Tuesday, December 17, 2024

Khotbah Minggu Hari Raya Pentakosta

 

Minggu Hari Raya Pentakosta 2022

 

 

YESUS DAN ROH KUDUS (Yoh. 14:8-17)

 

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari:

 

Kej. 11:1-9; Mzm. 104:24-34, 35b; Kis. 2:1-21 atau Rm. 8:14-17

 

 

Pendahuluan

 

Minggu ini adalah hari raya Pentakosta atau disebut juga dengan Hari Pencurahan Roh Kudus dan Hari Lahirnya Gereja. Sebagaimana dijanjikan oleh Tuhan Yesus sebelum kenaikan-Nya ke sorga, Roh Kudus akan diutus untuk menolong para murid dan orang percaya. Peristiwa di kamar atas pada Kis. 2:1-21 memperlihatkan kuasa Roh Kudus itu turun dan memenuhi para murid dan sempat menakutkan mereka. Namun, dalam kesempatan ini kita akan memfokuskan percakapan antara Filipus dengan Tuhan Yesus tentang Yesus dan Allah Bapa sebagai renungan kita. Pembicaraan tersebut juga secara tidak langsung berhubungan dengan keberadaan Roh Kudus yang kita peringati pencurahan-Nya pada hari minggu ini. Dari nats pembicaraan tersebut kita mendapatkan pelajaran sebagai berikut.

 

 

Pertama: melihat Yesus adalah melihat Allah (ayat 9)

 

Ketika Filipus meminta kepada Tuhan Yesus: “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”,sebenarnya ia mengungkapkan kejujuran hatinya yang sangat dalam dan mungkin juga dari diri kita:bahwa semuaorang ingin dapat melihat Allah. Bahkan Ayub yang dekat dengan Allah juga tetap merindukan mendapatkan Dia (Ayb. 23:3). Akan tetapi umat Israel pada masa itu sangat memahami bahwa Allah itu tidak dapat dilihat. Mereka mengetahui peristiwa Musa yang ingin melihat muka Allah akan tetapi hanya bisa melihat belakang-Nya, tidak dapat melihat wajah-Nya (Kej. 33:12-23).

 

 

Bagi umat Israel, Allah menjadi manusia merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin mereka bisa melihat-Nya, menyentuh-Nya dan bahkan bercakap-cakap dengan Dia. Bagi mereka, Allah lebih dari “RAJA” yang diam duduk dengan tenang penuh kuasa di takhta singgasana dan tidak perlu turun tangan ke dunia, terlebih harus bekerja untuk menghidupi diri-Nya. Sebagaimana kita ketahui, Yesus pada awalnya adalah seorang pekerja tukang kayu. Ini jelas sulit mereka terima, sebab Perjanjian Lama mengajarkan bahwa bekerja adalah sebuah hukuman karena perbuatan dosa manusia (Kej. 3:19).

 

 

Namun di lain pihak, Allah tidak dapat membiarkan manusia terus menerus dikuasai dosa. Allah mengetahui iblis terus bekerja yang membuat manusia takluk padanya. Allah berpikiran bahwa pesan-pesan firman melalui nabi-nabi saja tidak cukup. Penyataan Allah melalui alam dan peristiwa-peristiwa tidak cukup membuat manusia untuk tetap taat dan setia kepada-Nya. Allah juga memegang janji-Nya bahwa keturunan “perempuan” itu harus meremukkan kepada sang ular pembuat dosa. Oleh karena itu Allah memutuskan menjadi manusia, mengutus Anak-Nya yang tunggal bagi pembebasan kita. Perlu disadari, Alkitab Perjanjian Lama memang tidak pernah membatasi diri-Nya dapat menjadi manusia. Allah bebas berkehendak dan mengekspresikan diri-Nya demi untuk menyelamatkan puncak kreasi ciptaan-Nya, gambar dan rupa Allah yang sudah retak, yakni kita manusia. Dengan Allah menjadi manusia dalam wujud manusia Yesus, maka mengenal Yesus berarti mengenal Allah Bapa.Filipus dan kita harus melihat ini dengan mata rohani, bukan mencari-cari wujud fisik-Nya agar Dia ada di depan mata kita sendiri.

