2024
2024
Kabar dari Bukit Minggu 27 Oktober 2024
Kabar dari Bukit
MEMPERBANDINGKAN YESUS (Ibr. 7:23-28)
”Sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban” (Ibr. 7:27b)
Ada perkiraan 3,5 miliar orang percaya dan mengikut Tuhan Yesus. Tapi ada juga yang membenci bahkan membunuh-Nya di kayu salib; bahkan sampai sekarang ingin membunuh para hamba-hamba-Nya. Mereka ini tentunya percaya kepada tuhan dan nabi, guru, atau pemimpin lain. Tapi bagi kita dengan pertimbangan yang menyeluruh - akal pikiran, hati dan iman, kita tetap percaya dan setia mengikuti-Nya.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Ibr. 7:23-28. Perikop ini memperbandingkan Melkisedek sebagai imam besar dengan Yesus, setelah sebelumnya dengan imam Harun (ay. 1-22). Nas minggu ini berkesimpulan bahwa Yesus adalah Imam Besar yang sempurna, agung dan selama-lamanya (ay. 24-25, 28). Posisi Imam Besar memang sangat penting dan sentral dalam agama Yahudi.
Memperbandingkan pemimpin (agama) tidak ada salahnya. Oleh karena itu kita coba memperbandingkan Yesus Kristus sebagai "pendiri/pembawa" agama Kristen dengan para pendiri/pembawa agama-agama lain. Ini langkah praktis dan ada manfaatnya. Dari sana kita akan dapat melihat hal yang membuat kita semakin teguh percaya dan mengikuti Yesus. Jadi kita fokus pada Dia, tidak perlu dituliskan di sini tentang agama, tuhan dan nabi/guru lain, silahkan dicari dari buku/media yang mudah didapatkan.
Yesus diperkirakan lahir tahun 4M. Ada puluhan nubuat dalam kitab PL tentang kelahiran-Nya, dan banyak percakapan dengan malaikat. Ada ratusan juga nubuatan tentang peran dan kemesiasan-Nya. Ia lahir dari benih Roh Kudus, sebagaimana juga diakui oleh agama lain.
Ia hidup sebagai keluarga miskin, yatim diasuh oleh ibu; tidak menikah, mengajarkan satu istri, hanya boleh cerai mati. Pekerjaan sebelum melayani adalah tukang kayu. Pendidikan-Nya dibekali oleh keluarga, dan juga ajaran/tradisi Yahudi oleh para guru di Sinagoga. Memulai pelayanan di usia sekitar 30 tahun, hanya berlangsung singkat 3,5 tahun. Ia memilih 12 murid utama dan memberi pengajaran baru kepada umat yang berbondong ingin mendengarnya, dari satu tempat ke tempat lain; kadang di kelas (Sinagoga), dan lebih sering di tempat terbuka kepada para murid/pengikut.
Khotbah-Nya di bukit pada kitab Matius pasal 5-7, dianggap pengajaran dan pandangan hidup yang luar biasa. Ia selalu mengajarkan kasih dan damai, menentang kekerasan; bahkan mengajarkan agar mengasihi musuh bahkan mendoakan mereka dan yang menganiaya kita (Mat. 5:44). Tidak boleh balas dendam, sebab itu hak Allah (Rm. 12:19).
Semasa pelayanan-Nya Yesus telah melakukan sedikitnya 35 mukjizat termasuk membangkitkan orang mati. Ia sendiri juga bangkit dari kubur, hidup kembali dalam tubuh daging dan tubuh kemuliaan selama 40 hari, naik ke sorga dari tempat Ia datang. Ia tidak suka popularitas, sering menghindari pujian. Yesus tetap mengajarkan Monoteisme yang kemudian diterjemahkan sebagai Allah dalam tiga wujud satu hakekat.
Ia mati disalib pada usia 33 tahun. Cara mati-Nya mengenaskan dengan disiksa, dihina dan disalibkan, meski tidak bersalah (ay. 26). Tidak ada nabi, guru, pemimpin agama lain seperti itu. Yesus mati berkorban demi orang lain (ay. 27).
