskinan yang tanpa pengharapan, dan menjadikan Terang memimpin hidup mereka. Seperti dikatakan dalam nas hari ini oleh Yohanes Pembaptis: ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Kitab Filipi menyampaikan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat (Flp. 4:5). Maranata.

 

 

Selamat beribadah dan melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 63 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8562132
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
180
73300
73480
8223859
713417
883577
8562132

IP Anda: 172.70.147.161
2024-12-16 00:56

Login Form