Sunday, December 15, 2024

2020

Khotbah Minggu 19 April 2020 - Minggu Paskah II

Khotbah Minggu 19 April 2020 - Minggu Paskah II

 

PENGHARAPAN, IMAN DAN KASIH

(1Pet. 1:3-9)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 2:14a, 22-32; Mzm. 16; Yoh. 20:19-31

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Nas 1Petrus 1:3-9 selengkapnya dengan judul: Pengharapan, iman dan kasih 

1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, 1:4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. 1:5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. 1:6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. 1:7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. 1:8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, 1:9 karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

 

-------------------------------------

 

Pendahuluan

Surat 1Petrus ini ditulis pada saat orang Kristen di wilayah Roma mendapat perlakuan buruk dari kepemimpinan Nero. Sebagian besar umat Kristen di Roma berasal dari agama Yahudi yang tidak rela ada yang menerima Kristus, sehingga perlakuan buruk juga mereka terima dari sesama orang Yahudi dan juga dari keluarga. Mereka cukup menderita karena diperlakukan tidak adil bahkan kadang disiksa hingga mati. Akibatnya banyak pengikut Kristus yang ketakutan oleh perlakuan ini. Oleh karena itu surat Rasul Petrus ini memberikan penghiburan dan kekuatan bagi mereka, agar iman mereka tetap kuat di tengah-tengah penderitaan yang mereka alami. Melalui nas minggu inilah kita diberikan pokok pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Lahir baru oleh kebangkitan Kristus (ayat 3)

Kelahiran kembali dalam nas ini lebih mengacu kepada kelahiran rohani sebagaimana dijelaskan Tuhan Yesus kepada Nikodemus tatkala menjelaskan keselamatan (Yoh 3). Dalam buku Pedoman Iman Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) yang ditulis Ketua Sinode GKSI Pdt. Dr. Matheus Mangentang tentang kelahiran baru dijelaskan dalam paragraf-paragraf berikut. Perjanjian Lama mengacu kepada Roh Kudus pada masa yang akan datang ketika Ia akan tinggal di dalam umat Allah dan membawa kehidupan baru sehingga mereka dapat memenuhi kehendak Allah (Yeh. 36: 25-26; band. Yer. 31: 33). Dalam Peranjian Baru Yesus berbicara kepada Nikodemus tentang kelahiran kembali oleh Roh Kudus sebagai satu-satunya jalan masuk ke Kerajaan Allah (Yoh. 3: 1-8). Ada istilah-istilah Alkitab lain yang mirip: Lahir dari Allah (1Yoh. 2: 29; 3: 9; 4: 7; 5: 4, 18; Yoh. 1: 13); “Dilahirkan kembali oleh Firman Allah” (1Pet. 1: 23, band. Yak. 1: 18), “Ciptaan Baru” (2Kor. 5: 17; Gal. 6: 15), “Buatan Allah” (Ef. 2: 10; 4: 24). 

Kelahiran kembali menandakan saat dan cara kita memasuki kesatuan dengan Kristus, suatu perubahan serempak dari kematian spiritual menuju kehidupan spiritual, suatu kebangkitan spiritual (Ef. 2: 1-5), peristiwa yang terjadi sekali untuk selama-lamanya pada permulaan kehidupan Kristen sejajar dengan kelahiran fisik. Kelahiran kembali berbeda dengan pertobatan yang erat hubungannya dalam hal menitikberatkan dalam perbuatan Allah yang memberi hidup baru. Pertobatan berarti tindakan manusia untuk berbalik dari dosa kepada kebenaran. Melalui kelahiran kembali, orang percaya menerima watak rohani baru yang terungkap dalam perhatian dan minat-minat baru. Orang yang telah mengalami kelahiran baru terutama memperdulikan “hal-hal dari Allah” seperti Firman-Nya, umat-Nya, pelayanan-Nya, kemuliaan-Nya, dan di atas semuanya itu adalah Tuhan Allah sendiri. Mereka juga menerima kuasa baru untuk menolak dosa dan menaati serta melayani Tuhan

Belum tentu kelahiran kembali disertai emosi-emosi tertentu untuk kesadaran orang tentang perubahan. Keinginan dan sikapnya mungkin bisa timbul secara berangsur-angsur. Seseorang yang dibesarkan dalam keluarga Kristen dan menerima pengajaran sejak kecil, mungkin tertarik pada Kristus dan mencapai kedewasaan dengan keyakinan jelas mengenai Kristus tanpa mengalami krisis tertentu sebagai saat tepat ketika ia dilahirkan kembali. Setiap orang tidak perlu menunjukkan waktu dan tempat tertentu sebagai saat kelahiran kembali. Banyak orang dapat menyatakannya dan memberikan “kesaksian” tentang cara mereka bertobat dan mengalami kelahiran kembali, tetapi tidak harus demikian. Bahkan ada orang yang pernah mengalami krisis emosi dan rohani, yang mungkin disebut atau dianggap sebagai tanda “pertobatan”. Tetapi selanjutnya dalam sehari-hari, tidak memberi bukti bahwa bertobat dan dilahirkan kembali. Mengenai soal waktu, ketidaktahuan orang akan waktu kelahiran barunya tidak membuktikan bahwa ia tidak hidup! Bukti kelahiran kembali oleh Roh Kudus telah terjadi bila keinsyafan orang itu sendiri kuat dan mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatnya, serta bukti-bukti kehidupan Roh Kudus di dalam dan melalui Dia.

 

Kedua: Pengharapan yang tersimpan di sorga (ayat 4-5)

Rasul Paulus mencoba menjelaskan pesan dari Tuhan tentang janji yang diberikan kepada umat Yahudi sebelumnya yakni tanah Kanaan (Bil 32:9; Ul 2:12; 19:9). Meskipun mereka telah menerima janji tanah Kanaan, akan tetapi oleh karena dosa dan kecemaran mereka yang merupakan pengaruh berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain, maka janji itu diambil kembali. Dosa dan ketidaktaatan membuat janji hanya sebagai suatu kenangan lama yang meredup saja. Akan tetapi orang Kristen memiliki janji yang berbeda, bukan berupa tanah atau tempat di bumi ini, yang bisa hilang atau rusak, melainkan sebuah tempat abadi kota Allah dan tidak dinodai oleh dosa-dosa. Tempat itu abadi dan tidak lekang oleh masa. Bahkan di masa kini orang Kristen sudah bisa merasakannya, pemenuhan janji itu, dalam wujud keyakinan dan sukacita damai sejahtera dalam menghadapi semua perjalanan hidup.

Pengharapan dasarnya adalah iman. Kitab Ibrani mendefinisikan "iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr 11:1). Sesuatu yang kita harapkan dan (belum/tidak) kita lihat haruslah berdasarkan janji. Janji ini merupakan gambaran yang akan terjadi di masa depan berdasarkan apa yang seseorang sudah alami/ketahui dan mampu untuk memberikannya. Seseorang yang tidak memiliki informasi akurat tentang suatu tempat atau kuasa untuk memberikan jalan kepada orang lain untuk sampai ke tempat itu, jelas pembual. Seseorang, sebut saja Si Umar, yang bukan dari Afrika Selatan dan belum pernah ke Afrika Selatan dan tidak mengenal atau mempunyai kemampuan untuk membawa orang lain ke Afrika Selatan, tapi memberi janji dengan member gambaran Afrika Selatan dan menunjuk jalan ke Afrika Selatan, jelas Umar adalah pembual. Tetapi kalau saya yang dari Samosir Sumut dan tahu jelas tentang Samosir, dan mampu memberi jalan ke Samosir, maka saya bukan pembual dan saya serius dalam memberi janji itu.