 

 

Kedua: tidak melanggar monoteisme (ayat 10)

 

Salah satu serangan terhadap umat Kristen adalah tuduhan bahwa Allah kita itu tiga. Ada Allah Bapa, Allah Anak yakni Tuhan Yesus Kristus, dan ada Allah Roh Kudus. Kita seolah-olah dituduh membuat Allah tiruan yang jelas-jelas dilarang keras dalam perintah Sepuluh Hukum Taurat, yakni jangan membuat ilah lain dihadapan-Nya. Allah kita adalah Allah yang pencemburu. Ia sangat murka apabila kita memalingkan muka dan percaya kepada ilah yang lain. Apakah Tuhan Yesus dan Roh Kudus merupakan ilah yang lain? Apakah dengan keberadaan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, Allah kita itu menjadi tiga? Ini jelas bukan demikian dan untuk itu perlu kita fahami.

 

 

Dalam Alkitab, acapkali penyebutan Allah memakai istilah jamak untuk diri-Nya sendiri (Kej 1: 26; 3: 22; 11: 7; Yes 6: 8). Injil Yohanes memperlakukan perikop Yesaya sebagai penglihatan Yesus (Yoh 12: 41). Ada juga sebutan mengenai Malaikat Tuhan yang disamakan dengan Allah tetapi berbeda dengan-Nya (Kel 3: 2-4; Hak 13: 2-22). Perjanjian Lama menyebutkan Roh Allah sebagai wakil pribadi Allah (Kej 1: 2; Neh 9: 20; Mzm 139: 7; Yes 63: 10-14). Ada juga disebutkan tentang hikmat Allah (Ams 8) sebagai perwujudan Allah di dunia, dan firman Allah sebagai ungkapan yang kreatif (Mzm 33: 1, 9; band. Kej 1: 26). Ada juga nubuat yang menyamakan Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu itu sama dengan Allah (Mzm 2; Yes 9: 5-6). Namun yang lebih utama, Allah itu adalah Allah yang Maha Kuasa. Ia memiliki hak proregatif untuk menetapkan keputusan bagaimana Ia menyampaikan pesan kepada manusia, bagaimana Ia menyelamatkan manusia, sebab yang paling utama adalah: Allah mengasihi manusia. Ia tidak perlu meminta nasehat atau persetujuan siapa pun. Allah mengasihi manusia oleh karena itu Allah menetapkan Ia menjadi manusia untuk menyelamatkan ciptaan yang dikasihi-Nya itu. Jadi keberadaan Tuhan Yesus (demikian pula halnya dengan Roh Kudus) hanyalah dalam Wujud, Oknum, Pribadi, tetapi Hakekat yang utama adalah Allah yang Tunggal, Allah yang tetap berdasarkan Monoteisme, dan itulah sebabnya disebut dengan Alllah Tritunggal.

 

 

Ada cara untuk memahami "perbedaan" antara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, yakni melihat dan menghubungkan fungsi atau peran yang berbeda dari masing-masing Oknum itu. Bentuk paling popular menghubungkan peran penciptaan dengan Bapa, penyelamatan dengan Anak, dan pengudusan dengan Roh Kudus. Paulus memberikan bentuk lain dalam Efesus 1, yakni pemilihan dihubungkan dengan Sang Bapa (ay. 4, 5, 11), penyelamatan dengan Anak (ay. 3, 7, 8) dan pemeteraian   dengan Roh Kudus (ay. 13-14). Tetapi "pemisahan" tugas ini tidak boleh memudarkan kebenaran mendasar mengenai keesaan Ilahi, yakni ketiga-Nya terlibat dalam kegiatan siapapun di antara ketiga Oknum itu. Misalnya, walaupun dalam penciptaan khususnya dikaitkan dengan Sang Bapa, namun juga dihubungkan dengan Anak (Yoh 1: 3) dan Roh Kudus (Yes 40: 13). Oleh karena itu dalam pengertian lain, Yesus adalah Allah yang kelihatan dan rupa yang nyata dari Allah yang tidak kelihatan. Sementara Roh Kusus adalah Allah yang dapat kita rasakan dan hayati dari Allah yang tidak kelihatan. Yesus dan Roh Kudus adalah penyataan yang sempurna dari Allah. Oleh karena itu, apabila kita mencari Allah yang tidak kelihatan, kebenaran dan realitas-Nya, maka kita dapat melihat dan merasakan dalam wujud Tuhan Yesus dan keberadaan Roh Kudus (Kol 1:15; Ibr 1:1-4).

