Sunday, December 15, 2024

2020

KABAR DARI BUKIT (8 Maret 2020)

KABAR DARI BUKIT (8 Maret 2020)

Nyanyian Ziarah

 

Hari ini Minggu II Pra Paskah. Firman Tuhan bagi kita merupakan nyanyian ziarah, Mzm 121, satu dari seri 15 mazmur ziarah 120-134. Penamaan nyanyian ziarah karena dari tradisi, mazmur-mazmur ini dinyanyikan saat umat Israel datang dari berbagai tempat, berziarah dan beribadah mendaki ke Bukit Sion Yerusalem, tiga kali dalam setahun (Ul. 16:16). Mereka mendaki membawa persembahan hasil panen dan ternak. Berat dan tidak mudah. Seperti barisan tentara, nyanyian akan menambah semangat pendakian.

Ayat 1 bertanya tentang sumber pertolongan. Bukit atau gunung-gunung sering dianggap sebagai tempat bersemayam para roh-roh atau dewa dan berhala. Ada manusia yang mencoba menatap dan datang, tetapi itu semua adalah tipu daya (Yer. 3:23). Jawabannya tetap, pertolongan kita hanya datang dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi (ayat 2).

Umat datang ke bait-Nya dengan pergumulan dan pengharapan, taat dan membawa persembahan, sebuah keyakinan akan membuat hati Tuhan senang. Pergumulan hidup dan beratnya jalan berbatu ke bukit, semua dikalahkan oleh pengharapan pada Pencipta langit dan bumi. Tentu, tiada lagi yang lebih berkuasa selain Dia yang menciptakan bumi dan alam semesta ini.

Mazmur 121 ini juga menegaskan Allah kita adalah ROH yang hidup, Allah yang setia penuh kasih, terus terjaga tidak terlelap dan tertidur, menjadi pelindung bagi kita, naungan di sebelah kanan dalam perjalanan hidup (ayat 3-5). Oleh karena itu, dalam tradisi Yahudi, Mzm 121 ini sering disalin dan ditempel di kamar bersalin, kereta dan kamar bayi, untuk pengajaran dan meminta berkat serta perlindungan Tuhan dalam kehidupannya kelak.

Beratnya perjalanan ke Bukit Sion dan juga hidup keseharian membuat kadang kita terjatuh, tetapi tidak akan tergeletak (Mzm 37:24). Ia takkan membiarkan kaki kita goyah (ayat 3), atau membuat terik matahari menyakiti kita, bahkan jauh dari segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawa kita, menjaga keluar masuk, dari sekarang sampai selama-lamanya (ayat 7-8). Sungguh, terpujilah Tuhan Yesus yang layak ditinggikan dan diagungkan. Maka, tetaplah taat dan percaya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

 

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini: Tuhan Memperhitungkan Sebagai Kebenaran (Rm 4:1-5, 13-17) silahkan mengklik website www.kabardaribukit.org.

 

Pdt.(Em.) Ramles M. Silalahi

Khotbah Minggu 8 Maret 2020 Minggu Pra Paskah II

Khotbah Minggu 8 Maret 2020 Minggu Pra Paskah II

 

TUHAN MEMPERHITUNGKAN SEBAGAI KEBENARAN

(Rm 4:1-5, 13-17)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 12:1-4a; Mzm 121; Yoh 3:1-17 atau Mat 17:1-9

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

 

Nats Rm 4:1-5, 13-17 selengkapnya dengan judul: Abraham dibenarkan karena iman.

 

4:1 Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? 4:2 Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. 4:3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." 4:4 Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. 4:5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. 4:13 Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman. 4:14 Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu. 4:15 Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran. 4:16 Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, -- 4:17 seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.