Tuhan Yesus memberikan janji kepada setiap orang percaya bahwa ada sorga, ada kehidupan setelah kematian. Yesus dapat berkata demikian sebab Ia datang dari sorga dan memperlihatkan kuasa dari sorga, serta telah bangkit dan menang dari kematian. Selama di bumi dalam pelayanan-Nya, Ia telah memperlihatkan hubungan yang demikian dekat dengan Bapa-Nya pemilik sorga, memperlihatkan kuasa-kuasa sorga dalam pelayanan-Nya yakni kasih yang begitu besar dan juga berbagai mukjizat yang dahsyat. Maka Ia jelas datang dari sorga. Dengan dasar itulah Tuhan Yesus mengatakan bahwa tersedia tempat di sorga bagi orang percaya yang setia dan berbuah. Kita akan menerima bagian yang tidak dapat cemar atau rusak, yang tidak dapat punah binasa yang tersimpan di sorga, dan ini berbeda jauh dengan tanah Kanaan yang dijanjikan bagi umat Yanudi. Semua pengharapan kita itu yakni hidup abadi dengan damai sukacita dan kehidupan yang lepas dari beban hidup ada tersimpan di sorga yang disediakan oleh Yesus bagi kita orang yang percaya (Rm 8:17; Kol 1:5).

 

Ketiga: Penderitaan sebagai bukti kemurnian iman (ayat 6-7)

Ada beberapa alasan mengapa orang Kristen pada masa itu menjadi target penganiayaan orang lain. (1) Mereka menolak menyembah kaisar sebagai allah sehingga dianggap sebagai pemberontak atau pengkhianat. (2) Mereka juga menolak untuk beribadah di kuil-kuil pagan. (3) Mereka dianggap tidak mendukung cita-cita kekaisaran Romawi yang penuh dengan kekuasaan dan penaklukan; hal yang membuat orang-orang Roma menghina orang Kristen yang dianggap berkorban sia-sia. (4) Mereka menolak dan melindungi diri dari budaya-budaya Romawi yang pagan dan amoral dan menakutkan. Dan itu adalah resiko bagi orang Kristen saat itu dan juga pada saat ini, tatkala orang percaya menjadi sinar dalam kegelapan maka harus menerima tantangan dan ujian itu sebagai proses pemurnian iman kita. Semua orang percaya harus memikul salib dan menyangkal diri, yang pada akhitnya membuat kita semakin berkenan kepada Tuhan Yesus.

Sebagaimana emas yang dibakar, segala kotoran yang membuat tidak murni menjadi terpisah mengambang ke atas sehingga mudah untuk disaring atau diambil kotorannya. Ini merupakan proses membuang segala hal yang tidak kita inginkan dalam kemurnian termasuk dalam iman kita. Demikian juga kita segala pencobaan, pergumulan dan penganiayaan memurnikan dan memperkuat iman kita, membuat kita semakin berguna bagi Tuhan. Ujian pergumulan itu tidak perlu kita lari dari padanya, atau bertanya-tanya: "Mengapa Aku?" Adalah lebih baik kita merespon penderitaan dengan sikap positip yakni sebagai berikut. (1) Penuh keyakinan, bahwa Allah tahu, merencanakan, dan mengarahkan hidup kita untuk sesuatu yang baik (Rm 8:28). Kadang mungkin itu sulit masuk akal, tetapi Allah selalu menyediakan kasih dan kuasa-Nya untuk kita dan memimpin kita ke masa depan yang lebih baik. (2) Bertekun dan bersabarlah, ketika menghadapi segala sikap amarah, kesedihan atau rasa sakit (Yak 1:2-3; 1Pet 4:12). Kita dapat mengekspresikan kesedihan kita, tetapi jangan menjadikan itu sebagai kepahitan dan sikap putus asa. (3) Penuh keberanian, sebab Yesus adalah Sahabat dan Penyelamat, maka kita tidak perlu takut. Dia yang sudah menderita bagi kita tidak akan meninggalkan kita, Dia akan membawa kita melewati segalanya dengan penuh kemenangan.

Firman Tuhan minggu ini mengatakan bahwa kita perlu bergembira atas semua pergumulan dan penderitaan itu. Iman sejati pasti teruji dan tahu bahwa tujuan Allah bukan untuk menjatuhkan. Apabila kita berhasil melewatinya sebagai pemenang, maka dikatakan, "Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." Hal yang kita alami berupa penderitaan masa kini untuk memuliakan Tuhan, semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan kita terima kelak pada masa Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan menyediakan sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan, "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (Rm 8:18; 1Kor 2:9)." Sebuah gambaran yang sungguh menggembirakan dan membangkitkan hati.

 

Keempat: Sukacita yang mulia dalam kasih (ayat 8-9)

Anak-anak Tuhan perlu memperlihatkan kesejatian imannya melalui kemenangan dalam proses pergumulan dan penderitaan dengan tetap setia.  Sikap menyerah, putus asa apalagi sampai murtad menyangkal Tuhan Yesus jelas merupakan suatu kekalahan dan menghilangkan peluang emas yang diberikan oleh Tuhan bagi kita. Kegagalan merasakan penyertaan Tuhan dalam segala sesuatu bukanlah kegagalan Dia dalam melindungi anak-anak-Nya dari segala pencobaan yang dialami. Alkitab berkata bahwa kita tidak akan diberikan pencobaan yang melampaui kemampuan kita (1Kor 10:13). Ini sangat jelas. Akan tetapi kalau kita menyerah, lari dan takluk maka sebetulnya kita yang gagal mengenal Dia, mengenal kasih-Nya, mengenal penyertaan dan kuasa-Nya dalam melewati pergumulan itu. Oleh karena itu, pengenalan Tuhan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tatkala ujian dan pencobaan datang, kita sudah dapat melihat dengan mata rohani bahwa Allah bekerja bersama kita dalam menghadapi hal itu.

Orang Kristen di Roma tidak pernah melihat Tuhan Yesus selama hidup-Nya. Mereka tidak melihat-kuasa-kuasa mukjizat yang dilakukan-Nya. Mereka hanya mendengar dan berdasarkan saksi-saksi lantas percaya. Namun kemudian tantangan yang mereka hadapi demikian hebat hingga mengancam jiwa mereka. Dalam hal ini Rasul Petrus mengatakan bersyukurlah dan memuji Tuhan atas semua itu, bahwa meski mereka belum pernah melihat Yesus, tapi mereka mengasihi-Nya. Mereka setia dan tetap teguh dalam penderitaan yang diakibatkan oleh iman mereka, yang membuktikan pengenalan mereka demikian sempurna hingga tetap taat. Dalam hal ini benar yang dikatakan oleh beberapa ahli, bahwa pengenalan akan Yesus melalui beberapa tahap, yang diawali dengan adanya hasrat dan kerinduan. Langkah ini kemudian perlu diikuti dengan kesetiaan dan keterbukaan diri dalam melihat keberadaan kita ditengah-tengah dunia dengan segala kehebatan alam semesta serta tawaran nikmat dan godaannya. Kegagalan manusia dalam melawan itu mestinya memberi pandangan bahwa manusia sendirian tidak akan mampu. Ada keinginan duniawi dan roh jahat yang membuat manusia jatuh dan berdosa. Manusia pasti kalah bahkan ada yang sampai terjerat tidak bisa lepas merdeka. Inilah yang membuka kesadaran bahwa manusia perlu diselamatkan oleh kuasa yang lebih tinggi.

