Sunday, December 15, 2024

2024

Khotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III

Khotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III

 

 KAPAK DAN PENAMPI ITU SIAP BERAKSI (Luk 3:7-18)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: Zep 3:14-20;Yes 12:2-6; Flp 4:4-7

 

 

 

Pendahuluan

 

Minggu ketiga adven bagaikan jembatan yang menghubungkan sebuah situasi peringatan akan datangnya akhir zaman yang maha dahsyat berupa penghukuman dan penderitaan (bagi yang belum siap, percaya dan taat kepada Yesus) menuju suatu sukacita pengharapan akan datangnya cahaya baru dalam kehidupan orang beriman melalui peringatan tentang peristiwa 2000 tahun yang lalu akan kasih Allah yang terjadi di Betlehem kota mungil di Yudea.

 

Selama dua minggu yang lalu kita diingatkan akan Yesus Kristus datang kedua kalinya untuk meminta pertanggungjawaban atas semua hal yang sudah kita lakukan dalam menjalankan amanah kehidupan ini. Peringatan akan bertobat dan berbalik agar hidup kita kembali sesuai dengan pesan Firman Tuhan yang sudah kita terima, karena seringkali terlupakan bahkan mengingkarinya, yang semua merupakan perbuatan iblis dan egoisme kita sendiri. Firman Tuhan dalam minggu ini yakni Luk 3:7-18 mengingatkan kita akan beberapa hal:

 

 

 

Pertama: Kita (bisa) menjadi keturunan ular beludak

 

Alkitab mengatakan "karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm 3:23; band. Mzm 14:3). Maka ketika kita mulai senang dengan perbuatan dosa dan mengingkari akibatnya maka sebenarnya kita sudah menjadi keturunan ular beludak yang menipu Hawa di taman Eden (Kej 3:1-4), yang mengakibatkan Hawa dan kita keturunannya menjadi jauh dari Allah.

 

 

 

Kehidupan manusia telah banyak tercemari dosa. Agama pun tidak dapat lagi menjamin seseorang hidup benar. Godaan iblis yang kuat dan kesombongan egoisme manusia menjadikan perlunya penyadaran melalui pemaknaan kembali kehidupan beragama dan beriman. Datangnya kesadaran dan kepulihan iman inilah pertobatan itu. Godaan iblis itu tidak dibatasi kepada pemungut cukai atau para prajurit yang digambarkan dalam nats ini, tetapi apapun profesi kita, memiliki potensi dan ancaman untuk dijerat oleh iblis penggoda itu.

 

 

 

Pertobatan merupakan dua sisi dari sebuah koin. Di satu sisi pertobatan datang dari campur tangan Allah yang pada dasarnya mengasihi manusia tetapi telah melanggar perjanjian anugerah. Kadang kita ini lupa dan tidak sadar atau kesulitan untuk keluar dari jerat cengkeraman iblis, sehingga kuasa dosa semakin kuat dan kita manusia dibuat tidak berdaya lagi. Di satu sisi lain pertobatan juga adalah kesadaran akan perbuatan dosa itu sehingga timbul penyesalan yang dalam. Itulah misteri proses dua arah pertobatan. Namun kita menyadari dan bersedia ditegur dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran tersebut. Proses pertobatan ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi dapat merupakan proses yang terus menerus dan disinilah peran gereja dan hamba Tuhan untuk mengingatkan jemaatnya untuk kembali dan untuk bertobat.

 

 

 

Tuhan Yesus melalui hamba dan gerejaNya tidak menginginkan anak-anakNya menjadi keturunan ular beludak sebagaimana disebutkan oleh Yohanes Pembaptis.

 

 

 

Kedua: Pertobatan menghasilkan buah

 

Rasul Lukas sangat menekankan pentingnya memperhatikan kaum miskin dan papa. Mungkin karena ia seorang  dokter/tabib yang kerap berhubungan dengan mereka yang berkekurangan termasuk mereka yang sakit dan memerlukan pertolongan. Oleh karena itu sejak diawal tulisannya ia sudah melaporkan nyanyian Maria tentang mereka yang miskin dan kelaparan (Luk 1:53). Hal itulah juga yang ditekankan oleh Yohanes Pembaptis bahwa bagi kita yang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus yang sudah menyelamatkan kita, maka buah dari pertobatan itu haruslah terlihat dengan kepedulian kepada kaum miskin dan orang sakit yang membutuhkan kasih itu. Intinya adalah peduli dan sikap kasih kepada sesama.