 

------------------------------------------------

Pendahuluan

Bacaan minggu ini masih menjelaskan tentang iman, namun kali ini kaitannya dengan hukum Taurat dalam bentuk perbuatan-perbuatan. Firman Tuhan melalui Rasul Paulus membuat garis pemisah antara pembenaran berdasarkan perbuatan dan pembenaran berdasarkan iman. Dalam memperkuat pembenaran iman yang dasarnya kasih karunia, Rasul Paulus mengambil Abraham dan Daud sebagai model dan teladan tentang apa yang mereka perbuat dan apa yang diberikan Allah berupa kasih karunia karena iman mereka. Pengambilan Abraham dan Daud bagi umat Yahudi sangat tepat, sebab kedua tokoh ini sangat dikagumi dan dijadikan bagian dari sejarah utama bangsa Israel. Melalui nats minggu ini kita diberikan pengajaran tentang iman dan pembenarannya sebagai berikut.

 

Pertama: Abraham dibenarkan karena Iman (ayat 1-5)

Orang Yahudi sangat bangga disebut sebagai anak-anak Abraham, bapa leluhur jasmani mereka. Kisah hidup Abraham di mata mereka memperlihatkan berbagai tindakan yang dia lakukan sebagai respons terhadap janji, karya, maupun perintah Allah. Bagi orang-orang Yahudi, Abraham adalah tokoh teladan yang dibenarkan karena perbuatannya. Tradisi Yahudi menempatkan Abraham sebagai lambang pembenaran oleh karena kesetiaannya dan keteguhannya dan perbuatan-perbuatannya yang menyenangkan hati Allah (band. Rm 2:14 dab; Yak 2:22). Dengan dasar itu, bagi orang Yahudi, hanya dengan ketaatan dan perbuatan yang membuat seseorang berkenan kepada Allah, diselamatkan. Dalam pandangan mereka, Allah tidak mungkin membebaskan orang yang bersalah, sebagaimana kitab PL mengatakan, "...Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah...." (Kel 23:7). Dengan demikian bagi orang Yahudi, mengatakan bahwa Allah berkenan hanya karena iman, itu adalah hal yang mustahil dan tidak dapat mereka terima dengan akal, dan bahkan dianggap  menghina Allah.

Namun Paulus mengutip Kej 15:6 yang mengatakan, “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Dalam hal ini Paulus menekankan bahwa Abraham dibenarkan bukan karena perbuatan-perbuatannya atau ketaatannya, melainkan hanya karena imannya. Meski Abraham sebagai tokoh yang luar biasa, akan tetapi dia menerima pilihan dan janji Allah (Kej 12:1-2; 13:14-15; 22:17) ketika ia belum disunat, belum menjadi Yahudi, sehingga janji berkat itu diberikan karena imannya semata, bukan karena perbuatannya. Bagi Paulus, apabila Abraham menerima janji berkat karena perbuatannya, maka Abraham akan bermegah dan ia memiliki dasar untuk itu. Apa yang dilakukan oleh Abraham adalah percaya dan meyakini akan janji-janji Allah, mengandalkan Allah dan menyerahkan diri pada-Nya, dan dengan dasar itu juga ia menjaga hubungan yang baik dengan setia dan taat, serta itu menyenangkan hati Allah (band. Ibr 11:8-9). Jadi semua dasarnya adalah iman, sehingga kemudian Abraham dibenarkan dan disebut sebagai bapak orang beriman.

Memang, menerima pandangan itu seolah-olah sulit. Ketika seseorang dikatakan diselamatkan oleh iman, maka biasanya dia akan bertanya ragu: "apakah saya memiliki iman yang cukup untuk diselamatkan? Apakah iman saya cukup kuat untuk diselamatkan?" Sebenarnya, orang-orang seperti ini kehilangan poin utama keselamatan, yakni bahwa Yesuslah yang menyelamatkan, bukan perasaan kita atau tindakan kita. Yesus berkuasa dan mampu untuk menyelamatkan kita betapapun kecil dan lemahnya iman kita. Yesus menawarkan keselamatan sebagai anugerah karena Ia mengasihi kita, bukan karena kita memiliki kuasa iman. Jadi, kalau begitu, apa fungsi iman? Iman adalah mempercayai dan meyakini Allah melalui Tuhan Yesus dan bersedia menerima anugerah keselamatan yang tersedia dari-Nya. Sebagaimana Abraham, kita diminta memiliki iman itu dan akan dibenarkan.

