Sunday, December 15, 2024

2021

Khotbah Minggu 25 Juli 2021

 

Minggu IX Setelah Pentakosta

 

MUKJIZAT LAGI (Yoh. 6:16-21)

 

Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" (Yoh. 6:19-20).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini dari Yoh. 6:16-21 menuliskan tentang Tuhan Yesus berjalan di atas air. Kisah yang populer dan nyata. Yesus memperlihatkan kuasa-Nya.

 

Jika minggu lalu ditekankan perlunya untuk melihat latar belakang terjadinya mukjizat, hari ini kita melihat tujuan mukjizat Yesus. "Mukjizat merupakan kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia" (kbbi.web.id). Ada kuasa adikodrati. Jika peristiwanya dapat dicerna oleh akal, atau berlaku kaidah ilmiah sebab akibat, jelas itu bukan mukjizat. Apalagi sulap atau trik, kita anggap itu hiburan saja.

 

Mukjizat ada sepanjang masa. Terus. Bagi yang tidak percaya, atau percaya mukjizat ada hanya dalam Alkitab dan sudah berhenti saat Yesus naik ke sorga, ya tidak apa-apa. Tetapi itu sama seperti tidak percaya Allah kita adalah Allah yang hidup dan penuh kasih. Tidak percaya dapat terjadi karena tidak memahami makna mukjizat dan tujuannya. Mukjizat ada untuk menyatakan kedaulatan Tuhan, melegitimasi kehadiran-Nya, mendukung para utusan-Nya, menguatkan dan melegakan umat-Nya, serta tentu saja semua bagi kemuliaan-Nya. "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Rm. 11:36).

 

Oleh karena itu, melalui nas minggu ini yakni kisah Tuhan Yesus berjalan di atas air dan kisah mukjizat lainnya, kita melihat optimisme. Kita terima dengan iman; bukan pikiran. Kita memiliki harapan atas segala persoalan. Dalam tantangan kehidupan, berbagai ragam hal pribadi, organisasi bahkan berbangsa, mari tetap melihat Tuhan bekerja dan mukjizat tetap terjadi. Bagi kita orang percaya yang diselamatkan oleh Yesus di kayu salib, itu sudah merupakan mukjizat terbesar yang pertama kita terima.

 

Kita pun wajib memiliki cita-cita. Pengharapan. Perlu tantangan hidup yang besar bagai membangun padang gurun yang kita ingin lewati. Itu bagus. Meski sekarang sepertinya tampak mustahil, tidak apa-apa. Berharap anak-anak kita menjadi berkat yang dipakai Tuhan, atau kita tetap sehat terus berkarya dan melayani hingga usia tua, atau misalnya melihat kampung halaman Kawasan Danau Toba bersih cantik, masyarakatnya sejahtera tetap berbudaya Batak yang Kristiani, itu jelas bukan sesuatu yang sia-sia. Tuhan akan campur tangan.

 

Mukjizat tetap kan terjadi. Tetaplah berdoa dan bekerja, mendayung perahu kehidupan dengan terus mengendalikan arah kemudi. Tetapi jangan hanya omong doang” senang berwacana. Bertekunlah hingga tujuan tercapai. Dan, kelak Ia datang dan berkata kepada kita: "Aku ini, jangan takut!". Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

 

Pdt. Ramles M. Silalahi

 

 

Kabar dari Bukit Minggu 18 Juli 2021

Kabar dari Bukit

AKU TIDAK TAKUT (Mzm. 23:1-6)

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita adalah Mzm. 23. Mazmur indah enam ayat ini sangat kita kenal. Judul perikopnya: TUHAN, gembalaku yang baik. Saya tuliskan lengkap Mazmur Daud ini untuk kita menikmatinya:

 

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,

Ia membimbing aku ke air yang tenang;

Ia menyegarkan jiwaku.

Ia menuntun aku di jalan yang benar

oleh karena nama-Nya.

 

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku;

Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;

pialaku penuh melimpah.

Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku;

dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

 

Ada lima kebenaran kehidupan yang dapat kita petik dari Mazmur ini. Pertama, manusia memerlukan gembala, penuntun. Dalam buku saya “Mengenal Alkitab Kita”, dijelaskan ada wahyu atau penuntun yang sangat baik, yakni Alkitab sebagai penuntun tertulis, dan Yesus Kristus sebagai Penuntun dan Firman yang hidup. Dua penuntun ini merupakan berkat yang luar biasa bagi orang percaya, dan untuk itulah kita perlu mengenal lebih dekat keduanya. Bacalah rutin Alkitab, dan bersekutulah dengan Dia, Sang Gembala. Mengandalkan hal lain dalam hidup ini, seperti hati dan pikiran sendiri, orang tua, uang dan harta, teman, atau lainnya, tidak akan utuh sempurna, sebagaimana Alkitab dan Yesus Kristus yang sempurna.