 

 

 

Tanda pertobatan yang dilakukan melalui baptisan air yang didasari oleh kesadaran iman (dogmatis) tidak cukup berhenti pada seremoni saja. Perubahan yang terjadi itu harus berbuah nyata dan itulah bukti adanya pertobatan. Pertanda jasmani dengan baptisan air harus dibuktikan dengan baptisan Roh yang melambangkan bahwa Allah hadir dalam pribadi yang sudah bertobat dan berbuah tersebut. Di sini tidak dimaksudkan bahwa memiliki dua buah baju akan berdosa, meski kita tahu masih banyak yang berkekurangan. Namun yang dimaksudkan adalah pentingnya kepedulian kita kepada mereka yang sangat membutuhkan. Misalnya, ketika terjadi banjir atau bencana alam, banyak yang memerlukan pakaian, maka pada saat itulah kita memperlihatkan kepedulian kepada mereka.

 

 

 

Rasul Paulus berkata bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kis 26:20). Ini juga yang disampaikan pada kitab Filipi yang menyampaikan “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat (Flp 4:5).

 

 

 

Ketiga: Penghukuman akan datang kalau tidak berbuah

 

Tidak berguna kesombongan karena kita sudah menjadi anak-anak Allah sehingga dibebaskan dari pertanggungjawaban. Israel sebagai bangsa pilihan Allah juga harus mengalami penderitaan yang demikian besar karena dosa-dosa mereka.  Allah dapat mengubah dengan seketika status kita ketika kita melakukan hal yang murtad dan mendukakan hati Allah. Ini yang diungkapkan firman tersebut mengubah batu menjadi keturunan Abraham.

 

 

 

Disini tidak berlaku pengecualian. Apakah ayah kita seorang pendeta atau istri-suami kita seorang pejabat gereja, itu tidak berlaku menjadi pengecualian untuk jauh dari penghakiman. Semua orang harus berdiri bertanggungjawab atas perbuatannya. Demikian juga apabila kita anak seorang pejabat tinggi, penguasa Negara tetap tidak ada pengecualian. Semua tunduk pada posisi yang sama di hadapan Tuhan Yesus: mempertanggungjawabkan semua perjalanan dan pilihan perbuatannya.

 

 

 

Kapak sudah tersedia dalam arti kata akhir zaman atau titik penghakiman itu bisa saja terjadi setiap saat. Kapak itu yang akan memisahkan kita dari hidup kekal bersama Allah, seperti memisahkan ranting dari pohonnya. Petugas pajak dan pejabat yang diberikan contoh pada nats ini seperti pemungut cukai dan prajurit adalah contoh yang dengan mudah melencengkan jabatannya untuk menyenangkan diri sendiri dan bukan menyenangkan hati Allah. Menaikkan pajak atau mengatur untuk kepentingan sendiri atau memeras, menindas atau mengancam dengan hukuman adalah perbuatan yang tidak disukai oleh Allah. Tetapi petugas pajak pun dapat bertobat seperti diperlihatkan pada Luk 18:13.

 

 

 

Gambaran orang berdosa yang masuk penghukuman itu seperti debu jerami yang siap dibakar (band. Mzm 1:4). Artinya mereka yang tersisih dari hasil tampian akan dibakar dan menderita dalam penghakiman. Alat penampi  untuk memisahkan jerami dengan debu sudah siap dikebutkan untuk memilih siapa yang akan masuk dalam kerajaan Allah yang kekal itu. Alat penampi adalah alat semacam anyaman yang dipakai untuk melemparkan gandum ke atas sehingga angin akan meniup debu sekamnya dan biji gandum akan terseleksi jatuh kebawah, merupakan kiasan bahwa seleksi atas orang percaya terus berlangsung. Ini juga merupakan jawaban ungkapan atas “banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih” (Mat 22: 1-14).