 

Kedua: janji Allah bukan berdasarkan Taurat (ayat 13-14)

Allah memberikan janji yang dahsyat kepada Abraham yakni menjadi berkat bagi banyak bangsa-bangsa. Janji itu adalah warisan yang harus dipertahankan. Umat Yahudi memiliki pandangan, bahwa Abraham atau seseorang dapat menerima dan mempertahankan janji Allah hanya karena menaati hukum Taurat dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan hukum Taurat, dan Allah menganggapnya sebagai ketaatan. Dalam hal ini yang terjadi kemudian adalah perbuatan dan ketaatan itu ada karena kemampuan dan usaha diri sendiri dalam menjalankan hukum Taurat itu. Maka ini lebih mengandalkan kemampuan sendiri dan konsekuensinya akan berpikir akan upah dan penghargaan, serta sekaligus menimbulkan kesombongan dan kemegahan diri. Akan tetapi Abraham tetap taat dan setia serta ia tidak bermegah atas janji dan berkat itu, dengan tetap merendahkan dirinya di hadapan Allah dan manusia (band. Kej 13:1-17).

Nats ini juga menekankan bahwa seseorang yang bekerja pasti mendapatkan upah dan itu adalah haknya. Upah yang didapat sama sekali tidak ada hubungannya dengan suatu anugerah yang sebenarnya tidak layak diterima. Seseorang yang berbuat baik dan benar di hadapan Tuhan dan mendapatkan penghargaan bukanlah anugerah. Akan tetapi Abraham juga melakukan dosa dengan mendistorsi kebenaran (berbohong) dan seseorang yang berbuat dosa pasti dianggap durhaka dan menerima hukuman. Oleh karena itu kalau dasarnya adalah ketaatan sempurna kepada hukum Taurat, maka tidak mungkin ada keselamatan. Maka nats ini kemudian menekankan bahwa Allah membenarkan orang durhaka. Allah tidak membenarkan seseorang yang giat dan saleh, tetapi Dia membenarkan orang berdosa yang durhaka. Maka, pembenaran itu adalah anugerah. Maka sebetulnya, kepercayaan diri manusia itu hanya kesia-siaan. Apa yang bisa kita lakukan hanyalah membenamkan diri kita ke dalam pengasihan dan anugerah Allah melalui iman.

Kita tahu pada setiap tindakan yang kita ambil maka akan ada konsekuensi. Apa yang kita lakukan menjadi sebuah seri tindakan yang berlanjut bahkan setelah kita mati. Kita memang cenderung berpikir pendek saja tanpa memperhitungkan konsekuensi jangka panjangnya, yang kemudian menipu kita karena berpikir hidup ini singkat saja. Abraham berpikir panjang dan Paulus mengambil Abraham sebagai tokoh yang diselamatkan karena iman, bukan berarti bahwa hukum Taurat tidak lagi penting. Iman tidak berarti meniadakan hukum Taurat. Kita tahu bahwa hukum Taurat diberikan pada masa Musa dan jauh setelah Abraham. Paulus dalam hal ini tidak mengambil Musa sebagai teladan, melainkan Abraham. Begitu juga Daud yang hidup jauh sesudah Taurat diturunkan, dengan imannya yang teguh pada Tuhan dibenarkan meski ia banyak melakukan dosa. Demikianlah, janji dan warisan itu tetap diberikan kepada Abraham, dan kepada Daud melalui Yesus Kristus yang menjadikan kerajaan-Nya yang jaya dan maha luas. Janji itu tidak batal dan iman mereka tidak sia-sia.

 

Ketiga: hukum yang menimbulkan murka (ayat 15)

Dalam kitab ini pasal 12 dituliskan bahwa hukum Taurat membangkitkan murka, baik kepada diri sendiri maupun dari Allah, "Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan" (Rm 2:5). Tuhan Yesus mengatakan kepada para ahli Taurat, bahwa meski mereka mengetahui dan bahkan mengajarkan hukum Taurat yang diberikan Allah melalui Musa, mereka juga melanggarnya. Apa yang mereka ajarkan berlawanan dengan perbuatan-perbuatan mereka bahkan Tuhan Yesus mengatakan bahwa nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain oleh karena perbuatan mereka (ayat 24).

