Sunday, December 15, 2024

2021

Khotbah Minggu 17 Oktober 2021

Minggu XXI Setelah Pentakosta

SALIB DAN KEMULIAAN (Mrk. 10:35-45)

".... dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (Mrk. 10:44).

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 10:35-45, berbicara tentang hamba (dan anak-anak Tuhan) yang melayani; menjadi pemimpin yang bukan memerintah, apalagi dengan tangan besi dan kuasa yang keras. Sebelumnya, di ayat 32-34 Tuhan Yesus menjelaskan kepada murid-murid-Nya yang sudah cemas dan ketakutan, saat mereka menuju Yerusalem dan kata-Nya: "Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati" (ayat 33a).

Ditengah rasa cemas itu, malah Yakobus dan Yohanes meminta keistemewaan buat mereka, yakni duduk dalam kemuliaan kelak, saat kerajaan-Nya berdiri: seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya (ayat 37). Mereka salah, berpikir kerajaan Yesus mesianik di dunia. Permintaan yang juga manusiawi, sebab orang cenderung dan suka mencari kehormatan dan kemuliaan di dunia. Apalagi, mereka mungkin sudah " merasa berjasa" mengikut Yesus, menjadi murid yang dikasihi. Tetapi jawaban Yesus membalikkan logika dan menjadi paradigma Kristiani: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (ayat 43-44). Haleluya.

Yesus menjelaskan, untuk mendapatkan kemuliaan, para murid harus berani menderita, meminum cawan yang harus Dia minum, dan dibaptis dengan baptisan yang harus Dia terima (ayat 38). Meminum cawan berarti melewati penderitaan jalan salib sebagai terhukum, dihina, diludahi dan disiksa. Dibaptis berarti berubah menjadi manusia baru, menjalani hidup yang sepenuhnya berserah kepada Allah Bapa.

Mendapatkan keistimewaan perlu meneladani hidup yang dijalani Yesus, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (ayat 45). Yesus memberi teladan, tugas misi-Nya diselesaikan dengan baik dahulu, dan Ia tidak pernah berpikir mendapatkan kemuliaan itu nantinya.

Ia pun berujar: "tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan" (ayat 40). Maka kita pun yang sudah berpikir berhak atas sorga, perlu introspeksi: seberapa besar cawan yang kita minum, seberapa besar dan dalam kita menyerahkan hidup kepada-Nya? Nyanyian Kidung Baru (NKB) 199 berkata: "Berapa yang terhilang telah ‘ku cari; dan ‘ku lepaskan yang terbelenggu? Sudahkah yang terbaik ‘ku berikan, kepada Yesus Tuhanku?"

Selamat hari Minggu dan selamat melayani. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

 

Kabar dari Bukit Minggu 9 Oktober 2021

Kabar dari Bukit 

SINGKAT BERMAKNA (Mzm. 90:12-17)

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mzm. 90:12)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 90:12-17. Judul perikopnya: Allah, tempat perlindungan yang kekal. Mazmur yang ditulis Musa ini cukup kita kenal, karena di ayat 10 dituliskan: “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.”

 

Pada bagian awal mazmur dinyatakan bahwa hidup manusia hanyalah debu (ayat 3), singkat seperti suatu giliran jaga di waktu malam, hanyut berlalu bagaikan rumput yang pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu (ayat 5). Dan, akhirnya, Tuhan memanggil pulang. “Kembalilah hai anak-anak manusia!” Hidup manusia singkat, tetapi Allah kekal, dan seribu tahun sama seperti hari kemarin bagi-Nya (ayat 3-4a).