 

 

 

Keempat: Penegasan akan Yesus adalah Sang Raja yang dinantikan

 

Mesias adalah jabatan yang berarti Yang Diurapi. Ini pemberian nama atau gelar bagi seorang Raja. Peringatan akan lahirnya Juruselamat merupakan sukacita bagi kita bersama. Sukacita di dalam hati seorang bukan hanya tanggapan bersifat alamiah, tetapi juga dapat bersifat adikodrati sebagai akibat dari tindakan penebusan Allah yang terjadi di dalam hidup kita.

 

 

 

Kitab Zepanya dan Yesaya memberikan gambaran sukacita yang akan kita alami karena Dia yang datang itu menawarkan pengampunan dan tidak akan menghukum lagi karena dosa-dosa kita (Zep 3:15). Dengan Yesus sebagai Tuhan kita maka musuh sudah dikalahkan dan kita dibebaskan dari jerat perbudakan kepada Iblis dan dosa. Kita merupakan sasaran kasih Allah dan pertolonganNya yang besar selalu hadir sepanjang hidup kita (Zep 3:17). Janji pemulihan setelah pertobatan diberikan kepada kita yang rindu akan kasihNya (Zep 3:18-20).

 

 

 

Oleh karena itulah kitab Filipi 4:6 yang merupakan bacaan lain menyebutkan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah  dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Kita harus terus berdoa untuk menantikan di dalam iman dan pengharapan akan kedatangan kembali Tuhan Yesus sebagaimana 2000 tahun lalu, dan pada saat itu kita umat Allah akan memuji Dia dan akan menyanyikan nyanyian sukacita kemenangan kita.

 

 

 

Kesimpulan

 

Firman Tuhan pada minggu ketiga adven ini menjembatani kita akan perubahan peringatan tentang angkara murka Allah melalui penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan Yesus pada saat Dia datang untuk kedua kalinya dengan pengharapan sukacita akan kasih Allah sebagaimana yang sudah terjadi pada 2000 tahun lalu di Betlehem. Kita terus diingatkan bahwa melalui dosa yang kita lakukan maka kita sudah menjadi keturunan ular beludak. Baptisan yang kita lakukan untuk menjadi anak-anakNya tidak menjadi jaminan bahwa kita diselamatkan apabila kita tidak melakukan pertobatan yang terus menerus dan berbuah banyak dan lebat yang memperlihatkan kita adalah anak-anakNya.

 

 

 

Kalau tidak terjadi perubahan dan menghasilkan buah tersebut maka penghukuman tetap akan datang. Kapak Allah selalu siap untuk memutuskan ranting yang kering terputus dari pohonnya. Penampi sudah siap dikibaskan untuk melihat dan menseleksi siapa yang layak diselamatkan sampai ke akhir zaman. Namun kasih Allah melalui Yesus yang sudah datang 2000 tahun lalu terbuka kepada siapa saja yang mau menyambutNya dan bertobat serta bersedia berbuah kepada mereka yang mendambakannya. Sukacita kita melalui kasih Yesus haruslah kita sebarkan dan berikan juga kepada banyak orang sehingga semakin banyak yang diselamatkan.

 

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (3) Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III

Khotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III

 

 PEMULIHAN DAN SORAK-SORAI (Zef. 3:14-20)

 

 “Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!” (Zef. 3:14)

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di Minggu Adven III hari ini adalah Zef. 3:14-20. Judul perikopnya: Janji keselamatan. Nabi Zefanya (yang artinya “Tuhan bersembunyi”) menyuarakan pengharapan setelah umat Israel menderita untuk beberapa lama. Penderitaan yang terjadi merupakan hukuman Tuhan atas dosa-dosa mereka. Tetapi Allah tetap mengasihi. Janji keselamatan dan pemulihan pun diberikan. Melalui pertobatan yang dipimpin Raja Yosia (Zef. 1:1), semuanya berbalik baik. Kegelapan menjadi terang. Tangisan menjadi sorak-sorai, airmata menjadi sukacita beria-ria.

