Sunday, December 15, 2024

Khotbah Minggu 5 Januari 2014

Khotbah Minggu 5 Januari 2014

 

 

Minggu Efipani

  

MEMPEROLEH KEBERANIAN MASUK KE HADIRAT ALLAH

(Ef 3:1-12)


Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 60:1-6; Mzm 72:1-7, 10-14; Mat 2:1-12

(berdasarkan   http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.


Ayat Ef 3:1-12 selengkapnya dengan judul:
Rahasia panggilan orang-orang bukan Yahudi.

 

3:1 Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah 3:2 -- memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, 3:3 yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. 3:4 Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, 3:5 yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, 3:6 yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. 3:7 Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya. 3:8 Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, 3:9 dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, 3:10 supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, 3:11 sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 3:12 Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.

 

----------------------------

 

Pendahuluan

Minggu ini adalah minggu pertama setelah tahun baru yang oleh gereja dinamakan sebagai minggu Epifani, yang berarti penampakan. Epifani dapat diartikan dalam beberapa peristiwa, seperti kelahiran Tuhan Yesus, kunjungan orang Majus, pembaptisan-Nya, dan peristiwa di Kana sebagai pelayanan pertama-Nya. Nats minggu ini dilatar belakangi adanya pendapat dan kesombongan pada dua suku bangsa waktu itu, yakni bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan Allah dan otomatis akan diselamatkan, dan kedua bangsa Yunani adalah bangsa yang paling beradab dan pemikir sehingga mereka akan mendapatkan yang terbaik, menjadi latar belakang nats ini. Melalui nats minggu ini kita diberi pelajaran tentang hubungan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan Allah Bapa, menjadi hubungan khusus sebagai berikut.

  

Pertama: Panggilan khusus kepada tiap orang (ayat 1-3)

Rasul Paulus melalui surat ini menekankan bahwa ia dipanggil melalui kasih karunia sebagaimana yang dialaminya dalam perjalanan ke Damsyik, yang awalnya ia memburu orang-orang Kristen yang dibencinya sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Tapi melalui peristiwa kebutaannya, disembuhkan oleh mukjizat sesuai janji Tuhan, serta wahyu yang diterimanya dari Tuhan Yesus, ia kemudian disadarkan untuk tidak berbuat kejahatan lagi. Kesadaran itu membawanya untuk terus mengenal Kristus, melalui interaksinya dengan para murid, termasuk diduga ia juga membaca dan belajar tentang Injil yang sudah mulai dituliskan saat itu. Ia belajar bertahun-tahun sebelum akhirnya diminta Tuhan untuk Tiga kali mengadakan perjalanan pekabaran Injil ke berbagai wilayah di luar Israel.

  

Melalui peristiwa Damsyik itu, ia dipanggil Tuhan dan merespon dengan baik panggilan itu, bersedia dibentuk oleh-Nya dengan didikan dan tidak pernah takut untuk menderita termasuk dipenjara oleh karena penginjilannya. Ia menyadari bahwa kasih karunia yang ia terima haruslah dibagikan kepada banyak orang yang belum mengenal Allah yang benar, yakni Tuhan Yesus. Ia diberi hikmat oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil kepada mereka yang bukan Yahudi, sebab ia tahu bahwa murid-murid Yesus saat itu lebih banyak mengabarkan kepada umat Yahudi. Ia melakukan perjalanan melintasi daratan dan lautan, terhempas dan terjebak di pulau-pulau kecil, sampai akhirnya terpenjara di Roma. Semua itu tidak menyurutkan semangatnya untuk memberitakan dan membagikan kasih karunia itu.

  

Panggilan Tuhan pasti ada kepada semua orang. Jenis panggilan dan misinya pasti berbeda-beda, disesuaikan dengan pribadi dan lingkungan kontekstualnya. Ada yang menyadarinya dan merespon, ada yang menyadarinya tapi tidak memberi respon, dan ada yang tidak menyadarinya seolah-olah ia hidup untuk dirinya sendiri. Panggilan kepada Rasul Paulus adalah mengabarkan Injil bagi yang bukan Yahudi, yang saat itu menjadi tantangan utama. Kita pribadi yang masing-masing berbeda hadir Tuhan tempatkan dalam lingkungan yang berbeda dan dalam kontekstual yang berbeda pula. Bagi kita yang sudah menerima kasih karunia (keselamatan dan berkat) itu, pertanyaannya: apakah kita sudah menyadari adanya panggilan dari Tuhan untuk menjalankan misi-Nya; dan apakah kita sudah meresponnya dengan baik. Tetaplah bertanya dan tentukanlah jawabannya, sebab itu sebuah kehormatan bagi kita. Apakah kita bisa sama dengan Paulus, di tengah penderitaannya sebagai tahanan Romawi, ia masih tetap bersaksi dan berkarya? Itulah panggilan dan teladan buat kita semua.