Firman Tuhan mengatakan bahwa kita perlu bergembira dengan sukacita yang mulia dan tidak terkatakan karena melalui kelahiran baru kita melihat keberadaan Allah. Ada pengharapan dan ada penyertaan. Pengenalan Allah dalam hal ini menjadi suatu kekayaan rohani bagi mereka yang percaya dan bergantung kepada-Nya (Kol. 1:27). Pengenalan melalui penderitaan yang Tuhan izinkan membuat pemahaman yang lebih mendalam menuju panggilan persekutuan pribadi dengan Kristus. Kita tetap dan terus mengasihi-Nya tanpa perlu melihatnya. Kita tidak perlu seperti Tomas yang harus  melihat bekas paku pada tangan-Nya dan mencucukkan jarinya ke dalam bekas paku itu untuk percaya (Yoh. 20:24-30). Kita adalah orang-orang yang berbahagia yang tidak melihat, namun percaya. Meski kita tahu pengenalan kita masih samar-samar, namun kita yakin percaya pada firman Tuhan, jalan pengenalan akan Dia yang mengatakan, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1Kor. 13:12; band. 1Yoh. 3:2). Inilah kunci dan penggenapan tujuan hidup kita, yakni “kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” Itulah inti perlindungan dan jaminan Allah.

 

Penutup

Melalui kelahiran baru kita mendasarkan diri pada penebusan Tuhan di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari kematian. Kuasa kebangkitan-Nya juga menghidupkan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dia bangkit untuk memberikan jaminan bahwa Dia dari sorga dan kembali ke sorga untuk menyediakan sesuatu yang indah yang tidak rusak dan layu bagi kita yang percaya kepada-Nya. Ada pengharapan yang memampukan kita melihat semua janji surgawi itu melalui kebangkitan-Nya. Namun kita hidup di dunia ini yang penuh tantangan. Kadang kita diuji dan dicoba untuk memperlihatkan kemurnian iman kita, sebagai bukti sejati bahwa kita adalah orang-orang setia dan taat. Ujian dan cobaan melalui penderitaan yang kita alami, bukanlah untuk menjatuhkan kita melainkan iman kita semakin dimurnikan. Hal itu semua membuktikan bahwa kita berpegang teguh kepada-Nya, percaya penuh tanpa perlu melihat-Nya, sebab dengan demikian iman kita semakin diteguhkan dan jiwa kita diselamatkan. Iman, pengharapan, dan kasih, itulah gambaran yang diberikan kepada kita orang percaya.

Tuhan Yesus memberkati.

 

 

KABAR DARI BUKIT (12 April 2020)

KABAR DARI BUKIT (12 April 2020)

Umat-Nya Dipulihkan

 

Menurut leksionari, ada beberapa nas yang dapat dipakai untuk topik khotbah di Minggu Paskah hari ini, yakni Yer 31:1-6; Mzm. 118:1-2, 14-24 ; Kol. 3:1-4 atau Kis. 10:34-43; Yoh. 20:1-18 atau Mat. 28:1-10 (https://lectionary.library.vanderbilt.edu/texts.php?id=38).

 

Renungan dua nas dari Injil Yoh. 20 dan Mzm. 118 dapat dilihat pada link website di bawah, yang saya tulis beberapa tahun lalu. Maka nas kita hari ini saya ambil dari Yer. 31:1-6 yang berbicara tentang Perjanjian Baru. Nabi Yeremia menyampaikan janji Allah yang akan membangun kembali Israel dan memulihkan umat-Nya dari keruntuhan kerajaan Israel dan Yehuda, dua kerajaan warisan Raja Daud yang jaya.

Nabi Yeremia menggambarkan dengan puitis janji indah bagi umat-Nya: “... Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu. Aku akan membangun engkau kembali, sehingga engkau dibangun, hai anak dara Israel! Engkau akan menghiasi dirimu kembali dengan rebana dan akan tampil dalam tari-tarian orang yang bersukaria (ayat 3-4, 20). Sebuah pengharapan dan sukacita setelah masa kelam umat-Nya termasuk dibuang ke Babilonia selama 70 tahun.

Allah mengingatkan perjalanan umat Israel keluar dari perbudakan di tanah Mesir dan melewatkan hukuman dengan darah anak domba yang dioles di tiang pintu dan ambang atas rumah mereka (Kel. 12:6-7). Itulah peristiwa Paskah pertama bagi umat Allah. Pengharapan diberikan bagi umat-Nya Kanaan yang baru: “Engkau akan membuat kebun anggur kembali di gunung-gunung Samaria; ya, orang-orang yang membuatnya akan memetik hasilnya pula. Sungguh, akan datang harinya bahwa para penjaga akan berseru di gunung Efraim: Ayo, marilah kita naik ke Sion, kepada TUHAN, Allah  kita!" (ayat 5-6). Samaria adalah gambaran kerajaan Israel Utara yang akan penuh dengan hasil ladang sumber makanan. Penjaga (menara) yang dahulu dipakai melihat musuh, kini akan menyerukan umat-Nya ke Sion Yerusalem untuk datang beribadah.

Demikian jugalah di pagi sebelum fajar menyingsing, Maria Magdalena datang ke kubur Tuhan Yesus. Ia membawa rempah-rempah dan minyak mur, sebuah ungkapan kasih. Tetapi Maria melihat kubur itu telah terbuka, terguling batu penutupnya. Ia berteriak dan para murid pun berlari dan melihat ke dalam, kubur itu kosong dan hanya meninggalkan kain kafan. Malaikat meneguhkannya dan Yesus kemudian hadir menemui Maria, dan berkata: “Salam bagimu... Jangan takut" (Mat. 28:9-10. Ia yang mati di hari Jumat kini telah bangkit. Ini sesuai dengan nubuatan-Nya bahwa Ia akan dibunuh di Yerusalem tetapi akan bangkit pada hari ketiga (Mat.21:16, tiga hari: Jumat, Sabtu dan Minggu sesuai kalender Yahudi waktu itu).

 

Para murid Tuhan Yesus yang sudah putus asa kini semangatnya kembali bangkit. Puncak kasih Allah kepada manusia melalui kematian Kristus kini semakin dibuktikan: Allah berkuasa penuh, hadir dan ingin memulihkan hubungan dengan kita orang berdosa. Kebangkitan Tuhan Yesus meneguhkan iman kita (Yoh. 20:1-18) dan sekaligus menjadi kemenangan kita (1Kor. 15:1-11). Kita dipersatukan kembali menjadi anak-anak-Nya. Segala pergumulan dan derita ada saatnya pulih menjadi sebuah sukacita sepanjang kita setia dan taat kepada-Nya. Mari terus berdoa untuk melawan wabah Covid-19, dan terus berkarya bagi-Nya dengan ikut serta memberitakan Dia yang bangkit, berbuat yang terbaik semampu kita bagi mereka-mereka yang menderita terdampak akibat wabah ini. Selamat PASKAH, selamat beribadah dari rumah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

 

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu Paskah ini: Kebangkitan Yesus Meneguhkan Iman Kita (Yoh. 20:1-18) dan lainnya, silahkan mengklik website www.kabardaribukit.org.

 

Pdt. (Em.) Ramles M. Silalahi.

Khotbah Minggu 12 April 2020 - Minggu Hari Raya Paskah

Khotbah Minggu 12 April 2020 - Minggu Hari Raya Paskah

 

KEBANGKITAN KRISTUS KEMENANGAN KITA

(1Kor 15:1-11)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 10:34-43 atau Yes 25:6-9; Mzm 118:1-2, 14-24; Kis 10:34-43; Yoh 20:1-18 atau Mark 16:1-8 

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

           

Nas 1Kor 15:1-11 selengkapnya dengan judul: Kebangkitan Kristus

15:1 Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. 15:2 Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu -- kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. 15:3 Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, 15:4 bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; 15:5 bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. 15:6 Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. 15:7 Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. 15:8 Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. 15:9 Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. 15:10 Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. 15:11 Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.

