Sunday, December 15, 2024

2020

Kabar dari Bukit Minggu 22 November 2020

Kabar dari Bukit

HIDUP ADALAH IBADAH

"Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai" (Mzm. 100:1-2)

 

Hari ini kita kembali masuk ke Minggu Kristus Raja, minggu terakhir dalam kalender gerejawi sebelum masuk ke masa adven minggu depan. Setelah perjalanan setahun ibadah kita, berdoa dan bekerja untuk berkarya, menaikkan pujian, membaca dan mendengarkan firman Tuhan, semoga semua itu membuat iman kita semakin diteguhkan bahwa Kristus adalah Raja segala raja, Tuhan yang terus memberkati hidup kita.

Firman Tuhan hari ini adalah Mzm. 100; sebuah himne singkat, lima ayat, dan sering dipakai sebagai pengantar masuk dalam ibadah. Sangat jelas ketika menghampiri Allah, kita bersukacita, bersyukur dan berpengharapan, sehingga layak dengan sorak-sorai (ayat 1-2). Tetapi sorak-sorai jangan membuat pudarnya rasa "hormat dan takut" akan Dia, misalnya berekspresi berjingkrak-jingkrak mirip kesurupan, atau doa yang panjang-panjang bagai memberi daftar belanjaan, apalagi dengan bahasa yang agak memaksa. Ibadah seperti ini kehilangan dasar dan makna kebenaran Kristiani, yakni fokus penyembahan kepada Dia sebagai Raja, Allah Mahakuasa.

Himne ini menegaskan seluruh bumi datang menyembah-Nya. Kita bersukacita sebab kita adalah umat domba gembalaan-Nya (ayat 3), yang ditebus dan diselamatkan, dan ditempatkan di sebelah kanan-Nya yang ikut masuk ke dalam Kerajaan yang telah disediakan-Nya; kita bukan kambing-kambing yang ditempatkan di sebelah kiri-Nya (Mat. 25:33-34). Perjalanan hidup yang kita lalui dengan gelombang kehidupan, pasang surut, sukacita dan pergumulan, tawa dan tangis, semua adalah proses membentuk diri kita untuk semakin taat dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Adanya pergumulan hidup bukan berarti Allah tidak mengasihi kita.

Kita mensyukuri setahun ibadah gerejawi yang diikuti. Ibadah dalam pengertian dasarnya adalah sebuah bakti pada seluruh denyut kehidupan; tidak hanya bergereja di hari Minggu. Ketika kita mengaku Kristus adalah Raja, Gembala Agung, maka keseharian hidup kita ada dalam kuasa dan perintah-Nya. Sejak bangun pagi, mulai dengan sembah doa. Setiap kegiatan keseharian dengan sukacita dan dilakukan yang terbaik. “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.... Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:17, 23).

Mazmur ini di era PL dipakai sebagai pengantar pemberian korban syukur. Maka di Minggu Kristus Raja ini, dalam memasuki kalender gereja yang baru, kita diingatkan dan diminta siap masuk melalui pintu gerbang-Nya dengan sukacita dan nyanyian syukur (ayat 4). Allah selalu hadir menyambut kita dengan pelataran pujian. Allah senang dan layak dipuji. Hidup adalah ibadah. Semakin kita menghayati penyertaan Tuhan dalam perjalanan kehidupan, maka kita akan semakin mengetahui dan menyetujui bahwa Allah itu baik. Ia baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun (ayat 5). Belum merasakannya? Sembahlah dan teruslah menyenangkan hati-Nya. Itulah kunci gerbangnya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 22 November 2020

Minggu Kristus Raja (Minggu 22 November 2020)

KEKUASAAN DAN KEMULIAAN KRISTUS (Ef. 1:15-23)

Bacaan lainnya: Yeh. 34:11-16, 20-24; Mzm. 100 atau Mzm. 95:1-7a; Mat. 25:31-46

 

Nas Ef. 1:15-23 selengkapnya dengan judul: Doa untuk pengertian kemuliaan Kristus

1:15 Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, 1:16 aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, 1:17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. 1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, 1:19 dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, 1:20 yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, 1:21 jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. 1:22 Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. 1:23 Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

-------------------------------

Pendahuluan

Minggu Kristus Raja pada hari ini kita diberi gambaran tentang kekuasaan dan kemuliaan Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah melihat karya nyata-Nya di dalam jemaat Efesus. Ini semua didahului oleh rasa syukur dan dukungan doa terus menerus bagi jemaat tersebut, dan adanya pengharapan pada setiap panggilan-Nya. Tuhan Yesus naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan semua telah diletakkan di bawah kaki-Nya.

Melalui bacaan nas ini kita diberi pengajaran sebagai berikut:

 

Pertama: Doa syukur atas pengenalan Allah yang benar (ayat 15-17)

Bagaimana kita mengetahui tentang orang lain? Apakah dengan membaca riwayat hidup atau keterangan lain tentang dia? Tentu itu akan membantu informasi tentang dia, akan tetapi kita tetap tidak mengenali orang tersebut dengan sesuangguhnya. Jika kita ingin mengetahui seseorang, kita harus menghabiskan waktu yang cukup dengan orang itu, sebab tidak ada jalan singkat. Kita orang percaya adalah sebuah buku yang terbuka yang dapat dilihat dan dibaca orang lain dengan mudah. Semua akan tercatat dan dapat dinilai orang lain (dan kelak oleh Kristus). Bagi mereka yang tidak suka akan isi buku itu meski dengan alasan yang tidak jelas, mereka tidak menarik manfaat dan malah menjelek-jelekkan. Ini cara pandang yang jelas salah. Tetapi bagi mereka yang menyukai hal yang terlihat dan tertulis di sana, akan bersikap bersyukur dan mengambil manfaat dari isi buku itu. Itulah pelajaran universal pada kehidupan.

