Sunday, December 15, 2024

Khotbah Minggu 3 Agustus 2014

Khotbah Minggu 3 Agustus 2014

 

Minggu VIII Setelah Pentakosta

 

ALLAH YANG HARUS DIPUJI SELAMA-LAMANYA

(Rm 9:1-5)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 32:22-31 atau Yes 55:1-5; Mzm 17:1-7, 15 atau Mzm 145:8-9, 14-21; Mat 14:13-21

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas Rm 9:1-5 selengkapnya dengan judul: Pilihan atas Israel

 

9:1 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, 9:2 bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. 9:3 Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. 9:4 Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. 9:5 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!

 

-------------------------------

 

Pendahuluan

Menurut banyak penafsir, Rasul Paulus menyelesaikan pokok yang diuraikan sejak pasal 1 pada akhir pasal 8. Menurut mereka, pasal 9-11 menguraikan suatu pokok baru, yang tidak berkaitan dengan pasal 1-8. Mereka berkata bahwa Paulus melanjutkan surat ini bukan untuk memperkembangkan pokok itu, tetapi untuk menyatakan beban hatinya mengenai keadaan rohani bangsa Israel, bangsanya sendiri. Menurut pengertian mereka, pasal 9-11 hanya merupakan sisipan saja, dan Surat Roma tidak memiliki kesatuan.

 

Tetapi kalau kita percaya bahwa Surat Roma merupakan ilham dari Allah dengan bentuk yang sempurna, maka kita menolak pendapat tersebut, dan kita mengamati Surat Roma untuk mengerti susunannya.

 

Bab 9-11 Dalam menguraikan pembenaran melalui iman pikiran Paulus diarahkan kepada pembenaran Abraham, 4. Demikianpun uraian mengenai keselamatan yang dalam Roh Kudus dikurniakan oleh kasih Allah memaksa Paulus untuk memperbincangkan, bab 9-11, masalah Israel yang tidak setia, meskipun sudah diberi janji keselamatan. Jadi bab-bab itu tidak berkata tentang masalah "takdir" masing-masing orang, yang "ditakdirkan" untuk kemuliaan atau bahkan untuk iman. Bab-bab ini menguraikan tentang peranan Israel dalam sejarah, sebab hanya soal itulah yang disodorkan oleh apa yang dikatakan Perjanjian Lama.

 

Paulus memperhatikan bahwa rencana Allah berkaitan dengan dua golongan umat manusia yang dilihat olehnya sebagai orang Yahudi - yaitu bangsa Yahudi dan bangsa bukan Yahudi. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus. Bagian ini dibuka dengan suatu pernyataan yang sangat khidmat, di mana Paulus menyatakan baik beban hatinya bagi bangsanya maupun keistimewaan Israek dalam rencana Allah.

 

Pertama: Kebenaran Kristus dan suara hati (ayat 1)

9:1 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus,

- pengertian hati nurani

- hati nurani dalam Alkitab

- Roh Kudus dalam hati nurani

 

Seringkali orang mengatakan bahwa sesuatu yang dia putuskan itu berdasarkan hati nuraninya, dengan pengertian bahwa itu sudah menjadi jaminan kebenaran dan ketulusan. Dalam Alkitab bahasa Yunani disebut dengan suneidesis (dalam bahasa Inggris conscience) yang Alkitab bahasa Indonesia menerjemahkan dengan berbagai istilah seperti nas ini memakai istilah “suara hati” yang maksudnya sama dengan hati nurani atau hati yang tulus (band. Kej 20:...). Maka pertanyaannya adalah: apakah itu hati nurani atau suara hati? Hati nurani dapat diartikan sebagai “alat” yang membedakan antara apa yang secara moral baik dan buruk, mendorong untuk melakukan yang baik dan menghindari yang buruk; memuji yang pertama dan mengutuk yang lain; dalam pengertian sederhananya yakni “kesadaran akan sesuatu dan yang diyakininya benar.” Jadi ini merupakan buah proses justifikasi atau penghakiman oleh diri sendiri terhadap kebenaran atau kebaikan sesuatu, berupa standar atau sensitifitas moral atau resistensi (keberatan-keberatan) terhadap sesuatu. Hati nurani sendiri tidak secara otomatis sama dengan keinginan atau kehendak Allah, sebab manusia dengan standar moral yang dimilikinya akan memutuskan hal yang baik atau jahat sesuai dengan pemahaman dan kedekatannya dengan Allah. Jadi, kalau standar moralnya salah, maka keputusan yang diambilnya pasti juga salah, meski kadang keputusannya bisa dipengaruhi oleh faktor atau pengaruh lingkungan sesaat. Ini sama dengan yang dikatakan oleh Amsal Salomo, "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut" (Ams 14:12; 16:25). Jadi dalam hal ini dapat dikatakan hati nurani merupakan hasil sebuah proses antara kehendak hati mencari yang baik dan benar dengan kemampuan akal pikiran tentang apa yang benar.