----------------------------

 

Pendahuluan

Pertama: Paskah dan keselamatan (ayat 1-2)

1, 2. Dan sekarang mengawali pokok pembahasan yang baru, yaitu kebangkitan, sebagai bagian yang integral dari Injil. Kamu diselamatkan (bahasa Yunaninya memakai waktu sekarang) mungkin mengacu kepada keselamatan yang berkesinambungan dari kuasa dosa di dalam kehidupan orang percaya, atau mungkin mengacu pada keselamatan hari - lepas - hari dari penduduk Korintus ketika mereka menerima pemberitaan itu dan menjadi bagian dari jemaat Yesus Kristus. Sia-sia saja menjadi percaya bukan menunjukkan kemungkinan hilangnya keselamatan. Yang dimaksudkan oleh Paulus ialah bahwa iman yang tidak bertahan terus bukan merupakan iman yang sejati, atau bahwa iman yang mengandalkan kebangkitan Mesias itu tidak ada gunanya jika berita tentang kebangkitan Kristus tidak benar. Penafsiran kedua mungkin lebih tepat. Jika Kristus tidak disalibkan dan dibangkitkan, keselamatan mustahil diperoleh.

Orang percaya bukanlah orang yang hanya memiliki iman dalam Yesus Kristus. Sebaliknya, orang percaya adalah orang yang beriman pada Yesus Kristus sebagaimana Dia dinyatakan dalam berita yang sepenuhnya dari Injil (ayat 1Kor 15:1-4). Iman mereka pada Kristus selalu terikat pada Firman Allah dan ajaran para rasul (ayat 1Kor 15:1,3; 11:2,23; Rom 6:17; Gal 1:12). Karena alasan inilah, orang percaya dapat dilukiskan sebagai umat yang tunduk kepada Kristus dari Alkitab sebagai Tuhan dan Juruselamat dan hidup menurut Firman Allah. Mereka tunduk tanpa ragu-ragu kepada kekuasaan Firman Allah, berpegang teguh pada ajarannya, percaya pada janjinya, mengindahkan peringatannya dan menuruti perintahnya. Mereka adalah orang yang ditawan oleh Firman Allah, menggunakan Alkitab untuk menguji semua gagasan manusia dan tidak menerima apa pun yang bertentangan dengan Alkitab.

Firman Injil yang hidup diterima, dipelihara lalu disampaikan lebih lanjut. Kata-kata yang dipakai di sini diambil dari peristilahan para rabi Yahudi mengenai tradisi, bdk 1Ko 11:23. Tetapi Injil terutama perlu diberitakan, 1Ko 14:1,2 dan diajar (1Ko 14:11 kerygma), bdk Mat 4:23, dll, lalu dipercaya, 1Ko 14:2,11, bdk Mar 1:15; maka Injil menyelamatkan orang, 1Ko 14:2, bdk Kis 11:14; 16:17. Ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam ayat-ayat ini ternyata sudah membeku dan menjadi pangkal semua syahadat iman (Credo) selanjutnya.

 

Kedua: Meragukan kebangkitan (ayat 3-4)

Paulus nampaknja sangat ketjewa dan heran bagaimana mungkin kebenaran kebangkitan orang mati dipersoalkan dan disangsikan didalam umat, sebab adjaran itu adalah adjaran pokok dari kepertjajaan, jang telah mereka ikrarkan ketika mereka dipermandikan. 

Sementara orang Kristen di Korintus tidak dapat menerima kebangkitan orang-orang mati 1Ko 15:12. Orang-orang Yunani menganggap gagasan kebangkitan sebagai gagasan yang terlalu kasar, Kis 17:32+, sedangkan orang-orang Yahudi dahulu sudah memfirasatkannya, Maz 16:10, Ayu 19:25; Yeh 37:10, dan kemudian dengan tegas mengajarkannya, Dan 12:2,3; 2Ma 7:9.

Dengan maksud menentang pendapat orang-orang Korintus yang salah itu, Paulus bertitik tolak ajaran dasari dari pemberitaan Injil, yaitu: peristiwa Paskah: Yesus wafat dan dibangkitkan, 1Ko 14:3-4 (bdk Rom 1:4; Gal 1:2-4; 1Te 1:10, dll). Ajaran itu diuraikan dengan menyebut sejumlah penampakan Yesus yang dibangkitkan, 1Ko 14:5-11, bdk Kis 1:8+. Dengan bertitik tolak demikian Paulus memperlihatkan betapa pendapat orang-orang Korintus itu tidak masuk akal, 1Ko 14:12-34, bdk 1Ko 15:13+. Kristus dibangkitkan sebagai yang sulung dari antara orang-orang mati dan Iapun akan menyebabkan kebangkitan orang-orang lain, 1Ko 14:20-28, bdk Rom 8:11+.

· kepada Injil: Yes 40:9; Rom 2:16 · beritakan kepadamu: 1Kor 3:6; [Lihat FULL. 1Kor 3:6]; Gal 1:8

Dalam mempelajari pasal ini sangat menolong apabila orang memiliki sedikit pengenalan tentang pandangan hidup Yunani. Pada umumnya orang-orang Yunani percaya pada keabadian jiwa, tetapi mereka tidak percaya pada kebangkitan tubuh. Bagi mereka kebangkitan tubuh tidak mungkin mengingat fakta bahwa mereka menganggap tubuh merupakan sumber kelemahan dan dosa manusia. Karena itu kematian sangat dinantikan, sebab melalui kematian jiwa akan dibebaskan dari tubuh; tetapi kebangkitan tidak diharapkan sebab itu berarti jiwa akan kembali turun ke kubur dengan tubuh.

3, 4. Yang sangat penting (harfiah, di antara hal-hal yang paling penting) mengacu kepada sifatnya yang penting dan bukan pada waktu. Inti dari pemberitaan Paulus terdapat di dalam keempat kata bahwa yang menerangkan apa yang kuterima yaitu kematian, penguburan, kebangkitan dan sejumlah penampakan diri Kristus. Himpunan peristiwa ini merupakan Injil. Karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci harus dipahami dalam kaitan dengan bagian-bagian seperti Yesaya 53. Kata depan karena (Yunani, hyper, oleh para ahli tata bahasa modern dianggap bisa berarti pengganti) menunjukkan kematian-Nya sebagai ganti kita.

Kata dikuburkan, yakni satu-satunya acuan mengenai penguburan Yesus di luar kata-kata Injil, terkecuali kata-kata Paulus di dalam Kisah Para Rasul 13:29 (bdg. Kis. 2:29). merobohkan teori bahwa Tuhan kita hanya pingsan saja. Dia memang benar-benar mati. Hal ini juga dengan sendirinya mengarah kepada kubur yang kosong, saksi tentang Kebangkitan yang tidak pernah berhasil disangkal, Dibangkitkan, bentuk waktu perfect, menyiratkan hasil-hasil yang tetap ada. (Tentang masalah terjemahan yang menyangkut ungkapan waktu yang pasti, hari yang ketiga, baca karangan James Hope Moulton, A Grammar of New Testament Greek, I, 137.)