Demikianlah halnya dengan Rasul Paulus. Ia tinggal di Efesus bersama jemaat selama tiga tahun dan kemudian saat ia berada di penjara ketika surat ini ditulis, ia mendapat laporan bahwa jemaat Efesus semakin bertumbuh iman mereka dengan baik, dan memberikan buah kasih yang nyata (band. Kol 1:4). Buah iman ini diwujudkan dalam dukungan mereka bagi orang-orang kudus, dalam hal ini mereka yang sudah percaya kepada Yesus tetapi membutuhkan dukungan materi dan juga pelayanan. Ini jelas pengenalan dan kepedulian Rasul Paulus terhadap jemaat binaannya. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan ia bersyukur apa yang dilihatnya, bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan untuk jemaat di Efesus tersebut. Demikian juga dengan dengan pengenalan kita akan Allah. Membaca Alkitab, belajar teologi yang bagus, atau membaca brosur-brosur yang mengesankan, semua itu tidak dapat menggantikan dengan pengenalan melalui berjalan dalam kehidupan bersama Pribadi Allah. Alkitab, buku teologi dan brosur atau informasi apapun juga, tidak bisa menggantikan Pribadi Allah yang perlu kita kenal lebih dalam, yakni dengan cara berinteraksi dengan-Nya.

Sikap bersyukur akan lebih baik bila didukung dengan berdoa bagi pertumbuhan yang lebih baik lagi bagi mereka. Doa syafaat Rasul Paulus dalam nas ini adalah untuk kesejahteraan rohani orang percaya agar mereka lebih mengenal Allah (band. Ef 3:16). Pengenalan pertama yang diharapkannya yakni Pribadi Allah tersebut dalam Yesus Kristus. Pengenalan Pribadi ini sangat penting untuk mengetahui hal lainnya yang terdapat dalam Pribadi tersebut. Kini pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengenal Pribadi Allah? Atau kita hanya mengetahui tentang Dia? Perbedaannya pengenalan ini terletak pada berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bersekutu dengan Allah (band. Ayb 42:5. Belajar tentang Yesus melalui kehidupan-Nya sebagaimana dituliskan dalam Alkitab, tentang apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya selama tiga tahun di dunia ini sekitar 2000 tahun yang lalu, akan membuka jalan bagi kita untuk mengenal Pribadi Allah lebih dekat dan menerima berkat-berkat atau kekayaan ilahi dari-Nya. Lakukanlah pengenalan awal melalui doa saat ini juga. Pengenalan yang benar akan Yesus pasti merubah hidup kita selamanya.

 

Kedua: Pengharapan dalam panggilan-Nya (ayat 18-20a)

Doa Rasul Paulus yang kedua bagi jemaat Efesus adalah agar mereka mengenal panggilan Allah. Panggilan Allah dalam hal ini adalah pengharapan yang diberikan dalam sebuah panggilan untuk mengikut Kristus. Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu perasaan yang samar-samar bahwa masa depan kita adalah baik, melainkan itu suatu jaminan kemenangan pasti di dalam Allah yang hidup. Kepastian yang utuh datang pada kita melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karena itu Rasul Paulus meminta agar Tuhan membuka mata hati mereka menjadi terang, yakni tempat pusat pengolahan perasaan batin, pikiran, dan kemauan yang terang pada setiap orang percaya. Mata hati yang gelap tidak akan mampu melihat karya Allah bagi dunia ini dan bagi setiap insan manusia melalui sejarah dan Tuhan Yesus (2Kor 4:6; Ibr 6:4). Pengharapan itu sangat penting sebab pengharapan yang memberikan dorongan kepada kita untuk hidup dengan penuh semangat dan daya juang (tentang pengharapan ini dapat dibaca juga pada Rm. 8:23; Ef. 4:4; Kol. 1:5; 1Tes. 1:3; 1Pet. 3:15).

Selanjutnya doa Rasul Paulus meminta agar jemaat mengenal kekayaan Allah yakni kekayaan kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Flp. 1:9; Kol. 1:9-10). Dalam mengenal kekayaan tersebut, yakni janji akan masa depan yang indah pada akhir zaman dan kekekalan. Janji tersebut bahkan sudah berwujud sejak kita mengaku Yesus adalah Juruselamat dengan pemberian Roh Kudus di dalam hati kita yang memiliki kuasa demikian besar, khususnya dalam damai sejahtera dan kekuatan serta penghiburan dalam menjalani kehidupan ini (Rm. 5:5; 2Kor. 1:22; Gal. 4:6). Kekayaan Allah berupa hikmat dan janji itu akan digenapkan nanti dalam kemuliaan yang sudah diterima oleh Tuhan Yesus dan juga menjadi bagian orang percaya. Gambaran kemuliaan ini tidak dapat terpikirkan oleh manusia, sebagaima dalam firmam-Nya: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).

Doa keempat atau yang terakhir untuk jemaat Efesus dari Rasul Paulus adalah agar mereka dapat mengenal kuasa Allah. Perihal kuasa ini kadang ada sebuah ironi. Dunia ini takut akan kekuatan bom atom, yang sebenarnya atom adalah milik dan ciptaan Allah yang merupakan bagian alam semesta. Sementara kuasa Allah tidak terbatas bahkan meliputi pengendalian alam raya semesta dan kuasa ini juga yang telah dikerjakan dalam membangkitkan Yesus dari kematian; kuasa kebangkitan-Nya itu juga akan diberikan pada kita sebagai ahli waris-Nya. Memang masih banyak orang takut akan kematian sebab masih berpikir itu sebagai misteri dan kegelapan, namun dengan kebangkitan yang dijanjikan dan telah terbukti, maka setiap orang percaya tidak perlu lagi takut akan hal itu sebab "kematian" itu bersifat sementara dan jalan menuju ke kehidupan kedua yakni dalam kekekalan tadi (band. 1Pet. 1:5). Kuasa Allah yang terbandingkan ini juga tersedia bagi orang percaya untuk menolong kita dalam menghadapi setiap kesulitan, sehingga tidak ada yang terlalu sulit bagi Dia.