 

Kebenaran kedua, hanya Tuhan yang akhirnya dapat menyegarkan jiwa kita. Pikiran segar memang bisa dari melihat atau mendengar hal-hal indah. Tetapi hidup tidak selamanya berjalan indah seperti yang kita harapkan. Masalah selalu ada, membuat pikiran buntu, jiwa tertekan, khawatir dan takut. Uang sering tidak menjadi solusi. Tetapi di dalam Yesus, Allah kita yang hidup, selalu ada solusi, ketenangan, kekuatan. Yesus adalah jawaban atas semua kebuntuan solusi persoalan kita. “...Hanya Yesus jawaban hidupku. Bersama Dia hatiku damai...” ungkap sebuah lagu yang indah.

 

Kebenaran ketiga, manusia mempunyai kelemahan, dan selalu ada iblis dan dunia yang menggoda, mendorong kita ke jalan yang sesat salah. "Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri" (Yes. 53:6a). Dalam Buku Ende 182, dilantunkan “Sai jotjot do hutadingkon, dalan-Mi na tigor i; Kristen au, hape hutondong, dalan hamagoan i (Sering kutinggalkan jalan yang benar itu; Aku Kristen, tetapi “kusenggol” jalan kematian itu). Akhirnya manusia terperosok, masuk ke lembah kekelaman, jalan gelap menakutkan.

 

Oleh karena itu ayat 4 berbicara tentang gada dan tongkat. Gada adalah alat pemukul domba untuk melambangkan pengajaran atau disiplin; sedangkan tongkat gembala (biasanya melengkung pada ujungnya) melambangkan pertolongan Tuhan. Gada disebut terlebih dahulu, baru sesudah itu tongkat. Artinya, untuk memperoleh pertolongan Tuhan, kita terlebih dahulu perlu disiplin dan tunduk pada pengajaran-Nya. Kedisiplinan, yang berangkat dari kesadaran dan kesediaan dibimbing. Tanpa disiplin, orang malah tidak bebas; Kebebasan diperoleh setelah terciptanya disiplin.

 

Kebenaran keempat, kadang kita diizinkan Tuhan untuk menempuh jalan yang sulit, berjalan di lembah kekelaman. Tetapi janganlah takut. Situasi apapun yang menimpa, janganlah bimbang dan gentar, pertolongan dan perlindungan Tuhan selalu tersedia. Kita anak-anaknya adalah yang sudah dimeteraikan melalui baptis dan/atau sidi. Kita telah diurapi-Nya. Tak kan pernah kita ditinggalkan-Nya, bahkan selalu diberi kelimpahan dalam pemeliharaan-Nya. Bagaikan gembala yang baik terhadap domba-dombanya, atau seorang ayah mempedulikan anak-anaknya, demikianlah Tuhan selalu hadir dan sayang kepada kita.

 

Kebenaran kelima, yakni ketika kita beriman kepada Sang Gembala Yesus Kristus, arah yang kita tuju dalam hidup ini sudah benar. Jika kita tidak "neko-neko" dalam kehidupan, bagaikan domba yang mengandalkan kasih Gembala, maka “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku dan dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa (ayat 6). Itulah janji Tuhan, dan itulah mestinya pernyataan iman dan tujuan hidup kita. Selamat dituntun Tuhan di dunia ini, selamat sampai akhirat di sepanjang zaman. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit, Minggu 11 Juni 2021

Kabar dari Bukit

IMAN, AMAN DAN IMUN (Mzm. 85:9-14)

 

Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, Tuhan. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan? (Mzm. 85:9)

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita dari Mzm. 85:9-14. Judul perikopnya: Doa mohon Israel dipulihkan.  Mazmur ini ditulis oleh Bani Korah, dibuka dengan ungkapan syukur sekaligus ratapan. Allah telah mengasihi umat Israel sejak awal, mengampuni dosa-dosa mereka, dan amarah Tuhan telah surut. Tetapi kini umat merasa dihukum kembali, murka Tuhan bangkit dan mereka menderita. Melalui pemazmur, umat ingin dipulihkan, diselamatkan, dan kehidupan agar kembali penuh sukacita (ayat 2-8).

 

Situasi ini sangat umum dan membenarkan, ketika kehidupan berjalan lancar dan baik, manusia cenderung melupakan Tuhan. Semua yang diperoleh, seolah buah kehebatan diri semata. Tetapi ketika manusia tidak berdaya, akal pikiran buntu, apalagi dirundung sakit, manusia merasakan perlunya pertolongan. Sering uang atau daya tidak menolong. Pemazur lain mengekspresikannya: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang pertolonganku?” (Mzm. 121:1).