· telah dikuburkan: Mat 27:59,60 · telah dibangkitkan: Kis 2:24; · yang ketiga: Mat 16:21; · Kitab Suci: Yoh 2:21,22Kis 2:25,30,31

 

Ketiga: Kepastian kebangkitan (ayat 5-8)

Persoalan di Korintus berkembang di tengah-tengah jemaat Kristen. Orang-orang percaya telah menerima kebangkitan, setidak-tidaknya di dalam hal Kristus; tetapi karena terpengaruh oleh cara berpikir Yunani, sebagian orang meragukan kebangkitan tubuh orang Kristen. Oleh karena itu sang rasul menulis bagian ini untuk menyerang kelemahan doktrin tersebut. Metode yang dipakainya cukup jelas. Mula-mula dia membahas kepastian dari kebangkitan dengan mengembangkan hubungan yang diperlukan di antara kebangkitan Kristus dengan kebangkitan orang percaya

Maksud Paulus: Mereka kini masih dapat bersaksi tentang apa yang mereka lihat, sehingga kepercayaan akan kebangkitan Kristus mempunyai kesaksian yang terjamin kebenarannya 

Harafiah: telah tertidur, artinya: meninggal. Ungkapan itu juga dipakai dalam 1Ko 15:18,20,51, bdk 1Te 4:13+.· telah meninggal: 1Kor 15:18,20; Mat 9:24

Keterangan kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang memiliki nilai apologetik yang tinggi. Kisah kebangkitan tidak dipersoalkan lagi, sejauh yang kami ketahui, dua puluh lima tahun kemudian! Penampakan yang dimaksudkan mungkin adalah yang dikisahkan dalam Matius 28:16-20.

Yakobus yang ini mungkin adalah saudara Tuhan kita dan penampakan ini mungkin telah membuat dia percaya kepada Kristus (bdg. Yoh..7:5, Kis. 1:14).

Pernyataan Paulus "yang paling akhir dari semuanya" harus diterima secara mutlak.

Paulus adalah yang paling akhir dari rasul-rasul dalam arti bahwa ia menerima suatu amanat khusus melalui suatu perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang sudah bangkit itu untuk ikut serta meneguhkan kesaksian Kristus yang asli (bd. Kis 9:3-8; 22:6-11; 26:12-18). Para rasul PB adalah batu-batu yang mula-mula dan batu dasar dari gereja (lihat cat. --> Ef 2:20;

bd. Mat 16:18; Wahy 21:14). Oleh karena itu, jabatan rasuli PB adalah unik dan tak terulang lagi. Sebagai saksi dan utusan langsung dari Tuhan yang sudah bangkit itu, mereka meletakkan dasar jemaat Yesus Kristus, suatu dasar yang tidak pernah dapat ditambahkan atau diubah. Demikianlah, kedua belas rasul yang mula-mula ditambah Paulus tidak mempunyai pengganti.

yang lahir tidak pada waktunya: atau yang lahirnya tidak wajar. Maksud ungkapan jang agak kasar ini, ialah: sama sekali tidak mampu hidup tanpa perawatan istimewa oleh rahmat Allah.

Paulus menyinggung panggilannya yang luar biasa, seolah-olah Allah laksana ahli bedah turun tangan dalam panggilannya. Paulus berpendapat bahwa penampakan Yesus kepadanya di jalan ke Damsyik tidak berbeda dengan penampakan-penampakan Tuhan di waktu antara kebangkitan dan pengangkatanNya ke sorga.

Anak yang lahir sebelum waktunya tidak berkaitan dengan ejekan dari musuh-musuhnya, juga tidak berkaitan dengan kenyataan bahwa dia datang kepada Kristus mendahului bangsanya, Israel, yang baru akan datang kepada Kristus pada masa mendatang (bdg. Rm. 11:1-36). Kata karena pada ayat berikutnya memberikan penjelasan. Paulus menganggap dirinya kalau dibandingkan dengan para rasul yang lain adalah sebagai seorang anak yang lahir cacat di antara anak-anak yang lahir sempurna, sebab dirinya telah diangkat dari perannya sebagai penganiaya menjadi rasul. Rasul yang lain menanggapi panggilan kasih sang Juruselamat. tetapi panggilan kepada Paulus di jalan ke Damsyik nyaris mengandung unsur paksaan. Oleh karena itu, dia mengagungkan kasih karunia Allah yang menghampiri dirinya (bdg. Ef. 3:8; I Tim. 1:15).

 

Keempat: Bekerja lebih keras (ayat 9-11)

Kasih karunia adalah kehadiran dan kasih Allah melalui Yesus Kristus yang diberikan kepada orang percaya oleh Roh Kudus, seraya menyampaikan kepada mereka rahmat, pengampunan, dan kuasa Allah untuk melakukan kehendak-Nya (Yoh 3:16; Fili 2:13; 1Tim 1:15-16; lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).

10. Bekerja lebih keras daripada mereka semua adalah pernyataan yang sifatnya mendua. Mungkin yang dimaksudkan adalah para rasul yang lain baik secara individu atau secara kolektif. Mungkin secara kolektif adalah yang benar, sebab sejarah tampaknya mendukung dia dalam hal ini. Bagaimanapun juga sang rasul menekankan bahwa ia tidak memegahkan dirinya karena ini.

kasih karunia: Rom 3:24; · dianugerahkan-Nya kepadaku: Rom 12:3; · mereka semua: 2Kor 11:23; Kol 1:29· menyertai aku: Fili 2:13;

Demikianlah kami mengajar mengaitkan Kebangkitan dengan pemberitaan para rasul. Demikianlah kamu menjadi percaya mengaitkan jemaat Korintus dengan iman kepada kebangkitan Kristus. Dengan mengambil kepercayaan mereka pada kebangkitan Tuhan sebagai titik tolak, Paulus sekarang akan membuktikan bahwa kepercayaan ini dengan sendirinya termasuk kepercayaan kepada kebangkitan tubuh semua orang yang ada di dalam Dia (ay. 12-19).

Inti pemberitaan Injil.

Paulus menganggap penting untuk mengingatkan kembali jemaat Korintus akan Injil yang telah diberitakannya. Jemaat Korintus telah menerima Injil dan hidup di dalamnya. Karena itu tak dapat disangkal bahwa jemaat Korintus telah menerima keselamatan (ayat 1). Namun ada catatan penting yang bukan hanya harus selalu diingat dan dipegang tetapi juga ditambahkan kepada pengetahuan mereka tentang injil (ayat 2).

Pertama, Injil harus dipahami sebagai suatu kesatuan berita tentang kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Paulus menekankan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya adalah rangkaian peristiwa yang menjadi inti Injil. Ia mati karena dosa-dosa manusia, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai Kitab Suci (ayat 3,4; bdk. Yes. 53:4-6,8,11-12; Hos. 6:2; Yun. 1:17). Fakta kebangkitan-Nya, sebagaimana kesaksian saksi mata, antara lain: Kefas, kedua belas murid, lebih dari lima ratus saudara, Yakobus, semua rasul dan yang paling akhir Paulus sendiri (ayat 5-8), menggagalkan keraguan beberapa orang terhadap kebangkitan orang mati.

Kedua, Injil harus menjadi motivasi pembawa berita. Paulus telah dipilih sebagai saksi kebangkitan Yesus dan dipanggil menjadi rasul -- meskipun ia menganggap dirinya rasul yang paling hina karena ia menganiaya jemaat Allah (ayat 9). Namun, ia menganggap kasih karunia Allah yang telah dianugerahkan kepadanya, yaitu Injil keselamatan menjadi motivasi kuat untuk bekerja lebih keras dari rasul yang lain (ayat 10-11).