 

Ketiga: Duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20b-21)

Kuasa Allah yang kedua setelah membangkitkan Yesus adalah   mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya (band. Mrk. 16:19). Pengertian duduk di sebelah kanan dalam hal ini ekspresi alegoris orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan dan bukan dalam pengertian fisik orientasi seperti Allah Bapa bersebelahan di sebelah kiri Tuhan Yesus, sebab Allah adalah Roh dan mengatasi segala tempat. Pengertian duduk memiliki dua makna: Pertama, sebagai metafora "Kepercayaan" atau "Wakil" melaksanakan kuasa dan Pribadi Allah dalam menghadapi seluruh ciptaan Allah sekaligus ungkapan kemuliaan dan penghormatan. Istilah populernya Yesus sebagai “Tangan Kanan”. Pengertian duduk di sebelah kanan ini juga merupakan penguatan hal yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Lama, "Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm. 110:1). Dalam Mzm. 80:18, dituliskan "Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu". Dengan kedudukan di sebelah kanan itu maka Yesus sebagai Anak Allah menjadi Representasi Pribadi Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi Penguasa dan Pemerintah atau Raja di dunia dan alam semesta ini.

 

Arti kedua duduk adalah tinggal atau bersemayam (band. Luk. 24:49 dan Ams. 20:8 yang memakai kata Yunani yang sama - kathizo). Pengertian ini berarti Tuhan Yesus tinggal secara kekal dalam kebahagiaan Allah Bapa (band. Mzm. 16:11). Dengan Yesus sudah merupakan Representasi dan sekaligus tinggal bersama Allah, kita tidak perlu takut pada seorang diktator atau sebuah bangsa, atau kematian dan bahkan setan itu sendiri. Kekuasaa Yesus tidak terbatas dan jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Kita tahu tentang penguasa dunia atau raja-raja seperti Nebukadnesar, Daud, Rhiza Pahlevi dan lainnya, bahkan presiden yang sangat berkuasa seperti Suharto, demikian juga dengan dinasti-dinasti di Tiongkok atau Jepang, namun semua itu tidak ada yang abadi, runtuh tidak berbekas. Kita sebuat semua nama, maka tiada yang abadi. Kerajaan dan kekuasaan mereka tidak kekal sebagaimana kerajaan Yesus yang bertahan dan terus meluas hingga saat ini (Flp. 2:9,10).

 

Kuasa Allah yang dinikmati oleh orang percaya di dunia ini tidak berhenti disini saja. Segala kuasa di sorga maupun di bumi telah dilimpahkan kepada Yesus (Mat. 28:18-20). Kekuasaan manusia sebagaimana disebutkan di atas pasti akan berakhir. Dunia baru dengan bumi dan langit baru memerlukan pemerintahan dan kuasa yang abadi dan tidak sama dengan dunia yang kita lihat dan diami saat ini. Ini sudah merupakan paket dalam perjanjian ketika kita menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidup kita. Yesus yang dihakimi di dunia 2000 tahun lalu akan menjadi Hakim yang dipilih Allah untuk mengadili yang hidup dan yang mati dan kita akan menjadi orang yang dibenarkan sesuai dengan janji-Nya. Perjanjian ini telah dimeteraikan; kita hanya sesaat untuk menunggu penenuhannya. Rasul Paulus mengatakan, sebagaimana juga pada kitab Rm. 8:37-39, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kasih-Nya.

 

Keempat: Segalanya diletakkan di bawah kaki-Nya (ayat 22-23)

Musuh yang paling kuat bagi manusia adalah iblis dengan segala bentuk pengikutnya. Meski dikatakan tubuh dan daging juga disebut sebagai musuh, namun banyak orang telah berhasil mengalahkan keinginan daging dan tubuh dengan cara puasa, tapa atau selibat. Namun sejak awal dikisahkan bahwa manusia itu mudah mengalahkan keinginan daging, namun begitu menghadapi hati, manusia sangat lemah dan mudah jatuh. Kisah Hawa yang digoda iblis dalam bentuk ular dan kemudian Adam, Kain, dan ratusan kisah manusia terbukti dikalahkan oleh iblis sehingga akhirnya jauh dari Allah. Oleh karena itu satu-satunya kuasa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah kuasa dari Allah. Apabila manusia menghadapi iblis dengan kekuatannya maka pasti takluk, akan tetapi apabila menghadapinya bersama dengan kuasa Allah, maka pasti menang (Kol. 2:10). Pengertian bersama dengan kuasa Allah ini bukan harus dalam bentuk tengkingan, melainkan sikap hidup sehari-hari dengan tunduk berserah dipimpin Roh Kudus dan menatap lurus ke depan tanpa tergoda ke kanan atau ke kiri (Yos. 1:7).

Dalam Mzm 110: 1 di atas juga disebutkan, "sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu", arti yang sama dengan “meletakkan semuanya di bawah tapak kaki-Nya.” Ungkapan ini berasal dari sikap seorang Raja atau pemenang yang menempatkan kakinya di atas leher atau kepala orang yang ditaklukkannya dalam sebuah perkelahian atau pertempuran. Dengan sikap ini, artinya, segala yang mengaku kuasa dan pemerintahan, harus tunduk bertekuk lutut di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus (Mat. 22:44; 1Kor. 15:25-27; Ibr. 2:8). Yesus adalah Mesias; Ia Yang Diurapi. Dia adalah Allah yang ditunggu umat Israel, Allah yang membangun kembali dunia mereka yang sudah hancur. Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa Allah akan menang dalam peperangan akhir dan mengendalikan segalanya di bawah kuasa-Nya. Demikian pula dengan kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk tahyul, setan, sinkretisme, dan alat-alatnya semua pasti takluk dengan penguasa tertinggi di dunia ini.