 

 

 

Situasi tersebut tentu merefleksikan kepada hari ini, saat kita dan seisi dunia menderita berat akibat pandemi Covid-19. Orang lain dapat mengatakan pandemi terjadi karena kesalahan prosedur dalam penelitian, dampak mobilisasi yang tinggi, atau semua versi ilmiah dan itu tidak ada hubungannya dengan dosa. Namun, kerendahan hati membawa kita kepada sikap, bahwa manusia perlu bertobat dari sikap masa lalunya yang tidak disukai Tuhan. Sama seperti di masa nabi Zefanya, dunia memiliki tantangan besar, seperti kemiskinan yang masih tinggi (ay. 3); orang enggan berbagi. Para imam tidak memberi teladan baik, sama seperti masa sekarang ketika agama kadang telah dipakai menjadi komoditas politik (ay. 4). Peperangan dan kekerasan masih sering terjadi, begitu pula dengan ancaman pemanasan global, dan yang lainnya, yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan saat mencipta bumi dan manusia.

 

 

 

Kita di Indonesia juga masih melihat besarnya sikap memusuhi sesama. Dampak gerakan 212 masih menggema; penyebaran kebencian terus berlangsung. Orang semakin mudah menghakimi. Meski tidak jelas dan tidak kuat alasannya, seolah-olah hal yang dilakukan oleh pihak lain (misalnya: pemerintah) tidak lagi ada bagus-baiknya (lihat ay. 7). Semua salah, dan ironisnya, dipakai menjadi peluru senjata untuk menjatuhkan. Hal ini membuat semakin besarnya sikap curiga dan was-was, yang menjadi momok untuk sulit bertumbuh dan bergerak maju.

 

 

 

Tetapi, mari kita tetap bersyukur. Melihat perkembangan pandemi dua bulan terakhir, kita tentu berpikiran Tuhan sangat baik pada bangsa kita. Indonesia mengalami penurunan tingkat kematian dan kasus baru. Dunia memuji. Betul, tingkat vaksinasi sudah bagus. Banyak negara lain sudah terlebih dahulu mencapai vaksinasi yang tinggi, tetapi gelombang baru tetap datang. Saya berpikiran, kerendahan hati dan selalu berdoa serta bersikap waspada, merupakan kunci keberhasilan manusia melawan pandemi ini.

 

 

 

Bangsa Israel menerima janji baru melalui nabi Zefanya. Kita pun berada pada janji dengan bersiap menyambut perayaan kelahiran Tuhan Yesus. Sikap itu yang perlu kita miliki saat ini. Allah tetap mengasihi manusia (ay. 14-15). Ia ada tinggal berdiam dalam diri kita (ay. 16-17). Tidak perlu takut. Seberapa berat beban masalah kehidupan yang kita tanggung, semua ada akhirnya. Badai pasti berlalu, kuk dan kelelahan akan dipulihkan (ay. 18-19). Kuncinya, datanglah kepada Tuhan Yesus, berjanji melakukan perubahan yang menyenangkan hati-Nya. Bila tidak, kapak dan penampi siap beraksi (Luk. 3:7-18).

 

 

 

Mari terus rendahkan hati dan berusaha melakukan yang terbaik untuk sesama dan bagi-Nya. Kita yang tercerai jarak selama ini, akan dipersatukan (lihat ayat 20). Pandemi diharapkan akan menjadi endemi, sebuah penyakit biasa yang akan ada obatnya. Satukan hati. Singkirkan perbedaan dan egoisme. Damai adalah kunci memulai. Dan Raja Damai akan kembali berkuasa bagi seisi bumi. Sorak-sorai layak kita siapkan untuk menyambut-Nya. Hosana, muliakanlah Raja kita.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu 8 Desember 2024 - Minggu Adven II

Khotbah Minggu 8 Desember 2024 – Minggu Adven II

 

 KEBENARAN YANG BERBUAH (Flp. 1:3-11)

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Adven II ini diambil dari Flp 1:3-11. Firman ini mengungkapkan perasaan syukur Rasul Paulus melihat jemaat yang pernah dibangunnya di Filipi. Jemaat itu sungguh bertumbuh dengan baik (lih. Kis. 16). Di samping bertumbuh secara kuantitas, jemaat Filipi juga bertumbuh secara kualitas dalam bentuk pertumbuhan iman dan terutama dalam buah-buah yakni pelayanan ke luar.

 

 

 

Pertumbuhan ini disebut Rasul Paulus buah kebenaran.