  

Kedua: Dinyatakan di dalam Roh kepada semua bangsa (ayat 4-6)

Panggilan yang diberikan kepada Rasul Paulus membuka wawasan bahwa Injil adalah bagi segala bangsa. Keselamatan bukan saja bagi mereka keturunan Abraham, tetapi juga bagi mereka yang menjadi anak-anak rohani Abraham, untuk diadopsi menjadi anak-anak Allah. Panggilan Tuhan kepada setiap pribadi diminta membangun sebuah jemaah atau komunitas, dan komunitas atau jemaah inilah yang kemudian menjadi gereja, baik sebagai gereja lokal, gereja denominasi maupun gereja universal, yakni kumpulan orang percaya dan orang kudus. Inilah rahasia Allah di dalam Tuhan Yesus yang perlu disampaikan kepada banyak orang yang dinyatakan dalam Injil.

  

Pikiran orang Yunani mengatakan bahwa hikmat itu hanya ada dalam filsafat dan mereka yang berpikir keras dan dalam. Semua itu harus digali melalui diskusi-diskusi dengan pikiran yang terbuka. Akan tetapi Rasul Paulus mengatakan rahasia itu yakni hikmat Allah, ada pada Yesus dan akan diberikan kepada semua orang yang mau mengenal-Nya. Rahasia ini tidak diberikan kepada orang Yahudi yang berpikir mereka adalah umat istimewa sebagai keturunan Abraham; tidak diberikan kepada orang Yunani yang mencari hikmat melalui pikiran manusia. Sekarang, semua dibukakan kepada banyak orang melalui Injil sebagai sumber dari segala hikmat dan rahasia kehidupan. Rahasia itu diungkapkan kepada semua bangsa pada saat yang tepat yang merupakan waktu pilihan Allah melalui kedatangan Yesus sebagai manusia.

  

Rahasia dan sumber hikmat itu diberikan kepada semua orang melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati setiap orang percaya kepada Yesus, yang membuka hatiya akan panggilan menjadi utusan dan pewarta Injil dalam segala bidang kehidupan yang maha kaya. Kita bukan rasul, kita mungkin bukan pendeta atau penginjil, akan tetapi kita pasti dapat menceritakan tentang Yesus kepada orang-orang sekeliling kita. Cerita yang sederhana atau perbuatan kasih yang sederhana, pasti membuat mereka melihat Yesus. Roh Kudus akan bekerja menjadikan mereka murid. Dengan demikian mereka yang terpanggil dari segala bangsa dan percaya serta taat sebagai anak-anak-Nya, secara otomatis menjadi ahli waris dan sekaligus sebagai anggota tubuh-Nya yang dipakai bagi kemuliaan-Nya. Kepada mereka inilah janji itu diberikan, yakni janji damai sejahtera di dalam Yesus Kristus, janji berkarya dan berbuah bersama Roh Kudus, dan janji memperoleh keselamatan yang kekal bersama Bapa di sorga. Kasih dan kebenaran sejati itulah yang dinyatakan dalam Injil yang merupakan anugerah Tuhan bagi segala bangsa.

  

Ketiga: Injil sebagai pemberi kuasa (ayat 7-9)

Semua yang dijanjikan tersebut dapat terjadi hanya apabila manusia itu terus taat dan berusaha memberikan yang terbaik dari hidupnya. Namun kenyataan hidup di dunia tidak semudah yang kita bayangkan. Kelemahan tubuh, keinginan daging, dan iblis si penggoda membuat jalan yang kita tempuh sering menjadi tidak lurus. Memang hidup itu kadang seperti menggambar, membuat garis bengkok-bengkok sangatlah mudah, namun membuat garis lurus pasti sangat susah. Demikianlah juga kita dalam menjalani kehidupan keseharian, membuat hidup yang bengkok sangat mudah dan membuat hidup lurus pasti banyak tantangan. Oleh karena itu, melalui Injil yang menjadi dasar kasih karunia dan anugerah bagi kita, melalui Injil itu juga kita dikuatkan agar mampu memelihara dan menjaga hidup kita lurus sesuai dengan kehendak Allah.

