Sunday, December 15, 2024

Khotbah Minggu 20 April 2014

Khotbah Minggu 20 April 2014

 

Minggu Hari Raya Paskah

 

PIKIRKANLAH PERKARA DI ATAS, BUKAN DI BUMI

(Kol 3:1-4)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 10:34-43 atau Yer 31:1-6; Mzm 118:1-2, 14-24; atau Kis 10:34-43; Yoh 20:1-18 atau Mat 28:1-10

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas Kol 3:1-4 selengkapnya:

 

3:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. 3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. 3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. 3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

 

---------------------

 

Pendahuluan

Dalam kitab Kolose, firman Tuhan yang disampaikan melalui Rasul Paulus pada bab 1 dan 2 bercerita tentang apa yang sudah dilakukan oleh Kristus bagi kita, khususnya dalam menebus dosa-dosa kita dan keselamatan, termasuk penjelasan alasan yang salah tentang penyangkalan diri. Maka dalam bab 3 dan 4 Rasul Paulus menjelaskan bahwa setelah Kristus melakukan sesuatu yang bergitu istimewa bagi kita, maka kita pun perlu melakukan sesuatu bagi Dia, termasuk untuk keberadaan gereja yang Dia adalah Kepala. Pada bagian awal bab 3 ini dijelaskan tentang pentingnya kita memikirkan hal-hal di atas dan bukan lagi soal-soal di bumi. Maka melalui nas minggu ini, kita diberikan pokok-pokok pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Dibangkitkan bersama Kristus (ayat 1a)

Setiap orang percaya yang menerima Kristus pada hakekatnya telah mati dengan dosa-dosa lamanya (Rm 6:11), sebab dosa itu upahnya maut (Rm 6:23). Hidup lamanya telah dikubur dan dipisahkan dari dosa-dosa itu. Namun oleh karena kebaikan dan anugerah Tuhan Yesus, kita dibangkitkan dari kematian itu. Simbol baptisan dengan diselam pada zaman dahulu dapat diartikan demikian; ketika seseorang dibenamkan, itu lambang dikuburkan, dan ketika diangkat dari air, itu lambang dibangkitkan. Tetapi baptisan tetaplah sebuah simbol, sama seperti tanda sunat lahiriah di zaman Musa. Oleh karenanya dalam Kol 2:12 dikatakan, "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati."

 

Bangkit bersama dengan Kristus berarti hidup kerohanian kita dibangkitkan oleh Allah untuk memasuki hidup baru bersama dengan Kristus. Melalui kebangkitan itu, Allah memperbarui roh dan jiwa kita dengan Roh Kudus diam dan berkuasa di dalam hati kita, meski fisik kita belum berubah setelah kebangkitan itu, yakni masih memiliki tubuh yang sama sebelum masa hidup baru. Kita masih tetap hidup dan tinggal di dunia ini, dengan pengertian kita tidak bisa lepas dari kebutuhan pangan, sandang, biologis, rasa aman, dan lainnya, dan demikian juga kita tidak bisa menghindar dari penyakit dan kematian tubuh duniawi yang ada. Dalam hal itu memang "dunia lama" kita masih tetap ada, yang membuat kadang-kadang kita terjatuh ke dalam dosa akibat kedagingan dan rayuan si jahat. Oleh karenanya, tanpa memiliki hidup baru dengan kuasa Roh Kudus, maka segala upaya kita untuk hidup yang berkenan kepada Allah akan sia-sia.

 

Bangkit bersama Kristus berarti memberi kesempatan kepada Roh Kudus untuk membaharui hidup kita secara terus menerus, sebagaimana dijelaskan pada pasal 2 sebelumnya, mengakui bahwa hidup kita sudah menjadi milik-Nya, sehingga kita memiliki sifat dan perilaku serupa seperti Kristus. Kitab Rm 6:5 mengatakan, “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” Kita jangan masuk dalam pengajaran-pengajaran yang salah sebagaimana dinyatakan pada pasal 2 yang menjauhkan kita dari Kristus dan kasih akan sesama, melainkan berupaya memberikan yang terbaik sesuai dengan talenta dan karunia untuk menyenangkan hati Allah. Orientasi kita tetaplah sorgawi tempat Kristus Yesus duduk saat ini di sebelah kanan Allah (Mzm 110:1; Mrk 16:19; Ef 1:20). Ia bertakhta sambil terus berdoa bagi kita orang percaya, agar kerohanian kita sama dengan wujud perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari.