 

 

 

Dalam teori pertumbuhan gereja, di samping pertumbuhan kuantitas dan kualitas tersebut, perlu juga pertumbuhan organisasi dan kelembagaan. Pertumbuhan organisasi dan kelembagaan sering kali diabaikan gereja. Akibatnya bentuk dan susunan kelembagaan gereja menjadi mandeg serta kurang merefleksikan tri tugas dan tanggung jawab gereja, yakni koinonia, diakonia dan marturia. Akhirnya terjadilah penurunan kuantitas dan kualitas.

 

 

 

Rasul Paulus melihat jemaat Filipi di dalam kebersamaan, terus menyatakan dukungan terhadap dirinya dan pekerjaan penginjilannya. Maka Rasul Paulus bersyukur. Di dalam rasa syukurnya, Rasul Paulus memanjatkan doa yang mengharapkan agar karya dan persekutuan  jemaat Filipi semakin lebih baik.

 

 

 

Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dibawa keluar dari kegelapan menuju terang. Dalam suratnya kepada Jemaat Efesus, Rasul Paulus menekankan bahwa terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran (Ef. 5:9). Rasul Paulus yakin sepenuhnya, “Allah yang memulai pekerjaan yang baik akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (ayat 6). Dalam suratnya yang lain, dinyatakannya, “Ia yang menyediakan benih bagi penabur, ...Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kita dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaran” (2Kor. 9:10).

 

 

 

Nas Minggu Adven II ini mengingatkan tanggungjawab kita sebagai warga gereja. Kita telah dibawa keluar ke dalam terang melalui penginjil-penginjil-Nya.

 

 

 

Kita menerima keselamatan dari Yesus Kristus melalui langkah hebat pengorbanan para penginjil dari luar Indonesia. Para penginjil itu bekerja tanpa lelah hingga berita keselamatan itu tersebar ke berbagai puak-puak di pedalaman tanah air kita. Semangat penginjilan di awal berdirinya gereja di beberapa wilayah kita begitu tinggi. Semangat itu berbuah hingga ke tempat-tempat yang jauh dari daerah-daerah awal masuknya penginjilan.

 

 

 

Namun apa yang kita saksikan kini? Di banyak tempat semangat itu memudar dan bahkan ada yang sirna. Terang itu telah tersembunyi dan tidak bercahaya lagi bagi banyak orang (Mat. 5:15).

 

 

 

Di dalam Firman Minggu Adven II ini Rasul Paulus berdoa sekaligus mengingatkan kita pentingnya berhikmat, yakni pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga dapat memilih apa yang baik (ayat 9b-10). Jemaat seharusnya tidak hanya menerima berkat dan pelayanan, tetapi juga terlibat dalam pelayanan dan menjadi berkat bagi sesama. Pelayanan dan dukungan terhadap penginjilan ke luar gereja perlu dilakukan dan tidak boleh hilang terabaikan. Kita diminta untuk memberi. Tapi tidak sekedar memberi, melainkan dengan berhikmat. Dengan ikut mendukung dan terlibat dalam pelayanan penginjilan. maka kebenaran yang kita terima pun teruji dan terbukti

 

 

 

Janganlah gereja-gereja sampai terlena dalam kemalasan. Jangan juga terlena dalam keserakahan yang berfokus semata-mata pada diri sendiri. Kehidupan tampak sering menuntut berlebih. Orang berhikmat memahami apa artinya cukup dan bersedia memberi bagi orang lain. Perasaan syukur dan kasih, khususnya bagi sesama, bukan sekedar pengetahuan tetapi juga tindakan dan perbuatan nyata (1Yoh. 3:18).

 

 

 

Memuliakan dan memuji Allah dalam nas ini menekankan pada berbuah kebenaran. Rasul Paulus mengingatkan kita tentang tujuan yang sangat penting, yakni agar kelak jangan sampai kita bercacat di hadapan Kristus Yesus. "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa" (Yak. 4:17).

 

 

 

Jadi, tetaplah bersyukur dan berkarya dalam penginjilan ke luar gereja.

