Wednesday, January 08, 2025

Khotbah 2 Minggu II setelah Pentakosta - 11 Juni 2023

Khotbah 2 Minggu II Setelah Pentakosta 2023

 ALLAH BERKUASA MELAKSANAKAN JANJI-NYA (Rm. 4:13-25)

Bacaan lainnya: Kej. 12:1-9 atau Hos. 5:15-6:6; Mzm. 33:1-12 atau Mzm. 50:7-15; Mat. 9:9-13, 18-26

 

Pendahuluan

Pada nas minggu lalu kita membaca dan merenungkan tentang Abraham dibenarkan oleh karena iman dan orang percaya hidup oleh karena iman. Orang Yahudi berkata hukum Taurat yang menjadi pegangan dan ketaatan kepada aturan dan hukum. Akan tetapi minggu lalu kita buktikan bahwa ketika Abraham menerima janji tanah Kanaan bagi dia dan keturunannya, hukum Taurat belum ada dan tidak seorangpun yang dapat melakukan hukum Taurat. Sementara bagi mereka yang berdosa maka murka Allah layak turun atas dirinya. Nas minggu ini menekankan kembali kebenaran Allah yakni adanya kasih karunia yang diberikan melalui jalan perdamaian yakni keselamatan melalui Yesus Kristus. Melalui bacaan minggu ini kita diberikan pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Janji diberikan karena kebenaran (ayat 13-15)

Kita semua tahu bahwa setiap tindakan pasti membawa konsekuensi. Hal yang kita lakukan dalam mengisi rangkaian kehidupan ini juga terbawa pada saat pasca kematian. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari dampak dari setiap keputusan yang diambil, hanya berpikir pendek saat mau mengambil keputusan, yang seringkali salah arah dengan tidak menyadari hidup kita sebenarnya pendek, sehingga perlu diisi dengan benar. Oleh karena itu tetaplah berusaha mencari tahu hasil jangka panjang setiap keputusan, dan berpikir cermat dengan mencari petunjuk Tuhan tentang keputusan yang kita ambil saat ini. Abraham memiliki pilihan tatkala Allah memanggilnya. Dia dapat memilih tetap tinggal dan hidup senang serta aman tanpa risiko dengan keluarga besarnya, atau dia bersedia berjalan dengan ketidakpastian ke arah yang dia sendiri tidak tahu, kecuali dengan keyakinan Allah akan memimpinnya. Ia hanya memiliki pegangan janji bahwa Allah akan menuntunnya dan memberkatinya. Ia mungkin semula berpikir keras tentang rencana Allah baginya, namun tidak bisa membayangkan bahwa keputusannya itu sangat penting dan ketaatannya akan mengubah jalannya sejarah manusia. Keputusannya untuk mengikuti jalan Allah membuat perkembangan sebuah bangsa dijadikan bangsa pilihan dan tempat Allah turun ke dunia menjadi manusia.

 

Allah berkenan dan memberkati manusia bukan karena kepatuhannya pada hukum Taurat, sebab hukum Taurat diturunkan pada masa Musa ratusan tahun setelah Abraham diberkati. Hukum Taurat ada hanya untuk mengetahui keberdosaan dan membangkitkan murka saja, sebab di mana ada hukum Taurat, di situ ada juga pelanggaran (Rm. 7:7; 1Kor. 15:56). Rasul Paulus menjelaskan bahwa Abraham menyenangkan hati Allah sebelum dia mendengar tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ritual dan aturan hukum Taurat, yang menjadi sangat penting bagi umat Yahudi. Abraham hanya diberi perintah: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu." Perintah ini kemudian diikuti dengan sebuah janji, "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat" (Kej. 12:2). Memiliki dunia dalam nas ini sama dengan memiliki keturunan yang besar, sebab dunia mengenalnya yakni sekitar 4,5 milyar manusia atau dua pertiga dari penduduk bumi mengaku diberkati karena Abraham. Itu adalah penggenapan janji Allah yakni keturunannya bagaikan bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut (Kej. 22:17). Abraham menerima perintah itu dengan percaya pada janji dengan iman. Dalam hal ini sesungguhnya Abraham hanya mengandalkan iman dalam melaksanakan perintah itu, dan oleh karena itulah berkenan kepada Allah, kemudian menerima bagian yang dijanjikan-Nya.