 

Kedua: Cari dan pikirkanlah perkara di atas (ayat 1b-2)

Bagi kita yang sudah dibaptis dan mati di dalam Kristus, firman Tuhan sebelumnya mengatakan, "Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia (Kol 2:20). Firman ini mengajarkan agar belenggu ketakutan berupa ketaatan dalam ritual dan aturan-aturan peribadahan itu memperlihatkan ketidakdewasaan kita sebagai orang yang sudah dibangkitkan bersama Yesus. Sebagai manusia baru kita orang percaya diminta mencari perkara-perkara di atas, dalam hal ini maksudnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan sorgawi. Kita tidak terjebak lagi dengan aturan-aturan legalistik dan menghilangkan hakekat yakni kasih. Firman Tuhan menegaskan, "carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:33). Mencari dan memikirkan sesuai nas minggu ini berarti mengerahkan segala upaya roh dan jiwa kita untuk memberikan yang terbaik. Kita bisa lihat dan ukur hal itu dari kesukaan kita pada firman Allah dan keinginan menjadi pelaku-pelaku firman Allah.

 

Memikirkan hal-hal di atas berarti berjuang untuk menempatkan prioritas sorgawi dalam kehidupan praktis sehari-hari. Hal-hal di atas berarti sesuatu yang berlawanan dengan di bumi, meski cara berpikir itu akan mempengaruhi tindakan kita di bumi. Ini juga berarti kita berkonsentrasi pada hal-hal yang abadi dibandingkan dengan hal yang sementara di dunia ini yang memperlihatkan kedewasaan dalam berpikir. Memikirkan tentang hal-hal di atas berarti melihat kehidupan ini dari sudut pandang Allah dan mencari tentang rencana-Nya dalam hidup kita. Beberapa hal tentang hidup yang berkenan kepada Allah itu diberikan pada ayat-ayat berikutnya hingga pasal 4. Dalam  Kol 3:15 diberikan gambaran bagaimana Kristus menguasai hati dan pikiran orang-orang Kristen (band. Flp 4:9). Hal ini bisa menghasilkan penangkal bagi kecendrungan materialisme, dan kita juga mendapatkan pemahaman yang benar akan materi dan kekayaan ketika kita melihat dari sudut pandang sorgawi. Itu juga merupakan penangkal bagi sensualitas, dan akan melengkapi penangkal-penangkal yang menghambat perkembangan aspek kerohanian kita, serta menyadari mengikut Kristus berarti mengasihi dan melayani dunia. Dengan mencari apa yang Kristus inginkan, kita memiliki kekuatan untuk menahan kesenangan-kesenangan dan kegiatan tidak produktif lainnya.

 

Kewargaan kita adalah sorgawi (meski kita masih punya KTP di bumi). Dalam kitab Filipi dikatakan, “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Flp 3:20-21). Dengan demikian kita membuat penilaian dan pertimbangan segala aspek kehidupan ini dari sudut pandang sorga. Kita hidup di dunia bukan berarti kita harus membenci dunia dan menjadi terpisah dengannya. Kita hanya memperlakukan dunia di sekitar kita sebagaimana Allah menciptakan dengan maksud tujuan-Nya, maka kita akan hidup secara harmoni di dalamnya. Membenci dunia haruslah dalam pengertian sifat-sifat duniawinya, bukan membenci isi ciptaan-Nya, sebab tugas dan tanggungjawab kita ada juga di dalamnya yakni sebagai orang-orang yang mengelola demi nama kemuliaan-Nya.