 

Mau tak mau kita pun melihat diri kita saat ini, melihat bangsa kita, bahkan seisi dunia tentang pandemi Covid yang menimpa. Tidak utama lagi mencari penyebab munculnnya jenis virus ini, meski yang jelas pasti ada keteledoran sehingga tidak satu negara pun yang bebas dari bencana ini. Memang selalu lebih baik fokus pada penyelesaian, mencari jalan keluar dari bahaya yang lebih besar. Tadinya semua berpikir vaksinasi adalah kuncinya, tetapi kenyataannya, yang sudah divaksin pun tetap terpapar, meski resiko kematian menjadi rendah.

 

Mazmur minggu ini mengajarkan beberapa hal bagi kita. Pertama, kita perlu membuka mata dan telinga untuk mengetahui maksud dan rencana Tuhan atas semua yang terjadi. Sabda-Nya: “Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah...” (ayat 9a). Kedua, manusia perlu belajar kembali tentang tujuan keberadaannya berada di dunia ini. Rencana Tuhan adalah damai sejahtera (Yer. 29:11), tetapi manusia berulang berbuat kebodohan (ayat 9b), sehingga pandemi besar virus kembali melanda.

 

Pengajaran ketiga, tetaplah berjalan dalam IMAN, bahwa “keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia” (ayat 10). Ratapan perlu diubah menjadi keyakinan iman, Tuhan Yesus baik dan berbelas kasih (ayat 8). Dengan iman kepada Yesus, ada ketenangan dan pengharapan. Tetapi, ada juga penekanannya yakni ketaatan, dan jika itu dilakukan, maka hasilnya sangat baik (ayat 11). Oleh karena itu, kita perlu taat mengikuti anjuran pemerintah dan para ahli, menjalankan prosedur kesehatan 3M dan 5M secara AMAN.

 

Tuhan berkehendak agar semua menjadi lebih baik lagi ke depan. Ayat terakhir nas ini berkata: “Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya.” Pandemi ini mengajarkan kita, untuk hidup berusaha sehat. IMUN tubuh perlu baik, didapatkan dengan disiplin dalam asupan, pikiran positif, dan olah tubuh. Tetaplah melangkah dengan IMAN, AMAN, dan IMUN yang prima, dan semua akan dipulihkan-Nya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 18 Juli 2021

Minggu VIII Setelah Pentakosta

 KASIH DAN MUKJIZAT (Mrk. 6:30-34)

 

"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka" (Mrk. 6:34).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini diambil dari Mrk. 6:30-34, yang berkisah tentang Yesus memberi makan lima ribu orang, dan Mrk. 6:53-56 tentang Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret. Namun seringkali orang hanya melihat mukjizat-Nya semata dan tidak memperhatikan latar belakang yang menjadi pesan lebih penting bagi orang percaya. Apalagi, Yesus paling banyak melakukan mukjizat dibandingkan dengan nabi atau tokoh agama lainnya. Jelas, itu salah satu bukti Yesus adalah Tuhan.

 

Pada nas pertama diceritakan para murid melaporkan hasil kerja mereka. Kecapaian dan lapar, tetapi ternyata masih banyak orang yang datang untuk mendengar ajaran-Nya. Rencana rehat menyepi yang perlu, akhirnya batal. Tugas pelayanan tetap yang utama. Ituah pesan pertama firman minggu ini.

 

Kedua, para murid yang kecapaian merasa terusik dengan orang banyak itu, tetapi Yesus berbelas kasihan pada mereka. Murid kemudian berhitung, perlu mengeluarkan dana 200 dinar (1 dinar = upah kerja harian) untuk memberi makan 5.000 orang. Maka pesan kedua nas minggu ini, agar kita terus mengasah dan mengedepankan perasaan belas kasihan, empati, ikut merasa sepenanggungan terhadap pihak lain yang memerlukan. Meneladani Yesus yang penuh belas kasih menjadi panggilan kita.

 

Jika kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk memberi (dukungan), paling tidak, dengan memiliki rasa belas kasihan, Tuhan akan membukakan jalan untuk memampukan, sehingga kita dapat memberi dan bahkan berlebih seperti dua belas bakul roti dan ikan. Allah sumber segala berkat. Pudarnya hasrat ingin membantu, cuek, tidak peduli, membuat Allah juga tidak memakai hidup kita sebagai berkat bagi orang lain. Firman Tuhan mengatakan: "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan juga" (Mat. 5:7).

 

Pesan ketiga, penerimaan terhadap mukjizat tergantung iman dan bukan karena pengetahuan akan firman. Murid-murid Yesus yang baru kembali memberitakan pertobatan dan datangnya kerajaan Allah, belum melihat bahwa Yesus sanggup melakukan sesuatu pada persoalan yang ada. Mereka mudah menyerah, kalah sebelum bertanding. Padahal Yesus adalah solusi. Jadilah solution maker. Maka pesan ketiga nas minggu ini, jangan lari dan takut pada permasalahan yang kita hadapi. Ingat mukjizat Yesus dan ingat lagu: Bersama Yesus lakukan perkara besar, bersama Yesus tidak ada yang sukar....