Setelah dibangkitkan dari kematian, kuasa yang diberikan pada Kristus adalah sebagai Kepala Gereja. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja (Mat. 16:18) dan siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh-Nya. Gereja dalam hal ini bukanlah bangunan atau denominasi, melainkan setiap orang yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan hidupnya (Yoh. 3:16; 1Kor. 12:13). Dalam keseharian kumpulan orang ini yang disebut dengan jemaat atau gereja-gereja lokal dan kemudian menjadi sebuah gereja universal sedunia dengan Yesus sebagai Kepala. Kedudukan Kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan umum tetapi mengandung arti penuh dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan sistim, pemerintahan, dan kuasa-Nya dalam tubuh Gereja (1Kor. 11:3; Ef. 4:15; 5:23; Kol. 1:18; 2:10). Tubuh tidak akan berdaya tanpa kepala demikian pula Gereja tidak akan berdaya tanpa Kristus. Sebagai Kepala Kristus memenuhi jemaat dan kepenuhan ini mengacu pada pemberian karunia-karunia rohani dan berkat-berkat pada gereja (band. Yoh. 1:16; 1Kor. 12:11; Ef. 3:19; 4:10). Dengan pemberian itu yakni kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 3:19; 4:13), Kristus sungguh-sungguh memberdayakan dan mengarahkan gereja dan untuk itu pula gereja harus mengekspresikan sepenuhnya Kristus. Dengan demikian maka gereja menempatkan Kristus adalah Raja yang kita peringati dan teguhkan minggu ini.

 

Penutup

Doa sejati penuh dengan ucapan syukur sebab dapat melihat dengan mata hati yang terang tentang karya Tuhan Yesus dalam hidupnya atau hidup orang lain serta jemaat-Nya. Doa yang lebih dalam adalah kepedulian akan sesama orang percaya untuk terus diberikan jalan pengenalan Allah yang benar, sehingga mampu berkarya melalui kuasa Roh Kudus yang tersedia bagi setiap orang percaya. Roh kebenaran ini kemudian memberi hikmat untuk memahami rencana Allah dan menerapkannya demi pengharapan dalam panggilan-Nya. Yesus sebagai Raja dan pemegang otoritas memimpin dan memerintah sebab Ia duduk di sebelah kanan Allah, yakni tinggal dan berkuasa atas sorga dan bumi saat ini dan kekekalan yang akan datang. Dengan kedudukan dan kuasa itu maka segala kuasa yang ada baik yang ada di bumi dan di awan-awan dan angkasa telah diletakkan di bawah kaki Yesus yang telah menjadi Pemenang. Inilah yang menjadi doa dan pengharapan kita, agar kita sebagai anggota tubuh-Nya semakin mengenal melalui mata hati yang terang akan Allah yang benar dalam Kristus yang telah menjadi Raja, sehingga kekayaan Allah dalam hikmat dan berkat merupakan penggenapan janji nyata yang kita terima dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah Minggu 15 Nopember 2020

Minggu XXIV Setelah Pentakosta

BERJAGA-JAGA UNTUK HARI TUHAN (1Tes. 5:1-11)

Bacaan lainnya: Hak. 4:1-7 atau Zef. 1:7, 12-18; Mzm. 123 atau Mzm. 90:1-8, 9-11, 12; Mat. 25:14-30

 

Pendahuluan

Dalam bagian sebelumnya dari surat Rasul Paulus ini diceritakan bagaimana Tuhan Yesus akan datang untuk memenuhi janji-Nya dengan cara turun di atas awan-awan dan mengangkat orang percaya untuk menyambut-Nya. Kedatangan-Nya kembali ke dunia ini sekaligus mengakhiri perjalanan bumi untuk membangun langit baru dan bumi baru seturut dengan kerajaan-Nya yang baru dan penuh damai sejahtera. Tuhan Yesus sekaligus datang untuk menghukum mereka yang belum bertobat dan tidak menerima Dia sebagai Juruselamat hidupnya. Penghakiman terakhir di hari Tuhan merupakan sesuatu yang mendadak, sehingga orang percaya sekalipun akan terkejut dan terkesima dengan peristiwa yang akan terjadi. Bacaan kita minggu ini berisi respon dan persiapan yang kita butuhkan untuk menyongsong hari Tuhan tersebut dengan pengajaran sebagai berikut:

 

Petama: Hari Tuhan seperti pencuri malam (1-3)

Usaha untuk menentukan tanggal pasti kembalinya Kristus adalah sesuatu yang bodoh dan sia-sia, sebagaimana ada beberapa pemimpin sekte yang mencoba memanipulasinya untuk kepentingan pribadi. Kita jangan sampai tertipu dengan seseorang yang mengklaim mengetahui tentang zaman dan masa yang terjadi di masa depan. Melalui firman ini dikatakan, tidak seorang pun yang tahu dan bahkan bagi orang percaya hal itu merupakan sebuah kejutan pada nantinya. Hari dan masanya semua milik dan rahasia Tuhan (Mat. 24:36; Kis. 1:7; 17:26). Kristus kembali secara tiba-tiba dan seperti tidak diharapkan. Metafora seperti pencuri pada malam hari jelas memperlihatkan kedatangan-Nya yang tidak terduga, tetapi tujuannya adalah agar kita tidak lengah. Demikian juga dengan pengertian “seperti seorang perempuan yang hamil sakit bersalin”, itu merupakan bukti kejadiannya yang pasti dan tidak terhindarkan, serta semua manusia harus menghadapinya (Yes. 13:8; Yer. 4:31).