 

Kita juga diselamatkan oleh iman dan tidak ada hal lainnya; bukan karena sekedar mengasihi Allah atau melakukan perbuatan baik kita diselamatkan; bukan juga karena iman ditambah kasih atau iman ditambah perbuatan baik. Kita diselamatkan hanya karena iman kepada Yesus Kristus, percaya kepada-Nya yang mengampuni semua dosa-dosa kita. Sumber janji adalah iman dan penggenapan janji adalah kasih karunia. Ketika Yesus datang ke dunia, janji Allah tergenapi dan melalui keturunan Abraham seluruh dunia pun diberkati. Oleh karena itu, dikatakan iman akan sia-sia apabila Allah memperhitungkan seseorang melakukan hukum Taurat untuk dapat diselamatkan. Dan ternyata iman Abraham tidak sia-sia serta janji yang diberikan Allah itu tidak menjadi batal. Abraham hanya mengandalkan iman percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran (Gal. 3:6). Jadi janji diberikan karena kebenaran. Pembenaran ada hanya karena adanya kasih karunia, dan itu berlaku sepanjang hidup selama kita dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu (Gal. 3:9, 18).

 

Kedua: Janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham (ayat 16-17)

Iman dan ketaatan Abraham menyenangkan hati Allah dan itu menjadi kebenaran. Maka tatkala bangsa Israel keturunan Yakub menderita di bawah perbudakan bangsa Mesir, Alkitab menuliskan, “Allah mendengar tangisan dan penderitaan umat Israel karena janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub” (Kel. 2:24). Allah membebaskan bangsa Israel dan terus memimpin keluar dari tanah Mesir dan mereka menjadi bangsa yang besar di Kanaan. Keturunannya menerima janji dan Abraham menjadi bapak bangsa Yahudi.  Dalam kehidupan kesehariannya pun, Abraham berani melindungi keluarganya dari setiap ancaman. Ia peduli terhadap orang lain dan menjadi seorang yang kaya dalam bidang usaha peternakan. Kepribadiannya teguh dan selalu berusaha menghindari konflik, namun ketika sudah tak terhindarkan ia akan meminta pihak lawan untuk menentukan penyelesaiannya (ingat pertentangan dengan Lot). Inilah yang membuat Abraham selalu dihormati setiap orang. Kelemahannya memang ada, yakni ia suka memelintir kebenaran kalau dalam keadaan terdesak, dalam kasus memperkenalkan Sarah, namun itu tidak mengurangi kasih Allah kepadanya.

 

Orang Yahudi memahami sebagai keturunan Abraham hanya dari sisi lahiriah saja. Dalam hal ini Rasul Paulus menyatakan bahwa keturunan Abraham yang menerima berkat bukan hanya mereka dari keturunan daging melalui Ishak dan Yakub, akan tetapi juga keturunan Abraham secara rohani, yakni mereka-mereka yang mengandalkan iman dalam kehidupannya dengan percaya berjalan bersama Allah. Keturunan Abraham, “bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar” (Rm. 9:7-8). Rasul Paulus mengatakan bahwa Abraham adalah bapa dari semua orang percaya bukan Yahudi - "semua orang percaya yang tidak bersunat" (Rm. 4:11). Keturunan rohani Abraham melalui iman digenapkan dan mencapai puncaknya di dalam Tuhan Yesus, sebab Yesus dari garis keturunan Abraham dan sesungguhnya seluruh dunia telah diberkati melalui Dia. Dengan demikian Allah membenarkan mereka yang percaya oleh karena Yesus Kristus.

 

Allah yang memberi janji kepada Abraham menjadi bapa banyak bangsa adalah Allah yang menghidupkan orang mati, dalam pengertian kehidupan Abraham dan Sara yang sudah tidak berpengharapan, menjadi hidup penuh sukacita ketika Ishak lahir, sebuah kehidupan baru. Demikian juga tatkala Ishak siap dikorbankan yang dalam iman Abraham anak tersebut telah "mati", menjadi hidup berkat kasih Allah melebihi pikiran manusia (band. Ibr, 11:12, 19; Yoh, 5:21). Jalan yang dipakai Allah dalam pikiran manusia sebagai hukuman, sebenarnya hanyalah cara Allah untuk menguji iman dan ketaatan seseorang kepada-Nya. Ini juga yang dialami oleh Ayub dengan segala ujian yang dialaminya. Dalam pemahaman itu pula Allah yang memberkati hidup Abraham adalah Allah yang menjadikan dengan firman-Nya hal yang tidak ada menjadi ada. Allah yang hanya bersabda dari tidak ada menjadi ada, yang hanya ada pada Allah sebagai pencipta, yang semuanya dikukuhkan kembali di dalam Yesus Kristus, yang dibangkitkan Allah Bapa dari kematian-Nya. Demikianlah berkat yang diterima oleh Abraham juga tersedia juga bagi kita keturunannya sepanjang memiliki iman seperti Abraham.