 

Itulah dasarnya pemazmur memohon hikmat dari Tuhan. “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (ayat 12). Sebab, meski dikatakan umur manusia 70 tahun, tetapi tidak ada yang memastikan semua melewatinya. Demikian juga bila mencapai usia 80 tahun, akan banyak masalah yang muncul. “Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan” (Ams. 3:16) 

 

Sayangnya, seringkali dalam hidup yang singkat itu, manusia masih tetap saja suka berbuat dosa. Dan bagi Tuhan tiada yang tersembunyi, semua kesalahan akan menghasilkan murka Tuhan, yang membuat manusia terkejut atas amarah-Nya (ayat 4b-9). Manusia berdosa karena kekurangan hikmat, tergoda oleh keinginan tubuh, ego dan iblis; maka Allah pun menjauh meninggalkannya. Oleh karena itu, pemazmur memohon dalam doa pertamanya dalam nas ini: “Kembalilah, ya TUHAN – berapa lama lagi? – dan sayangilah hamba-hamba-Mu” (ayat 13).

 

Doa kedua, Musa memohon agar Tuhan kiranya bertindak adil penuh kasih, mengampuni segala kesalahan yang telah dilakukannya, dan diberi seimbang antara sukacita dengan hari-hari Tuhan menghukum (ayat 15). Menghitung hari yang dilalui tujuannya untuk mendapatkan hikmat, agar lebih takut kepada Tuhan, tidak mengabaikan-Nya, melainkan lebih sering bergaul dengan membaca firman-Nya, pujian dan doa. Hidup yang benar memang tidak sekedar dijalani, tetapi juga diisi dan bertumbuh.

 

Melalui doa ketiga, pemazmur mengingatkan kita agar hidup yang singkat itu diisi dengan hal yang baik berguna dan memuliakan Tuhan (1Kor. 15:58; Mat. 25:14-30). "Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, dan semarak-Mu kepada anak-anak mereka. ... teguhkanlah perbuatan tangan kami..." (ayat 16-17).

 

Mari kita sadari, hidup ini sementara, sebuah kesempatan, sebentar lisut dan layu menjadi debu. Janganlah menyia-nyiakan waktu yang Tuhan beri (Ef. 5:15-16). Kita tidak tahu berapa lama Tuhan akan memanggil pulang. Waktu bukanlah milik kita, tetapi milik Tuhan. Tinggal pilihan di kita: Ingin binasa atau bermakna?

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 3 Oktober 2021

Kabar dari Bukit 

UJI DAN BERSERAH (Mzm. 26:1-12)

 

Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu (Mzm. 26:1)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 26. Ada duabelas ayat berjudul: “Doa mohon dibenarkan oleh TUHAN”. Ini doa ratapan Daud ketika dikejar-kejar oleh Raja Saul yang bermaksud membunuhnya, karena dianggap saingan sebagai raja. Raja Saul tidak suka kepopuleran Daud, yang dipuja atas kepahlawanannya. Rakyat menyanyikan, “Saul megalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa” (1Sam. 18:7).

 

Saul memperlihatkan gambaran dua sifat buruk melalui nas ini. Pertama, irihati; dan kedua, kecenderungan menyalahkan orang lain dan membenarkan diri sendiri. Buah keduanya bisa lebih jahat, yakni berkata hal buruk dan memfitnah orang lain, bahkan menyakiti. Ini jelas cara berpikir yang salah: Senang membuat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang. Padahal, sering tidak disadari, rasa iri dengki dan benci juga merusak diri sendiri. “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi irihati membusukkan tulang” (Ams. 14:30).

 

Ada beberapa penyebab irihati. Pertama, tidak dapat mengenal dan mengukur diri sendiri. Kedua, melihat secara negatif kelemahan pada dirinya. Padahal, semua orang pasti punya kelemahan. Tetapi Alkitab berkata, melalui kelemahan kita, Tuhan bekerja sempurna (2Kor. 12:9). “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (2Kor. 12:10b). Ketiga, kurang bersyukur atas pemberian Tuhan dalam hidupnya. Perlu kesadaran, setiap orang diberi talenta dan karunia rohani berbeda, sesuai panggilan yang Tuhan sediakan. Keempat, terlalu mengikuti nafsu keserakahan dan kesombongan, tidak mau kalah. Hal ini pula yang membuat seseorang memiliki kecendrungan menyalahkan orang lain dan membenarkan diri sendiri. Apalagi, adanya medsos dapat memicu persaingan sebagai sumber irihati.

