Sunday, December 15, 2024

2022

Khotbah Minggu 19 Juni 2022

 

Khotbah Minggu Kedua Setelah Pentakosta 2022

 

MENGALAHKAN SETAN LEGION (Luk. 8:26-39)

 

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari:1Raj. 19:1-4, (5-7), 8-15a; Mzm. 22:19-28; Gal. 3:23-29

 

 

 

Pendahuluan

 

Pada minggu V setelah Pentakosta ini kita diberikan bacaan tentang pemahaman akan setan yang dalam nats ini disebut dengan Legion. Kisah ini juga dituliskan dalam Mat 8:28-34 dengan versi sedikit berbeda, yakni adanya dua orang yang dirasuki setan. Kita sangat penting mengetahui siapa itu setan sekaligus iblis sebab mereka adalah musuh utama orang percaya. Meskipun mereka tidak terlihat kasat mata, mereka memiliki kepribadian dan kuasa yang dapat mengalahkan kita manusia. Dalam nats ini, diceritakan mereka menguasai atau merasuki seorang laki-laki dan memberi dampak buruk bagi orang itu. Dari nats tersebut kita memperoleh pemahaman dan pengajaran sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: setan dan Legion itu roh jahat (ayat 26-30)

 

Setan atau setan-setan dalam kamus Alkitab yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) didefinisikan sebagai kuasa jahat yang dapat merasuki orang sehingga orang itu menjadi sakit. Setan-setan adalah makhluk roh. Sementara roh-roh jahat adalah kuasa yang menguasai, memasuki, dan mempengaruhi seseorang sehingga ia melakukan dosa atau sakit. Sementara iblis (kadang disebut dengan Beelzebul)  adalah kepala setan-setan adalah si (kuasa) jahat yang melawan Allah serta rencana keselamatan-Nya.

 

 

 

Dalam nats ini setan memperkenalkan diri sebagai Legion yang berasal dari pengertian ribuan pasukan (Romawi). Memang pada dasarnya setan-setan itu merupakan laskar malaikat yang jatuh dan tidak taat pada Allah, dengan maksud dapat menguasai manusia agar tunduk kepadanya. Setan-setan bergabung dengan iblis untuk menipu dan meyesatkan manusia. Setan-setan adalah makhluk roh yang memiliki akal dan kepribadian. Mereka memiliki kuasa yang kuat untuk menghancurkan manusia. Dalam bacaan nats ini digambarkan bagaimana orang itu telah diikat dengan rantai dan dibelenggu, namaun mereka mampu melepaskannya. Sebagai bagian dari kerajaan Iblis dan musuh Allah dan manusia, mereka itu sangat jahat dan kejam (Mat 12:43-45).

 

 

 

Alkitab banyak memperlihatkan manusia yang menderita karena pengaruh Iblis. Ada berbagai wujud dan ekspresi orang yang dibelenggu setan, demikian juga atas hewan-hewan. Kita bisa melihat hal itu pada acara-acara alam gaib di televisi atau acara-acara adat tradisional yang masih dipenuhi sinkritisme. Tetapi umumnya setan-setan tinggal di dalam tubuh orang yang tidak percaya (band. Mrk 5:15; Kis 16:18). Mereka kadang berbicara dengan suara orang lain, bertindak laku aneh-aneh dan ada yang sakit tanpa kejelasan medis, seperti dikisahkan dalam nats minggu ini (band. Mat 9:32-33; 12:22; Mrk 9:20-22; Luk 13:11). Semua itu terjadi  sebab ada setan atau roh jahat yang tinggal di dalam diri mereka, meski tidak semua penyakit datang dari roh jahat (Mat 4:24; Luk 5:12-13). Oleh karena itu, penting bagi kita menyadari bahwa kita tidak berperang melawan darah dan daging, tetapi melawan roh dan kuasa kejahatan (Ef 6:12).

 

 

 

Kedua: mengalahkan dan membelenggu setan (ayat 31-34)

 

Beberapa contoh dalam Alkitab memberitahu kita bagaimana setan menggoda manusia, tetapi kita tidak tahu bagaimana persisnya seseorang itu bisa kerasukan setan. Kerasukan setan berarti roh manusia itu total dikuasai terus menerus oleh setan yang memang rohnya lebih kuat. Terus menerus berarti roh seseorang itu tidak lagi berfungsi sama sekali. Setan dan iblis juga sangat tahu bahwa dengan mereka diam merasuki di dalam kepribadian seseorang, maka itu cara yang efektip untuk memperluas kuasanya. Dengan jalan itu setan-setan dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan orang tersebut agar tidak menuruti pimpinan Roh Kudus (2Kor 11:3,14). 

 

 

 

Iblis sebagai penghulu para setan ingin menguasai pikiran dan tindakan manusia memiliki organisasi yang besar dan efektip dalam tujuannya untuk menghancurkan rencana Allah (Yoh 7:7; 15:18; Yak 4:4). Mereka telah bekerja sejak awal manusia pertama Adam yang jatuh ke dalam dosa. Sebagaimana disebutkan, dalam alam semesta ini hanya ada tiga roh, yakni roh manusia, roh jahat (iblis dan setan), dan Roh Kudus. Roh manusia memiliki kelemahan sebab manusia memiliki daging dan egoisme berkehendak. Meski roh manusia itu kuat, tetapi daging itu lemah dan itu yang menjadi sasaran iblis. Oleh karena itu dapat disebutkan roh jahat (iblis dan setan) itu lebih kuat, sebab mereka tidak memiliki daging. Satu-satunya cara untuk mengalahkan roh jahat hanyalah meminta pertolongan Roh Kudus, sebab Roh Kudus yang Mahakuasa, meski ada cara-cara yang diusahakan manusia dengan menghilangkan keinginan daging dan kehendak melalui tapa atau sejenisnya.

 

 

 

Allah tidak menghendaki manusia kalah oleh roh jahat itu. Yesus datang untuk menyelamatkan kita agar tidak dikuasai oleh roh-roh jahat dan kedagingan. Kita harus memilih tunduk pada setan, iblis, kedagingan atau tunduk pada Allah. Pada saat kita sadar dan berjuang melawan pengaruh roh jahat itu bersama dengan Roh Kudus, maka setan akan lari dari kita (Yak 4:7). Ketika kita lemah maka kita kalah dan dikuasainya. Saat sadar, kita dapat memohon kepada Roh Kudus agar kita menjadi menang kembali. Tetapi ketika kita terus menerus lemah dalam iman dan pikiran sadar, maka setan dan iblis dapat merasuki hingga kemudian kita tampak seperti orang tidak waras atau sakit yang berkepanjangan dengan tidak jelas medisnya.