 

Kata nurani sendiri berasal dari bahasa Arab yang akar katanya adalah nur= cahaya, sehingga hati nurani seolah-olah selalu yang diterangi cahaya. Kesalahan manusia dalam mengerti dan berpikiran kehendak nuraninya sama dengan "kehendak Allah" juga pernah dilakukan oleh Rasul Paulus, ketika ia masih bernama Saulus dengan berpikir bahwa mengejar dan menganiaya orang-orang Kristen adalah sama dengan melayani Allah (Kis 22:5; 26:9; band. 10:28). Demikian juga bapa-bapa gereja ketika menghukum mati para pemikir-pemikir atau teolog yang saat itu dianggap berbeda dengan aliran pemikiran gereja, jelas merupakan tindakan yang salah, meski mereka mengaku bahwa itu adalah kehendak Tuhan. Jadi bisa saja seseorang mengatakan bahwa keputusan hati nuraninya sudah hasil doa atau penerangan Roh Kudus, namun sebetulnya yang terjadi adalah keinginan hati atau ambisi-ambisi pribadi yang terselubung yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengukur  hati nurani yang di dalam Roh Kudus bisa dilihat dari beberapa ukuran kebenaran, seperti adanya kasih, adanya semangat pengampunan, adanya memberi kesempatan bertobat, bebas dari niat penghukuman khususnya hukuman fisik dengan kekerasan. Tanpa itu maka dapat dikatakan yang terjadi sebenarnya adalah hasil pikiran dan kehendak manusia melalui "hati nurani" yang tidak lagi suci dan murni. Oleh karena itu hati nurani membutuhkan penerangan ilahi dan pengujian tersebut. Bagaimanapun juga, proses penilaian seseorang itu juga sangat tergantung pada pemahaman dan kesadaran akan fakta, pengetahuan dan akal sehat. Proses hati nurani yang bersih dan baik yang sesuai dengan kehendak Roh Kudus akan terwujud lebih efektip dengan rajin membaca firman yang disertai doa serta pergumulan yang panjang, sehingga hati nurani akan lebih terasah dan lebih sesuai dengan kehendak Allah. Dalam nas ini, Rasul Paulus yang sudah memahami semua itu berani mengatakan bahwa hal yang dikatakannya itu adalah kebenaran dalam Kristus dan ia tidak berdusta (band. Gal 1:20; 1Tim 2:7).

 

Allah bisa bekerja di dalam suara hati manusia tanpa harus lewat firman yang tertulis, meski kita akui firman yang tertulis itu dapat mengajar, memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam kebenaran (2Tim 3:16). Sebagaimana dijelaskan dalam Rm 2:13-15 yang mengatakan, "Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela." Jadi jelas dari ayat itu bahwa Allah tetap bisa bekerja langsung melalui hati nurani seseorang meski yang bersangkutan tidak memahami atau mengenal firman tertulis. Hal ini terjadi sebab Allah mengendalikan seluruh kehidupan manusia tanpa terkecuali dan tidak terbatas. Situasi ini akan  berbeda ketika seseorang yang telah mengenal Yesus dan mengetahui firman Allah yang tertulis perlu terus mengembangkan, memahami, bertumbuh, sehingga terdapat hati nuraninya semakin murni bebas dari kepentingan pribadi (band. 1Pet 3:16). Apabila tidak melakukannya, dan ia mengikuti keinginan hatinya, maka Tuhan pasti akan menghukumnya.

 

Kedua: Tanggungjawab bagi sesama saudara (ayat 2-3)

9:2 bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. 9:3 Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.