 

Minggu lalu renungan kita tentang Tuhan adalah pertolonganku (Mzm. 124). Kini kita diajak untuk menyadari, Tuhan adalah tempat mengadu, menyampaikan segala keluh-kesah kita. Tetapi ada dua hal yang perlu kita pelajari dari mazmur ratapan Daud ini. Pertama, jangan cepat-cepat bertindak sendiri menghakimi; ujilah diri dan keluh kesah kita. Apakah kita dalam posisi benar, dan dalam “kuasa Roh Tuhan”. Daud berkata, “Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku” (ayat 2).

 

Ketika menyampaikan keluhan, perlu kita teladani Daud, berefleksi atas hidupnya. “Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu. Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul; .... Aku... memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib. TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu” (ayat 3-8). Daud merasa begitu hormat dan dekat dengan Tuhan-nya, selalu rindu untuk bersama dengan Dia.

 

Pembelajaran kedua, jika merasa ada ketidakadilan atau dijahati, janganlah berniat membalas menyakiti orang tersebut. Lihatlah Daud: Ia difitnah, dibenci, dikejar-kejar, merasa tidak kesalahan. Ia melakukan semua untuk kebesaran Raja Saul dan kemuliaan Tuhan. Jika rakyat menyukainya, itu bukanlah salahnya. Namun, meski Daud memiliki kesempatan untuk membunuh Saul, dilewatkannya, sebab Tuhan adalah hakim yang memiliki hak tersebut (1Sam. 24:1-13).

 

Kini, marilah, apapun yang menjadi persoalan kita, jangan ragu untuk mengadukannya kepada Tuhan kita. Ia baik. Ia Mahapendengar. Ia tahu kesulitan kita. Jangan cepat putus asa, ketika keluhan yang kita sampaikan seolah-olah tidak direspon sesuai keinganan kita. Sabar dan bertekunlah dalam iman dan doa. Kadang Tuhan memakai pergumulan kita untuk menguatkan. Tuhan pasti bertindak, terlebih kita memenuhi dua hal diatas: teruji benar, dan berserah kepada Dia bagaikan iman anak kecil. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah Minggu 10 Oktober 2021

Minggu XX Setelah Pentakosta

BERKORBAN (Mrk. 10:17-31)

 

Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah" (Mrk 10:27).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 10:17-31, berkisah dua hal: pertama, tentang orang kaya yang sukar masuk Kerajaan Allah. Ceritanya ada orang kaya yang taat sejak masa mudanya pada hukum Taurat, bertanya kepada Tuhan Yesus tentang jalan untuk memperoleh kehidupan kekal. Yesus pun menjawab: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (ayat 21).

 

Ia terpana. Kecewa. Tentu keputusan yang sulit. Tetapi Yesus mengetahui hatinya sehingga keluar pernyataan kedua-Nya tentang sukarnya orang yang memiliki banyak uang masuk ke dalam Kerajaan Allah. "Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah", ujar-Nya (ayar 23, 25). Meski ada tafsiran ayat ini simbolik, tentu itu sesuatu yang mustahil. Yesus pun menjelaskan lanjutannya dengan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah" (ayat 27). Itulah anugerah. Belas kasihan Allah.

 

Kisah kedua dijadikan satu bagian dalam leksionari minggu ini, tentu karena inti pesannya sama. Petrus bertanya tentang upah mengikut Dia, dan dijawab-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (ayat 29-30). Dahsyat.

 

Maka menjadi jelas dari dua nas itu pentingnya berkorban dalam mengikut Yesus. Berkorban tidak diukur dengan ketaatan legalistik semata; tapi diukur dengan hati, kerelaan dan keyakinan “memberi yang terbaik”, hingga ada "rasa sakit" dalam memberi. Berusaha taat, tetapi tidak mau berkorban banyak padahal mampu, tentu Tuhan melihat itu sekadarnya saja.