 

 

 

Maka satu-satunya cara mengalahkan setan dan iblis hanyalah dengan memiliki hubungan yang erat dengan Roh Kudus. Orang yang imannya kuat akan didiami oleh Roh Kudus dan orang ini tidak akan mungkin kerasukan setan, sebab Roh Kudus dan setan-setan tidak dapat tinggal bersama-sama dalam diri seseorang (2Kor 6:15-16). Sebagaimana digambarkan dalam nats minggu ini, ketika setan atau Legion bertemu Allah maka mereka selalu ketakutan dan memohon agar tidak langsung dikirim disiksa di neraka. Neraka adalah tempat siksaan yang telah dipersiapkan Tuhan Yesus bagi Iblis dan setan-setan (Mat 8:29;25:41; band. Why 20:10). Oleh karena itu, setan takut dan tunduk pada Tuhan Yesus dan Roh Kudus. Tetapi orang yang dirasuki setan tentu tidak mempunyai kemampuan lagi untuk memohon kepada Allah. Mereka telah hilang kesadarannya. Namun belas kasihan Yesus kepada orang yang dirasuk Legion tersebut membuat Ia memerintahkan setan itu keluar dari orang itu, dan memindahkan ke babi-babi yang sedang mencari makan di daerah itu. Sebagaimana kita ketahui, wilayah Gerasa ini banyak dihuni oleh orang bukan Yahudi karena itu banyak peternakan babi.

 

 

 

 

 

Ketiga: lebih berharga jiwa atau harta? (ayat 35-37)

 

Melihat kejadian itu, penduduk Gerasa lantas keluar melihat apa yang telah terjadi dan kemudian mereka sangat ketakutan. Bagaimana mungkin orang yang kerasukan itu telah sehat kembali dan mereka melihat babi-babi mereka akhirnya harus jatuh ke jurang karena setan telah merasuki hewan-hewan itu.  Di satu sisi mungkin mereka senang orang itu sembuh ditinggalkan setan-setan, duduk di kaki Yesus dan telah berpakaian, tetapi di sisi lain mereka kehilangan babi- babi mereka sehingga mengalami kerugian besar. Sikap mereka menjadi mendua.

 

 

 

Seringkali Alkitab menceritakan bahwa peristiwa atau kejadian atas seseorang adakalanya dimaksudkan juga untuk kepentingan menyadarkan orang lain. Contoh ini dapat kita lihat pada kisah anak yang lahir buta (Yoh 9:1-3). Dalam cerita di nats ini juga Yesus melakukan penyembuhan orang yang kerasukan tersebut sekaligus menguji iman para penduduk. Ternyata mereka tidak suka melihat Yesus karena dianggap tidak memperdulikan dan mengorbankan harta benda mereka. Sukacita akan kesembuhan dan gangguan dari orang yang kerasukan setan itu menjadi hilang, karena mereka lebih memikirkan harta benda mereka yang hilang. Hitung-hitungan ekonomi seperti itu jelas tidak berkenan bagi Tuhan.

 

 

 

Yesus memiliki belas kasihan dan tidak akan membiarkan orang dalam kondisi dirasuk setan. Bagi Tuhan Yesus satu jiwa lebih berharga dari pada harta benda. Kiasan ini diungkapkan dalam mencari domba yang hilang dan meninggalkan 99 domba lainnya. Setan sangat pintar membuat berhala baru bagi mereka yang tidak percaya. Kuasa berhala itu dapat berupa kuasa akan harta benda dan lebih mengutamakan dan menyembahnya. Inilah yang terjadi pada penduduk Gerasa itu, mereka ketakutan bahwa Yesus akan mengorbankan banyak hewan piaraan mereka, oleh karena itu mereka mereka meminta Dia pergi. Bagaimana dengan sikap kita? Apakah kita mengutamakan harta kita dan membuatnya menjadi berhala?

 

 

 

Keempat: menceritakan kekalahan setan (ayat 38-39)

 

Salah satu tujuan kedatangan Yesus ke dunia ini adalah untuk membuktikan bahwa Iblis dapat dikalahkan dan Ia siap menuntun yang percaya kepada-Nya untuk membebaskan mereka yang diperbudak oleh iblis (Mat 12:29 -30: Mrk 1:27; 3:20-30; Luk 4:18; 11:14-23). Dalam mukjizat yang diperlihatkan, Yesus seringkali langsung menyerang kuasa iblis dan setan-setan. Kadang istilah yang dipakai adalah mengikat dan mengusir mereka, agar tidak mengganggu dan menyusahkan manusia. Tuhan Yesus ingin memperlihatkan bahwa kerajaan dan kuasa Allah jauh lebih dahsyat dari pada kuasa yang dimiliki oleh iblis dan setan-setan. Dengan mengetahui hal tersebut, maka manusia tidak tunduk lagi pada kuasa iblis dan setan, melainkan mempercayai kuasa kerajaan Allah yang membawa kepada pemulihan dan sukacita.

 

 

 

Yesus menginginkan agar semakin banyak orang dibebaskan dari kuasa setan. Sebagaimana laki-laki tersebut, dari kebiasaan tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah melainkan di pekuburan, kini ia memiliki kesadaran dan tanggungjawab akan dirinya dan ingin mengikut Yesus. Tuhan Yesus telah mengubahnya secara total dan menjadikan ia manusia baru dan ingin berbuat sesuatu bagi Dia. Tetapi sebagai penduduk Gerasa, sebagai penduduk bukan Yahudi, Yesus pada saat itu tidak menyetujui agar ia mengikuti-Nya melainkan meminta ia pergi dan memberitakan peristiwa itu kepada orang lain (yang bukan Yahudi).

 

 

 

Yesus kadang kala tidak menginginkan perbuatan-Nya disebarkan untuk diketahui oleh orang lain, tetapi khusus dalam peristiwa ini, Yesus mengatakan secara khusus: "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." Maka kita dapat menarik pelajaran bahwa perbuatan kasih-Nya kadang kala tidak perlu diutarakan secara spesifik melainkan dalam buah tindakan kita saja, tetapi ada kalanya perbuatan kasih-Nya berupa mukjizat kita perlu menceritakan detailnya sebagaimana Ia perintahkan kepada orang tersebut. Semua orang yang telah menerima kasih dan anugerah-Nya, wajib menjadi saksi bagi-Nya agar semakin banyak orang yang dibebaskan dari kuasa si jahat. Sebagaimana orang itu dalam nats ini, ia pun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya. Demikianlah juga kita adanya.