  

Injil dapat menjadi sumber kekuatan untuk kita tetap hidup lurus karena melalui firman yang dituliskan tersebut, yang kita baca dan dengarkan, renungkan dan pelihara, kita terus menerus diingatkan dan perbaharui. Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya" (Luk 11:28). Inilah rahasia yang tersimpan berabad-abad dan tersembunyi bagi banyak bangsa, sebab sekarang pintu terbuka bagi semua orang, bukan hanya orang Yahudi dan Yunani saja. Menemukan kuasa Injil itu haruslah dengan rendah hati, bukan dengan kesombongan, sebagaimana Rasul Paulus katakan, ia adalah pelayan (deacon=pelayan meja) dan bahkan yang paling hina dari semua rasul. Dengan kerendahan hati itu, yang menganggap tugas pelayanan sebagai rahmat karena ketidaklayakan kita, maka Roh Kudus akan bekerja secara optimal bagi pelayanan yang kita berikan, sesuai dengan panggilan yang dinyatakan dalam kehidupan berdasarkan talenta dan karunia-karunia rohani yang kita miliki.

  

Kuasa Injil itu adalah kabar baik tentang damai sejahtera dan keselamatan di dalam Kristus Yesus melalui pederitaan, kematian dan kebangkitan-Nya dan menjadi nyata bagi banyak orang. Itu memampukan semua orang yang mau bertobat dan mengikut Dia menjadi anggota persekutuan orang kudus, yang setara di hadapan Allah Bapa, yakni anggota gereja sebagai tubuh-Nya dan Dia bertindak adalah Kepala. Semua disatukan dalam satu tubuh tidak hanya orang Yahudi tetapi semua bangsa. Ini merupakan hal yang tersembunyi juga bagi para malaikat-malaikat (pemerintah dan penguasa) di sorga, yang memudian terbuka melalui karya jemaat-jemaat dalam pelbagai hikmat Allah. Karya itu bukan eksklusif milik Rasul Paulus, melainkan karya kita semua anak-anak Tuhan melalui gereja-Nya.

  

Keempat: Memperoleh keberanian masuk ke hadirat Allah (ayat 10-12)

Hal yang penting dalam ayat ini adalah pernyataan bahwa maksud abadi rencana Allah itu telah ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa, yang membuat Allah menyesal dan berjanji bahwa keturunan perempuan itu yang akan meremukkan pembuat dosa itu, yakni ular dan iblis. Perjalanan hidup umat pilihan-Nya yakni bangsa Israel menjadi bangsa teladan bagi sekalian bangsa-bangsa di seluruh bumi telah gagal. Nabi Yesaya juga sudah menyatakan bahwa segala bangsa untuk memperoleh Terang dan diselematkan (Yes 49:6). Aturan hukum Taurat yang dibuat tidak dapat membawa umat Israel sebagai umat kudus dan layak menjadi pilihan-Nya, sehingga Allah memberi perjanjian baru bagi semua bangsa-bangsa melalui Yesus dan Injil. Tembok pemisah itu telah dihancurkan Allah sehingga semua bangsa adalah sama dihadapan-Nya (Ef 2:14-15).

  

Perjanjian Lama memberi jalan pemulihan bagi umat yang berdosa melalui penyesalan dan pemberian korban persembahan, namun itu semua membuat manusia tidak semakin baik. Hal itu juga membuat manusia semakin jauh dari Allah yang mengakibatkan manusia semakin takut menghampiri takhta Allah yang Maha Suci dan Tinggi itu. Akan tetapi melalui rahasia yang diungkapkan oleh Injil, yakni dosa manusia telah ditebus oleh Yesus dan kita tidak memerlukan lagi pengantara, melainkan masuk dengan penuh keberanian dalam takhta hadirat-Nya, ini yang membuat kita dengan penuh keyakinan untuk datang kepada-Nya tanpa rasa takut, sebab semua dosa-dosa kita sudah diampuninya dan kita berusaha memberikan yang terbaik kepada-Nya. Bertanyalah pada Tuhan bagaimana kita akan dipakai-Nya, dan mintalah kuasa-Nya melalui Injil dan Roh Kudus yang menyertainya.