Hukum Taurat diberikan Allah kepada bangsa Yahudi sebagai kaidah mereka dalam berperilaku dan untuk menjaga kemurnian bangsa Yahudi serta membuat mereka sebagai contoh atau model sebuah bangsa teladan pilihan Allah, sehingga bangsa-bangsa lain mengikut dan memuliakan Allah. Dalam hal ini Allah menetapkan hukum-hukum standar berikut dengan konsekuensi hukuman yang terjadi apabila ada tindakan pelanggaran. Atau dengan kata lain, melalui hukum Taurat Allah menjelaskan hal yang dituntut dari manusia, dan Allah tidak berkenan dan menjadi murka atas pelanggaran yang terjadi. Akibatnya, seperti dinyatakan oleh Hagelberg, ada rantai yang berkaitan dan tidak terputuskan dari hubungan itu, yakni: hukum Taurat, pelanggaran, dan hukuman akibat memurkakan Allah (band. 1Kor 15:56). Apabila satu dari rantai itu terjadi, maka rantai itu akan berulang muncul kembali. Kenyataannya, manusia gagal mengikuti hukum Taurat sebagaimana ahli-ahli Taurat juga melakukan hal yang sama seperti dinyatakan Tuhan Yesus tadi.

Maka tidak ada alasan untuk bermegah karena hukum Taurat. Hukum Taurat tidak bisa menyelamatkan. Sebagaimana dituliskan dalam surat Galatia 3:10, "Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Oleh karena tidak ada satupun yang bisa setia melaksanakannya, maka hukum Taurat hanya menimbulkan murka dan kutukan, sebab manusia memang tidak mampu untuk mengikutinya. Dengan demikian pula, dinyatakan "bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman" (Gal 3:11). Maka yang sebenarnya, Allah yang penuh kasih menghendaki penyerahan diri dan ketergantungan, didasari iman yang penuh kepada-Nya, bukan iman dengan kemampuan diri sendiri untuk dapat menyenangkan hati-Nya. Dalam hal ini, iman kepercayaan dan kebenaran menjadi satu dalam rangkaian, dan bukan hukum Taurat yang menimbulkan murka.

 

Keempat: janji terhadap keturunan Abraham (ayat 16-17)

Firman Tuhan menjelaskan kepada kita bahwa Abraham berkenan kepada Tuhan hanya karena imannya, sebelum dia mendengar tentang ritual atau prosesi ibadah yang bagi umat Yahudi kemudian menjadi harus dijalani dengan ketaatan dan penuh dengan penafsiran manusia. Kegagalan para pemimpin Farisi dan ahli Taurat dalam menjaga nilai-nilai hakiki Taurat itu yakni kasih, serta kecendrungan mereka memanfaatkan aturan-aturan menjadi lebih lebar dan luas dengan tujuan kepentingan ekonomi dan jabatan mereka sendiri, membuat Taurat kehilangan kasih. Ritual Yahudi yang penuh struktur aturan persembahan termasuk persepuluhan menjadi kehilangan hakekat dalam membawa umat Yahudi sebagai bangsa teladan yang berkenan kepada Allah.

Firman Tuhan dalam Habakuk yang memang sudah menekankan pentingnya iman namun mereka tidak mereka fahami dengan benar. Mereka terus saja berkutat kepada aturan-aturan legalistik. Oleh karena itu firman Tuhan melalui Rasul Paulus kembali meenkankan dan mengingatkan bahwa manusia diselamatkan dengan iman, Abraham diselamatkan karena iman, tanpa ada usaha apapun. Orang yang dipilih-Nya diselamatkan bukan karena perbuatan baik, bukan karena adanya sesuatu plus iman, atau perbuatan baik plus iman; melainkan hanya iman, iman kepada Allah melalui Yesus Kristus yang adalah anak Allah dan mati tersalib untuk menebus dosa-dosa kita dan seluruh manusia. Mengutip kembali pandangan Hagelberg, kalau Taurat membentuk rantai dengan pelanggaran dan hukuman, maka iman membangun rantai dengan kasih karunia dan janji. Peneguhan janji sebagaimana yang diberikan kepada Abraham demikian pula akan diberikan kepada kita yang teguh imannya.