 

 

 

Kesimpulan

 

Melalui nats bacaan kita minggu ini kita diberikan pelajaran akan kuasa Tuhan Yesus terhadap setan-setan yang ingin menghancurkan rencana Allah bagi manusia. Kita perlu waspada akan kuasa setan yang begitu kuat sementara kita manusia memiliki titik lemah yang membuat setan mudah memperdayakan kita. Apabila titik lemah itu mencapai nadirnya, maka kita akan dirasuki oleh setan si jahat itu. Tetapi dengan pertolongan Tuhan Yesus dan Roh Kudus,  kerajaan setan dan iblis dapat ditaklukkan. Bagi mereka yang sudah kehilangan kesadaran, apakah itu melalui kerasukan atau sakit, maka tugas kita untuk memohon agar kiranya Yesus mau mengasihinya dan membebaskan dia dari kuasa yang jahat, sebagaimana laki-laki yang digambarkan dalam kisah minggu ini. Marilah kita berbuat dan bersaksi atas perbuatan-Nya.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 12 Juni 2022

 

Kabar dari Bukit

 

 

HIKMAT ATAU KEMUNAFIKAN? (Ams. 8:1-31)

 

 

 

 

Syalom.... Hari ini Minggu Trinitas, minggu yang meneguhkan iman percaya kita tentang Allah dalam tiga wujud, Satu hakekat: Bapa, Anak dan Roh Kudus.  Ini satu seri rangkaian yakni Allah Bapa mengaruniakan Tuhan Yesus turun ke bumi di hari Natal; melayani, mati, dan bangkit serta naik ke sorga. Kemudian turunlah Roh Kudus yang kita rayakan minggu lalu.

 

 

Dan firman Tuhan bagi kita di minggu ini dari Ams. 8:1-31. Judul perikopnya: Wejangan hikmat. Renungan paralelnya menurut leksionari adalah Mzm. 8; Rm. 5:1-5 dan Yoh. 16:12-15. Dua nas terakhir renungannya dapat dibaca di website www.kabardaribukit.org. Amsal ini berbicara tentang hikmat. “Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya? .... Hai, para pria, kepadamulah aku berseru, kepada anak-anak manusia kutujukan suaraku” (ay. 1, 4).

 

 

Hikmat lebih berharga daripada permata (ay. 11). Maka manusia perlu mencarinya dan menemukan kebenaran yang sejati di dalam Tuhan Yesus, sebagaimana penulis Amsal Raja Salomo melihat dengan imannya keberadaan hikmat di dalam Tuhan Yesus. “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.” Ayat berikutnya menjelaskan bahwa anak manusia telah ada sebelum dunia dijadikan, sebelum air samudera raya ada, langit masih dipersiapkan, sebelum diberi batas kepada laut, Hikmat dan Tuhan Yesus telah ada (ay. 22-31).

 

 

Kini pertanyaan bagi kita, bagaimana kita menghargai hidup yang kita jalani saat ini? Apakah dengan banyaknya uang dan harta yang kita miliki? Atau, jabatan yang ada dan pernah kita pegang? Tentu baiknya tidak begitu. Apalagi, harta yang ada kita miliki diperoleh dari cara-cara yang tidak berkenan kepada Tuhan. Atau, jabatan yang kita emban saat ini, kita dapatkan dengan mengorbankan pertemanan dan persaudaraan, bahkan iman kita? Atau, kita emban jabatan tanpa ada tanggungjawab?

 

 

Janganlah sampai kita jauh dari lingkungan pertemanan dan persaudaraan. Terlebih, itu terjadi karena kita menilai diri sendiri terlalu berlebihan. Sebuah ilustrasi gambar memperlihatkan bahwa manusia yang menilai dirinya sangat hebat dan memandang kecil orang lain, sebenarnya ia seperti memandang dari atas bukit. Sebaliknya juga terjadi, bagi orang yang dipandang kecil tadi, dari bawah ia melihat orang yang diatas bukit juga kecil. Jadi, sami mawon, sarua wae, dos, sama saja.

 

 

Orang yang dalam pimpinan hikmat-Nya, hidupnya berharga di mata Allah dan juga menjadi berkat bagi sesama. Orang yang berhikmat takut akan Tuhan (Ams. 1:7). Ia membenci kejahatan dan tipu muslihat (ay. 13). Dalam hikmat ada pengetahuan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk melakukan hal yang baik dan benar, bertanggungjawab, serta nasihat, pengertian dan kekuatan (ay. 12-16).

 

 

Oleh karena itu, janganlah kita hidup di dalam dua dunia, satu kebenaran dari hikmat Tuhan, dan satu lagi dari kebenaran diri sendiri. Ini adalah kemunafikan. Tidak satunya kata-kata dengan perbuatan dan sikap hidup. “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah” (1Pet. 2:1).

 

 

Mari menanyakan diri kita, apakah sudah berhikmat dengan penuh kasih dan tidak mengorbankan orang lain untuk memperoleh apa yang kita dapatkan saat ini? Roh Kudus, Roh Kebenaran, itulah yang membimbing kita kepada kebenaran sejati, hidup seturut dengan firman Tuhan. “Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” (Mat. 23:28).

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 5 Juni 2022

 

Kabar dari Bukit

 

PERPECAHAN ORGANISASI (Kej. 11:1-9)

 

 

 

Syalom.... Saudaraku dalam kasih Yesus Kristus.

 

Di perkumpulan orang Batak, agak sering kita mendengar “perpecahan”. Suatu organisasi (disebut Punguan atau Parsadaan) dan tadinya berjalan bagus, tetapi kemudian muncul lagi organisasi serupa dengan pengurus yang berbeda. Ini biasa terlihat pada perkumpulan marga-marga, atau sub-marga, dan sering mengejutkan hati dan menguras pikiran.

 

 

Minggu ini adalah hari raya Pentakosta atau disebut juga dengan Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja. Firman Tuhan di Minggu hari ini dari Kej. 11:1-9. Ini cerita Menara Babel, yang pasti pernah kita dengar. Awalnya manusia satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya (ay. 6a). Tetapi kemudian manusia bersepakat dan berkata: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi" (ay. 4)

 

 

Melihat hal ini, Tuhan mengambil sikap: “Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing" (ay. 6b-7). “Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel” (ay. 8b-9).