 

 

Ketiga: percaya kepada pekerjaan-Nya (ayat 11-12)

 

Tuhan Yesus tidak berkata bahwa para murid melakukan mukjizat yang lebih besar, sebab membangkitkan orang mati adalah puncak dari mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi Yesus mengatakan bagaimana para murid harus melakukan sesuatu yang lebih besar yakni pergi ke seluruh dunia untuk mengabarkan Injil, keluar dari negeri Israel dan membawa seluruh bangsa kepada keselamatan. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus adalah Dia sudah melakukan hal yang besar dalam batasan masa inkarnasi-Nya yakni tiga tahun, maka para murid dan orang percaya tidak dibatasi oleh masa inkarnasi itu dan harus pergi ke seluruh muka bumi untuk mengabarkan kasih Allah kepada manusia dengan penyelamatannya. Itulah perbuatan yang sangat besar yang diawali oleh para murid. Kita bisa lihat pekerjaan para rasul lebih besar dalam "jumlah" dan jangkauan. Ini juga yang membuat kita memahami mengapa Tuhan Yesus perlu secara khusus memanggil Paulus menjadi murid-Nya, memperkuat para murid yang ditinggalkan-Nya.

 

 

 

Tuhan Yesus telah melakukan berbagai hal dalam tujuan-Nya untuk membawa manusia percaya kepada-Nya dan pesan yang dibawa-Nya dari Allah kita terima dengan ketaatan. Peristiwa lolosnya Dia dari cobaan iblis di padang gurun, serta puluhan mukjizat yang diberikan-Nya, penderitaan serta kematian untuk penebusan dosa kita, serta peneguhan Allah akan Dia melalui kebangkitan dan kenaikan ke sorga termasuk berbagai kejadian supranatural yang menyertainya, seharusnya telah cukup bagi kita untuk percaya kepada-Nya. Hal inilah yang Dia maksudkan, tetapi lihatlah pekerjaan-Nya, kita jangan mempersoalkan Pribadi-Nya, dan melalui pekerjaan-Nya itu tidak diragukan lagi bahwa Dia adalah Anak Allah, Allah yang berwujud manusia.

 

 

 

Untuk itu permintaan Tuhan Yesus bahwa kita saat ini bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang dilakukan-Nya, haruslah dilihat dalam pengertian yang luas dan berbeda. Kita tidak perlu membangkitkan orang mati untuk mengabarkan Injil. Akan tetapi pekerjaan kita membawa semakin banyak orang kepada Kristus yang tetap disertai dengan berbagai mukjizat dalam pengertian yang luas. Kenyataan yang ada dalam cerita-cerita di Kisah Para Rasul (Kis 2:41,43; 4:33; 5:12) tidak perlu harus sama identik dengan yang kita lakukan. Sebagaimana pekerjaan para murid yang dipenuhi kuasa Roh Kudus, pekerjaan dan pesan Tuhan Yesus itu menyebar ke seluruh dunia dan membuat pertobatan milyaran manusia untuk mengikut dia dan diselamatkan. Kita harus ikut dalam proses besar dan yang mulia itu.

 

 

 

Keempat: janji meminta di dalam nama-Nya (ayat 13-14)

 

Yesus berkata kita bisa meminta segala sesuatu (sekali lagi, segala sesuatu!!!) kepada Allah haruslah di dalam nama-Nya. Hal ini berarti ketika kita mengenal Allah maka kita mengenal-Nya melalui Yesus. Tuhan Yesus yang diberi kuasa dan kemuliaan sebagaimana Alkitab menjelaskannya. Maka ketika kita berdoa, kita berdoa dengan menggunakan kuasa dari Kristus (band Mat 28:19; Kis 3:6). Meminta segala sesuatu yang dikatakan Yesus, itu berarti apapun yang menjadi cakupan dan ruang lingkup doa kita, maka syaratnya hanya di dalam nama Yesus.

 

 

 

Hal ini sangat mudah dimengerti. Ketika kita membutuhkan sesuatu dalam realitas sehari-hari, maka tidak mungkin kita memintanya kepada seseorang yang tidak kita kenal. Kita bisa dianggap "pengemis" jalanan atau orang aneh. Kita hanya bisa meminta kepada orang yang kita kenal, atau paling tidak, orang yang dikenal oleh orang yang kita kenal. Dalam pengertian lain ada referensi. Maka ketika kita meminta kepada seseorang yang tidak kita kenal itu, dan kita menyebut nama yang kita kenal sebagai referensi, maka semuanya menjadi lebih mudah. Untuk itulah ketika kita meminta kepada Allah Bapa, diperlukan sebuah nama yang meneguhkan bahwa kita mengenal Dia dan itu nama itu adalah nama Yesus. Kita telah diberi "kuasa" dari Yesus untuk memintanya.