- hati yang peduli

- pengorbanan

- bangsa-bangsa lain

 

Perasaan duka dapat dialami oleh hati seorang anak yang masuk Kristen tetapi kemudian keluarga menolaknya. Apa yang menjadi sukacita baginya sebab ia menerima berkat dan anugerah keselamatan, menyisakan hal yang menyedihkan mengingat keluarganya yang belum diselamatkan. Perasaan inilah yang dialami Paulus, yang tetap merasa ia adalah seorang keturunan Israel secara daging, hatinya bergolak memperlihatkan keprihatinan atas kerohanian saudara-saudaranya orang Israel sebagai teman sebangsa secara jasmani. Kesedihan hatinya ia ungkapkan dengan mengatakan ia bersedia dikutuk dan terpisah dari Kristus demi orang Yahudi, agar mereka dapat diselamatkan (band. Rm 10:1; 11:14; 1Kor 9:22; lihat juga ratapan Yesus dalam Rm 3:24-25). Paulus telah mengimani bahwa Yesus Kristus-lah satu-satunya jalan keselamatan. Ia juga mengetahui bahwa Yesus telah memberikan nyawa-Nya untuk berkorban bagi keselamatan orang lain, sehingga ia pun rela berkorban bagi saudara-saudaranya orang Israel. Hal yang sama juga pernah disampaikan oleh Nabi Musa ketika orang Israel membuat anak lembu tuangan melawan Allah: "kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis" (Kel 32:32).

 

Rasul Paulus mengungkapkan pada pasal sebelumnya bahwa tidak ada yang dapat memisahkan anak-anak-Nya dari kasih Allah. Pertanyaan di dalam hati Paulus adalah: umat Israel adalah umat yang mendapat tempat khusus di hati Allah dan dipilih sejak awal untuk menjadi anak sulung dan anak kesayangan-Nya, namun ketika Yesus Kristus Anak Allah datang, yang juga keturunan Israel melalui kedagingan Yusuf dan Maria (band. Mat 1), mengapa mereka harus menolaknya dan bahkan membunuhnya? Bukankah ini menjadi suatu pertanyaan dan dapat menimbulkan keraguan akan kasih Allah yang selalu setia? Bahkan dalam ayat berikutnya ia pun bertanya: Apakah Allah tidak adil (ayat 14)? Yang kemudian dijawabnya: Mustahil! Firman Allah tidak mungkin gagal (ayat 6a). Hatinya dihiburkan bahwa bagaimana pun, tidak semua orang Israel menolaknya, bahkan ada yang menjadi murid-murid setia-Nya. Dalam hal ini ia mulai memahami bagaimana pilihan atas umat Israel sebagai bangsa sedikit berbeda dengan pilihan sebagai individu-individu. Kepedulian ini yang membuat Paulus mengabdikan hidupnya dalam pekabaran Injil ke seluruh dunia, meski ia tahu bahwa tugasnya lebih kepada orang-orang bukan Israel, namun untuk tetap bisa memanggil bangsa Yahudi berdasarkan kecemburuan (Rm 11:13-14).

 

Pertanyaannya: sejauh mana kita peduli dengan keselamatan orang lain? Sejauh mana kita terbeban ketika kita tahu masih banyak yang belum mengenal kasih Kristus? Sejauh mana kita peduli akan keselamatan saudara-saudara kita dalam satu lingkungan, satu daerah, satu suku, satu bangsa, sampai mereka mengenal Kristus dan menerimanya sebagai Juruselamat hidup mereka. Sejauh mana kita juga bersedia berkorban dari sisi waktu, tenaga, pikiran, energi, kesenangan, pundi-pundi, bahkan keamanan diri demi untuk keselamatan saudara-saudara kita tersebut? Apakah kita ikut dalam atau mendukung penyebaran berita Injil dan keselamatan bagi mereka? Kita tahu banyak warga yang harus meninggalkan Yesus demi untuk bisa sekolah seperti mereka yang dari Mentawai, atau demi untuk bisa bekerja seperti yang dialami penduduk NTT agar bisa kerja di Malaysia. Pemilihan presiden Indonesia baru saja selesai dan kita melihat hasilnya yang cukup menggembirakan, namun kita prihatin bahwa isu-isu agama di beberapa wilayah masih “efektip” menjatuhkan seseorang dalam pemilihan tersebut. Adalah menjadi tanggungjawab gereja-gereja untuk dapat membuat pembaharuan di wilayah tersebut sehingga masyarakat semakin dewasa dan bersikap lebih inkusif.