 

 

Kembali ke masalah “perpecahan” dalam perkumpulan orang Batak, mengapa hal itu terjadi? Apakah itu hal baik atau selalu buruk dan negatif?

 

 

Falsafah budaya orang Batak adalah Dalihan Na Tolu (Tungku Berkaki Tiga), yakni hubungan tripartit Dongan Tubu (rekan semarga), Hula-hula (marga istri) dan Boru (perempuan semarga dengan laki-laki). Prinsip utama tiga tungku ini, bersikap hormat kepada hula-hula, bersikap kasih mengayomi kepada boru, dan bersikap kasih menghargai kepada dongan tubu. Jadi dalam keseharian atau acara/ritual, seseorang bisa menjadi hula-hula yang dihormati, tapi kadang dia menjadi boru bila bertemu semarga dengan istrinya. Prinsip ini membuat kesetaraan, egaliter, sebagaimana tiga tungku memiliki peran dan kedudukan yang sama.

 

 

Menurut Dr. Andar Lumbantobing dalam bukunya Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak (BPK Gunung Mulia, 1996), orang Batak memiliki sifat-sifat keprajuritan yang gemar berkelahi, pertikaian kelompok; meski orang Batak bukanlah pendendam. Maka selain kesetaraan tadi, hal ini mendorong persaingan yang tinggi. Selain itu, orang Batak juga menghargai sahala ni tohonan (wibawa jabatan), yang sering dikejar sebagaimana hasangapon dalam konsep 3H (hamoraon= kekayaan, hagabean = beranak laki-laki dan perempuan, dan hasangapon =kehormatan, kemuliaan); sebagai tujuan hidup, sesuai lagu Marragam-ragam (Beraneka-ragam) yang sangat populer.

 

 

Oleh karena itu terjadinya “perpecahan” organisasi, tidak perlu kita melihatnya sebagai hal negatif. Memang disayangkan, tapi tidak perlu ditangisi. Sebagaimana pada gereja juga terjadi “perpecahan” sejak awal hingga saat ini, ternyata memberi dampak positif, sepanjang dasar berpisah dan kemandiriannya adalah untuk dapat lebih baik dan optimal melayani Tuhan dan sesama. Kita bisa membayangkan, seandainya gereja-gereja tetap dalam satu wadah denominasi, maka tidak akan terjadi pertumbuhan umat Kristiani seperti saat ini.

 

 

Hal yang perlu kita pelajari dan cermati, ketika berpisah dan mandiri, maka pelayanan kepada anggota perkumpulan haruslah lebih baik. Jangan juga seperti Menara Babel, motif mendirikannya untuk mencari nama (ay. 4), sahala, kehormatan, namun manfaat dan pelayanan bagi anggota tidak lebih baik. Apalagi jika motif untuk berpisah didasari sifat TEL (Teal=sombong, Elat=irihati, Late=dengki dan merusak); tentu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita semakin berkarya bagi sesama bersama Roh Kudus yang tercurah hari ini.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu Trinitas 12 Juni 2022

 

Khotbah Minggu Pertama Setelah Pentakosta 2022 – Minggu Trinitas

 

 

MEMIMPIN KE DALAM KEBENARAN (Yoh. 16:12-15)

 

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Ams. 8:1-4, 22-31; Mzm. 8; Rm. 5:1-5

 

 

 

Pendahuluan

 

Mulai minggu ini kita akan masuk dalam minggu-minggu pasca pentakosta hingga sampai pada minggu Kristus Raja, sebelum masuk kembali ke minggu adven. Minggu pertama ini disebut dengan minggu Trinitas, hal mana peran ketiga Allah kita yang Esa itu sudah saling menggenapi setelah Yesus naik ke sorga dan Roh Kudus dicurahkan. Dalam minggu ini dari firman yang dibaca kita akan melihat bagaimana peran Roh Kudus secara lebih spesifik diberikan untuk menolong orang percaya tentang tuntunan kepada kebenaran, membing ke masa depan, sekaligus untuk meneguhkan dan memuliakan Tuhan Yesus. Dari firman tersebut kita mendapatkan renungan sebagai berikut.

 

 

Pertama: pertumbuhan rohani murid yang berkelanjutan (ayat 12)

 

Setiap orang percaya ketika dipanggil menjadi murid akan masuk dalam proses pemahaman dan pengertian akan Pribadi Yesus dan peran-Nya. Para murid bersama-sama dengan Yesus hanya selama tiga tahun. Meskipun terus menerus bersama Yesus, pemahaman dan pengertian mereka akan Yesus tetap masih belum lengkap dan menyeluruh. Sama seperti dalam sekolah, ibarat di sekolah tinggi atau universitas, belajar selama tiga tahun baru dalam tingkatan diploma atau sarjana muda, kesarjanaannya belum utuh. Bahkan, dalam tingkatan perkuliahan, masih jauh dari tingkatan doktoral atau setara S3.

 

 

Maka ketika Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia mengingatkan bahwa pemahaman mereka belum menyeluruh. Yesus memahami keterbatasan waktu yang tersedia, sehingga Ia perlu mengingatkan masih banyak yang mereka harus pelajari dan itu tidak mungkin diberikan oleh Yesus sekaligus. Oleh karena itu, Yesus menekankan mereka perlu belajar dan untuk itu mereka juga tidak sendirian, sebab ada Guru yang baru yaitu Roh Kudus yang membimbing mereka untuk memahami semua tentang Yesus dan juga rencana Allah Bapa bagi para murid dan orang percaya. Kalau kebersamaan mereka sebelumnya dengan Tuhan Yesus secara fisik, maka dengan Guru baru ini kebersamaan para murid adalah secara rohani.

 

 

Demikian juga kita, dalam memahami Yesus, kita harus bagaikan anak kecil yang selalu rindu membutuhkan pemahaman dan hikmat yang lebih baik. Rasul Petrus mengatakan hendaklah kita sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan (1Pet 2:2). Dengan demikian kita ada dalam kerendahan hati dan sekaligus bersemangat untuk belajar dan memahami lebih dalam dan luas, sehingga kita mengerti dan dapat menjadi serupa dengan Dia.