 

Abraham menjadi teladan, berkorban dengan mengabaikan akalnya pergi menuju tanah Kanaan. Ia juga berkorban perasaan, ketika Lot keponakannya diberi prioritas memilih wilayah lebih dahulu (Kej. 13:8-9). Abraham berkorban rela memberi anaknya Ishak yang dikasihinya. Maka pesan nas minggu ini: kita pun, teruslah berkorban, memberi yang terbaik, hati, pikiran, waktu, tenaga, harta, bahkan nyawa, serta percaya sepenuhnya kepada-Nya. Jangan sampai, seperti dikatakan di ayat 31, “orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati pelayanan kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 3 Oktober 2021

Minggu XIX Setelah Pentakosta 

IMAN ANAK KECIL (Mrk. 10:2-16)

 

Ia (Yesus) marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah (Mrk. 10:14).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 10:2-16, menjelaskan tentang perceraian dan iman anak-anak. Perceraian merupakan topik yang selalu hangat (termasuk dalam pergunjingan) dan ternyata sejak zaman Musa hal itu telah menjadi trending topic. Kaum Farisi ingin menguji Yesus tentang Musa yang "membenarkan" perceraian. Padahal, Musa melakukan itu dengan dasar pentingnya penghargaan terhadap perempuan. Kita tahu dalam budaya Yahudi, kedudukan perempuan tidak setara dengan laki-laki dan sering haknya terabaikan, terlebih bila ada perzinahan. Status ini penting dinyatakan dengan ada "surat cerai" (Ul. 24:1-4). Dengan adanya kejelasan tersebut, kaum perempuan pun memiliki hak kebebasan dalam menata hidupnya. Tetapi Yesus juga mengingatkan bahwa itu dilakukan Musa karena kedegilan hati mereka.

 

Yesus kemudian mengembalikan makna pernikahan yang benar seperti yang ditetapkan Allah dari semula. Pernikahan bukan didasarkan kebutuhan daging (dan materi), tetapi merupakan lembaga pertama yang dibentuk Tuhan untuk tugas mulia yakni membangun keluarga Allah. Melalui pernikahan, kehadiran dan pengenalan Allah menjadi nyata dalam ikatan janji suci, dan menjadi perjalanan bahtera yang penuh dinamika suka dan duka, harapan dan pergumulan. Hubungan pernikahan lebih dalam dari hubungan orangtua dengan anak (band. Kej. 2:24). Maka pernikahan harus dilihat sebagai rencana dan kehendak Allah.

 

Namun kita juga mencoba memahami jika saat ini ada gereja yang melihat dari sisi kasih dan kemanusiaan. Mereka menerima perceraian, jika itu sudah menyangkut bahaya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun pesan utama nas minggu ini adalah: Prinsip satu daging seumur hidup harus dipertahankan (ayat 7-9; Ibr. 13:4a). Perlu pengorbanan diri, sejauh mungkin pasangan berusaha mempertahankan pernikahannya. Kita pun, tidak mudah menghakimi terjadinya perceraian. Prinsip yang perlu dipegang, perceraian tidak mendapat tempat di mata Allah. Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (ayat 9).

 

Bagian kedua ayat 13-16 nas kita berbicara tentang Yesus memberkati anak-anak. Kegagalan anak banyak terjadi karena mereka tidak dibekali tentang kehadiran Tuhan dalam hidup mereka saat anak-anak. Pola pikir anak yang putih polos merupakan kekuatan untuk menerima dasar-dasar kehidupan. Ketergantungan anak-anak dan berserah penuh, merupakan model iman yang sederhana, sehingga Tuhan Yesus mengatakan: "Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya" (ayat 15).

 

Kedua nas ini tentang perceraian dan anak-anak mengajar kita dalam menempatkan iman. Iman seperti anak kecil dan menomor-duakan peran akal pikiran membuat kita bergantung sepenuhnya kepada Allah Bapa. Iman yang demikian itu yang dapat melihat Allah bekerja, dan kita pun akan merasakan karya kasih-Nya. Percayalah. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

 

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 64 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8562067
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
115
73300
73415
8223859
713352
883577
8562067

IP Anda: 172.71.152.24
2024-12-16 00:41

Login Form