Hari Tuhan adalah hari yang dramatis saat Yesus Kristus datang dengan peran Hakim dan Raja. Tentang hari ini (juga disebutkan dalam Perjanjian Lama, seperti Yes. 13:6-12; Yoel 1:15; 2:1; Zep. 1:14-18) berarti hari yang ditetapkan sebagai hari penghakiman ketika semua orang dipisahkan untuk menerima hukuman atas dosa-dosa dan menerima berkat atas iman dan perbuatannya. Allah melalui Kristus kembali turun di dalam sejarah dan memberlakukan keadilan-Nya bagi semua umat manusia. Banyak yang menafsirkan bahwa hari itu didahului oleh kesengsaraan besar atau adanya penyesatan dan Anti Kristus.  Akan tetapi bukan itu intinya, sebab hari Tuhan memang pasti datang secara tidak terduga, baik dalam pemahaman kecil ketika kita mati dipanggil Tuhan atau pemahaman umum ketika semua orang masuk dalam akhir zaman dan penghakiman (band. 2Tes. 2:2 dab). Oleh karena itu, kita jangan sampai larut dalam kenikmatan keduniawian, seolah-olah semuanya aman dan damai, tidak berharap atau berpikiran bahwa Kristus tidak mungkin datang segera sehingga masih banyak kesempatan untuk mengabaikan hal-hal rohani dan terus berbuat dosa dan menunda pertobatan. Mereka menjadi serupa dengan lima gadis-gadis yang bodoh dengan pelita yang telah padam sebab kehabisan minyak ketika mempelai yang ditunggu datang (Mat. 25:1-13).

Hari Tuhan juga berarti Kristus datang untuk membangun kerajaan-Nya yang kekal bersama-sama orang percaya, dan musuh-musuh-Nya dikalahkan (Yes. 2:12-21; Yer. 46:10; Yoel. 1:15-2:11, 28; Am. 5:18-20; Za. 14:1-3). Kristus memulai pemerintahan di bumi ini (Zef. 3:14-17; Why. 20:4-7). Karena tidak seorang pun tahu kapan Kristus akan kembali ke bumi, kita harus mempersiapkan diri setiap saat, waspada dan siap-siap (Mat. 24:42; Luk. 12:39; Rm. 13:11; Kol. 4:2). Namun intinya, kehidupan orang percaya yang sudah menerima anugerah berkat tidak tergantung kepada Kristus datang hari ini atau seribu tahun lagi, tetapi sesuai dengan kualitas penghayatan keselamatan yang sudah dan akan kita terima, makna kematian dan kebangkitan Yesus bagi kita. Untuk menghadapinya dengan berhikmat, lebih baik bersikap seolah-olah Dia akan kembali hari ini: Apakah kita siap menerima kedatangan-Nya? Bagaimana Yesus menemukan pola hidup kita? Orang yang tidak berhikmat biasanya belajar semalaman untuk ujian yang dilakukan esok hari, padahal waktu persiapan telah banyak diberikan. Oleh karenanya, hiduplah setiap hari dengan kerinduan untuk melihat Tuhan Yesus kembali.

 

Kedua: Kamu tidak hidup di dalam kegelapan (ayat 4-5)

Mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak hidup dalam kegelapan. Hidup di dalam kegelapan berarti mereka tidak menyadari posisi diri dan sekitarnya dan tidak tahu kemana arah tujuannya. Semua tidak pasti. Padahal, seperti dikatakan seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, “we are not human beings having spiritual experience; we are spiritual beings having human experience.” Kita orang Kristen adalah manusia rohani yang hidup dalam pengalaman duniawi. Menurutnya, kita bukan manusia duniawi yang sekedar memperoleh pengalaman rohani, melainkan kita adalah warga kerajaan sorga (Flp. 3:20) yang ada di bumi. Asal muasal kita sangat jelas yakni dari Allah Bapa dan kita masuk ke dunia ini dengan tujuan yang terang dan jelas, yakni menjadi pembawa-pembawa kebaikan dan damai sejahtera. Kita adalah milik Tuhan yang hidup dalam Terang melalui Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, sehingga kesadaran itu membawa kita pada perbuatan-perbuatan yang perlu dan layak dilakukan.

Hari Tuhan datang seperti pencuri malam juga memiliki hal yang positif. Adalah hal yang baik apabila kita tidak mengetahui persisnya Tuhan Yesus kembali, sebab jika kita diberitahu tanggal yang pasti, kita cenderung melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Akal sehat jadi mati. Kita mungkin tergoda malas bekerja atau melayani, atau hanya tidur-tidur menunggu datangnya hari itu. Atau sebagaimana banyak nubuatan palsu, itu dimanfaatkan untuk kepentingan duniawi dalam bentuk harta dan kepuasan birahi. Atau bila hari itu masih cukup lama, kita mungkin akan tetap berdosa dengan melakukan perbuatan yang tidak berkenan kepada-Nya dan menempatkan Tuhan sebagai prioritas akhir. Sebaliknya, kita juga tidak perlu terlalu memelototkan mata kita terus ke arah langit menanti kembalinya Sang Juruselamat, sebab sebagaimana dikatakan pada pasal 4 (khotbah minggu lalu), akan ada tanda-tanda sebelumnya yakni bunyi sangkakala yang membangunkan orang mati dan kita yang percaya diangkat menyambut Tuhan Yesus di awan. Rasul Paulus juga mengingatkan, jangan sampai kita lalai akan hal itu (1Tes. 4:11; 2Tes. 2:1 dab).