Ia berpesan agar pengajaran-Nya disebarluaskan. Intinya, lakukanlah pertobatan, jauhi dosa, keselamatan adalah anugerah, taat pada firman dengan berbuah perbuatan baik. Sederhananya, yang utama adalah iman, pengharapan dan kasih, tetapi yang paling besar adalah kasih. Maka oleh karena itu, kita sudah sangat benar percaya kepada Yesus sebagai Imam Besar, Pengantara, Anak Allah, Tuhan dan Juruselamat kita. Selamat..., berbahagialah, dan terpujilah Yesus.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu 27 Oktober 2024 - Minggu XXIII Setelah Pentakosta
Khotbah Minggu 27 Oktober 2024 - Minggu XXIII Setelah Pentakosta
MENUAI DENGAN SORAK-SORAI (Mzm. 126:1-6)
TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! (Mzm. 126:3-4)
Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita adalah Mzm. 126; singkat hanya enam ayat. Mazmur ini berbicara tentang pengharapan, pengalaman umat Israel dalam pemulihan Sion yang pasang surut (ayat 1). Hal ini sesuai prinsip bacaan di Minggu Adven, yakni dua minggu pertama tentang mengenang semua dosa dan penderitaan, dan minggu ini serta minggu depan tentang pengharapan dan kemenangan.
Di dalam kehidupan, selalu ada pergumulan dan penderitaan. Skalanya bisa kecil atau besar, dan cara melihat skala tergantung kepada kemampuan dan iman seseorang. Persoalan besar bagi yang lain, bisa dianggap kecil bagi orang lain. Bahkan, bagusnya sebuah tantangan dan kesulitan, dilihat bukan sebagai persoalan, tetapi sebuah jalan berliku untuk menuju kemenangan.
Betul, adakala oleh karena beratnya, persoalan dihadapi dengan tangisan. Tetapi, ada yang menghadapi persoalan berat dengan wajah tanpa ekspresi, bahkan mungkin dengan senyum tipis. Hal itu menandakan kemampuan dan kematangannya dalam menjalani hidup. Baginya, jatuh bangun adalah gelombang kehidupan yang biasa, terlebih karena imannya kuat. Berbahagialah mereka yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya (Yer. 17:7).
Mazmur 126 adalah sebuah pengajaran, bahwa ketika di saat sukses kita wajar tertawa dan lidah bersorak-sorai (ayat 2). Acapkali dengan bangga kita mengatakan, Tuhan itu baik seperti renungan minggu lalu: “Dia telah melakukan perkara besar…." (ayat 3). Kita bersukacita, okelah. Namun, tetaplah dalam hikmat; tidak berlebihan, apalagi bersikap jemawa , merasa hebat. Keadaan dapat berubah, hidup adalah ketidakpastian; mosaik penuh warna-warni. Inilah pengajaran pertama mazmur ini bagi kita.
Pengajaran kedua, ketika datang kesusahan dan penderitaan, terlebih karena dosa, tetap berharap dan berseru kepada Tuhan. Ia adalah Allah yang hebat dan dahsyat; tidak hanya menguasai manusia, tetapi juga alam semesta. Dalam mazmur ini disebut, “memulihkan batang air kering di Tanah Negeb” (ayat 4). Batang air Negeb di Israel selalu kering. Namun ketika hujan tiba, maka ia akan menjadi sumber kemakmuran bagi sekelilingnya.
Saat kita menyerahkan persoalan kepada Allah, jangan lagi ada rasa takut dan kuatir. Ada penyakit orang percaya, setelah berdoa panjang-panjang, kemudian kembali kuatir. Padahal kuatirnya tidak menambah solusi, apalagi jika tidak berbuat apa-apa (Mat. 6:27). Perasaan cemas terus menguasai, tanpa pikiran sehat dan iman, meski sudah berdoa dan berserah.
Pelajaran ketiga dari mazmur ini adalah berserah dan tetap dalam iman, meski tidak harus diam menunggu. Allah turut bekerja dan itu mendatangkan kebaikan (ayat 1; Rm. 8:28).
Pengajaran keempat, mari kita lihat petani, yang bekerja keras mengolah tanah dan menabur, dan bila saatnya tiba pasti menuai. “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya” (ayat 5-6). Begitulah hidup, begitulah iman bekerja, dan selalu demikian. Teruslah menabur, siarkan terang kebaikan dan berkat, bahkan berkorban hingga ada rasa sakit, dan percayalah saatnya akan tiba, kita akan menuai dengan sorak sorai.
Selamat beribadah dan selamat malayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit Minggu 20 Oktober 2024
Kabar dari Bukit
PENGORBANAN YANG MULIA (Ibr. 5:1-10)
”Dan tidak seorangpun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah” (Ibr. 5:4a)
Sejak era kuno, manusia memiliki rasa ingin tahu. Kemudian muncul permasalahan yang tidak dapat dicerna akal pikiran mereka, timbullah rasa takut. Mengatasinya, manusia mencari kekuatan yang lebih tinggi untuk menolongnya, mulai dari benda atau peristiwa alam, benda sekitar, roh orang mati, dan lainnya. Untuk menyenangkan hati kekuatan yang tinggi tersebut, diberilah persembahan. Biasanya ada pemimpin atau imam sebagai pengantara.