Hendaknya gereja tidak melupakan fondasi yang mengokohkannya yaitu Injil Yesus Kristus karena gereja ada karena pemberitaan Injil disambut dalam iman. Bila hal yang sangat penting ini dilupakan, gereja dan kehidupan Kristen kita terancam bahaya.

Renungkan: Oleh Injil kita diselamatkan. Oleh Injil kita mengetahui bahwa kematian dan kebangkitan-Nya telah melepaskan kita dari kuasa dosa dan dari murka Allah.

 

1 Kor 15:1-11 – Yang sangat penting. (Minggu, 26 Oktober 1997) 

Yang sangat penting.

Apa hal penting yang menduduki peringkat pertama dalam hidup kita pribadi, menentukan jatuh bangunnya gereja, bahkan menentukan nasib kekal manusia? Yang sangat penting itu ialah Injil Yesus Kristus. Banyak hal mendesak yang orang anggap penting untuk segera dibereskan dalam dunia masa kini. Ambillah contoh berikut ini: soal lingkungan hidup, soal perdamaian dunia, kerukunan, pengadaan perumahan rakyat, peningkatan pendidikan, pengadaan lapangan kerja, dlsb. Semuanya itu memang mendesak bahkan penting, namun bukan sangat penting. Hanya Injil Yesus Kristus yang sangat penting sebab Injil menentukan hidup kekal manusia yang akan mempengaruhi total radikal kehidupan setiap manusia baik kelak maupun kini di dunia ini.

Gereja yang berdiri teguh ialah gereja yang tidak melupakan fondasinya yaitu Injil Yesus Kristus. Gereja ada karena Injil Yesus diberitakan dan disambut dalam iman. Bila hal yang sangat penting itu dilupakan, gereja dan kehidupan Kristen kita terancam bahaya. Oleh Injil itulah kita diselamatkan. Kematian dan kebangkitan-Nya telah melepaskan kita dari kuasa dosa dan dari murka Allah. Hal-hal mendesak yang tiap hari harus kita hadapi seharusnya kita perhadapkan di bawah terang Injil dan bukan membuat keyakinan kita akan Injil menjadi goyah!

Kasih karunia Allah. Banyak orang meragukan kebenaran Injil. Rupanya hal itu sudah terjadi bahkan sejak zaman Paulus. Benarkah Yesus saja satu-satunya jalan? Benarkah Dia bangkit dari kematian? Banyak lagi pertanyaan orang ajukan terhadap kebenaran Injil, namun yang terutama ialah kebenaran tentang kebangkitan-Nya. Paulus sebenarnya tidak pernah berjumpa Yesus sewaktu Yesus hidup. Untuk apa ia mati-matian menjadi penganjur dari Orang yang tidak pernah dikenalnya bahkan pernah dimusuhinya, bila ia tidak benar-benar pernah mengalami sesuatu dari Yesus ini?

Renungkan: Bersaksi adalah akibat dari fakta bahwa Yesus sungguh hidup dalam diri seseorang.

 

Penutup

 

Tuhan Yesus memberkati.


(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan).
 

Semangat dan prinsip sama berlaku pula bagi warga gereja. Kristus telah membayar harga yang termahal yang dapat dilakukan dengan menyerahkan nyawa-Nya sendiri di atas kayu salib menjadi tebusan bagi banyak jiwa.

mengambil bagian dalam seluruh kelemahan manusia, kecuali dalam dosa. Pertahankan sikap batin terhadap sesamamu sebagaimana telah diteladankan. Hal inilah yang benar-benar dikatakan dalam naskah Yunani, yaitu mengesampingkan kemuliaan (Yoh 17:4), kedudukan (Yoh 5:30; Ibr 5:8), kekayaan (2Kor 8:9), segala hak sorgawi (Luk 22:27; Mat 20:28)

 

Kristus yang mengambil rupa seorang hamba, lih. Mr 13:32; Luk 2:40-52; Rom 8:3; 2Kor 8:9; Ibr 2:7,14. Walaupun Ia tetap benar-benar ilahi, Kristus mengambil sifat manusia dengan segala pencobaan, kehinaan, dan kelemahagnnya, namun Ia tanpa dosa ( Ibr 4:15).

 

Khotbah Minggu 12 April 2020 - HARI RAYA PASKAH – Kebangkitan Tuhan Yesus

Khotbah Minggu 12 April 2020 - HARI RAYA PASKAH – Kebangkitan Tuhan Yesus

 

KEBANGKITAN YESUS MENEGUHKAN IMAN KITA

(Yoh 20:1-18)

 

Bacaan leksionari lainnya: Kis 10:34-43 atau Yes 65:17-25;  Mzm 118:1-2, 14-24; 1Kor 15:19-26 atau Kis 10:34-43; Luk 24:1-12

Ayat selengkapnya

Yohanes: 20:1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 20:2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." 20:3 Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 20:4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. 20:5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. 20:6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, 20:7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. 20:8 Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 20:9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. 20:10 Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah. 20:11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 20:12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 20:13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." 20:14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 20:15 Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." 20:16 Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. 20:17 Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." 20:18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

----------------------------------------------

Pendahuluan

Minggu ini kita memperingati dengan sukacita kebangkitan Tuhan Yesus. Kisah penderitaan dan kematian Tuhan Yesus sebagai manusia yang tidak berdosa namun harus menerima disalibkan, membuat sekilas hati kita sedih tetapi sekaligus bangga dan bersyukur akan keputusan-Nya untuk bersedia mati dalam usia-Nya yang muda. Ia rela menerima kehinaan dengan cara mati yang dipandang kutukan oleh orang Yahudi, bahkan disandingkan dengan penjahat di kanan-kiri-Nya. Lambung-Nya ditusuk untuk memastikan Ia telah mati. Tetapi orang- orang yang mengasihi-Nya menurunkan-Nya dari salib dan menguburkannya di makam yang layak.

Adalah kebiasaan orang Yahudi untuk pergi ke makam tiga hari setelah kematian seseorang. Hal ini didasari pemahaman bahwa roh orang mati masih melayang-layang di sekitar makam dan tubuh kaku itu, kemudian setelah tubuh itu rusak dan tidak dikenali lagi, barulah rohnya pergi. Maria datang ke kubur Yesus di hari pertama setelah sabat dan disitulah Maria melihat dan menyadari tubuh Yesus telah tiada. Ia lantas panik dan rangkaian kisah inilah bacaan kita mingggu ini yang memberi kita beberapa hikmat dalam mengikuti Dia.

 

Pertama: Hati yang Terus Mengasihi Yesus (ayat 1-4,11)

Maria Magdalena datang pagi-pagi sekali dalam kesunyian kubur untuk meminyaki Yesus (Mrk 16:1). Maria memperlihatkan kasih kepada Yesus karena ia telah menerima kebaikan dari Yesus. Roh jahat telah diusir dari dirinya dan dosanya yang besar itu telah diampuni Yesus dan Yesus menerimanya dengan penuh kasih. Setelah tiba di depan kubur, ia melihat batu penutupnya telah terbuka! Dalam kitab Matius disebutkan batu penutup itu sudah disegel oleh petugas kerajaan Romawi (Mat 27:66). Ia sungguh kaget dan berpikir tubuh itu mungkin dicuri oleh penjahat atau diambil oleh petugas kerajaan Romawi untuk kepentingan politik mereka. Maria tidak mengerti karena itu ia langsung berlari kembali ke desa menemui Petrus, Yohanes dan lainnya, meneriakkan hilangnya tubuh Yesus.