 

Ketiga: Abraham tidak bimbang terhadap janji Allah (ayat 18-20)

Setiap orang punya pengharapan. Pengharapan itu bisa disandarkan pada kekuatan sendiri saja atau pertolongan dari Allah. Biasanya, bila berpengharapan pada Allah, kita mempunyai tiga respon. Pertama, kita hanya menunggu, tidak berusaha sedikit pun kecuali berdoa; Kedua, kita ikut mengambil bagian dalam persiapan menyongsong rencana Allah tersebut dalam porsi kita. Seseorang yang belum memiliki anak mungkin lebih bertekun berdoa, di samping berusaha secara alamiah atau berobat ala kadarnya untuk mendukung upaya memperoleh anak. Tetapi ada juga yang melakukan dengan berdoa sepenuh hati dan bercucur air mata, dan terus berupaya keras berupa latihan fisik, minum herbal, konsultasi dokter, bahkan hingga upaya bayi tabung. Betul, Allah melihat semua itu dan berhasil tidaknya hanya dari Allah saja. Tetapi hal yang paling Allah tidak inginkan adalah cara ketiga, yakni manusia mengambil jalan pintas dengan pikirannya sendiri, dan itulah Sarah yang lakukan yakni menawarkan hambanya wanita lain untuk diperistri Abraham agar memperoleh anak. Memang dalam hal ini Abraham dengan kelemahannya, memelintir keinginan Sarah tersebut dengan ia menyetujuinya yang mungkin pertimbangan kedagingan (kelemahan lain Abraham juga terlihat ketika ia berbohong pada Raja Firaun tentang Sarah istrinya). Sikap ketiga ini sama buruknya dengan sudut pandang Sarah yang tidak percaya lagi pada pengharapan dari Allah, dengan alasan merasa sudah terlalu tua dan bahkan menertawakan janji Allah tersebut. Meski ketika ditanya, apakah ia menertawakan rencana Allah tersebut, Sarah berbohong tidak mengakuinya (Kej. 18:11-15).

 

Namun sangat jelas bahwa Abraham telah memperlihatkan imannya, yakni iman kepada Tuhan yang membuatnya benar di hadapan Tuhan. Pelajaran hidup yang dapat diambil dari Abraham adalah bahwa Allah menginginkan ketergantungan, kepercayaan, dan iman kepada-Nya, bukan iman kepada kemampuan kita untuk dapat menyenangkan hati-Nya. Kita juga memiliki hubungan yang benar Allah dengan percaya kepada-Nya. Segala yang kita lakukan yang kasat mata, seperti berdoa, pergi ke gereja, memberi persembahan, melakukan perbuatan baik, tidak membuat kita dibenarkan oleh Allah. Dibenarkan karena iman dan bukti iman itu adalah perbuatan. Hubungan yang benar dan baik itu didasarkan pada iman, pada kepercayaan, pada keyakinan hati yang tulus bahwa hal yang dikatakan tentang diri-Nya adalah benar, dan hal yang dikatakan-Nya akan digenapi. Jadi tindakan kita yang benar sebenarnya merupakan buah dari iman, sebab "iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna (Yak. 2:22).

 

Allah tidak terikat dengan cara dan peristiwa yang biasa terjadi. Ia dapat melakukan berbagai jalan-Nya dan merentangkan semua hambatan yang ada agar segalanya menjadi indah. Rencana Allah sejak awal bagi yang dikasihi-Nya adalah hal yang indah. Allah juga merespon iman ketika kita mungkin di tengah-tengah kegagalan. Iman Abraham tidak menjadi lemah meski tubuhnya sudah tua dan lemah, meski ia menyetujui cara-cara Sarah, cara-cara manusia karena ketidaksabarannya. Rahim Sarah yang tua pun sudah tertutup untuk bisa mengandung. Akan tetapi terhadap janji Allah, Abraham sama sekali tidak bimbang atau goyah meragukan, malah sebaliknya melalui peristiwa itu ia diperkuat dalam imannya dan ia terus memuliakan Allah dalam hidupnya. Memuliakan Allah dalam hal ini berarti tetap mengakui bahwa Allah mengendalikan hidupnya dan bekerja sesuai dengan rencana-Nya. Sikap demikianlah yang diharapkan ketika kita dalam pergumulan dan pengharapan, jangan kendur atau lemah tetapi terus berpegang pada iman sambil melakukan kegiatan dan hati yang memuliakan Allah. Inilah yang membuat kita terus diberkati, sama seperti Abraham yang membuat hidupnya dikenal sebagai bapak bangsa-bangsa.