  

Allah kudus dan melalui Kristus kita dikuduskan dan inilah yang membuat kita dengan mudah menghampiri Allah. Melalui Yesus semua bangsa-bangsa dikuduskan dalam persekutuan umat-Nya, yakni Gereja-Nya dan Tubuh-Nya. Tanpa Kristus atau terlepas dari iman Kristus maka rasa takut itu akan muncul, dan ini pula yang membuat kita semakin tidak yakin dan gentar dalam menghampiri takhta-Nya. Namun kita juga perlu menyadari bahwa masuk ke dalam hadirat Allah bukan saja melalui pengudusan oleh darah Kristus, juga karena kita melakukan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kita menerima berkat anugerah dan hendaklah berkat itu kita bagikan kepada orang lain juga, sebab tanpa membagikannya, kita juga bisa kehilangan berkat itu. Dengan demikian kita akan berani masuk ke dalam hadirat-Nya yang kudus dan agung.

  

Penutup

Nats di minggu epifani ini kembali mengingatkan kita bahwa kasih Allah demikian besar akan manusia. Kegagalan bangsa Israel sebagai bangsa teladan membuat Allah menetapkan rencana awalnya dinyatakan, yakni keturunan perempuaan itu menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia dari iblis. Keselamatan bukan hanya milik bangsa Yahudi dan hikmat bukan hanya milik bangsa Yunani saja. Kebanggaan atau kesombongan rasial tidak ada lagi pada dunia yang semakin terbuka ini. Allah mengasihi semua manusia dan rindu untuk menyelamatkan, dan Injil dinyatakan melalui Yesus sebagai sumber kekuatan yang terus menerus bagi orang yang dipanggil sebagai anak-anak-Nya untuk hidup dalam terang Illahi, berbuah, dan bersaksi, sehingga setiap orang yang dipanggil memperoleh keberanian masuk dalam hadirat-Nya.

 

Tuhan Yesus memberkati.

  

(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, akan lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari dan juga diselingi humor yang relevan).

 

Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2014

Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia

Mengucapkan Selamat Hari Natal 25 Desember 2013

dan Selamat Tahun Baru 1 Januari 2014

  

Kepada seluruh anggota jemaat dan hamba Tuhan GKSI,

serta kepada pengunjung situs ini.

  

Semoga melalui Minggu Adven yang kita lalui, sukacita kasih karunia Natal dan semangat Tahun Baru membuat kita semakin kuat dan lebih baik lagi saat berjalan bersama Tuhan mengarungi tahun 2014.

Tuhan Memberkati.

 

----------------------------------------------------

 

Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2014

 

Perayaan Tahun Baru


IA MEMISAHKAN DOMBA DARI KAMBING

(Mat 25:31-46)


Bacaan lainnya menurut Leksionari: Pkh 3:1-13; Mzm 8; Why 21:1-6a

(berdasarkan  http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.


Ayat Mat 25:31-46 selengkapnya dengan judul: Penghakiman terakhir

 

25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. 25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, 25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. 25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 25:44 Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. 25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.


---------------------------


Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dari sisi tampak luar, agak sedikit sulit membedakan murid Yesus yang sejati dengan murid yang asal-asalan. Seringnya seseorang hari Minggu ke gereja dan menyatakan Pengakuan Iman Rasuli tidak menjadi jaminan bahwa apa yang dinyatakannya itu sesuai dengan perbuatanya sehari-hari. Ada orang yang pintar menyembunyikan kejahatannya atau dosa-dosa di tengah-tengah masyarakat, dan ada juga yang melakukan perbuatan baik tapi bertujuan kamuflase atau pencitraan. Namun Tuhan pasti mengetahui semua itu dan menjadi ukuran masuknya seseorang dalam kerajaan-Nya dan akan terlihat saat penghakimam di akhir zaman. Melalui nats minggu ini kita memperoleh pelajaran hidup penting sebagai berikut. 