 

Ketiga: Bangsa Israel mendapat keistimewaan (ayat 4)

9:4 Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji.

- sejarah Israel

- keistimewaan Israel

- masa depan Israel

 

Allah menciptakan dunia ini dengan isinya serta alam semesta adalah dengan maksud baik dan memberikan kepercayaan dengan mandat budaya (Kej 1:28, 31). Manusia ditempatkan di Firdaus meski akhirnya jatuh ke dalam dosa dan kejahatan manusia semakin besar (Kej 2; 3; 6). Allah kemudian menghukum dunia dan menyisakan keluarga Nuh dan sebuah kehidupan baru, dan Allah membuat perjanjian dengan Nuh (Kej 7; 9). Penyebaran dan perkebangan manusia akhirnya membuat kecongkakan dan ingin menyamai Allah dengan membuat menara Babel dan adanya hukuman tidak satu bahasa (Kej 10-11), sampai akhirnya Allah memanggil Abraham (Kej 13). Dari garis keturunan Abraham lahirlah Isak dan Ismael dan dari Isak kemudian lahir Esau dan Yakub. Dari pemilihan Abraham hingga kemudian Allah memilih Isak (dibanding Ismael) dan memilih Yakub (dibanding Esau) sebagai anak kesayangan-Nya, jelas bahwa pemilihan adalah konsep yang sudah ada sejak awal, bahkan jauh sebelumnya sudah terjadi saat Allah lebih menerima persembahan Habel dibanding Kain. Nama Yakub kemudian berganti menjadi Israel setelah melalui pergumulan dengan Allah dan keturunan Yakub yang kemudian dinyatakan sebagai bani Israel (Kej…). Pola hidup keagamaan bani Israel ini sebagian besar adalah menurut hukum Yahudi, sehingga istilah Yahudi lebih tepat dikatakan sebagai agama atau suku bangsa, meski awalnya Yahudi sendiri berasal dari nama bani Yehuda anak Yakub. Namun kemudian istilah Yehuda atau Yahudi menjadi umum bagi seluruh keturunan Yakub, meski kita ketahui keturunan Yakub ada juga yang beragama Kristen, Islam dan lainnya sesuai dengan berpencarnya umat Israel saat pembuangan dan diaspora pasca keruntuhan penyerbuan Nero. Israel sebagai nama Negara sendiri baru ada setelah zaman modern saat dideklarasikan pada tahun 1848 setelah kerinduan umat diaspora untuk kembali ke tanah asal mereka di “Kanaan”. Memang dalam pemakaian sehari-hari kadang kala beberapa istilah ini bercampur meski kita tahu intinya adalah berbeda, sebab saat ini yang beragama Yahudi juga sudah ada yang tidak memiliki keturunan darah Yakub, melainkan hanya mengikut hokum-hukum Yahudi.

 

Memang menjadi misteri dan sangat susah dipahami mengapa Allah memilih keturunan Yakub menjadi bangsa atau umat pilihan. Kalau melihat Kel 19:6, maka Allah memilih Israel adalah untuk menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus bagi-Nya, meski dengan syarat pada ayat 5 yakni mereka harus sungguh-sungguh mendengarkan firman-Nya dan berpegang pada perjanjian yang telah dilakukan dengan Abraham, Isak dan Yakub. Dengan demikian rencana Allah bagi bangsa Israel tetap berdasarkan kasih-Nya kepada umat manusia dengan menjadikan bangsa itu sebagai imam (Yes 61; Mzm 98:3), dalam arti sebagai pemimpin, teladan dan panutan bagi bangsa-bangsa lain dengan melayan bangsa-bangsa lain dengan tetap menjaga kekudusan mereka (Ul 7:6).

 

• orang Israel: Rom 9:6 • menjadi anak: Kel 4:22; 6:6; Ul 7:6

• menerima kemuliaan: Ibr 9:5 • dan perjanjian-perjanjian: Kej 17:2; Ul 4:13; Kis 3:25; Ef 2:12

• hukum Taurat: Mazm 147:19 • dan ibadah: Ibr 9:1

• dan janji-janji: Kis 13:32;; Gal 3:16;

 

Orang Israel memandang pemilihan Allah atas mereka di dalam perjanjian lama sebagai pengangkatan sebagai anak-anak-Nya. Mereka juga tidak layak atau tidak memiliki hak, namun Allah kemudian mengadopsi dan memberikan mereka status sebagai anak-anak Allah.