 

 

Kedua: memimpin ke dalam kebenaran (ayat 13a)

 

Sebelum kita mengenal Tuhan Yesus, maka kecendrungan yang terjadi kita akan mudah masuk dalam dosa. Pandangan dan sikap duniawi kita akan mendorong kita untuk serupa dengan dunia ini, dan akhirnya jauh dari kehendak Allah. Demikian juga sebagai orang yang baru mengenal Yesus dan belajar tetang firman-Nya, kita juga mungkin akan mudah masuk dalam kesalahan yang tidak disengaja karena pemahaman yang salah akan maksud firman, baik dari maksud tersurat (bahasa dan terjemahan) maupun tersirat (tafsiran konteks). Apabila kita ada dalam situasi demikian, maka sebearnya kita tetap tidak ada dalam kebenaran. Padahal Alkitab berkata bahwa "segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Tim 3:16).

 

 

 

Demikian juga para murid, sepeninggal Tuhan Yesus, mereka terus bertekun dalam persekutuan dan pembelajaran sehingga rohani mereka bertumbuh dan pemahaman menjadi lebih dalam, bahkan mereka sampai mampu menuliskan secara baik apa yang menjadi pesan dan maksud Tuhan Yesus. Tentu semua itu terjadi hanyalah karena Roh Kudus telah menolong mereka untuk  memahami semua peristiwa itu, membantu para murid dalam menjelaskna maksud dan rencana Tuhan bagi kita yang mau diselamatkan. Apabila tadinya para murid dapat bertanya langsung kepada Tuhan Yesus tentang hal-hal yang mereka belum ketahui dan fahami, maka kini para murid harus berdoa, merenungkan dan meminta penerangan dari Roh Kudus akan peristiwa yang mereka sudah alami.

 

 

 

Roh Kudus meyakinkan para murid dan orang percaya tentang jahatnya dosa dan akibatnya bagi yang melakukannya. Ia menyatakan kebenaran yang sudah disampaikan oleh Kristus dan konsekuensi penghukuman apabila tidak mengkuti dan mentaatinya. Dengan Roh Kudus, semua harus dibukakan dan tidak ada lagi yang terselubung sehingga hidup orang percaya adalah hidup di dalam kebenaran (band. 2 Kor 3:18). Roh Kudus menginsyafkan dan memimpin para murid dan kita orang percaya ke dalam kebenaran yang sejati dan hidup kita berkenan kepada Tuhan Yesus. Roh Kudus memimpin para murid dan orang percaya untuk bisa membedakan hal yang buruk dan baik. Ia menuntun dengan sabar dalam proses tersebut, sebab bisa saja kita salah dalam pembelajaran. Sebab hanya mereka yang mau menerima kebenaran serta taat yang akan dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus.

 

 

 

Ketiga: memberitakan hal-hal yang akan datang (ayat 13b)

 

Ketika Tuhan Yesus bersama para murid, banyak sekali hal yang dikatakan oleh Tuhan Yesus yang berhubungan dengan masa mendatang. Hal itu tidak hanya dalam pengertian peristiwa sejrah dan peristiwa alam yang akan terjadi, tetapi juga dalam pengertian hubungan orang percaya dengan Allah Bapa. Tuhan Yesus menceritakan tentang Bait Allah yang akan diruntuhkan (Mat 24:1-2) dan juga tentang akhir zaman yakni tentang masa penderitaan dan kedatangan Anak Manusia (Luk 24; Mrk 13 dan Luk 21). Namun Tuhan Yesus juga berkata tentang peristiwa rohani yakni pengabulan doa (Mat 7:7; Luk 11:9-13), penebusan dan pengampunan, serta keselamatan dan hidup yang kekal.

 

 

 

Jelas bagi para murid hal itu bukan sesuatu yang mudah dicerna dan difahami. Terlebih lagi, umat Israel sendiri dan Perjanjian Lama tidak begitu memberikan gambaran tentang hidup kekal itu. Kebersamaan mereka yang hanya tiga tahun tidak cukup untuk menjelaskan itu semua, sehingga Tuhan Yesus menyatakan, di samping memimpin para murid ke dalam kebenaran, Roh Kudus juga akan memberitakan hal-hal yang akan datang. Apa yang Tuhan Yesus telah sampaikan sampai menjelang Ia naik ke sorga, seperti “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, jelas mereka belum mengerti. Namun, berkat pertolongan Roh Kudus mereka melakukannya dan berhasil.

 

 

 

Oleh karena itu dapat kita lihat, setelah Yesus naik ke sorga, yakni lebih dari 30-an tahun saat Matius menuliskan Injil Matius hingga 80-an tahun pada saat Yohanes menuliskan kitab Wahyu, para murid menuliskan tentang gambaran yang lebih detail dan jelas tentang hal-hal yang disampaikan oleh Tuhan Yesus, sebagaimana yang bisa kit abaca dalam kitab-kitab dan surat-surat yang ada dalam Perjanjian Baru. Roh Kudus bekerja di dalam diri para murid untuk membangkitkan dan memperdalam kesadaran akan maksud dan peran Tuhan Yesus dalam kehidupan mereka dan juga bagi semua orang percaya. Kalau tadinya Tuhan Yesus hanya sedikit menceritakan tentang kehidupan yang akan datang (sebagaimana dituliskan dalam keempat Injil), maka para murid dapat menjelaskan lebih detail dan lengkap tentang apa yang akan dihadapi oleh para murid dan orang percaya apabila mereka mengikuti-Nya dan juga sekaligus bagi yang menolak Dia. Dengan demikian, meski Yesus tidak bersama kita lagi secara fisik, Yesus tetap hadir bersama kita secara rohani melalui Roh KudusNya dan tidak ada jarak yang memisahkan antara kita dengan Dia di dalam hati kita.

 

 

 

Keempat: memuliakan Yesus (ayat 14-15)

 

Hal terakhir yang disampaikan Tuhan Yesus adalah apapun yang disampaikan oleh Roh Kudus kepada para murid dan orang percaya, itu merupakan hal yang diterima-Nya dari Kristus. Untuk ini kita tidak dapat menafsirkan kalimat tersebut seolah-olah menempatkan Roh Kudus adalah pembawa pesan saja dan berada dalam posisi yang tidak sejajar dengan Tuhan Yesus. Tetapi apa yang dimaksudkan oleh Yesus adalah Yesus dan Roh Kudus itu adalah Satu, sehingga apa yang diberikan dan disampaikan oleh Roh Kudus, sebenarnya adalah sama dengan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sebab mereka adalah satu.

 

 

 

Melalui Roh Kudus Yesus hadir kembali kedalam hidup para murid dan orang percaya untuk menyatakan kasih karunia-Nya, dan secara lebih luas dan khusus persekutuan yang didapatkan dengan Roh Kudus akan semakin akrab dan dekat dan berlangsung setiap saat. Roh Kudus membuat nyata akan kasih dan penyertaan-Nya, sebagaimana dahulu Yesus hadir dan nyata serta siap untuk memberikan pertolongan, maka Roh Kudus juga selalu siap untuk memberikan pertolongan termasuk kuasa-kuasa mukjizat yang menyertai-Nya.