 

Pesan keempat nas minggu ini (ayat 53-56) bahwa untuk menerima mukjizat, tetap usaha harus dilakukan. Kesembuhan yang terjadi dengan bertindak dalam bagian kita: .... berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada (ayat 55). Semangat berjumpa dengan Yesus tanpa peduli tantangan, akan memudahkan melihat mukjizat-Nya. Iman akan mukjizat Yesus sering bersifat sederhana: Dan semua orang yang menjamah (jumbai jubah-Nya) menjadi sembuh (ayat 56a). Mulailah dari sana dan kita akan melihat mukjizat itu nyata. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

 

Khotbah Minggu 11 Juli 2021

Minggu VII Setelah Pentakosta

 NURANI DAN DOSA (Mrk. 6:14-29)

 

Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya (Mrk. 6:19-20a).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Mrk. 6:14-29 bercerita tentang Raja Herodes yang membunuh Yohanes Pembaptis dan meletakkan kepalanya di atas tampan untuk memenuhi permintaan Herodias istrinya dan anaknya. Herodias dendam karena Yohanes menegor Herodes yang mengambil Herodias, isteri Filipus saudara tirinya (ini melanggar hukum Taurat ke-10, Kel. 20:17; Im. 18:16; 20:21).

 

Dendam melahirkan pembunuhan. Ternyata bukan makhluk hidup saja yang dapat melahirkan. Dosa juga melahirkan dosa. Dendam Herodias merambat ke putrinya dan menular lagi ke Herodes dan merenggut penjagal Yohanes. Herodes terlalu jumawa harus memenuhi umbaran janjinya. Yohanes, orang yang benar dan suci dipenggal kepalanya (ayat 27). Yang membunuh dengan pedang akan terbunuh dengan pedang (Mat. 26:52). Kejahatan akan berbuahkan kejahatan (band. Ef. 5:11). Siklus alami yang lazim terjadi.

 

Herodes sebetulnya senang mendengar ajaran Yohanes. Tapi hatinya selalu terombang-ambing dan sedih saat harus memenggalnya (ayat 20, 26). Dendam Herodias bagaikan setan yang terus mencari waktu yang tepat melampiaskannya. Jiwa dan nuraninya telah teracuni dan rusak. Ini pentingnya kita menjaga hati nurani agar selalu bersih; hati yang telah mendapat cahaya Tuhan; perasaan hati yang murni dan yang sedalam-dalamnya (kbbi.web.id). Hati nurani yang kotor penuh dendam, langsung menjadi pendakwa dan racun bagi diri. Seperti dikatakan Matthew Henry, teolog penulis, kemarahan dan dendam itu bagaikan hantu yang terus mengejar, sampai ia terpuaskan. Dan masalah besarnya, dosa itu dapat menyeret orang lain, dapat melahirkan dosa lainnya lagi.

 

Kelemahan dan kedagingan kita kadang datang, itu wajar. Sakit hati bisa muncul. Solusinya, benih dosa itu harus diputus. Keinginan menghentikannya hanya dengan beroda mohon pertobatan. Firman Tuhan berkata, "Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan" (Kis. 8:22-23). Bebaskan rasa takut. Herodes takut kehilangan simpati umat Yahudi. Istrinya Herodias takut kehilangan posisi sebagai ratu. Khayalan kosong dari rasa takut yang tidak bermanfaat, itu harus dijauhkan. Iman kita sebagai benteng, semestinya hidup dan tidak mati. Tuhan kita itu Allah yang hidup, dan selalu terbuka dan mengampuni kita yang datang berserah kepada-Nya.

 

Tutur kata, perilaku, tabiat dan karakter perlu dijaga. Integritas dipelihara. Timbul rasa damai. Kedamaian muncul hanya dengan senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia (Kis. 24:16). Semua itu terjadi, jika kita terus menjaga dan membersihkannya. Kesukaan akan firman Tuhan akan meneguhkannya, dan membuat iman kita tidak mudah terombang-ambing. Mulailah hari-hari kita dengan membaca sebuah renungan pagi. Jiwa dan hati nurani pun terjaga. Itu akan memberi warna kehidupan kita seharian, menjadi sebuah kuasa dan kesaksian untuk kebaikan dan kebenaran. Kesaksian yang bebas dari rasa takut. Mari seperti Yohanes, mengutarakan kebaikan dan kebenaran, meski dengan resiko atau pengorbanan; bukan Herodes atau Herodias. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan memberkati, amin.

Pdt. Em. Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 78 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8562095
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
143
73300
73443
8223859
713380
883577
8562095

IP Anda: 162.158.170.132
2024-12-16 00:48

Login Form