Namun perlu sekali lagi ditekankan bahwa iman itu terputus dan tidak  berdiri sendiri. Dalam firman Tuhan lainnya dikatakan, bahwa “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak 2:17); "Iman yang bekerja oleh kasih" (Gal 5:6; Ef 2:10). Betul, iman itu dasar dan pondasi, akan tetapi iman perlu dibuktikan melalui pertobatan dengan lepas dari kehidupan lama yang tidak berkenan kepada Tuhan, melakukan perbuatan-perbuatan kasih seturut firman-Nya, baik kepada Allah maupun kepada manusia. Hal yang penting lainnya, objek iman dalam hal ini adalah Kristus yang adalah Anak Allah, yang menjadi Mesias dan Hakim bagi semua orang nanti sesuai dengan penggenapan janji yang diberikan Allah kepada manusia dan para nabi di dalam perjanjian lama. Melalui Yesus, Allah tetap adalah Allah Israel yang perkasa, Allah yang berkuasa, bukan hanya menghidupkan mereka yang mati, melainkan juga membuat ada dari yang tidak ada. Itulah Yesus Anak Allah yang kepada-Nya iman kita dibenarkan dan janji-Nya akan digenapkan.

 

Penutup

Kembali minggu ini kita diingatkan betapa pentingnya iman dalam berhubungan dengan Allah. Melalui nats yang kita baca hukum Taurat ternyata tidak menyelamatkan bahkan memberi konsekuensi pelanggaran dan hukuman murka Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mampu sempurna melaksanakan hukum Taurat sehingga murka Allah akan tetap ada. Namun sebagaimana Abraham dan Daud, ternyata kasih Allah melebihi hukum Taurat dan terbukti semua dasarnya itu adalah iman, iman yang berkenan kepada Yesus yang telah menebus dosa-dosa manusia. Memang masih banyak orang mengutamakan dan menempatkan perbuatan baik sebagai dasar untuk berkenan kepada Tuhan, dengan melakukan ketaatan pada ritual-ritual ibadah namun ketika menghadapi masalah, iman tidak ditempatkan sebagai hal yang utama. Maka tanpa iman maka semua itu tidak berkenan kepada Allah (Ibr 11:6). Denagn demikian, janji Allah kepada Abraham dan Daud, juga berlaku bagi kita yang percaya kepada Tuhan Yesus, untuk ikut mewarisi berkat-berkat yang disediakan bagi yang berkenan kepada-Nya.

Tuhan Yesus memberkati.

 

KHOTBAH MINGGU 1 MARET 2020 - MINGGU I PRA PASKAH

KHOTBAH MINGGU 1 MARET 2020 - MINGGU I PRA PASKAH

 

ADAM DAN KRISTUS (RM. 5:12-19)

 

Bacaan kitab suci hari Minggu ini dari Rm 5:12-19 berbicara tentang Adam dan Kristus. Oleh dosa Adam, satu orang, kita semua berdosa dan jatuh di dalam kuasa maut. Hawa tergoda oleh ular. Adam ikut, semua kita kena getahnya. Iritasi pula dan mematikan. Oleh karena itu Mzm 51:7 mengatakan: "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku."

Godaan memang kuat. Kita sering melihat meme tentang tokoh atau siapa pun orangnya, mungkin lucu dan menyenangkan hati. Demikian juga anekdot tentang SARA. Tetapi bisa saja hal itu lucu bagi orang tertentu tetapi bisa menyakitkan hati bagi yang lain.

Sebetulnya, meme tidak ada gunanya. Iblis jahat. Mungkin sama seperti sang ular yang menipu, seolah-olah membuat manusia terbuka matanya, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Padahal yang pasti, meme atau hoax tanpa niat cek seperti itu melecehkan. Nah, jelas itu dosa. Alkitab mengajarkan kita selalu dalam kasih. Bahkan dikatakan, hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama (Flp 2:3). Meme juga tidak mencerahkan. Justru seringnya mengajak berpikir sempit. Pembodohan. Tepatlah yang disampaikan Rasul Paulus: sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran (di WA), semua orang beroleh penghukuman. Berantai. Waspada.

