Sunday, December 15, 2024

2022

Kabar dari Bukit Minggu 20 Februari 2022

 

Kabar dari Bukit

 

 MELIHAT DENGAN IMAN (Kej. 45:3-11, 15)

 

 

Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu…. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah (Kej. 45:7-8a)

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Kej. 45:3-11, 15. Nas ini bercerita tentang reaksi Yusuf terhadap para saudaranya yang datang mengungsi ke Mesir karena kelaparan melanda Israel. Saudara-saudaranya tidak mengenalinya lagi. Sebelumnya Yusuf mereka jual sebagai budak, karena iri dan benci diperlakukan istimewa oleh Yakub ayah mereka (Kej. 37:3-4).

 

 

Sebagai manusia biasa, ketika ada hal buruk atau yang tidak mengenakkan datang, apalagi itu tampak sebagai “ulah manusia”, maka reaksi kita umumnya adalah kesal, kecewa dan bahkan ingin melakukan pembalasan. Namun melalui nas pengalaman Yusuf, kita diberi pengajaran agar selalu melihat dengan iman atas masalah, ujian/cobaan, tantangan yang terjadi dalam kehidupan.

 

 

Pertama, hilangkan pikiran untuk membalaskan hal buruk yang terjadi, terlebih itu saudara atau sahabat kita. Klarifikasi boleh saja untuk menjernihkan pikiran. Meski kemudian kita anggap orang itu salah, brengsek, jahat, tetaplah selesaikan dalam hati. Anggap semua terjadi atas seizin Tuhan, sehingga kita kembalikan kepada-Nya. Dia-lah sebagai hakim dan memberi penghukuman (Ibr. 10:30; Rm. 12:19). Nas parallel hari ini Luk. 6:27-38 mengajarkan, orang Kristen wajib hidup dalam kasih dan pengampunan, bahkan mengasihi musuh.

 

 

Kedua, janganlah menghujat atau menganggap Tuhan tidak sayang sama kita; meski mungkin itu ulah diri sendiri tidak disiplin. Alkitab mengajarkan, Tuhan pasti mempunyai maksud tertentu. Ini yang dikatakan Yusuf, “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu” (ay. 5). Tuhan ingin kita lebih siap dan kuat, tidak mudah menyerah, lebih menggantungkan diri kepada-Nya (Rm. 5:3-4). Yusuf difitnah oleh istri Potifar dan dipenjara karena tidak mau menuruti nafsu jahatnya (Kej. 39: 20-21). Tapi Yusuf takut akan Tuhan; tetap sabar, taat dan setia. Ia berserah, dan Tuhan pun bekerja membuka jalan, melalui kemampuan menafsir mimpi teman sepenjaranya (Kej. 41:15).

 

 

Ketiga, selalu bersikap positif dan berterima kasih atas “musibah” yang terjadi. Yang perlu adalah kita meminta pertolongan kepada Tuhan, agar dimampukan melewati ujian tersebut dengan kemenangan, bukan kalah sebagai pecundang yang menyesali diri semata. Hidup dijalani dengan integritas dan tanggungjawab. Percaya pada pemeliharaan Tuhan, sebab Ia tidak akan membiarkan anak-anak-Nya jatuh tergeletak (Mzm. 37:24).

 

 

Orang yang berhasil melewati badai akan lebih tangguh. Prinsip menjalaninya, tetaplah semangat dan melakukan yang terbaik. Jauhkan respon negatif yang mengurangi semangat dan daya juang. Jalan terjal menanjak akan membuat kita lebih kuat; angin kencang akan mendalamkan pondasi hidup kita. Yusuf bekerja keras dan akhirnya setelah Tuhan membuka jalan dengan menafsirkan mimpi Potifar, Yusuf dipercaya sebagai tangan kanannya (Kej. 39: 2-3). “Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan” (Ams. 21:21).

 

 

Pelajaran keempat, yakni menyadari tidak ada perubahan terjadi dalam sekejap. Perjuangan tidak selalu semudah membalik tapak tangan; tetapi Tuhan akan menolong kita memampukan untuk mengatasi segala cobaan. Semakin berat tantangan yang kita lalui, semakin matang dan berhikmat rohani kejiwaan kita (Yak. 1:3-4). Melihat dengan iman semua persolan yang terjadi dalam hidup, berarti melihat Tuhan terlibat dalam situasi yang kita hadapi. Ini bedanya jika hanya melihat dengan akal pikiran (2Kor. 5:7). Allah Mahabaik pasti memiliki rencana, dan mari kita dengan rendah hati menyerahkan dan mengikutkan Dia dalam memenangkannya. “Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka” (ay. 15). Alangkah indahnya kasih dan berkeluarga.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu 20 Februari 2022

 

KHOTBAH MINGGU VII SETELAH EPIFANI- 20 Februari 2022

 

MENGASIHI MUSUH (Luk. 6:27-38)

 

 

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu" (Luk. 6:27).