 

 

 

 

Selamat selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Kabar dari Bukit, Minggu 8 Desember 2024

Kabar dari Bukit

 

 DOA UNTUK ANAK DAN PEMIMPIN (Mzm. 72:1-7, 18-19)

 

 ”Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja!” (Mzm. 72:1)

 

Setiap orangtua pastilah ingin memberikan warisan atau legasi yang sangat indah kepada anak-anaknya, tidak hanya dalam bentuk harta benda atau kekuasaan - yang kadang kala malah lebih sering menjerumuskan. Para manusia terkaya di jagad seperti Waren Buffet, Bill Gates dan beberapa lainnya, hanya memberikan secukupnya bagi anak-anak mereka, sebaliknya memberikan sebagian besar kekayaannya bagi kegiatan amal (filantropi). Namun selain nilai-nilai hidup yang diwariskan, sangatlah bijaksana juga membawa mereka di dalam doa.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu Adven II ini adalah Mzm. 72:1-7, 18-19. Ini di satu sisi merupakan doa Raja Daud di masa tuanya, bagi putranya Salomo yang menggantikannya; sebelumnya di Mzm. 71, Daud berdoa bagi dirinya sendiri. Terbukti, Salomo menjadi raja yang berhasil dan bijaksana khususnya di awal periode. Namun di sisi lain, nas minggu ini juga merupakan nubuatan dan pengharapan akan kelahiran seorang Mesias Putra Daud. Terbukti, Allah mendudukkan seorang keturunan Daud bertakhta yaitu Kristus Yesus (Mat. 1:1; Kis. 2:30).

 

 

 

Raja Daud sangat paham bahwa kekuasaan dan harta tidak akan langgeng; ada banyak godaan dan tantangan, serta hidup manusia tidak juga berakhir di dunia ini. Manusia akan sirna ditelan waktu, namun semasa hidup mereka, biarlah anak-anak juga menjalaninya dengan baik dan menjadi berkat. Daud sangat percaya, hidup seseorang tidak hanya dikendalikan olehnya. Campur tangan Tuhan teruslah bekerja, khususnya bagi mereka yang beriman dan mengandalkan-Nya dalam setiap langkah hidupnya. Oleh karena itulah, Daud menaikkan doa agar Salomo dan Putra Raja kelak, mampu memberikan yang terbaik bagi semua bangsa.

 

 

 

Ada tiga pokok doa Daud. Pertama, kiranya Salomo dan Putra Raja diberi hikmat dan kebijaksanaan untuk menjalankan hukum Tuhan. Daud ingin keturunannya bertindak adil khususnya bagi mereka yang lemah dan tertindas (ay. 1-2). Oleh karena itu, Tuhan Yesus pada pesan pertama-Nya, selain menyerukan agar orang-orang "bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat" (Mat. 4:7), Ia juga mengatakan telah menggenapkan nas Nabi Yesaya dengan diutus menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi orang buta, membebaskan orang tertindas, dan memberitakan tahun Rahmat Tuhan telah datang (Luk. 4:18-21; Yes. 61:1-2).

 

 

 

Bagian kedua doa Raja Daud, agar keturunannya dapat membawa kedamaian dan kemakmuran bagi negeri. “Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera..., bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas..., menolong orang-orang miskin, tetapi meremukkan pemeras-pemeras!... Mereka seperti hujan yang turun ke atas padang rumput, seperti dirus hujan yang menggenangi bumi!" (ay. 3-4, 6).

 

 

 

Sebagai ayah bagi putra dan keturunannya,

 

bagian ketiga doa Daud memohon, “Kiranya lanjut umurnya selama ada matahari, dan selama ada bulan, turun-temurun! Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan!" (ay. 5, 7). Terbukti, Yesus Kristus anak Daud, Kerajaan-Nya di bumi tetap kekal, meski masih ada misi yang belum tuntas terwujud, dan dipercayakan kepada kita.

 

 

 

Penutup nas minggu ini merupakan pujian kepada Allah yang melakukan perbuatan ajaib (ay. 18). Maka kita pun, dalam menantikan Yesus kembali, dan menyongsong peringatan kelahiran Sang Putra, serta kita juga baru memperoleh Presiden baru dan para pemimpin seperti Gubernur, Bupati dan Walikota, mari bersyukur dan berdoa bagi anak-anak kita dan para pemimpin, agar Tuhan Yesus memakai hidup mereka dan nama-Nya mulia selama-lamanya (ay. 19).