 

 

 

Dengan demikian, melalui pekerjaan Roh Kudus, Yesus tetap ditinggikan dan dimuliakan. Para murid dan orang percaya tidak dapat menganggap mereka mendapatkan RAJA yang baru, pemerintahan dan kerajaan yang baru dan menempatkan serta meninggikan Roh Kudus menggantikan Tuhan Yesus. Roh Kudus diutus bukan untuk mendirikan kerajaan yang baru, tetapi meneguhkan kemuliaan Bapa sebagaimana Tuhan Yesus telah melakukan sebelumnya. Allah yang ditinggikan dan secara otomatis juga memuliakan Tuhan Yesus sebab apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya memang benar dan sesuai dengan kehendak Bapa.

 

 

 

Kesimpulan

 

Dalam minggu pasca pentakosta ini, khususnya dalam minggu Trinitas ini, kembali kita diingatkan tentang Allah Tritunggal kita yang pada hakekatnya adalah ESA dan SATU. Apa yang dinyatakan oleh Allah Bapa di dalam perjanjian lama dan kasih-Nya kepada manusia, telah dinyatakan kembali oleh Tuhan Yesus dengan keberadaan-Nya yang singkat di dunia ini. Namun, kehadiran Roh Kudus menjadikan kasih Allah itu kembali dinyatakan dengan penyertaan-Nya yang setiap saat bagi orang yang mau mengikut Tuhan Yesus. Penyertaan-Nya bukan hanya membuat iman dan rohani kita bertumbuh terus menerus, melainkan juga memimpin kita ke dalam kebenaran sejati, serta memberitakan hal-hal yang akan datang yakni masa depan kita yang indah bersama Tuhan Yesus dalam kerajaan sorga yang akan digenapi.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

 

 

Pdt. Em. Ramles Silalahi, D.Min.

 

 

 

Khotbah Minggu Hari Raya Pentakosta

 

Minggu Hari Raya Pentakosta 2022

 

 

YESUS DAN ROH KUDUS (Yoh. 14:8-17)

 

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari:

 

Kej. 11:1-9; Mzm. 104:24-34, 35b; Kis. 2:1-21 atau Rm. 8:14-17

 

 

Pendahuluan

 

Minggu ini adalah hari raya Pentakosta atau disebut juga dengan Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja. Sebagaimana dijanjikan oleh Tuhan Yesus sebelum kenaikan-Nya ke sorga, Roh Kudus akan diutus untuk menolong para murid dan orang percaya. Peristiwa di kamar atas pada Kis. 2:1-21 memperlihatkan kuasa Roh Kudus itu turun dan memenuhi para murid dan sempat menakutkan mereka. Namun, dalam kesempatan ini kita akan memfokuskan percakapan antara Filipus dengan Tuhan Yesus tentang Yesus dan Allah Bapa sebagai renungan kita. Pembicaraan tersebut juga secara tidak langsung berhubungan dengan keberadaan Roh Kudus yang kita peringati pencurahan-Nya pada hari minggu ini. Dari nats pembicaraan tersebut kita mendapatkan pelajaran sebagai berikut.

 

 

Pertama: melihat Yesus adalah melihat Allah (ayat 9)

 

Ketika Filipus meminta kepada Tuhan Yesus: “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”,sebenarnya ia mengungkapkan kejujuran hatinya yang sangat dalam dan mungkin juga dari diri kita:bahwa semuaorang ingin dapat melihat Allah. Bahkan Ayub yang dekat dengan Allah juga tetap merindukan mendapatkan Dia (Ayb. 23:3). Akan tetapi umat Israel pada masa itu sangat memahami bahwa Allah itu tidak dapat dilihat. Mereka mengetahui peristiwa Musa yang ingin melihat muka Allah akan tetapi hanya bisa melihat belakang-Nya, tidak dapat melihat wajah-Nya (Kej. 33:12-23).

 

 

Bagi umat Israel, Allah menjadi manusia merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin mereka bisa melihat-Nya, menyentuh-Nya dan bahkan bercakap-cakap dengan Dia. Bagi mereka, Allah lebih dari “RAJA” yang diam duduk dengan tenang penuh kuasa di takhta singgasana dan tidak perlu turun tangan ke dunia, terlebih harus bekerja untuk menghidupi diri-Nya. Sebagaimana kita ketahui, Yesus pada awalnya adalah seorang pekerja tukang kayu. Ini jelas sulit mereka terima, sebab Perjanjian Lama mengajarkan bahwa bekerja adalah sebuah hukuman karena perbuatan dosa manusia (Kej. 3:19).

 

 

Namun di lain pihak, Allah tidak dapat membiarkan manusia terus menerus dikuasai dosa. Allah mengetahui iblis terus bekerja yang membuat manusia takluk padanya. Allah berpikiran bahwa pesan-pesan firman melalui nabi-nabi saja tidak cukup. Penyataan Allah melalui alam dan peristiwa-peristiwa tidak cukup membuat manusia untuk tetap taat dan setia kepada-Nya. Allah juga memegang janji-Nya bahwa keturunan “perempuan” itu harus meremukkan kepada sang ular pembuat dosa. Oleh karena itu Allah memutuskan menjadi manusia, mengutus Anak-Nya yang tunggal bagi pembebasan kita. Perlu disadari, Alkitab Perjanjian Lama memang tidak pernah membatasi diri-Nya dapat menjadi manusia. Allah bebas berkehendak dan mengekspresikan diri-Nya demi untuk menyelamatkan puncak kreasi ciptaan-Nya, gambar dan rupa Allah yang sudah retak, yakni kita manusia. Dengan Allah menjadi manusia dalam wujud manusia Yesus, maka mengenal Yesus berarti mengenal Allah Bapa.Filipus dan kita harus melihat ini dengan mata rohani, bukan mencari-cari wujud fisik-Nya agar Dia ada di depan mata kita sendiri.