 

 

 

Kalau kita mengenal Tuhan Yesus, maka permintaan kita pasti disusun sesuai dan seturut dengan Pribadi Yesus, dan itu pasti sesuai juga dengan rencana dan kehendak Allah. Yesus yang saat ini duduk di sebelah kanan Allah Bapa tentu "memfilter" permohonan kita kepada-Nya. Apapun yang kita minta, tentu Yesus mengevaluasi apakah hal itu memang kita perlukan, butuhkan, dan yang terbaik bagi kita. Ketika kita meminta sesuatu yang tidak "sesuai" dengan rencana dan kehendak Yesus, maka sebetulnya kita tidak mengenal Dia. Maka pengabulan Allah atas permintaan kita adalah berdasarkan karakter Yesus itu sendiri. Kita tidak bisa memanipulasi nama Yesus untuk keinginan sendiri. Dan penting diingat, pengabulan ini hanya kepada yang percaya dan taat, yakni yang terus menerus berkesinambungan mengasihi Dia (Yoh 14:15).

 

 

 

Kelima: Roh Kudus penolong kita (ayat 16)

 

Yesus mengatakan akan pergi kepada Bapa dan akan mengirimkan Roh Kudus sebagai penolong para murid dan orang percaya (band. Yoh 16:7; Kis 1:8; 2:4). Sebagaimana Yesus, maka keberadaan Roh Kudus sebagaimana dijelaskan di atas merupakan kegenapan dari Allah Tritunggal sehingga peran masing-masing Pribadi Allah itu menjadi sempurna. Oleh karena keberadaan yang sementara itu, maka Roh Kudus yang menyertai sampai selama-lamanya (ayat 16).

 

 

 

Dari sisi lain kita juga dapat mengatakan bahwa ketika berhubungan dengan Allah, Yesus menjadi Jurubicara kita kepada Bapa dan Roh Kudus menjadi Jurubicara Allah kepada kita. Yesus mendengar namun “memfilter” segala permintaan kita dan Ia mengetahui apa yang terbaik untuk diberikan, sementara Roh Kudus mengajar kita untuk memahami maksud Allah dalam hidup kita dengan cara mengajar kita berdoa yang baik. Kalau kita berdoa tanpa bimbingan Roh Kudus, maka yang terjadi adalah doa kita akan lebih didominasi oleh keinginan pribadi dengan untuk menyenangkan dan memuliakan diri sendiri. Roh Kudus memimpin kita untuk mengajar meminta sesuai dan seturut dengan kehendak-Nya.

 

 

 

Roh Kudus bisa bekerja melalui bisikan ke dalam hati nurani sehingga kita tetap dalam pemeliharaan dan jalan yang berkenan bagi-Nya. Dia disebut sebagai Roh Kebenaran sebab bersaksi tentang kebenaran, menjelaskan tentang kebenaran, dan menyingkapkan hal-hal yang tidak benar untuk menuntun kita ke dalam kebenaran sejati (Yoh 16:8, 13; Yoh 18:37). Oleh karena peran yang demikian itulah kita dapat mengenalnya, namun dunia tidak akan mengenalnya. Semakin kita mengenalnya, maka kita akan mengetahui bahwa Ia diam di dalam diri kita.

 

 

 

Kesimpulan

 

Dalam minggu memperingati hari raya pentakosta dan sekaligus memperingati pencurahan Roh Kudus dan berdirinya gereja ini, kita diajar untuk memahami keberadaan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, yang merupakan wujud atau Pribadi dari Allah dengan fungsi dan peran yang berbeda. Namun harus kita tetap ingat, hakekatnya Allah kita itu tetap satu, yakni Allah yang Esa, Allah dalam Tritunggal. Semua itu Dia lakukan hanya demi kasih-Nya kepada kita, agar kita dapat lepas dari dosa dan kuasa maut, ada Penolong agar kita lebih baik dan semakin berkenan kepada-Nya, untuk masuk dalam kerajaan-Nya yang penuh damai sejahtera dan kekekalan itu.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 1370 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8640132
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
66139
12041
151480
8223859
791417
883577
8640132

IP Anda: 162.158.163.108
2024-12-17 17:48

Login Form