Ayat: "Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel" (Rm 9:6)

Orang Israel dalam ayat ini adalah keturunan Yakub yang menjadi umat pilihan Allah.

 

-----------------------------------

 

Kalau sebuah bangsa dipilih, itu tidak berarti bahwa setiap individu dari bangsa itu akan juga dipilih dan dibenarkan. Kalau sebuah bangsa dipilih maka akan tiba suatu hari di mana seluruh angkatan itu, yaitu setiap warga yang hidup dari bangsa itu, akan dibenarkan oleh iman. Setiap mereka yang masih hidup pada hari itu akan percaya, karena pembenaran harus melalui iman. Kita yang diangkat sebagai anak secara individu harus mengingat bahwa bangsa Israel telah diangkat sebagai anak secara nasional. Tetapi biarpun yang diangkat itu bangsa atau pribadi, pengangkatan itu sama-sama didasari oleh anugerah Allah.

 

 

Banyak dari keturunan Nabi Yakub yang kemudian menjadi Nabi dan Rasul, seperti: Musa, Harun, Ilyas, Ilyasa, Daud, Sulaiman, Yunus, Zakaria, Yahya dan Isa..

 

Kemuliaan itu Maksudnja: kehadiran Allah njata ditengah-tengah kaum Israel, seperti waktu Ia memimpin mereka pada pengungsian dari Mesir dan menjatakan diri kepada Moses dalam kemah kudus, lagi seperti Ia dianggap hadir dalam ruangan mahakudus dari kenisah. Lih. Kel 14:19; 40:38 dan 1Ra 8:10.

 

Cranfield569 mencatat bahwa pemakaian kata ini dalam bentuk jamak agak aneh. Kalau seandainya bentuknya tunggal, kita mengerti bahwa perjanjian yang dimaksudkan adalah yang di Sinai di mana Musa mewakili umat Israel (Keluaran 19:5). Tetapi istilah ini jamak, jadi Paulus juga mengemukakan perjanjian Allah dengan Abraham (Kejadian 15, 17, dst.), dengan Raja Daud (II Samuel 23:5), dan Perjanjian Baru (Yeremia 31:31-40). Perjanjian-perjanjian tersebut di adakan dalam bentuk yang sesuai dengan budaya zaman itu,570 sehingga Abraham dan Musa mengerti bahwa Tuhan Allah telah mengikat diriNya dengan perjanjian yang sungguh sah. Tidak pernah ada bangsa lain yang memiliki perjanjian-perjanjian seperti itu.

 

Paulus sekarang mencatat berkat-berkat yang dimiliki oleh bangsanya. Ialah: keturunan sejati Yakub-Israel, Kej 32:29. Dari keistimewaan itu berpancarlah segala keistimewaan lain: pengangkatan menjadi anak Allah, Kel 4:22; bdk Ula 7:6, kemuliaan Allah, Kel 24:16, yang diam di tengah-tengah umat, Kel 25:8; Ula 4:7 bdk Yoh 1:14+; perjanjian-perjanjian yang diikat Allah dengan Abraham, Kej 15:1,17; 17:1, dengan Yakub-Israel, Kej 32:29, dan dengan Musa, Kel 24:7-8; ibadat yang dengan ini orang-orang Israel memuja Allah yang Esa dan sejati; hukum Taurat yang menyatakan kehendak Allah; janji-janji mengenai Mesias serta zamannya, 2Sa 7:1, dan keistimewaan bahwa Kristus menjadi manusia sebangsa mereka.

 

Dalam Kel 4:22 seluruh kaum Israel disebut "putera sulung". Tetapi ungkapan "putera" itu kiasan sadja, bukan bermakna "mempunjai bagian dalam "hidup Ilahi" seperti dalam Perdjandjian Baru.

 

Negara Israel, adalah negara yang dibentuk di Tanah Palestina berdasarkan Deklarasi Balfour dengan bantuan Inggris.