Pertama: Penghakiman dan pemisahan (ayat 31-33)

Dalam sebuah seminar di Eropa baru-baru ini tentang masa depan bumi dan seluruh isinya, seorang ahli mengatakan bahwa nasib bumi ini tergantung kepada manusia. Meski sudut pandangnya adalah soal kecukupan pangan, energi, perubahan lingkungan dan lainnya, memang hal ini benar di satu sisi. Maksudnya adalah kelangsungan hidup manusia dari sisi fisik-biologis tersebut sangat tergantung kepada hikmat manusia sendiri, bagaimana manusia akan mengelola dan menyepakati masa depannya sendiri. Beberapa hal yang pokok, misalnya, adalah soal pertumbuhan penduduk, pengelolaan dalam soal kebutuhan makanan, penghematan energi penjagaan lingkungan hidup, akan sangat menentukan dalam ketahanan dan daya dukung alam ini. Apakah bangsa-bangsa penghuni bumi, misalnya, dapat melakukan kebijakan pertumbuhan nol penduduk (zero population growth) atau bahkan "satu anak cukup" sepertidi negeri China, tentu sangat menentukan nantinya. Mungkin dalam hal ini kita sedikit optimis bahwa suatu saat bangsa-bangsa akan dapat menyesuaikan diri sendiri, dalam arti muncul apa yang disebut sebagai  "wisdom of the nations" atau "wisdom of the crowd" yakni bersatunya bangsa-bangsa dan penduduk dalam menghadapi masalah bersama.


Namun di sisi lain di samping faktor fisik-biologis, masa depan dunia ini juga ditentukan oleh sikap dan tingkah laku manusia itu sendiri secara moral rohani. Sudut pandang rohani seperti, misalnya, bagaimana manusia mensikapi keberadaannya dan tentang peran Tuhan dalam perjalanan hidupnya sebagai pribadi, sebagai komunitas atau bangsa-bangsa. Dengan teknologi dan informasi yang semakin maju, memang ada kecendrungan bahwa manusia semakin mengandalkan akal pikirannya sendiri, lebih ego-sentris, dan bahkan tidak lagi memerlukan Tuhan. Manusia berpikir bahwa kemegahan manusia dapat dicapai dengan teknologi dan persoalan manusia yang ada sebenarnya hanyalah ketidakmampuan manusia itu sendiri dan tidak memerlukan Tuhan dalam penyelesaiannya. Dalam keadaan seperti itu, mungkin peristiwa menara Babel akan terulang kembali dan akhirnya Allah menghukum manusia. Itulah akhir zaman.


Di lain pihak manusia belum bisa menafsirkan nubuatan akhir zaman secara pasti. Ramalan demi ramalan dilakukan beberapa orang dengan tanda-tanda zaman seketika, tapi semua meleset, dan bahkan semuanya hanya untuk kepentingan pemimpin rohani itu saja. Alkitab sendiri menggambarkan akhir zaman atau datangnya Kristus kedua kalinya itu dengan berbagai tanda-tanda, namun sangat sukar menggabungkannya menjadi sebuah tanda atau tafsir yang pasti. Demikian juga dengan beberapa istilah, seperti kerajaan seribu tahun, penderitaan besar, bertakhta di atas awan, bunyi sangkakala, dan lainnya, sangat sukar dibayangkan. Meskipun demikian, satu hal yang pasti bahwa dunia ini akan berakhir, dan pada saat itu akan ada penghakimam bagi mereka yang taat dan berbuat baik dengan mereka yang murtad dan tidak melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam penghakiman itulah Yesus akan datang sebagai Raja dengan malaikat-Nya, memisahkan mereka yang taat dan berbuah serta dikelompokkan-Nya dengan perumpamaan domba, dan mereka yang murtad dan egoistis dikelompokkan-Nya dengan perumpamaan kambing. Perumpamaan ini berangkat dari gembala pada masa itu biasanya  menggembalakan kedua hewan itu bersamaan, dan setelah menjelang malam mereka dipisahkan. Masa penghakiman pun dimulai, pemisahan antara orang fasik dengan orang benar, antara domba dan kambing, yang kuasa-Nya telah diberikan kepada Yesus, sesuai dengan pesan-pesan-Nya dalam Alkitab. Pertanyaannya, apakah kita masuk kelompok domba atau kambing?