Hidup dalam kegelapan juga berarti hati kita terpisah dari Terang Allah, yang membuat moral dan kerohanian kita menjadi rusak (band. Yoh. 3:19, 20; 8:12; 2Kor. 6:14; Ef. 5:8, Kol. 1:13). Sorga adalah tujuan akhir kita; tetapi kita juga perlu bekerja melakukan sesuatu di bumi ini untuk hidup bersama dengan sesama, baik seiman yang sudah diselamatkan maupun tidak seiman dan hidup dalam kegelapan. Untuk itu orang Kristen harus tetap melakukan kerja dan karya bagi Kristus melalui sesama, dengan memiliki pola hidup yang berbeda sampai kita mati, yakni mendisiplinkan kehidupan kita dan meninggalkan perbuatan-perbuatan gelap. “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati” (Rm. 13:13). Kita anak-anak siang berarti saatnya untuk bekerja dan bukan untuk tidur berleha-leha, sebab pekerjaan dan tuaian masih banyak. Kita diperlukan sebagai penuai-penuai hasil sebab ladang penginjilan semakin banyak dan meluas.

Ketiga: Berjaga-jaga dengan senjata rohani Allah (ayat 6-8)

Malam hari adalah metafora saat kita digoda untuk tidur atau mabuk sebagaimana kebiasaan orang lain yang tidak mengenal Allah. Inilah yang membawa kita pada sikap perlu sadar, berjaga-jaga, dan waspada sampai tiba saatnya melihat kembalinya Sang Juruselamat. Bagaimanapun juga, dunia ini adalah tempat peperangan rohani antara kuasa Allah dengan kuasa jahat. Ketika kita anak-anak-Nya memilih Yesus maka kita menjadi musuh iblis, oleh karena itu kita harus bertindak bagaikan prajurit-prajurit garda depan melawan pasukan iblis, termasuk mereka yang telah disesatkan. Kita harus berdiri tegap dan teguh untuk dapat menjadi pemenang. Kita tidak boleh melakukannya sendirian sebab roh kita tidak cukup mampu melawan kuasa jahat itu, diperlukan senjata-senjata rohani dari Allah untuk siap siaga sekaligus berperang mengalahkan musuh. Dalam Perjanjian Lama dinyatakan senjata rohani ini juga penting (Yes. 59:17) sebagaimana dalam surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat lainnya (2Kor. 6:7; 10:4; Ef. 6:13).

Dalam nas ini disebutkan beberapa perlengkapan dan senjata, yakni berbajuzirahkan iman dan kasih dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Baju zirah sangat penting untuk melindungi badan, sebab serangan setan sering ke dalam hati orang percaya, yaitu tempat emosi, kepentingan diri sendiri, dan kebenaran sejati berada. Kebenaran Allah melalui iman dan kasih adalah baju zirah yang melindungi hati kita dan menjamin keadilan Allah. Demikian juga dengan ketopong keselamatan, yakni pelindung atau helm yang melindungi bagian kepala kita dari serangan iblis dengan godaan membuat pikiran kita ragu terhadap hal yang dikerjakan oleh Allah melalui Tuhan Yesus. Kita diminta sadar (Yun: nepho) dalam pengertian diperlukan kepala dingin dengan penguasaan diri dan kewaspadaan dalam menghadapi iblis lawan yang tangguh, tidak mabuk oleh sesuatu yang membuat kita lengah (Kis. 2:15).

Dalam Ef. 6:13-17 disebutkan perlengkapan senjata rohani lainnya yakni ikat pinggang kebenaran, sebab iblis menyerang dengan berbohong (iblis = pendusta), bahkan bertindak seolah-olah benar. Ini sama seperti ketika iblis membohongi Yesus dalam ujian di padang gurun. Tetapi hanya orang percaya yang memiliki kebenaran Allah yang dapat mengalahkan iblis. Kita juga diberikan kaki yang berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera, yakni motivasi untuk terus berjalan, berkarya, tanpa terlalu memperdulikan tantangan yang ada sebagai sesuatu yang sulit dan tidak terjangkau. Allah memberikan kekuatan dengan kasut kerelaan agar kita terus melangkah pasti dalam memperluas kerajaan-Nya. Demikian juga senjata rohani perisai iman, agar kita melindungi diri dari serangan-serangan berupa rasa sakit dan penderitaan. Perisai ini melindungi kita dari panah api yang menghanguskan, dan kita dapat melihat kemenangan ada di depan bersama dengan Allah yang dahsyat. Senjata terakhir adalah pedang yang digunakan untuk menyerang, sebab kadang kala dalam menghadapi iblis, kita tidak selalu harus bertahan tetapi juga menyerang dengan kuasa dari Allah.

 

Keempat: Kita hidup bersama-sama dengan Dia (ayat 9-11)

Sebagai hari penghakiman, hari Tuhan juga merupakan hari penetapan Allah melaksanakan hukuman dan murka-Nya bagi orang-orang yang tidak bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat. Mereka yang terus hidup dari dan untuk dirinya sendiri, melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya akan mendapatkan hukuman. Tetapi bagi kita yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat dan berupaya dengan tekun dan setia untuk terus mengikuti-Nya, akan dibebaskan dari penghukuman dan kita beroleh keselamatan yang kekal sesuai dengan janji dalam firman-Nya, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rm. 10:9-10).