 

Ketiga: Kamu telah mati dan tersembunyi dalam Dia (ayat 3)

Apa yang dimaksudkan dengan hidup orang percaya tersembunyi di dalam Kristus? Kita tahu orang mati dikuburkan dan menjadi tersembunyi di dalam tanah. Tetapi orang yang mati dosa-dosanya, tubuhya tetap ada terlihat namun hidupnya menjadi tersembunyi di dalam Kristus. Inilah perbedaan yang sangat penting.  Dalam perjanjian lama tersembunyi berarti aman dan selamat (Mzm 27:5–6; Yes 49:2; 31:19–20). Pelayanan dan perbuatan kita tidak menghasilkan keselamatan, sebab keselamatan dari iman, tetapi semua pelayanan dan perbuatan baik itu adalah buah dari keselamatan. Ini bukan sekedar pengharapan akan masa depan, tetapi juga sebuah fakta yang sudah digenapi pada saat ini. Status dan kedudukan kita sudah pasti. Oleh karena itu peganglah teguh akan keselamatan yang diberikan, dan hiduplah setiap hari untuk Kristus. Kebenaran ini akan melengkapi perspektif yang berbeda tentang hidup kita di dunia ini dan dunia ini bukan lagi yang terpenting dan utama.

 

Tersembunyi di dalam Kristus berarti yang terjadi bukan lagi penonjolan diri. Apa yang kita perbuat dan capai dalam hidup, pekerjaan dan pelayanan harus kita akui bahwa itu adalah kehendak dan pertolongan Allah, sehingga Dia-lah yang ditinggikan, bukan kita. Kita bermegah hanya dalam salib Tuhan (Gal. 6:14; Luk 9:23). Apa yang kita lakukan memang bisa tersembunyi bagi mata dan pujian manusia, akan tetapi itu semua ada terbuka dan terungkap dalam buku kehidupan kita. Kita juga jangan terjebak dalam kegiatan-kegiatan yang membawa kita seolah-olah rajin bersekutu, ikut beribadah, membaca firman Tuhan, bahkan melayani, namun kemudian kita merasa tidak bahagia. Pasti ada yang salah dalam hal ini. Jangan sampai dalam melakukan itu kita sebenarnya melupakan hakekat dan tujuan melakukan itu sehingga kita kecewa dan merasa tidak puas. Jangan sampai ibadah dan pelayanan kita berpusat pada diri sendiri dan bukan pada Kristus. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi atas tujuan dan penyertaan Roh dalam melakukan semua itu, sebelum akhirnya kekecewaan kita membawa kita kepada dosa. Perlu dilihat dan diperhatikan komunitas kita bergaul yang sangat menentukan dalam cara berpikir kita, di samping tentu saja kecendrungan bawaan dari bawah sadar yang merupakan hasil pendidikan dan masa kecil.

 

Kita telah mati dan tersembunyi berarti harus menekan serendah dan sesedikit mungkin keinginan-keinginan duniawi. Semua itu hanya terjadi bila terjadi proses identifikasi diri kita menjadi serupa dengan Kristus. Tujuan kita hanyalah untuk melakukan kehendak Allah yang bersifat kekal dan mulia. Namun itu juga jangan ditafsirkan bahwa kita harus lari dari dunia ini dengan mengasingkan diri dalam bentuk tapa, merenung-renung, semedi, atau larangan-larangan yang tidak berguna. Kalaupun kita melakukan hal itu maka dasarnya haruslah dari hikmat akal pikiran atau tujuan latihan rohani. Seseorang yang tidak makan daging atau darah jangan berdasarkan bahwa itu dari firman Tuhan, akan tetapi boleh saja berdasarkan hal itu tidak sehat sebab mengandung kolesterol tinggi. Memang dalam sejarah kekristenan hal-hal ekstrimitas juga pernah ada dalam bentuk menjaga kekudusan, namun akhirnya semua kembali kepada firman Tuhan yang dipadu dengan hikmat akal pikiran yang diiluminasi oleh Roh Kudus.