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini untuk kita renungkan, Luk. 6:27-38, berpesan sesuatu yang luar biasa dan menjadi ciri khas Kristiani: Kasihilah musuhmu. Dari tiga agama Semawi hanya Tuhan Yesus yang mengajarkan demikian. Memang ada ajaran dari Timur yang bernada serupa, tetapi melakukannya dengan upaya kekuatan sendiri, tanpa pendampingan Roh Allah yang memampukannya.

 

 

 

Wujud mengasihi musuh dijelaskan Tuhan Yesus dengan langkah konkrit lainnya: "mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu" (ayat 28-29). Dahsyat, kan? Luar biasa, bukan?

 

 

 

Pesan kedua nas minggu ini di ayat 30-33: "Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.... Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu?" Perintah Yesus ini dikuatan dengan membandingkan: "Orang-orang berdosapun berbuat demikian." Jadi, disitulah kita pengikut Kristus memang harus berbeda.

 

 

 

Pesan terakhir, janganlah menghakimi, supaya kitapun tidak akan dihakimi. Dan jangan menghukum, supaya kita tidak dihukum; ampunilah dan kitapun akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi (ayat 37-38a). Tuhan Yesus menegaskan kembali pesan-Nya agar kita selalu murah hati, seperti Bapa sorgawi yang murah hati (ayat 36). Dalam memberi, Yesus mengibaratkan pedagang yang murah hati, selalu mengisi takaran yang baik, berlebih dengan cara mengoyang-goyang untuk padat bahkan berlimpah tumpah keluar (ayat 38). Ukuran yang kita pakai untuk mengukur, itu juga yang akan dipakai Tuhan kepada kita.

 

 

 

Tentu melakukan itu semua pastilah berat. Sesuatu yang berat jelas perlu latihan. Ibarat berlari, diminta ikut _Half Marathon_ yang 21,1 km tentu tidak terbayangkan jauhnya. Tetapi dengan latihan dan ketekunan, itu pasti bisa tercapai. Latihan badani yang terbatas gunanya, mau kita lakukan. Semestinya, "latihan ibadah yang berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" (1Tim. 4:8), itu pasti lebih penting. Apalagi, bersama Roh Allah, semua menjadi lebih mudah karena kita dimampukan. Haleluya. Pasti.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu 13 Februari 2022

 

Khotbah MINGGU VI SETELAH EPIFANI

 

 

TUBUH DAN JIWA (Luk. 6:17-26)

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Luk. 6:17-26 terdiri dari dua bagian: pertama, tentang Yesus mengajar dan menyembuhkan banyak orang (ayat 17-19); dan kedua tentang ucapan bahagia dan peringatan (ayat 20-26). Tetapi penyusun leksionari membuatnya dalam satu kesatuan, dengan maksud Tuhan Yesus memiliki kuasa menyembuhkan penyakit tubuh dan juga jiwa.

 

 

 

Orang banyak dari berbagai daerah datang untuk memohon kesembuhan. "Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan" (ayat 18). Iman mereka begitu kuat dan percaya "...berusaha menjamah Dia, maka ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (ayat 19). Iman memang dapat mengalahkan segalanya dan membuat sesuatu terjadi yang dikira mustahil.

 

 

 

Tetapi Tuhan Yesus tidak hanya bicara penyakit tubuh atau pengaruh roh jahat. Ia juga memulihkan penyakit kejiwaan yang terjerat dalam masalah dan membuat hilangnya kebahagiaan. Bahagia itu enak dan perlu. Dan, bahagia itu tidak tergantung pada masalah yang ada, tetapi keyakinan akan Tuhan dapat menyelesaikan masalah. Bahagia tidak tergantung pada keadaan di luar, tetapi kekuatan sikap kita dalam menghadapi segala hal.