Menghadapi kedatangan Kristus kembali, kita perlu bersikap seolah-olah pada akhir perlombaan lari marathon: kaki kita terasa sakit, tenggorongan kering serasa terbakar, seluruh tubuh kita merintih untuk meminta berhenti. Saat itu kita membutuhkan teman dan orang lain. Dorongan mereka membantu semangat kita untuk menyelesaikan perlombaan meski dengan rasa sakit untuk mencapai garis akhir. Dengan cara yang sama, orang Kristen perlu saling mendukung dan meneguhkan satu sama lain. Sebuah kata yang memotivasi pada saat yang tepat bisa jadi sangat berharga untuk menyelesaikan dengan baik, dan menghilangkan rasa capai dan sakit yang sebelumnya. Lihatlah sekelilingmu, siapa yang perlu didukung. Bersikaplah sensitif bagi kebutuhan orang lain dan berikanlah kata-kata atau tindakan yang mendukung semangat mereka. Kita juga harus bisa menjadi teladan sehingga hal itu membuka mata hati mereka untuk dapat melihat bagaimana Allah bekerja di dalam kehidupan orang percaya (Kis. 26:18).

Orang percaya jangan mudah merasa puas atas hal yang sudah dilakukannya dan sebaliknya juga tidak perlu merasa putus asa. Kita tidak perlu takut terhadap kematian apalagi terhadap akhir zaman yang sudah kita ketahui bisa terjadi. Janji Kristus sudah pasti. Pengharapan lepas dari murka Allah, menjadi iman kemenangan bagi kita dan masuk dalam keselamatan kekal bersama-sama Tuhan Yesus. Kuncinya adalah perintah untuk hidup dalam terang kita laksanakan (1Yoh. 2:8), dan itu adalah sikap berjaga-jaga yang baik. Keselamatan bukan hanya lepas dari murka Allah, tetapi juga pemberian upah dan pahala khususnya hidup dalam persekutuan abadi dengan Dia (Rm. 14:9; 2Kor. 5:15). Itu semua bukan bagi kita yang hidup tetapi juga bagi orang percaya yang mendahului kita. Semua orang ikut berbagi kemenangan dan kemuliaan-Nya, sehingga kenyataan inilah yang kita perlu bagikan kepada semua orang dengan memberi nasihat seorang akan yang lain dan saling membangun.

 

Penutup

Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya membawa sukacita besar bagi orang percaya. Meski hari Tuhan itu datangnya seperti pencuri di malam hari, namun bagi kita yang setia dan taat pada Tuhan Yesus, telah ditetapkan untuk menerima keselamatan dan bukan penghukuman. Mereka yang sudah percaya tidak akan hidup dalam kegelapan sebab mereka adalah anak-anak Terang yang tahu arah tujuan hidupnya. Menjadi anak-anak Terang berarti menjadi teladan dan berbuah bagi orang lain. Namun kita juga perlu menyadari bahwa iblis tidak akan membiarkan hal itu mudah terjadi. Kita perlu sadar, siaga dan waspada. Ini adalah waktu siang dan bukan malam untuk tertidur atau mabuk. Iblis menyerang dengan dahsyat melalui tipuan dan godaan dengan masuk ke dalam titik kelemahan kita. Oleh karenanya diperlukan senjata-senjata rohani Allah: berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Kita perlu berjaga-jaga dengan pengendalian diri melalui hidup dalam iman, kasih, dan pengharapan kemenangan. Janji Tuhan adalah pasti, yakni kita hidup bersama-sama dengan Dia dalam persekutuan kekal, sehingga kita perlu saling menasihati dan membangun satu sama lain. Apakah kita sudah berjaga-jaga dengan melakukan semua itu? Tuhan Yesus memberkati.

 

------------------------------------------

 

Kabar dari Bukit Minggu 15 Nopember 2020

Kabar dari Bukit 

PERTANGGUNGJAWABAN HIDUP

"Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya” (Mat. 25:29)

  

Firman Tuhan hari Minggu ini Mat. 25:14-30 masih berbicara perihal Kerajaan Sorga, dengan perumpamaan tentang talenta. Talenta bukanlah uang logam, tetapi ukuran berat, dan nilainya tergantung kepada bahannya, misalnya dari emas, perak, atau tembaga (lihat juga Luk 19:12-27 tentang uang mina).

Talenta sering disamakan dengan karunia rohani, yakni karunia yang Tuhan berikan kepada setiap orang. Ada yang mencoba membedakannya, misalnya pendapat talenta lebih kepada bakat, bisa dilatih, tetapi itu tidak penting sepanjang kita percaya Tuhan yang menganugerahkan talenta atau karunia-karunia tersebut sesuai tujuan dan rencana-Nya pada setiap orang.

Nas ini menceritakan seorang tuan memberi kepada masing-masing orang sejumlah talenta yang berbeda. Tentu yang dimaksudkan tuan dalam hal ini adalah Tuhan Yesus sendiri, yang akan datang kembali. Dalam nas ini ada yang diberi lima, dua, dan ada yang satu. Mereka yang mendapatkan lima dan dua talenta, ternyata dapat menggunakannya dan menghasilkan laba. Tuhan pun senang sekali dan berkata: “.... Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (ayat 21 dan 23). Kerajaan Sorga telah menanti.

Berbeda dengan yang memperoleh satu talenta. Oleh karena kemalasan dan ketakutannya terhadap resiko, ia hanya menguburkan talenta yang diberikan dan otomatis ia hanya mampu mengembalikan satu talenta. Tuhan pun berkata: “Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi" (ayat 26 dan 30).

Tuhan melihat kita ciptaan-Nya adalah “asset” yang berharga (Yes. 43:4) tetapi sekaligus berharap berbuah, semacam return on investment (ROI) Oleh karena itu hidup adalah perjuangan sekaligus petualangan resiko dengan tanggungjawab. Hidup perlu dijalani dengan mengambil peluang agar dapat menghasilkan dan berbuah lebat. Jangan menjalani kehidupan yang dianugerahkan Tuhan dengan “biasa-biasa” saja, tanpa ada keinginan bersungguh-sungguh melakukan yang terbaik.