Sebagai umat Kristiani, perintahNya jelas: Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Mat 5:16). Bersyukurlah. Nas hari ini membuka pikiran kita. Oleh Adam, atau meme atau hoax, kita berdosa. Tetapi Kristus membuka jalan bagi penghapusannya. Ia telah disalibkan untuk kita. Karunia Allah lebih besar dari pelanggaran Adam (ayat 15). Pilih Adam atau Kristus.

Datanglah kepadaNya, berhenti. Ingat ucapanNya: jangan menyalibkan lagi Anak Allah dan menghina-Nya di muka umum (Ibr. 6:6). Di lain perintahNya: Pergilah, jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang (Yoh 8:11). Tuhan memberkati. Amin.

KABAR DARI BUKIT (1 Maret 2020)

KABAR DARI BUKIT (1 Maret 2020)

Yesus dan Kemenangan

 

Hari ini Minggu I Pra Paskah. Umat Katholik telah mulai berpuasa dan sebagian umat Protestan ikut memulainya. Firman Tuhan hari Minggu ini juga menceritakan tentang puasa Tuhan Yesus selama 40 hari, sesuai nas bacaan kita, Mat. 4:1-9. Iblis ingin mencobai Yesus setelah Ia dibaptis oleh Yohanes, yang ketika itu ada suara dari langit yang berkata: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."

Ada tiga pencobaan yang dilakukan iblis. Pencobaan pertama tentang rasa lapar. Tuhan Yesus setelah berpuasa 40 hari, diminta oleh iblis mengubah batu menjadi roti. Tentu Tuhan Yesus mampu, tetapi Ia menjawab iblis: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (ayat 4; Ul. 8:3). Maka kita diingatkan, jangan setiap hari hanya memberi makanan untuk tubuh fisik kita semata, tetapi juga makanan rohani, penguatan jiwa, agar tetap sehat tubuh, roh dan jiwa kita.

Pencobaan kedua yakni dengan sensasi iblis memanipulasi firman Allah, sebagaimana iblis memanipulasi Hawa di Taman Eden. Iblis menantang Tuhan Yesus untuk menjatuhkan diriNya dari bubungan atap tinggi, sebab menurut iblis, Allah Bapa akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk menatang Yesus, supaya kaki-Nya jangan terantuk kepada batu (ayat 6; Mzm 91:11-12). Tetapi Tuhan Yesus menjawab: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (ayat 7; Ul.6:16). Iblis pun keok.

Cobaan ketiga iblis kepada Yesus yakni tawaran menyerahkan kerajaan dunia berikut segala kuasa serta kemuliaannya. Woow.., tetapi dengan satu syarat: Dia harus menyembah iblis. Alasan iblis sangat masuk akal, sebab “kerajaan dunia” ini telah diserahkan kepadanya, dan iblis berhak memberikannya kepada siapa saja yang dikehendakinya. Jelas itu tawaran yang sangat menggoda, dan tidak “susah” mewujudkannya: cukup dengan menyembah iblis. Tetapi sekali lagi Yesus menjawab dengan firman Tuhan dari Ul. 6:13: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (ayat 8). Dan, iblis pun mati kutu.

Iblis dengan kepintarannya berbagai cara menawarkan kepada kita, bahkan dengan tipu sensasi, khususnya saat kita merasa membutuhkan, terdesak tanpa pilihan, sehingga kita mudah jatuh dan terikat. Tetapi kita perlu belajar dari Tuhan Yesus. Pertama, Ia menyadari mengikuti permintaan iblis akan masuk dalam jebakannya. Kedua, Yesus tidak mementingkan dirinya sendiri, sebab apa yang perlu dan terbaik bagi diri-Nya adalah sesuai dengan kehendak Bapa.