Yesus menyatakan pertama kali kebangkitan-Nya kepada Maria dan bukan kepada para pembesar Romawi atau para Imam, bahkan tidak kepada murid-murid-Nya. Di sini tampak hati Yesus selalu lebih dahulu kepada mereka yang "hina" dan dalam kesusahan, tetapi tetap rela memelihara kasih kepada Tuhan Yesus. Maria merupakan model kesetiaan yang berbuahkan berkat dan kehormatan karena mengasihi Yesus. Maria memberikan kasihnya dan upahnya adalah sebagai orang yang pertama ditemui Yesus setelah bangkit. Sungguh ini menjadi pelajaran bagi kita, ketika kita menyadari Yesus telah mengasihi kita (atas anugerah keselamatan dan berkat yang kita terima) maka kita wajib untuk mengungkapkan kasih kita kepada-Nya. Akhir dari ungkapan kasih kita itu, seperti Maria Magdalena, niscaya akan berbuahkan yang manis dan indah dari Tuhan Yesus.

Ini juga yang dilaukan para murid-murid. Meski memerlukan waktu beberapa hari setelah kenaikan-Nya ke sorga, para murid mulai memberikan hidup dan nyawanya bagi kebenaran dan kuasa yang diajarkan oleh Yesus. Mereka melakukan perjalanan dan beberapa menulis riwayat kebersamaan mereka dengan Yesus dan saat ini menjadi referensi hidup kita yakni Alkitab. Mereka merasakan kasih Yesus dalam kebersamaan tiga tahun. Dan ketika menyadari bahwa Yesus bangkit, maka mereka kembali semangat dan mengabdikan diri bagi pelayanan kepada-Nya.

 

Kedua: Janji yang Digenapi (ayat 5-10)

Ketika mendengar teriakan Maria, murid-murid langsung berlari menuju makam. Yohanes yang paling muda tiba di makam duluan. Ia melongok ke dalam makam, mungkin karena rasa hormat ia tidak masuk, dan melihat kain kafan tergeletak dan susunannya tidak berubah sebagaimana kain itu membungkus tubuh Yesus sebelumnya, seolah-olah tubuh dalam bungkusan kain kafan itu menguap. Ia berpikir cepat dan menyadari bahwa Yesus telah bangkit! Yohanes yang sangat dekat dengan Tuhan Yesus kini orang kedua yang mendapat karunia yang pertama percaya dan menyadari bahwa janji Tuhan telah digenapi dan Yesus benar-benar bangkit. Sungguh indah selalu yang kita terima dari Tuhan Yesus.

Alkitab dengan jelas memperlihatkan bukti-bukti bahwa Ia bangkit. Di samping kubur yang kosong, Yesus juga memperlihatkan “tubuh-Nya” sebagai manusia biasa dan bertemu serta bercakap-cakap dengan orang lain, merasa lapar dan haus dan bahkan dapat disentuh ketika Thomas tidak mempercayai kebangkitan-Nya. Tetapi tubuh Yesus juga tidak sembarang tubuh, sebab kadang tubuh-Nya tidak terlihat oleh mata dan bahkan dapat menembus tembok dinding. Tubuh itu selama kebangkitan kadang berubah menjadi Roh yang tidak terlihat tapi ada di tengah-tengah mereka.

Kalau Maria merespon dengan rasa kaget dan setengah ketakutan, Yohanes meresponnya dengan cepat kebangkitan Tuhan-Nya. Iman dan kepercayaan Yohanes akan kebangkitan Yesus tentu lahir dari pengenalannya secara pribadi dengan Yesus. Yohanes selalu memberikan hatinya kepada Yesus dan Yesus juga kita tahu sangat mengasihi Yohanes. Interaksi seperti ini jelas memberikan teladan kepada kita, bahwa pengenalan dan kedekatan secara pribadi dengan Tuhan Yesus akan melahirkan iman dan percaya yang kuat kepada-Nya. William Barclay menyebut hal ini sebagai hukum kehidupan yang besar, yakni di dalam setiap interaksi dan hubungan antar pribadi, kita tidak bisa sungguh-sungguh membaca dan memahami pikiran orang lain bila kita tidak menaruh simpati kepadanya. Yohanes memberi simpatinya, memberi hatinya kepada Yesus, itulah sebabnya ia mudah memahami situasi yang terjadi pada Yesus: Yesus telah bangkit!

Petrus yang datang belakangan dan selalu responsif masuk ke dalam kubur, tidak hanya melongok, untuk memastikan bahwa tubuh itu tidak ada lagi disitu. Setelah yakin, akhirnya mereka kembali dengan pikiran masing-masing, namun Maria yang kembali ke makam itu masih menangisi Tuhan Yesus. Ia memiliki sifat kewanitaan yang wajar dan simpati atas hilangnya tubuh yang dikasihinya itu.

 

Ketiga: Kuasa Kebangkitan (ayat 12-17)

Ketika Maria menangis, ia tidak menyadari bahwa Yesus telah ada di belakangnya. Yesus kemudian menyapanya, tapi Maria menganggap bahwa Dia adalah petugas makam atau yang mengambil tubuh Yesus itu. Pikiran Maria terus pada Yesus sehingga dalam linangan air mata, ia secara otomatis menanyakan: apakah orang itu mengambil tubuh Yesus?

Maria dalam konteks ini tidak bisa mengenali karena matanya penuh air mata, dan kedua arah pandangannya masih ke makam. Ini memberi kita pelajaran penting bahwa air mata dapat menutupi cara kita melihat dan menutupi sukacita kita. Ketika kita fokus pada diri kita akan kesedihan, permasalahan, penderitaan, dan airmata, maka kita akan kehilangan kesempatan melihat hadirnya Yesus dalam hidup kita. Kehadiran Yesus telah memberikan begitu besar nilai kehidupan kita ini, baik yang sekarang maupun untuk kekekalan kelak. Oleh karena itu janganlah kita larut dan mata kita tertutup kesedihan dan melupakan berkat yang besar dalam hidup kita ini. Demikian juga mata Maria terus terpaku pada kuburan kosong sehingga ia tidak melihat Yesus yang ada di belakangnya. Ini juga memberikan pelajaran kepada kita, jangan kita memandang kuburan, kematian, gundukan tanah itu, marilah kita memandang Yesus, memandang ke sorga di atas tempat Yesus yang bertakhta dan siap menyertai hidup kita dalam sukacita panggilan yang diberikan kepada kita.

Kebangkitan Kristus penting bagi kita yang percaya kepada-Nya, sebab kebangkitan-Nya memberikan bukti sebagai berikut:

Bahwa Dia adalah Anak Allah (Rm 1:4).

Bahwa Alkitab adalah benar dan dapat dipercaya (Luk 24:44-47).

Bahwa Yesus mampu mengalahkan kematian berarti mampu membawa kita dalam kehidupan yang kekal (Rm 5:101Kor 15:45) dan memastikan warisan orang percaya kelak di sorga (1Pet 1:3-4).

Bahwa Kristus hadir dengan kuasa-Nya dalam pengalaman hidup kita sehari-hari (Gal 2:20Ef 1:18-20).

Bahwa ada penghakiman bagi orang yang tidak percaya dan fasik di masa depan (Kis 17:30-31).

Kebangkitan Yesus adalah salah satu kebenaran yang paling utama dalam Alkitab (1Kor 15:1-8). Kebangkitan itu merupakan landasan iman dan sangat penting bagi keselamatan kita kelak. Yesus telah dinyatakan sebagai Anak Allah melalui kebangkitan-Nya (Rm 1:4). Kita bisa merasakan kebangkitan dan kehadiran Yesus dengan iman dan melihat hasil dan bukti bahwa kuasa kebangkitan itu adalah nyata dalam pengalaman hidup orang percaya.