Manusia juga sadar, setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya; ada harga dan imbalannya. Apa yang ditabur, itu juga akan dituainya (Gal. 6:7). Imbalan atau harga yang dibayar untuk menebus atau ganti rugi, umumnya bersifat pengorbanan: bisa berupa materi, atau permohonan maaf. Namun pengalaman menunjukkan, mohon maaf sebatas kata-kata, sering tidak menyembuhkan luka atau rasa sakit yang diderita oleh yang menerimanya.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Ibr. 5:1-10. Ini kelanjutan pasal 4 tentang Yesus Kristus sebagai Pengantara dan Imam Besar kekal. Petunjuk Tuhan dan tradisi PL menetapkan, kaum Lewi dan imam sebagai pengurus Bait Suci. Imam besar dipilih umat sebagai pimpinan tertinggi. Harun saudaranya Musa adalah imam besar pertama, kemudian ada Kayafas di era PB. Setahun sekali pada hari raya penebusan (Yom Kippur), Imam Besar yang boleh masuk ke ruang maha suci, mempersembahkan korban tebusan tahunan umat Israel dengan Allah.
Allah Bapa telah memilih dan menetapkan Yesus Kristus sebagai Imam Besar baru. PB menetapkan, “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (Ibr. 10:4). Dan ini proses yang panjang. Ada pencobaan oleh iblis (Mat. 4:1-11); diuji tatkala diri-Nya akan disalibkan, Ia berdoa dengan ratap tangis dan keluhan kepada Allah Bapa (ay. 7), agar cawan derita itu berlalu (Mat. 26:39a, 27:46).
Yesus lulus, meski darah-Nya tercurah, Ia setia mengikuti kehendak Bapa (Mat. 26:39b). Allah pun meneguhkannya, "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini, .... Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya" (ay. 5-6; Mzm. 2:7, 110:4).
Melalui nas hari ini kita diajar bahwa ketaatan adalah kunci. "Sekalipun Yesus adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya" (ay. 8). Melalui ujian dan penderitaan yang dilewati-Nya, keimaman Yesus menjadi sempurna: "dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya" (ay. 9-10).
Dengan Yesus menjadi Pengantara, kita diminta berani mendekat menghadap takhta Allah Bapa (Ibr. 4:16). Kesempurnaan Yesus menjadi bukti, model dan teladan agar kita menjadi serupa dengan Dia, dan terus memperlihatkan kesalehan (ay. 7b). Kita akan dimampukan, sepanjang ada keinginan taat. Tentu, kita tidak bisa sempurna, sama seperti imam besar Harun tidak sempurna yang pernah menduakan Allah (Kel. 32:1-30). Tapi Allah melihat hati (1Sam. 16:7; Yer. 17:10), memberi jalan menuju sempurna melalui pengakuan dosa dan pembasuhan oleh darah-Nya.
Pesan terakhir, agar kita tidak memanfaatkan situasi. Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri, tetap rendah hati. Kuncinya di besarnya pengorbanan, sebab tidak ada yang lebih mulia dari pengorbanan yang diberikan. Oleh karenanya, dalam persoalan dan tantangan hidup yang berat pun, tetaplah percaya, Tuhan Yesus di sorga berdoa sebagai Pembela kita (Ibr. 9:24; Rm. 8:34; 1Yoh. 2:1). Haleluya.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu 27 Oktober 2024 - Minggu XXIII Setelah Pentakosta
Khotbah (2) Minggu 27 Oktober 2024 - Minggu XXIII Setelah Pentakosta
IMAN PENYELAMAT (Mrk. 10:46-52)
Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya (Mrk. 10:52).
Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 10:46-52, berkisah tentang seorang pengemis buta bernama Bartimeus duduk di pinggir jalan saat Yesus dan murid-murid-Nya melewati Yerikho. Orang banyak ikut berbondong-bondong, dan itu menarik perhatian Bartimeus. Ketika ia tahu bahwa Yesus orang Nazaret ada di tengah kerumunan, ia pun mulai memanggil, berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Merasa ribut bangat, banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun, ia semakin keras berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" (ayat 47-48).
Pengharapan dan pergumulan adalah dua sisi wajah kehidupan. Tiap orang memiliki pengharapan, seperti juga adanya pergumulan. Kadang keduanya memilki relasi kuat, meski tidak mutlak. Semakin tinggi dan jauh pengharapan, menggapai hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut dipikirkan, itu membuatnya semakin tidak menjadi beban pergumulan (band. Rm. 12:3). Tetapi semakin besar pergumulan, kadang bisa membuat pengharapan semakin menciut. Itu terjadi karena adanya keterbatasan, bisa dari keadaan, fisik, finansial, atau akal pikiran.