 

 

 

Berbahagialah yang miskin, yang lapar, menangis, dibenci, ditolak dan dikucilkan terutama oleh karena pekerjaan Tuhan (band Mat. 5 Khotbah di Bukit). Perasaan nestapa itu semua akan hilang bila mengetahui bahwa Tuhan mengasihi dan menjaga kita. Itu memberikan kita sukacita karena ada jaminan kita akan dimuliakan, dipuaskan, dikasihi selama-lamanya oleh Tuhan yang telah menebus kita.

 

 

 

Tuhan Yesus juga memberi peringatan kepada mereka dan kita semua, dengan Ia mengatakan: celakalah bagi mereka yang menggantungkan hidupnya pada kekayaan, yang selalu kenyang, terlalu banyak tertawa dan menerima banyak pujian. Perlu waspada, motivasinya, dan itu bisa sesaat serta palsu. Sebab sesungguhnya kebahagiaan sejati  terletak pada hubungan kedekatan kita dengan Bapa, menjaga agar tubuh dan jiwa yang sehat, menikmati perjalanan hidup ini dengan rasa penuh syukur, dan memegang janji teguh Bapa kelak kita akan menikmati upah besar dan kehidupan kekal bersama-Nya. Tuhan memberkati, amin.

 

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 13 Februari 2022

 

Kabar dari Bukit

 

 

KUTUK DAN BERKAT (Yer. 17:5-10)

 

 

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (Yer. 17:7)

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Yer. 17:5-10. Nas ini berbicara tentang kutuk dan berkat. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk” (ayat 5-6).

 

 

 

Sebaliknya ayat 7-8 menuliskan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”

 

 

 

Berkat dan kutuk merupakan dua hal gamblang sejak awal dipaparkan dalam Alkitab. Kejadian 1 ayat 22 dan 28 berbicara tentang berkat, tetapi kejadian 3 dan 4 telah berbicara tentang kutuk kepada ular dan manusia. Kedua kata ini memang memiliki kekuatan dan kuasa, menjadikan sesuatu baik atau buruk, tergantung latar belakang dan yang mengungkapkannya. Berkat dan kutuk kemudian dituliskan panjang lebar sebagai pilihan bagi bangsa Israel, agar selalu mendengarkan suara Tuhan dan setia (Ul. 28).

 

 

 

Allah mengasihi manusia dan tidak ingin manusia berjalan dalam hukuman dan kegelapan. Kebaikan selalu mendahului maksud Allah terhadap manusia. Oleh karena itu Allah memberikan petunjuk, dan manusia diminta patuh; kepatuhan yang didasari kasih, bukan rasa takut. Ketidakpatuhan perlu disadari akan berakibat kutuk, yakni penghukuman berkaitan dengan dosa, perbuatan melawan dan ketidaktaatan kepada Allah (Bil. 5:21-27; Yes. 24:6; Yer. 29:18), bahkan dapat terikut ke keturunan selanjutnya (Kel 20:5; 34:7; Bil 14:18; Ul 5:9).

 

 

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kutuk merupakan doa atau kata-kata yang dapat mengakibatkan kesusahan atau bencana kepada seseorang. Ini berarti manusia juga mempunyai “hak” untuk memberikan kutuk. Ada beberapa kisah dalam Alkitab yang membenarkan hal tersebut, khususnya dalam PL. Nabi Zakharia mengutuki para pencuri dan pesumpah palsu melalui gulungan kitab yang diterbangkan (Za. 5:1-3). Goliat mengutuki Daud (1Sam. 17:43). Tetapi semua itu merupakan kedaulatan Allah, yang akan adil melihat latar belakang semuanya (Pkh. 8:9-13). Tanpa perkenaan Tuhan, tidak ada kuasa yang dapat menurunkan kutuk kepada umat-Nya. Ketika iman berada dalam Yesus Kristus, kita telah menjadi ciptaan baru (2Kor. 5:17), yang menghilangkan penghukuman dan kutuk masa lalu (Rm. 8:1)

 

 

 

Namun nas minggu ini bagian terakhir, mengingatkan kita tentang “betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu. Tetapi Tuhan yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan hasil perbuatannya (ay. 9-10). Oleh karena itu, mari kita menjaga hati dari godaan ego pikiran dan iblis si jahat, hidup seturut dengan firman-Nya, dan berusaha menyenangkan hati-Nya. Selalu ingat hukum tabur tuai (Gal. 6:7-9; 2Kor. 5:9-10). Perjanjian Baru mengajarkan kita untuk tidak mengutuk, melainkan menjadi berkat. Allah Mahaadil yang memberi penghukuman. Tetaplah taat dan percaya, mengandalkan dan menaruh harapan pada TUHAN, sehingga kita dan anak-cucu kita hidup dalam berkat dan bukan dalam kutuk.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 13 Februari 2022