 

Keempat: Kita pun menyatakan diri kelak dengan Dia (ayat 4)

Sebagaimana dikatakan di atas, mereka yang sudah percaya hidupnya tersembunyi di dalam Kristus, dalam pengertian apa yang dilakukannya untuk kebaikan Kristus adalah pekerjaan Kristus dalam dirinya (Gal 2:20). Ia tidak menonjolkan diri sehingga manusia tidak dapat melihatnya dengan baik. Tetapi dalam semua perbuatan baiknya itu, Allah melihat dan mencatat dengan jelas akan semua hasil kerjanya termasuk dengan motivasinya. Satu pun tidak akan terlewatkan dan semua yang mengambil bagian dalam perluasan kerajaan-Nya menjadi jelas bagi semua orang. Kemuliaan Yesus pada masa kedatangan-Nya dan masa penghakiman bagi bangsa-bangsa merupakan saat kemuliaan bagi kita. Semua janji-Nya pasti sebab Dia adalah Allah yang setia.

 

Kebangkitan Kristus adalah fakta yang sudah tidak dapat disangkal. Kebangkitan Kristus merupakan dasar iman kita yang membuat semua yang kita percayai dan kerjakan sebagai buah iman tidak akan sia-sia, dan semua yang kita lakukan akan penuh berarti. Kebangkitan-Nya adalah kebangkitan kita juga, bukan saja saat ini tetapi juga kelak pada kita berupa kebangkitan tubuh kemuliaan. Kebangkitan kita saat ini memberi kita kuasa untuk hidup bagi dia saat ini, dengan hidup berbuah dan terus berkarya. Kebangkitan kita kelak dengan tubuh kemuliaan memberi kita pengharapan akan masa depan yakni Dia akan datang kembali. Pada bagian akhir pasal 3 ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa orang percaya harus bertindak saat ini dalam menyongsong saat kembali-Nya.

 

Saat ini Tuhan Yesus sudah duduk bertakhta di sorga (Mzm 110:1; Ef 1:20). Rumah kediaman orang Kristen adalah tempat dimana Kristus hidup (Yoh 14:2,3). Semangat kita adalah semangat pengabdian dan rasa syukur dan bukan semangat mencari imbal jasa. Upah adalah sesuatu hak yang melekat dan bukan itu tujuannya. Kesempurnaan dalam panggilan dan pilihan Tuhan yang membuat kita sebagai orang yang merdeka adalah supaya kita semakin memberi buah, menjadi serupa dengan gambar Kristus (2 Kor 3:18). hidup semakin berbuahkan kebenaran (2 Kor. 9:10). Bagi kita yang sudah memahami itu dan rindu untuk berbakti, melayani Allah dengan segenap hati dan melayani sesama kita. Maka semua itu nanti akan dibukakan dan dinyatakan pada saat Parusia, janji kemuliaan itu akan datang bersama-sama dengan Dia (Yoh 17:24).

 

Penutup

Melalui nas minggu ini kita diingatkan bahwa sebenarnya kita sudah dibangkitkan dari kematian akibat dosa-dosa kita. Kristus Yesus telah melakukan itu melalui penderitaan dan kematian-Nya sebagai tebusan atas dosa-dosa kita. Maka untuk itu kita tidak lagi memikirkan hal-hal yang rendah di bumi ini, melainkan berpikir dan mencari hal-hal yang di atas di sorga. Cara berpikir ini akan mempengaruhi kita dan membuat apa yang kita lakukan adalah pengakuan karena pertolongan Tuhan, dan itu membuat kita tidak menonjolkan diri. Diri kita menjadi tersembunyi di dalam Kristus yang sudah hidup di dalam diri kita. Kita tidak perlu kecewa atau kesal meski manusia tidak melihat dan menghargai hal itu.  Seperti dikatakan ayat terakhir nas minggu ini, “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”

 

Tuhan Yesus memberkati.


(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan).

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 108 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8566580
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
4628
73300
77928
8223859
717865
883577
8566580

IP Anda: 108.162.227.58
2024-12-16 04:35

Login Form