Kedua: Terimalah kerajaan yang disediakan (ayat 34-40)

Alkitab mengatakan bahwa saat akhir zaman dan Ia kembali ke dunia, masih banyak orang hidup yang ditemui-Nya (1Tes 4:15-16; band. Yoel 3:1-2). Maka pemisahan orang yang hidup (dan yang mati dibangkitkan) menjadi kelompok domba dan kambing akan dilaksanakan dengan dua kriteria utama: apakah ia beriman kepada Yesus Kristus, dan apakah imannya itu berbuah nyata atau hanya OMDO, yakni Omong Doang. Jadi iman orang tersebut bukan hanya di mulut atau di hati, tetapi juga dalam perbuatan. Pada saat penghakiman tidak ada lagi keistimewaan atau preferensi sebagai bangsa terpilih, negara kaya atau miskin, mayoritas Kristen atau muslim, kumpulan orang, pengusaha kaya, seorang pendeta, atau preferensi lainnya, melainkan semua dihakimi berdasarkan kedua hal tersebut: iman dan perbuatannya. Dalam hal ini perbuatan yang paling diutamakan adalah hukum kasih, yakni mereka yang mengasihi orang-orang yang memerlukan sebagaimana diuraikan pada nats ini.


Tuhan Yesus sendiri ketika pertama kali masuk dalam pelayanan, setelah Ia menyerukan agar manusia bertobat sebab Kerajaan Allah sudah dekat (Mat 4:17), Ia menyampaikan bahwa tujuan-Nya secara implisit melalui perkataan-Nya, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku. untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk 4:18-19). Memang ini merupakan kutipan dari yang disampaikan oleh nabi Yesaya dengan nuansa baru oleh Yesus. Dengan demikian sangat jelas bahwa hal yang menjadi perhatian utama Tuhan Yesus adalah mereka yang miskin, para tawanan, mereka yang tertindas, dan kelepasan.


Maka menjadi tidak mengherankan bahwa kriteria yang dipakai oleh Tuhan Yesus dalam menghakimi adalah dasar dan buah iman itu, yakni sikap dan respon ketika mereka melihat yang miskin, lapar dan haus, apakah mereka memberi makan dan minum; ketika melihat mereka yang tuna wisma (seorang asing), apakah memberi tumpangan; ketika melihat yang telanjang, apakah memberi mereka pakaian; ketika melihat yang sakit, apakah mereka melawatnya; ketika ada orang yang di penjara, apakah kita mengunjunginya? Personifikasi Tuhan Yesus dengan orang-orang yang lemah ini sangat sah, demikian juga bagi murud-murid dan hamba-Nya, sebab bagi merekalah kedatangan yang utama Tuhan Yesus. Orang yang benar adalah mereka yang memahami dan mengikuti tujuan Yesus, dan mereka inilah para domba-Nya, sehingga Tuhan Yesus mengatakan kepada para domba-Nya, "kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan." 


Ketiga: Enyahlah hai orang-orang terkutuk (ayat 41-44)

Anugerah keselamatan memang adalah kasih karunia berdasarkan pertimbangan Allah semata. Namun prinsip itu tidak boleh diterjemahkan sederhana, bahwa Allah itu baik, kita manusia berdosa, dan kalaupun kita berdosa terus, sepanjang KITA juga melakukan perbuatan baik, maka kita tidak masuk neraka. Prinsip seperti ini salah dan berbahaya. Itu bukan iman Kristen. Iman Kristen yang benar adalah kita manusia berdosa dan tidak bisa menghilangkan kecendrungan berdosa. Keberdosaan kita hanya bisa dihilangkan dengan memohon pengampunan dan pengakuan bahwa Yesus menjadi tebusan-Nya, dan kemudian beriman dan taat kepada-Nya, menyerahkan seluruh hidup kita di bawah pimpinan-Nya untuk berbuah bagi banyak orang. 


Maka apabila kita melakukan perbuatan baik, itu bukanlah sebagai "balasan" atas anugerah keselamatan yang diberikan-Nya, melainkan semata-mata karena pimpinan dan kasih-Nya memampukan kita melakukan perbuatan baik itu. Pemikiran perbuatan baik sebagai "balasan" seolah-olah membuat ada perhitungan besar kecilnya yang harus kita lakukan. Padahal, secara prinsip semua yang kita lakukan haruslah merupakan "perbuatan baik" dan khususnya kepada sesama, terlebih-lebih lagi untuk mereka yang membutuhkan, seperti yang disebutkan Tuhan Yesus dalam nats ini. Jadi perbuatan baik atau melakukan hal baik itu bukan hanya untuk diri sendiri atau keluarga saja, atau hitung-hitungan pamrih dengan pengharapan upah yang besar.