 

Kabar dari Bukit

 

MANUSIA BEBAL (Yes. 6:1-13)

 

 

 

Kemudian firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh" (Yes. 6:9-10)

 

 

 

Bila minggu lalu renungan kita tentang panggilan Tuhan kepada Yeremia, hari Minggu ini firman Tuhan bagi kita Yes. 6:1-13, tentang panggilan Tuhan kepada Yesaya. Panggilan Tuhan kepada mereka berdua untuk meminta bangsa Israel bertobat, tapi tidak berhasil. Kerajaan Yehuda diruntuhkan, dan penduduknya dibuang ke Babel selama 70 tahun. Yeremia begitu sedihnya menuliskan dalam kitab Ratapan, dan ia sendiri serasa ingin mati karena tugasnya tidak berhasil (Yer. 9:1; 13:17).

 

 

 

Nas minggu ini kepada Yesaya berbicara tentang “keprihatinan” Allah terhadap bangsa itu. Allah merasa mereka telah menjadi bangsa yang bebal. Yesaya pun dipersiapkan dengan “penampakan surgawi”, melihat Allah duduk di atas takhta bersama malaikat Serafim melayang-layang dan berseru tentang kekudusan Allah. Yesaya menyadari dirinya tidak layak, najis, tetapi malaikat menyentuh mulutnya dan berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."

 

 

 

Yesaya merasakan tugas panggilannya begitu berat menghadapi bangsa Israel yang bebal. Tetapi Allah berpesan agar ia menyampaikan saja pesan Ilahi, sebagaimana nas pembuka di atas. Yesaya pun bertanya lagi: "Sampai berapa lama, ya Tuhan?" Lalu jawab-Nya: "Sampai kota-kota telah lengang sunyi sepi, tidak ada lagi yang mendiami, dan di rumah-rumah tidak ada lagi manusia dan tanah menjadi sunyi dan sepi. TUHAN akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir seluruh negeri menjadi kosong” (ay. 11-12). Ini jelas merupakan ironi bahwa Tuhan begitu kecewanya dan “membiarkan” negeri Israel kosong karena semua penduduk dibuang.

 

 

 

Nas minggu ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah dapat “marah dan menghukum”. Sama seperti Yesus "marah" ketika memasuki Bait Allah, melihat begitu banyak pedagang yang memanipulasi situasi untuk kepentingan para imam (Mat. 21:12-13). Kedua, janganlah kita bersikap bebal, yakni tidak cepat menanggapi sesuatu dan bersikap masa bodoh (Ams. 1:32). Sikap bebal dapat timbul dari pikiran bahwa Allah tidak ada (Mzm. 53:1), tidak memakai akal budi dan pengetahuan (Mzm. 94:8; Ams. 1:22)

 

 

 

Ketiga, tugas yang diberikan Allah kepada kita tidak mesti semua berhasil. Yesaya sejak awal sudah menghadapi situasi saat itu, tetapi ia tetap setia. Oleh karena itu kesetiaan menjadi kunci untuk berkenan kepada Allah. Yesaya percaya, Allah menghukum bangsa Israel, tetapi Allah Mahakasih dan hati-Nya berbalik, Israel baru dibangun melalui Mesias yang dinubuatkannya.

 

 

 

Bangsa Israel menjadi bebal dan menjadi contoh bagi kita untuk tidak bersikap serupa. Orang bebal tidak mau dan sulit menerima nasihat, bahkan teguran firman Tuhan. Ia selalu merasa dirinya benar dan tidak mau belajar dari pengalaman. Firman Tuhan mengingatkan kita, “Karena itu perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef. 5: 15-16)

 

 

 

Kunci untuk siap dan menjadi mitra Allah adalah dengan menjauhi kecemaran dan mengikuti proses pengudusan (ay. 7-8; Ams. 10:23). Kita jalani saja Tuhan yang beri dan siapkan serta tidak perlu memusingkan berhasil atau setengah berhasil. Allah yang memimpin. Sebagaimana disampaikan Rasul Paulus, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan” (1Kor. 3:6). Mari tetap semangat.

 

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 241 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8565321
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3369
73300
76669
8223859
716606
883577
8565321

IP Anda: 172.70.92.196
2024-12-16 03:47

Login Form