Karena bagaimanapun, hanya orang Yahudi yang menjadi warga "Negara Israel" sedangkan keturunan Nabi Yakub, tidak semua-nya menganut Yahudi.


Universalisme Bangsa Yahudi juga dapat dilihat pada kehadiran tokoh-tokoh sbb:

  1. Rut – perempuan asing (Moab) yang percaya kepada Allah dan dijadikan leluhur Raja Daud.
  2. Yunus – menentang partikularisme, pembatasan keselamatan hanya kepada diri sendiri, tetapi ternyata juga untuk bangsa lain yakni Niniwe.

 

Kesimpulan: Peran Israel sebagai pemimpin bangsa=bangsa bersifat positip dalam oikoumene yakni sebagai pemimpin dan teladan untuk terciptanya oikoumene yakni masyarakat yang harmonis (Yes 52: 10; Mzm 98: 2-3)

 

Adalah suatu misteri Allah, mengapa Allah memilih bangsa Israel, bukan bangsa lain, sebagai bangsa pilihan-Nya, saat Ia menentukan Abraham sebagai bapa bangsa pilihan-Nya itu, “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu -bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? – tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir. Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan…” (Ul 7:7-9).

 

Tuhan menjanjikan Penyelamat yang akan lahir sebagai keturunan sang perempuan (lih. Kej 3:15). Maka memang Tuhan perlu memilih suatu bangsa yang melaluinya Sang Penyelamat/ Mesias itu akan lahir. Tuhan kemudian memilih Abraham sebagai bapa bangsa, yang dari keturunan-Nya Tuhan akan membangkitkan Sang Mesias yang akan menjadi berkat bagi segala bangsa di bumi (lih. Kej 12:1-3).

 

Hal ini memang sesuai dengan cara kerja Allah, yang memang selalu memilih yang lemah, sebab di dalam kelemahan-lah kuasa Allah menjadi sempurna (2 Kor 12:9). Itulah sebabnya pula, dalam penjelmaan-Nya, Kristus memilih untuk lahir sebagai Anak tukang kayu yang miskin (lih. Mat 13:55), bahkan yang sempat menjadi pengungsi di Mesir (lih. Mat 2:14).

 

Pada akhir pasal 8 Oleh karena masalah ini, maka Paulus harus menjelaskan tiga hal:556 1. Tuhan Allah yang memberi janji-janji tersebut juga telah menentukan bahwa janji Allah dikhususkan kepada orang yang beriman (9:6-29). 2. Bangsa Israel bertanggung jawab atas penolakannya, karena Israel mau membenarkan dirinya, dan tidak mau dibenarkan karena iman (9:30-10:21). 3. Walaupun zaman ini bangsa Israel ditolak sebagai bangsa, tetapi akan tiba suatu hari di mana seluruh bangsa Israel akan diselamatkan (11:1-36).

 

...hukum Taurat...

 

Melalui hukum Taurat Israel, dan hanya Israel, diberikan pengarahan secara terperinci, supaya mereka dapat hidup berkenan kepada Tuhan Allah. Orang yang berkata bahwa kegagalan mereka meniadakan janji Allah dengan Abraham, sehingga Israel bukan lagi umat pilihan Allah, memiliki suatu konsep pemilihan Allah yang keliru. Konsep pemilihan mereka berdasarkan perbuatan manusia, ketaatan manusia, dan bukan anugerah Allah.

...ibadah...

 

Ibadah yang dimaksudkan di sini adalah terutama ibadah dalam Bait Suci, yang diatur dalam hukum Taurat. Menurut Cranfield,571 mungkin ibadah rumah tangga dan ibadah di rumah ibadah Yahudi dimaksudkan juga di sini.

...dan janji-janji.

 

Selain "perjanjian-perjanjian" yang diberikan kepada Israel, yaitu janji yang diadakan dalam bentuk yang sesuai dengan kebiasaan budaya zaman itu, ada juga banyak janji yang diberikan kepada umat Israel dalam bentuk nubuatan. Kitab Nabi-Nabi penuh dengan contoh janji-janji Allah bagi umat Israel (misalnya Yesaya 2:1-5; 4:1-6; 7:1-25; 9:1-7, dst.). Seringkali janji-janji itu merupakan perkembangan dan penjelasan dari apa yang sudah dijanjikan melalui sebuah perjanjian yang formal. Melalui perjanjian dan janji, Tuhan Allah telah berjanji bahwa Dia akan melimpahkan kekayaan kepada umat Israel.