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu 8 Desember 2024 - Minggu Adven II

Khotbah (2) Minggu 8 Desember 2024 – Minggu Adven II

 

 PEMURNIAN DIRI (Mal. 3:1-4)

 

 “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu” (Mal. 3:2)

 

 

 

Hari ini kita masuk ke Minggu Adven II. Lazimnya, tema renungan masih bersifat kontemplasi, sebelum masuk ke Minggu III dengan tema pengharapan dan sukacita Natal. Oleh karena itu, ada anjuran bahwa perayaan Natal sebaiknya dilaksanakan setelah Adven II dilewati. Dan firman Tuhan bagi kita hari ini sesuai leksionari adalah Mal 3:1-4. Judul perikopnya: TUHAN datang untuk menghukum. Ngeri juga ya....

 

 

 

Nabi Maleakhi menyoroti perilaku umat Israel yang semakin buruk di masa itu, pasca pembuangan. Penderitaan dan kemiskinan yang mereka alami, membuat iman dan kerohanian umat menurun. Janji Allah diragukan, apatis bahkan sinis, sebagaimana umat bertanya: “Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?” Dengan cara kamu menyangka: “Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan – atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?” (Mal. 2:17).

 

 

 

Nabi Maleakhi menegur sebab banyak yang tidak setia, banyaknya perkawinan campur dengan bangsa asing, tidak setia memberi persembahan persepuluhan - bahkan persembahan lain yang diberikan adalah yang berkualitas buruk. Para imam juga tidak taat dan memiliki pola hidup yang tidak dapat menjadi teladan. Nabi Maleakhi kemudian mengingatkan tentang Hari Tuhan yang dapat menjadi mengerikan. “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri?” (ay. 2a; band. Za. 13:9).

 

 

 

Pada HARI TUHAN, proses penghakiman akan berjalan dan mereka yang masih layak diselamatkan, perlu dimurnikan sebelum masuk ke dalam kekekalan. Sebab, tidak ada tempat bagi dosa dan kenajisan di dalam sorga. “Ia (Tuhan) akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN” (ay. 3; band. Yoel 1:15; Am. 5:18).

 

 

 

Hari itu pasti akan datang kepada kita. Hari Tuhan dalam pengertian "kiamat besar", yakni kedatangan Kristus kedua kalinya (K4). Orang boleh-boleh saja berpikir itu masih lama, tidak perlu dikhawatirkan, belum ada tanda-tanda zaman. Pandemi Covid-19, misalnya, bukanlah gambaran tanda akhir zaman di Alkitab. Tetapi hari Tuhan dalam pengertian "kiamat kecil", bisa datang setiap saat. Ini terjadi tatkala kita mendadak dipanggil Tuhan, berangkat dari dunia yang fana ini; oleh karena sakit, kecelakaan, atau kejadian tertentu. Oleh karena itu Alkitab berkata, berjaga-jagalah (Mat. 24:42; 1Pet. 5:8).

 

 

 

Nas minggu ini meminta kita untuk berubah, terus bersiap, memurnikan diri. Sebelum kita ikut merayakan Natal, mari kita menjadi lebih baik, lebih murni. Bila masih di jalan yang tidak disukai Tuhan, bertobatlah. Berubahlah oleh pembaharuan budimu (Rm. 12.2). Melakukan perubahan itu tidak rumit, misalnya:

 

 

 

- lebih ramah dan sopan berbicara

 

- lebih perbanyak berbuat kebaikan

 

- lebih sering berterima kasih

 

- lebih sering berkata maaf meski merasa tidak salah

 

- lebih banyak memberi

 

- lebih rendah hati

 

- lebih sayang keluarga

 

- lebih rajin bersekutu

 

- lebih rajin baca firman

 

- lebih rajin menyanyikan lagu rohani

 

- dan lainnya seturut firman Tuhan.

 

 

 

Siap? Sanggup? Jika kita katakan siap dan bisa, maka akan bisa. Tetapi jika kita katakan belum bisa, nantilah..., maka perubahan itu memang tidak pernah terjadi. Tentu Tuhan sendiri kelak yang memutuskannya, dimurnikan atau dibuang dan membakarnya (Mat. 7:19: Yoh. 15:6).

 

 

 

Selamat selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 610 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8552858
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
64206
41991
64206
8223859
704143
883577
8552858

IP Anda: 162.158.189.190
2024-12-15 19:43

Login Form