 

Keempat: Tugas untuk Memberitakan (ayat 18)

Mungkin muncul pertanyaan mengapa Yesus mengatakan kepada Maria agar tidak memegangnya? Ayat ini harus ditafsirkan bahwa Yesus menekankan kepada Maria untuk berhenti menangis dan jangan lagi berpegang pada tubuh-Nya. Memegang tubuh Yesus bukan hal yang utama, itu hanya penting bagi orang-orang yang bebal seperti Thomas yang harus memegang tangan Yesus bekas luka paku itu. Ayat ini lebih bisa diartikan, jangan bergantung pada terus pada tubuh-Nya. Jangan tergantung terus pada mata dan penglihatan kita.

Apa yang dikatakan Tuhan Yesus adalah “pergilah kepada saudara-saudara-Ku, katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku”. Dalam hal ini Yesus lebih menekankan kepada Maria lebih baik ia pergi menceritakan kebangkitan itu kepada banyak orang. Jangan lagi ada perasaan takut (band. Mat 28:10; Mrk 16:8) atau tidak percaya. Yesus mempunyai tugas untuk Maria dan tugas itu diberikan juga kepada kita untuk menyampaikan kebangkitan dan kenaikan-Nya kembali ke Bapa.

Inilah tanggungjawab pengutusan kepada kita. Sebagaimana Maria akhirnya bersukacita dan meneriakkan “aku telah melihat Tuhan”, maka kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama dengan Maria dalam kehidupan kita. Kita melihat Tuhan berarti mengakui perbuatan-Nya berupa penebusan kepada kita dan pemberian-Nya berupa penyertaan setiap saat dan hidup kekal selamanya. Kemenangan Yesus atas maut, itulah kemenangan itu dan yang kita rayakan pada hari ini. Kita tidak lagi merayakan sabat dalam pengertian lama, tetapi sabat kita adalah hari kebangkitan, hari kemenangan, yakni hari Minggu.

 

Kesimpulan

Minggu ini kita diteguhkan kembali tentang status Yesus adalah Anak Allah dan Ia datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita dengan cara menderita dan mati di kayu salib. Tetapi kita diteguhkan kembali akan kuasa-Nya mengalahkan maut dan kematian dan menang melalui kebangkitan. Kuasa kebangkitan itu kini menjadi andalan kita untuk terus meyakini akan penyertaan dan tugas panggilan dalam hidup kita sehari-hari untuk menceritakan kebangkitan-Nya itu, meneriakkan bahwa kita telah melihat (kebangkitan) Tuhan. Dunia saat ini masih banyak tidak menerima dan mengakui-Nya oleh karena itu kita diminta untuk terus menerus mengabarkan kebangkitan-Nya melalui kesaksian-kesaksian nyata.

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Pdt. Em. Ramles M Silalahi, Ketua Umum Alumni ITB Gaja Toba dan Ketua Majelis Pertimbangan Sinode GKSI)

KABAR DARI BUKIT (10 April 2020)

KABAR DARI BUKIT (10 April 2020)

 

Derita 18 Jam

 

Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? (Mzm. 22:2);

Firman Tuhan bagi kita di Jumat Agung ini diambil dari Mzm. 22. Mazmur ini gambaran penderitaan ditinggalkan Allah (ayat 2-3, 12, 20), ditolak manusia (ayat 7-8), rasa sakit yang tidak tertehankan (ayat 15-16) dan musuh yang sangat kejam (ayat 17-19). Perasaan ini muncul pada Tuhan Yesus ketika Ia tergantung di kayu salib dan mendesah: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46b).

Penderitaan Tuhan Yesus dimulai saat Ia ditangkap di bukit Getsemani setelah Yudas berkhianat. Pengadilan terhadap-Nya langsung dari tengah malam itu melalui rangkaian panjang karena adanya saling melempar tanggungjawab.

1.       Yesus dibawa kepada Hanas, mantan Imam Besar, mertua Kayafas;

2.   Hanas menolak mengadili sehingga mereka membawa Yesus kepada Kayafas, yang baru ditetapkan sebagai Imam Besar. Ada banyak kesaksian palsu dari Sanhedrin;

3.      Yesus dibawa ke depan sidang Sanhedrin yakni para tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat yang merupakan Mahkamah Agama Yahudi. Dalam sidang formalitas ini Yesus ditetapkan dihukum mati;

4.    Namun hukuman mati hanya boleh atas persetujuan penguasa Romawi. Tuhan Yesus dibawa ke Pilatus, Gubernur Yudea. Tetapi Pilatus melihat Yesus tidak bersalah sehingga ia menolak menyetujui hukuman mati. Pemimpin Yahudi berkeras dan akhirnya Pilatus menghindar dengan berdalih bahwa itu bukan wewenangnya. Pilatus tahu bahwa Yesus dari wilayah Galilea dan penguasanya adalah Herodes yang pada waktu itu sedang berada di Yerusalem;

5.     Dalam sidang di hadapan Herodes, Yesus diam dan tidak mau berkata apapun. Lalu Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olok Dia, mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus;

6.     Pilatus cuci tangan dan menyetujui hukuman mati. Ucapannya yang sangat terkenal adalah: “Apakah kebenaran itu?” (Yoh 18:38).

Selama proses itu Tuhan Yesus dibelenggu dan banyak yang memukuli-Nya, meludahi-Nya, mengolok-olok, dan bahkan memukul di kepala-Nya. Kemudian Yesus dipaksa memikul salib-Nya melewati via dolorosa, meski kemudian digantikan oleh Simon dari Kirene karena tubuh-Nya sudah lemah. Akhirnya, tubuh-Nya dipakukan di kayu salib di antara dua penjahat. Di atas kayu salib, terpaku, Ia mengucapkan tujuh kalimat dengan yang terakhir: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku" (Luk. 23:46). Sungguh sebuah tragedi derita yang menyayat hati dan berlangsung selama 18 jam.

Pemazmur ini kemudian meneguhkan imannya bahwa Allah begitu baik kepadanya (ayat 4-6). Allah tidak akan meninggalkan anak-anak-Nya, sehingga ia akan tetap memasyhurkan nama-Nya dan mengajak yang takut akan Tuhan agar tetap memuji Dia (ayat 23-24, 26). Sebab segala kaum dan ujung bumi serta bangsa-bangsa akan sujud dan berbalik dan memberitakan keadilan-Nya (ayat 28-32).

Melalui nas Mzm. 22 di Jumat Agung ini kita orang percaya diminta untuk mengenang dan memperingati kematian Tuhan Yesus dan penderitaan-Nya untuk menanggung dosa-dosa kita, sebab Ia tidak berdosa. Enam pengadilan yang dijalani-Nya hanya ada kesaksian palsu dan mereka yang ingin melepaskan tanggung jawab. Ia telah berbuat bagi kita dan kita pun mariberbuat bagi-Nya. Demikian pula kita yang mungkin saat ini ada dalam pergumulan dan penderitaan, termasuk karena dampak Covid-19 ini, tetaplah dalam iman bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan akan memberikan pertolongan yang tepat bagi kita yang berserah kepada-Nya. Selamat beribadah di rumah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

 

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Jumat Agung ini, Dari Perjamuan Malam Hingga Golgota - Via Dolorosa (Yoh 18:1-19:42) dan Kita Mempunyai Seorang Imam Besar (Ibr 10:16-25), silahkan mengklik website www.kabardaribukit.org.

 

Pdt.(Em.) Ramles M. Silalahi

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 112 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8566613
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
4661
73300
77961
8223859
717898
883577
8566613

IP Anda: 172.71.152.50
2024-12-16 04:37

Login Form