Bartimeus memperlihatkan sikap yang berbeda. Meski buta, miskin, dalam pergumulan, ia tidak pernah putus asa. Pengharapan selalu ada di hatinya. Ia telah mendengar tentang Yesus dengan mukjizat-Nya. Maka ia pun berharap dapat bertemu. Imannya kuat melampaui akal pikiran manusia. Mata hatinya lebih kuat dari orang yang sehat melek namun tidak melihat kasih, kebaikan dan kebesaran Tuhan dalam hidupnya. Keterbatasannya juga tidak membuatnya bermalas-malas.
Ketika ia mendengar Tuhan Yesus berada di dekatnya, ia menggunakan kesempatannya, memanggil-Nya Anak Daud. Meski panggilan pengharapan mesianik, Yesus tidak persoalkan, dan bertanya kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab Bartimeus: Rabuni, supaya aku dapat melihat! (ayat 51). Terbersit sikap hormat dan iman percaya; Rabuni berasal dari kata Rabbi, Guru.
Yesus melihat larinya Bartimeus yang menanggalkan jubahnya yang berharga, mendengar jeritan hati Bartimeus, dan melihat imannya yang kuat. “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” kata Yesus (ayat 52). Bartimeus dapat melihat.
Kita diajar melalui nas ini: apapun pengharapan dan pergumulanmu, berserulah kepada-Nya. Tidak peduli sebesar apa masalah dan beban, yang utama: iman dan pengharapan. Kunci pembuka. Teguh dan kuat. Itulah yang perlu untuk menerima berkat mukjizat (Ibr. 11:1). Iman pemenang mengalahkan segala hambatan dan ketakutan. Yesus melihat itu, dan kita pun akan mendengar jawaban-Nya: "imanmu telah menyelamatkan engkau”. Pengharapan terwujud, pergumulan terlewati. Tetaplah mengikut Dia.
Selamat beribadah dan selamat malayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu 20 Oktober 2024 - Minggu XXII Setelah Pentakosta
Khotbah Minggu 20 Oktober 2024 - Minggu XXII Setelah Pentakosta
SALIB DAN KEMULIAAN (Mrk. 10:35-45)
".... dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (Mrk. 10:44).
Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 10:35-45, berbicara tentang hamba (dan anak-anak Tuhan) yang melayani; menjadi pemimpin yang bukan memerintah, apalagi dengan tangan besi dan kuasa yang keras. Sebelumnya, di ayat 32-34 Tuhan Yesus menjelaskan kepada murid-murid-Nya yang sudah cemas dan ketakutan, saat mereka menuju Yerusalem dan kata-Nya: "Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati" (ayat 33a).
Ditengah rasa cemas itu, malah Yakobus dan Yohanes meminta keistemewaan buat mereka, yakni duduk dalam kemuliaan kelak, saat kerajaan-Nya berdiri: seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya (ayat 37). Mereka salah, berpikir kerajaan Yesus mesianik di dunia. Permintaan yang juga manusiawi, sebab orang cenderung dan suka mencari kehormatan dan kemuliaan di dunia. Apalagi, mereka mungkin sudah " merasa berjasa" mengikut Yesus, menjadi murid yang dikasihi. Tetapi jawaban Yesus membalikkan logika dan menjadi paradigma Kristiani: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (ayat 43-44). Haleluya.
Yesus menjelaskan, untuk mendapatkan kemuliaan, para murid harus berani menderita, meminum cawan yang harus Dia minum, dan dibaptis dengan baptisan yang harus Dia terima (ayat 38). Meminum cawan berarti melewati penderitaan jalan salib sebagai terhukum, dihina, diludahi dan disiksa. Dibaptis berarti berubah menjadi manusia baru, menjalani hidup yang sepenuhnya berserah kepada Allah Bapa.
Mendapatkan keistimewaan perlu meneladani hidup yang dijalani Yesus, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (ayat 45). Yesus memberi teladan, tugas misi-Nya diselesaikan dengan baik dahulu, dan Ia tidak pernah berpikir mendapatkan kemuliaan itu nantinya.
Ia pun berujar: "tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan" (ayat 40). Maka kita pun yang sudah berpikir berhak atas sorga, perlu introspeksi: seberapa besar cawan yang kita minum, seberapa besar dan dalam kita menyerahkan hidup kepada-Nya? Nyanyian Kidung Baru (NKB) 199 berkata: "Berapa yang terhilang telah ‘ku cari; dan ‘ku lepaskan yang terbelenggu? Sudahkah yang terbaik ‘ku berikan, kepada Yesus Tuhanku?"
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III KAPAK...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III PEMULIHAN...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 8 Desember 2024Kabar dari Bukit DOA UNTUK ANAK DAN PEMIMPIN (Mzm. 72:1-7,...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 656 guests and no members online