 

 

Kedua: tidak melanggar monoteisme (ayat 10)

 

Salah satu serangan terhadap umat Kristen adalah tuduhan bahwa Allah kita itu tiga. Ada Allah Bapa, Allah Anak yakni Tuhan Yesus Kristus, dan ada Allah Roh Kudus. Kita seolah-olah dituduh membuat Allah tiruan yang jelas-jelas dilarang keras dalam perintah Sepuluh Hukum Taurat, yakni jangan membuat ilah lain dihadapan-Nya. Allah kita adalah Allah yang pencemburu. Ia sangat murka apabila kita memalingkan muka dan percaya kepada ilah yang lain. Apakah Tuhan Yesus dan Roh Kudus merupakan ilah yang lain? Apakah dengan keberadaan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, Allah kita itu menjadi tiga? Ini jelas bukan demikian dan untuk itu perlu kita fahami.

 

 

Dalam Alkitab, acapkali penyebutan Allah memakai istilah jamak untuk diri-Nya sendiri (Kej 1: 26; 3: 22; 11: 7; Yes 6: 8). Injil Yohanes memperlakukan perikop Yesaya sebagai penglihatan Yesus (Yoh 12: 41). Ada juga sebutan mengenai Malaikat Tuhan yang disamakan dengan Allah tetapi berbeda dengan-Nya (Kel 3: 2-4; Hak 13: 2-22). Perjanjian Lama menyebutkan Roh Allah sebagai wakil pribadi Allah (Kej 1: 2; Neh 9: 20; Mzm 139: 7; Yes 63: 10-14). Ada juga disebutkan tentang hikmat Allah (Ams 8) sebagai perwujudan Allah di dunia, dan firman Allah sebagai ungkapan yang kreatif (Mzm 33: 1, 9; band. Kej 1: 26). Ada juga nubuat yang menyamakan Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu itu sama dengan Allah (Mzm 2; Yes 9: 5-6). Namun yang lebih utama, Allah itu adalah Allah yang Maha Kuasa. Ia memiliki hak proregatif untuk menetapkan keputusan bagaimana Ia menyampaikan pesan kepada manusia, bagaimana Ia menyelamatkan manusia, sebab yang paling utama adalah: Allah mengasihi manusia. Ia tidak perlu meminta nasehat atau persetujuan siapa pun. Allah mengasihi manusia oleh karena itu Allah menetapkan Ia menjadi manusia untuk menyelamatkan ciptaan yang dikasihi-Nya itu. Jadi keberadaan Tuhan Yesus (demikian pula halnya dengan Roh Kudus) hanyalah dalam Wujud, Oknum, Pribadi, tetapi Hakekat yang utama adalah Allah yang Tunggal, Allah yang tetap berdasarkan Monoteisme, dan itulah sebabnya disebut dengan Alllah Tritunggal.

 

 

Ada cara untuk memahami "perbedaan" antara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, yakni melihat dan menghubungkan fungsi atau peran yang berbeda dari masing-masing Oknum itu. Bentuk paling popular menghubungkan peran penciptaan dengan Bapa, penyelamatan dengan Anak, dan pengudusan dengan Roh Kudus. Paulus memberikan bentuk lain dalam Efesus 1, yakni pemilihan dihubungkan dengan Sang Bapa (ay. 4, 5, 11), penyelamatan dengan Anak (ay. 3, 7, 8) dan pemeteraian   dengan Roh Kudus (ay. 13-14). Tetapi "pemisahan" tugas ini tidak boleh memudarkan kebenaran mendasar mengenai keesaan Ilahi, yakni ketiga-Nya terlibat dalam kegiatan siapapun di antara ketiga Oknum itu. Misalnya, walaupun dalam penciptaan khususnya dikaitkan dengan Sang Bapa, namun juga dihubungkan dengan Anak (Yoh 1: 3) dan Roh Kudus (Yes 40: 13). Oleh karena itu dalam pengertian lain, Yesus adalah Allah yang kelihatan dan rupa yang nyata dari Allah yang tidak kelihatan. Sementara Roh Kusus adalah Allah yang dapat kita rasakan dan hayati dari Allah yang tidak kelihatan. Yesus dan Roh Kudus adalah penyataan yang sempurna dari Allah. Oleh karena itu, apabila kita mencari Allah yang tidak kelihatan, kebenaran dan realitas-Nya, maka kita dapat melihat dan merasakan dalam wujud Tuhan Yesus dan keberadaan Roh Kudus (Kol 1:15; Ibr 1:1-4).

 

 

Ketiga: percaya kepada pekerjaan-Nya (ayat 11-12)

 

Tuhan Yesus tidak berkata bahwa para murid melakukan mukjizat yang lebih besar, sebab membangkitkan orang mati adalah puncak dari mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi Yesus mengatakan bagaimana para murid harus melakukan sesuatu yang lebih besar yakni pergi ke seluruh dunia untuk mengabarkan Injil, keluar dari negeri Israel dan membawa seluruh bangsa kepada keselamatan. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus adalah Dia sudah melakukan hal yang besar dalam batasan masa inkarnasi-Nya yakni tiga tahun, maka para murid dan orang percaya tidak dibatasi oleh masa inkarnasi itu dan harus pergi ke seluruh muka bumi untuk mengabarkan kasih Allah kepada manusia dengan penyelamatannya. Itulah perbuatan yang sangat besar yang diawali oleh para murid. Kita bisa lihat pekerjaan para rasul lebih besar dalam "jumlah" dan jangkauan. Ini juga yang membuat kita memahami mengapa Tuhan Yesus perlu secara khusus memanggil Paulus menjadi murid-Nya, memperkuat para murid yang ditinggalkan-Nya.

 

 

 

Tuhan Yesus telah melakukan berbagai hal dalam tujuan-Nya untuk membawa manusia percaya kepada-Nya dan pesan yang dibawa-Nya dari Allah kita terima dengan ketaatan. Peristiwa lolosnya Dia dari cobaan iblis di padang gurun, serta puluhan mukjizat yang diberikan-Nya, penderitaan serta kematian untuk penebusan dosa kita, serta peneguhan Allah akan Dia melalui kebangkitan dan kenaikan ke sorga termasuk berbagai kejadian supranatural yang menyertainya, seharusnya telah cukup bagi kita untuk percaya kepada-Nya. Hal inilah yang Dia maksudkan, tetapi lihatlah pekerjaan-Nya, kita jangan mempersoalkan Pribadi-Nya, dan melalui pekerjaan-Nya itu tidak diragukan lagi bahwa Dia adalah Anak Allah, Allah yang berwujud manusia.