Allah tidak membiarkan kita sendirian dalam melawan godaan dan tawaran iblis. Firman-Nya dapat kita pakai sebagai benteng perisai dalam melawan serangan tersebut, sebagaimana Tuhan Yesus mengalahkan godaan iblis di padang gurun. Firman Tuhan bukan sekedar kata-kata, melainkan firman yang memiliki kuasa dengan urapan Roh Kudus yang bekerja dalam diri orang percaya. Jadi tatkala kita lemah, tatkala kita rentan mudah jatuh, maka ingatlah firman Tuhan yang menjadi kekuatan kita. Tetaplah terhubung denganNya, dan tetaplah penuh Roh, dan kita pun akan menang seperti Tuhan Yesus. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

 

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini: Adam dan Kristus (Rm. 5:12-19) silahkan mengklik website www.kabardaribukit.org.

 

Pdt.(Em.) Ramles M. Silalahi

KABAR DARI BUKIT (23 Februari 2020)

KABAR DARI BUKIT (23 Februari 2020)

 

Transfigurasi Umat

 

Hari ini adalah Minggu Transfigurasi, minggu terakhir sebelum Pra-Paskah. Transfigurasi berarti perubahan rupa atau metamorfosis; saat wajah Tuhan Yesus berubah, bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang, penuh dengan kemuliaan. Peristiwa itu dikisahkan dalam Mat 17:1-9 yang menjadi bacaan kita Minggu ini, tatkala Tuhan Yesus bersama tiga muridNya (Yohanes, Petrus dan Yakobus) bertemu dengan Musa dan Elia di atas gunung yang tinggi, kemungkinan Gunung Hermon atau Tabor, tempat berada Gereja Transfigurasi saat ini.

 

Hari Rabu minggu ini adalah Rabu Abu, sebuah peringatan dan penghayatan bahwa kita berasal dari debu dan kembali menjadi debu (Kej.3:19). Umat Katholik diolesi keningnya sebagai simbol. Selama enam minggu ke depan, kita akan melewati masa pra-paskah (lent) dan akan tiba di Jumat Agung 10 April 2020, peringatan akan penderitaan Tuhan Yesus di sepanjang hari, via dolorosa dan berakhir mati tergantung di kayu salib, sebagai pengganti tebusan kita orang berdosa.

 

Peristiwa transfigurasi di atas gunung meneguhkan beberapa hal, yakni: pertama, kebenaran Tuhan Yesus "yang walaupun dalam rupa Allah ... mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:6-7). Hal ini ditegasan Yohanes yang ikut naik ke gunung, dengan menuliskan: "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa...." (Yoh. 1:14). Rasul Petrus juga menuliskan kesaksiannya, "Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus" (2Pet. 1:18, band. ayat 5 nas).

 

Pesan kedua nas ini untuk menyegarkan ingatan kita, bahwa bersama di dalam hadirat Tuhan sungguh menyenangkan. Tuhan Yesus naik ke gunung tinggi itu untuk berdoa (ayat 1; Luk. 9:28). Respon Petrus melihat situasi itu berkata: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia" (ayat 4). Ada sukacita penuh. Ada semangat melayani. Maka, jika hidup kita saat ini lebih fokus pada diri sendiri, kurang berbahagia, berusahalah lebih banyak waktu bersama Tuhan. Doa, pujian, dan bacaan tentangNya. Kebahagiaan pun akan berlimpah.

 

Hal terakhir pesan nas minggu ini adalah penegasan Tuhan Yesus adalah Allah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sekaligus Allah orang mati dan yang hidup. Nabi Musa dan Elia mewakili figur utama dalam PL bertemu dengan Tuhan Yesus. Melalui nas ini juga ada pemberitahuan awal Ia akan bangkit dari kematian (ayat 9), dan nubuatan itu digenapi. Ini sekaligus pengajaran kepada kita, di balik kejadian yang membuat kita sedih atau menderita, bersama Tuhan Yesus semua akan berakhir dengan kemenangan. Mari terus memuliakan Tuhan dan ikut mentrasfigurasikan wajah umat sebagai kesaksian bagi sesama. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

 

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini: NUBUAT DIGENAPI (2Pet 1:16-21) silahkan mengklik website www.kabardaribukit.org.

 

Pdt.(Em.) Ramles M. Silalahi

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 12 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8568849
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
6897
73300
80197
8223859
720134
883577
8568849

IP Anda: 172.70.188.99
2024-12-16 06:31

Login Form