 

Keempat: Allah berkuasa melaksanakan yang Dia janjikan (ayat 21-25)

Abraham tidak pernah ragu terhadap pemenuhan janji Tuhan. Hidup Abraham juga diisi dengan kesalahan, kegagalan, dan dosa, sama halnya hidupnya juga penuh dengan hikmat dan perbuatan baik. Namun yang utama adalah bahwa secara konsisten ia percaya kepada Allah. Iman yang dimilikinya diperkuat melalui hambatan dan kesukaran yang dialaminya, dan hidupnya merupakan contoh dari tindakan iman (faith in action). Sebab kalau hanya melihat dirinya yang tua dan yang dimilikinya untuk menduduki tanah Kanaan dan membangun sebuah bangsa yang besar, ia akan sampai kepada keputusasaan. Tetapi ia melihat Allah, mematuhi Dia, dan menunggu janji Allah yang pernah diterimanya. Abraham percaya bahwa Allah yang mengikat perjanjian dengannya adalah Allah yang berkuasa untuk memenuhi janji-Nya. Dalam arti lain, Abraham percaya pada janji itu dan percaya juga pada Allah yang berkuasa memenuhi janji itu.

 

Maka ketika kita mengimani bahwa Allah akan dan pasti memenuhi semua janji-janji-Nya sebagaimana apa yang tertulis di dalam Alkitab, yang melekat dan terpahat kuat di dalam hati kita, maka Allah akan memperhitungkan itu sebagai kebenaran. Allah melihat hati kita yang berserah dan percaya kepada-Nya dan Allah membuat itu sebagai kebenaran. Ketika kita percaya, sebuah perubahan pasti terjadi. Dalam hal ini kebenaran Allah diberikan kepada orang yang percaya melalui Yesus Kristus. Kita memberikan dosa-dosa kita ditebus Kristus, dan Dia memberi kita kebenaran dan pengampunan (2Kor. 5:21). Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan hal ini kecuali iman yang berserah. Hanya melalui Kristus kita dapatkan kebenaran Allah. Semua yang luar biasa dan cuma-cuma ini disediakan bagi kita. Kalau hanya mengandalkan kemampuan diri, kita tidak mampu untuk layak masuk ke hadirat Allah. Tetapi sedihnya, masih banyak orang yang melewatkan kesempatan anugerah ini dan memilih "menikmati" perbuatan dosa-dosa mereka.

 

Pertanyaannya, apa yang menjadi pengharapan kita saat ini pada Allah? Atau, adakah sebuah proses yang "terhenti" atau terganjal dalam kehidupan kita yang membuat pengharapan tentang janji Allah kepada kita belum terwujud? Percayalah, bahwa itu merupakan bagian dari rencana Allah dalam kehidupan kita. Ada banyak cara dan jalan yang berkenan kepada Tuhan untuk kita terus sibuk berkarya sambil menanti janji dan pengharapan itu menjadi nyata dalam hidup kita. Jangan memandang diri kita dengan segala kelemahannya, yang mungkin menjadi penghalang bagi kita untuk berkarya kepada-Nya. Jangan juga berpikir bahwa kita masih terus ditutupi dosa-dosa, sebab kita sudah diampuni melalui darah-Nya yang tercurah. Jangan kita berpikir masih dalam kefanaan duniawi, bahwa kita akan dihukum, semua itu adalah fatamorgana yang bisa mengecilkan iman kita akan kasih karunia dari Allah yang Mahabaik. Iman berarti memegang teguh adanya janji Allah dan keyakinan segala sesuatu tiada yang mustahil bagi Allah. Meneguhkan janji dan kebenaran-Nya dalam iman kita, merupakan suatu sikap rasa hormat dan memuliakan Allah.

 

Penutup

Melalui nas bacaan kita minggu ini semakin jelas dinyatakan bahwa pembenaran Abraham adalah melalui iman dan bukan karena kesempurnaannya melakukan hukum Taurat. Allah memberikan janji kepada Abraham karena kebenaran, bukan karena adanya kemampuan manusia melakukan Taurat. Abraham diberkati dan digenapi janji-Nya dengan segala kelemahannya, digenapi melalui Ishak, akan tetapi janji itu juga berlaku bagi keturunan Abraham secara rohani, yakni mereka yang beriman kepada Allah melalui Yesus Kristus. Sama halnya terhadap janji Allah yang Abraham tidak bimbang, demikian jugalah kiranya kita dalam meletakkan iman percaya kita kepada Kristus untuk tidak goyah atau meragukan. Memang pergumulan dan tantangan kadang hadir namun semua itu adalah ujian, sebagaimana Abraham diuji melalui penyerahan Ishak sebagai persembahan. Namun, Allah yang berkuasa menghidupkan orang mati, berkuasa menggenapi janji-Nya kepada Abraham; Ia juga adalah Allah yang berkuasa menggenapi yang Ia janjikan kepada kita. Tetaplah berdoa agar kita setia memegang janji-Nya, dan bertekun dalam menunaikan panggilan-Nya dalam menjalani kehidupan ini.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 1559 guests and no members online

Statistik Pengunjung

10278596
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
101555
117800
370441
9392853
652169
1777712
10278596

IP Anda: 162.158.162.116
2025-01-08 17:26

Login Form