Bagi mereka yang mengabaikan tujuan-Nya yakni kepedulian kepada mereka yang membutuhkan dan menderita, maka Allah akan mengelompokkannya menjadi sekumpulan kambing yang tidak penurut. Mereka yang berbangga hati dan mengharapkan upah yang besar juga akan dikatagorikan pada kelompok ini, sebab tidak melakukannya dalam semangat pengorbanan, ketulusan dan kerendahan hati,  melainkan hanya bermotivasi untuk memuliakan diri sendiri. Bagi mereka ini, Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya." Mereka tidak layak mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah, sebab apa yang mereka imani hanya di mulut, tetapi bukan pada kehidupan sehari-hari. Mereka akan dihukum setelah kelompok domba diberkati, agar anak-anak Tuhan dapat melihat apa yang terjadi.


Keempat: Masuk ke tempat siksaan kekal (ayat 45)

Gambaran hukuman yang diberikan kepada mereka yang taat dan setia, yakni mereka yang hanya melakukan sebagian saja perintah Tuhan, memiliki dua aspek: pertama siksaan, dan kedua kekal. Gambaran yang sangat umum di dalam Alkitab tentang siksaan ini adalah dalam bentuk api neraka, mendambakan setetes air saja demikian sulitnya, api yang panas membakar yang menahan sakitnya saja akan penuh ratapan dan kertakan gigi (Mat 13:42, 50). Namun gambaran siksaan lainnya ada juga dalam Alkitab yang berbentuk penyakit bisul yang dahsyat, dimakan ulat, dan lainnya yang membuat kesakitan seperti melahirkan, atau menggigit lidah karena rasa sakitnya (Why 12:2;16:11).


Aspek kedua dari hukuman itu adalah bentuknya yang kekal. Ini sejajar dengan mereka yang mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah juga akan mengalaminya dalam kekekalan. Pengertian kekekalan disini adalah waktu yang sangat lama sekali, bukan hanya ratusan atau ribuan tahun, tapi waktu yang bagi manusia tidak mungkin menghitungnya. Pengertiannya abadi dan selama-lamanya. Kekekalan hanyalah milik Tuhan sebab Dia adalah Allah yang kekal. Jadi pengertian penghukuman yang kekal dan selama-lamanya adalah semata-mata waktu yang ditetapkan Tuhan saja, namun itu yang pasti lama sekali. Hukuman itu tidak hanya diberikan kepada mereka yang tidak taat dan tidak mengasihi tadi, tetapi juga bagi iblis dan malaikat-malaikat jahatnya.


Mereka yang taat dan terus berbuat baik haruslah seperti domba, penurut dan lembut, sabar, bukan seperti kambing yang susah diatur dan liar. Domba-domba-Nya yang berkenan kepada-Nya layak ditempatkan di sebelah kanan, sebagai simbol kepercayaan dan akan dibawa masuk dalam Kerajaan-Nya yang kekal (band. Mat 13:43; Why 20:4). Dan bagi mereka yang tidak taat, yang melupakan tanggung jawab bagi mereka yang miskin, sakit, tertindas dan menderita, serta tidak membagikan anugerah kabar baik, maka mereka ini layak dihukum dengan siksaan yang kekal. Bertobatlah, sebab kerajaan sorga sudah dekat. 


Penutup

Firman Tuhan melalui nats di tahun baru ini mengajak kita untuk memeriksa diri dalam memasuki tahun yang baru, hari-hari yang baru agar iman yang selalu kita nyatakan benar-benar sesuai dengan perbuatan kita. Iman tanpa perbuatan adalah mati. Kita harus menyadari bahwa kita pasti mati dan dunia ini akan berakhir serta akan ada penghakiman bagi seluruh manusia berdasarkan iman dan perbuatannya. Pertanyaannya adalah apakah kita akan ditaruh di sebelah kiri sebagai kelompok kambing, dan dimasukkan dalam penghukuman siksaan yang kekal, atau dikelompokkan kedalam kelompok domba yang memperoleh berkat dan masuk ke kerajaan-Nya. Seandainya kita melakukan yang benar maka hendaklah itu bukan motivasi mendapatkan upah yang besar semata, melainkan untuk menyenangkan hati-Nya.

Tuhan Yesus memberkati.


(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, akan lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari dan juga diselingi humor yang relevan).

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 19 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8562427
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
475
73300
73775
8223859
713712
883577
8562427

IP Anda: 162.158.190.124
2024-12-16 01:31

Login Form