Jika merasa Tuhan memberi talenta berbeda, tidak perlu membandingkannya dengan orang lain. Tuhan hanya melihat bagaimana upaya kita dalam mengembangkan talenta yang ada tersebut. Manusia diberi talenta tidak sama, tetapi semua mempunyai kesempatan yang sama dalam usaha dan upaya.

Mereka yang berupaya terus mengembangkan dirinya dan berbuah bagi dirinya dan orang lain, maka Tuhan memberinya lebih banyak lagi. Janganlah kita merasa Tuhan hanya memberi talenta atau karunia rohani yang sedikit atau kecil, dan merasa tidak bisa berbuat banyak sehingga apatis dan hidup tidak bersemangat. Inilah penjelasan ayat 29 di atas.

Hidup yang kita jalani harus kita pertanggungjawabkan kelak kepada Sang Pencipta. Tuhan memberi kita tubuh dan jiwa yang sehat berikut talenta yang beragam. Apakah kita sudah menggunakan semua secara optimal dan berguna bagi sesama dan Tuhan kita? Jika kita hanya pasrah bermalasan, merenungi atau menyesalkan hanya mempunyai sedikit dan kecil, atau sebaliknya berupaya keras tetapi semua buahnya hanya untuk diri sendiri dan tidak berbagi untuk sesama, maka bersiaplah untuk dihukum. Minggu menjelang adven ini saat yang baik untuk merenungkannya, sudahkah aku siap mempertanggungjawabkan hidupku dengan melakukan yang terbaik dalam menjalaninya dan terus menabur? Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 8 Nopember 2020

 

Kabar dari Bukit

BIJAKSANA ATAU BODOH

"Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya” (Mat. 23:12)

  

Tidak terasa dalam tiga minggu ke depan menurut kalender gereja kita akan memasuki masa Adven. Firman Tuhan hari Minggu ini Mat. 25:1-13 berbicara tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, pengiring yang menyongsong mempelai laki-laki dengan membawa pelita. Tradisi menanti pengantin pria rupanya umum di Palestina. Dalam perumpamaan ini disebutkan dari sepuluh, ada lima gadis bodoh dan lima yang bijaksana. Gadis bodoh membawa pelita tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana membawa pelita dan juga minyak dalam buli-buli mereka (ayat 2-4).

Yang jelas semua gadis kemudian mengantuk dalam penantian, lalu tertidur. Tetapi di tengah malam, terdengar suara berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Dan kita tahu, gadis bodoh tidak dapat menyalakan pelitanya, dan tidak ada seorangpun gadis bijaksana yang mau memberi minyak. Mencari kesempatan di saat genting sering upaya sia-sia.

Peribahasa tua mengatakan, menjadi bijaksana merupakan penerapan pengetahuan, dan menjadi taat merupakan penerapan kebijaksanaan. Hubungan jemaat dengan Kristus diibaratkan bagaikan sepasang mempelai (Mzm. 45; Hos. 2:18; Why. 19:7). Penyatuan dalam upacara sorgawi akan berlangsung ketika Tuhan Yesus datang kedua kalinya (K4). Oleh karena itu, mereka yang tidak mengenal Tuhan dengan benar, yang hidup dalam kegelapan, akan sulit menjadi bijak seperti peribahasa tersebut. Tuhan dalam gambaran orang-orang bodoh hanya samar-samar, antara ada dan tidak ada, dan mengandalkan “kata orang”. Tuhan bagi mereka bukanlah Pribadi yang penuh kasih tetapi dapat marah dan menghukum. Hukuman bagi orang bebal dan bodoh merupakan bukti kasih bagi orang taat dan bijak; Allah Maha Adil.

Orang bodoh biasanya susah belajar dari orang bijak, sementara orang bijak akan terus belajar dari kebodohan orang. Itu kenyataan hidup. Dan kunci menjadi bijak adalah mengenal Kristus dengan berusaha terus merendahkan diri, takut akan Dia, bersikap hormat menyapa melalui doa dan firman-Nya, dan melakukannya setiap hari. Mengenal Tuhan sebagai Pribadi yang berkuasa atas hidup, membuat kita bijak dalam mengarungi kehidupan, dengan mosaik problematik saat suka maupun di saat duka. Pengharapan kuat terhadap janji Tuhan merupakan bukti ketaatan dan menunjukkan kita percaya penuh kepada-Nya.

Nas minggu ini mengingatkan kita tentang kedalaman dan kedekatan hubungan kita dengan Kristus, dan refleksi kerinduan kita untuk bertemu dengan-Nya menyongsong masa adven. Kedatangan Kristus tidak disangka-sangka dan kita tidak tahu hari maupun saatnya, bagaikan pencuri di malam hari, maka sikap kita hanya berjaga-jaga, selalu bersiap (ayat 13; Luk. 12:39; 2Pet. 3:10).

Menjalani hidup perlu perencanaan, disiplin dalam mewujudkan cita-cita. Ini akan membentuk karakter sekaligus sikap hidup dalam menghadapi rintangan dan cobaan. Bagi yang lengah dengan mengabaikan ketaatan, saatnya untuk kembali menghidupkan nyala roh hubungan kita dengan Tuhan kita. Penyesalan di saat akhir sering tidak berguna.

Jangan yang sudah dimulai dengan hal baik kita akhiri dengan hal yang bodoh, kata nasihat Warren Baffet, orang kaya dunia yang sederhana. Mari kita akhiri pertandingan hidup dengan iman dan setia (2Tim. 4:7). Jangan sampai ketika masa itu tiba, kita adalah bagian dari yang berteriak memohon membukakan pintu sorga, tetapi jawaban-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu” (ayat 12). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 71 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8562141
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
189
73300
73489
8223859
713426
883577
8562141

IP Anda: 172.70.189.79
2024-12-16 00:58

Login Form