 

...dan dari mereka turunlah Mesias (dari segi dagingNya)...

 

Raja atas segala raja, dilahirkan sebagai seorang bayi Yahudi. Tuhan Yesus Kristus, dari segi dagingNya, dilahirkan sebagai orang Yahudi, dan sampai sekarang ini Dia adalah masih orang Yahudi.

yaitu umat yang Allah jadikan milik-Nya sendiri (bdg. Yes. 43:20, 21).

Mereka juga memiliki hukum Taurat dan ibadah atau penyembahan kepada Allah - berbagai upacara di Tabernakel dan di Bait Allah.

Mereka juga memiliki hukum Taurat dan ibadah atau penyembahan kepada Allah - berbagai upacara di Tabernakel dan di Bait Allah. Mereka memiliki janji-janji Allah. khususnya janji Mesianis.

 

Keempat: Allah yang harus dipuja selama-lamanya (ayat 5)

9:5 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!

- Yesus dengan leluhur Israel

- Yesus sebagai Allah

- Allah yang dipuji selama-lamanya

 

-----------------------------------

 

Keistimewaan bangsa Israel yang dinyatakan dalam pasal 9:4-5 dapat menimbulkan empat kesan bagi kita. Satu, bahwa jemaat Kristen berhutang budi kepada mereka. Dua, bahwa ketidak percayaan mereka zaman ini sangat menyedihkan. Tiga, bahwa status mereka sebagai umat pilihan Allah masih tetap berlangsung. Empat, bahwa keadaan mereka diluar persekutuan dengan Tuhan Allah sangat sulit dipahami.

 

Kita dipilih dan dibenarkan, bukan oleh karena sesuatu yang baik dalam hati kita. Demikian juga Israel dipilih, dan akan dibenarkan, bukan oleh karena sesuatu yang baik dalam mereka, tetapi oleh karena kemurahan Tuhan Allah.

 

Mereka adalah bangsa Israel...Menurut Cranfield, pemakaian kata adalah dalam Present Tense di sini menegaskan bahwa semua yang dikatakan dalam dua ayat ini masih berlaku. Mereka masih tetap umat pilihan Allah.

 

• bapa-bapa leluhur: Rom 11:28

• menurunkan Mesias: Mat 1:1-16; Rom 1:3

• segala sesuatu: Yoh 1:1; Kol 2:9

• harus dipuji: Rom 1:25; 2Kor 11:31

 

Ia tahu bahwa kedudukan Israel begitu istimewa. Mereka umat pilihan Allah, menerima kemuliaan, perjanjian-perjanjian, dan Taurat. Mereka adalah keturunan para bapa leluhur yang kemudian menurunkan Mesias (9:4-5a). Sayang, segala keistimewaan itu tak membuat Israel percaya dan menyambut Mesias. Sebab itu, mereka harus menanggung hukuman.

 

Mengapa demikian? Bukankah mereka juga percaya kepada Allah, meskipun tidak percaya Yesus sebagai Mesias? Yesus adalah penyataan yang lengkap tentang Allah. Kita tidak dapat sepenuhnya mengenal Allah, bila dipisahkan dari Yesus. Juga Allah telah menunjuk Yesus untuk memperdamaikan manusia dengan Allah. Maka tidak ada jalan lain bagi manusia untuk datang kepada Allah, kecuali melalui Yesus. Seperti orang lain, orang Yahudi juga hanya dapat menemukan keselamatan melalui Yesus. Bila mereka menolak Kristus maka mereka hanya akan menemui kebinasaan.

 

Tidak adilkah Allah? Tidak, sebab Ia mengeraskan hati mereka yang memang sudah lebih dulu mengeraskan hati. Dari segi hak, semua manusia hanya berhak untuk menerima hukuman sebab semua telah berdosa. Jadi pemilihan adalah hak dan anugerah Allah yang patut disyukuri dengan takut dan gentar.

 

Penutup

 

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau joke).

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 318 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8564032
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
2080
73300
75380
8223859
715317
883577
8564032

IP Anda: 108.162.226.241
2024-12-16 03:05

Login Form