 

 

 

Untuk itu permintaan Tuhan Yesus bahwa kita saat ini bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang dilakukan-Nya, haruslah dilihat dalam pengertian yang luas dan berbeda. Kita tidak perlu membangkitkan orang mati untuk mengabarkan Injil. Akan tetapi pekerjaan kita membawa semakin banyak orang kepada Kristus yang tetap disertai dengan berbagai mukjizat dalam pengertian yang luas. Kenyataan yang ada dalam cerita-cerita di Kisah Para Rasul (Kis 2:41,43; 4:33; 5:12) tidak perlu harus sama identik dengan yang kita lakukan. Sebagaimana pekerjaan para murid yang dipenuhi kuasa Roh Kudus, pekerjaan dan pesan Tuhan Yesus itu menyebar ke seluruh dunia dan membuat pertobatan milyaran manusia untuk mengikut dia dan diselamatkan. Kita harus ikut dalam proses besar dan yang mulia itu.

 

 

 

Keempat: janji meminta di dalam nama-Nya (ayat 13-14)

 

Yesus berkata kita bisa meminta segala sesuatu (sekali lagi, segala sesuatu!!!) kepada Allah haruslah di dalam nama-Nya. Hal ini berarti ketika kita mengenal Allah maka kita mengenal-Nya melalui Yesus. Tuhan Yesus yang diberi kuasa dan kemuliaan sebagaimana Alkitab menjelaskannya. Maka ketika kita berdoa, kita berdoa dengan menggunakan kuasa dari Kristus (band Mat 28:19; Kis 3:6). Meminta segala sesuatu yang dikatakan Yesus, itu berarti apapun yang menjadi cakupan dan ruang lingkup doa kita, maka syaratnya hanya di dalam nama Yesus.

 

 

 

Hal ini sangat mudah dimengerti. Ketika kita membutuhkan sesuatu dalam realitas sehari-hari, maka tidak mungkin kita memintanya kepada seseorang yang tidak kita kenal. Kita bisa dianggap "pengemis" jalanan atau orang aneh. Kita hanya bisa meminta kepada orang yang kita kenal, atau paling tidak, orang yang dikenal oleh orang yang kita kenal. Dalam pengertian lain ada referensi. Maka ketika kita meminta kepada seseorang yang tidak kita kenal itu, dan kita menyebut nama yang kita kenal sebagai referensi, maka semuanya menjadi lebih mudah. Untuk itulah ketika kita meminta kepada Allah Bapa, diperlukan sebuah nama yang meneguhkan bahwa kita mengenal Dia dan itu nama itu adalah nama Yesus. Kita telah diberi "kuasa" dari Yesus untuk memintanya.

 

 

 

Kalau kita mengenal Tuhan Yesus, maka permintaan kita pasti disusun sesuai dan seturut dengan Pribadi Yesus, dan itu pasti sesuai juga dengan rencana dan kehendak Allah. Yesus yang saat ini duduk di sebelah kanan Allah Bapa tentu "memfilter" permohonan kita kepada-Nya. Apapun yang kita minta, tentu Yesus mengevaluasi apakah hal itu memang kita perlukan, butuhkan, dan yang terbaik bagi kita. Ketika kita meminta sesuatu yang tidak "sesuai" dengan rencana dan kehendak Yesus, maka sebetulnya kita tidak mengenal Dia. Maka pengabulan Allah atas permintaan kita adalah berdasarkan karakter Yesus itu sendiri. Kita tidak bisa memanipulasi nama Yesus untuk keinginan sendiri. Dan penting diingat, pengabulan ini hanya kepada yang percaya dan taat, yakni yang terus menerus berkesinambungan mengasihi Dia (Yoh 14:15).

 

 

 

Kelima: Roh Kudus penolong kita (ayat 16)

 

Yesus mengatakan akan pergi kepada Bapa dan akan mengirimkan Roh Kudus sebagai penolong para murid dan orang percaya (band. Yoh 16:7; Kis 1:8; 2:4). Sebagaimana Yesus, maka keberadaan Roh Kudus sebagaimana dijelaskan di atas merupakan kegenapan dari Allah Tritunggal sehingga peran masing-masing Pribadi Allah itu menjadi sempurna. Oleh karena keberadaan yang sementara itu, maka Roh Kudus yang menyertai sampai selama-lamanya (ayat 16).

 

 

 

Dari sisi lain kita juga dapat mengatakan bahwa ketika berhubungan dengan Allah, Yesus menjadi Jurubicara kita kepada Bapa dan Roh Kudus menjadi Jurubicara Allah kepada kita. Yesus mendengar namun “memfilter” segala permintaan kita dan Ia mengetahui apa yang terbaik untuk diberikan, sementara Roh Kudus mengajar kita untuk memahami maksud Allah dalam hidup kita dengan cara mengajar kita berdoa yang baik. Kalau kita berdoa tanpa bimbingan Roh Kudus, maka yang terjadi adalah doa kita akan lebih didominasi oleh keinginan pribadi dengan untuk menyenangkan dan memuliakan diri sendiri. Roh Kudus memimpin kita untuk mengajar meminta sesuai dan seturut dengan kehendak-Nya.

 

 

 

Roh Kudus bisa bekerja melalui bisikan ke dalam hati nurani sehingga kita tetap dalam pemeliharaan dan jalan yang berkenan bagi-Nya. Dia disebut sebagai Roh Kebenaran sebab bersaksi tentang kebenaran, menjelaskan tentang kebenaran, dan menyingkapkan hal-hal yang tidak benar untuk menuntun kita ke dalam kebenaran sejati (Yoh 16:8, 13; Yoh 18:37). Oleh karena peran yang demikian itulah kita dapat mengenalnya, namun dunia tidak akan mengenalnya. Semakin kita mengenalnya, maka kita akan mengetahui bahwa Ia diam di dalam diri kita.

 

 

 

Kesimpulan

 

Dalam minggu memperingati hari raya pentakosta dan sekaligus memperingati pencurahan Roh Kudus dan berdirinya gereja ini, kita diajar untuk memahami keberadaan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, yang merupakan wujud atau Pribadi dari Allah dengan fungsi dan peran yang berbeda. Namun harus kita tetap ingat, hakekatnya Allah kita itu tetap satu, yakni Allah yang Esa, Allah dalam Tritunggal. Semua itu Dia lakukan hanya demi kasih-Nya kepada kita, agar kita dapat lepas dari dosa dan kuasa maut, ada Penolong agar kita lebih baik dan semakin berkenan kepada-Nya, untuk masuk dalam kerajaan-Nya yang penuh damai sejahtera dan kekekalan itu.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 284 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8563548
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1596
73300
74896
8223859
714833
883577
8563548

IP Anda: 162.158.163.239
2024-12-16 02:39

Login Form