Sunday, December 15, 2024

Khotbah 1 Minggu 2 Paskah 16 April 2023

Khotbah 1 Minggu II Paskah 16 April 2023

PENGHARAPAN, IMAN DAN KASIH (1Pet. 1:3-9)

 Bacaan lainnya: Kis 2:14a, 22-32; Mzm. 16; Yoh. 20:19-31

 

 Pendahuluan

Surat 1Petrus ini ditulis pada saat orang Kristen di wilayah Roma mendapat perlakuan buruk dari kepemimpinan Nero. Sebagian besar umat Kristen di Roma berasal dari agama Yahudi, sehingga perlakuan buruk juga mereka terima dari sesama orang Yahudi dan juga dari keluarga. Mereka cukup menderita karena diperlakukan tidak adil, bahkan kadang disiksa hingga mati. Akibatnya, banyak pengikut Kristus yang ketakutan oleh perlakuan ini. Surat Rasul Petrus ini memberi penghiburan dan kekuatan bagi mereka, agar iman mereka tetap kuat di tengah-tengah penderitaan yang mereka alami. Melalui nas minggu inilah kita diberi pokok pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Lahir baru oleh kebangkitan Kristus (ayat 3)

Kelahiran kembali dalam nas ini lebih mengacu kepada kelahiran rohani sebagaimana dijelaskan Tuhan Yesus kepada Nikodemus tatkala menjelaskan keselamatan (Yoh. 3). Dalam buku Pedoman Iman Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) tentang kelahiran baru, dijelaskan dalam paragraf berikut. Perjanjian Lama mengacu kepada Roh Kudus pada masa yang akan datang ketika Ia tinggal di dalam umat Allah dan membawa kehidupan baru sehingga mereka dapat memenuhi kehendak Allah (Yeh. 36: 25-26; band. Yer. 31: 33). Dalam Peranjian Baru, Yesus berbicara kepada Nikodemus tentang kelahiran kembali oleh Roh Kudus sebagai satu-satunya jalan masuk ke Kerajaan Allah (Yoh. 3: 1-8). Ada istilah-istilah Alkitab lain yang mirip: Lahir dari Allah (1Yoh. 2: 29; 3: 9; 4: 7; 5: 4, 18; Yoh. 1: 13); “Dilahirkan kembali oleh Firman Allah” (1Pet. 1: 23, band. Yak. 1: 18), “Ciptaan Baru” (2Kor. 5: 17; Gal. 6: 15), “Buatan Allah” (Ef. 2: 10; 4: 24).

 

Kelahiran kembali menandakan saat dan cara kita memasuki kesatuan dengan Kristus, suatu perubahan serempak dari kematian spiritual menuju kehidupan spiritual, suatu kebangkitan spiritual (Ef. 2: 1-5). Peristiwa ini terjadi sekali untuk selama-lamanya pada permulaan kehidupan Kristen yang baru. Kelahiran kembali berbeda dengan pertobatan yang erat hubungannya dalam hal menitikberatkan dalam perbuatan Allah yang memberi hidup baru. Pertobatan berarti tindakan manusia untuk berbalik dari dosa kepada kebenaran. Melalui kelahiran kembali, orang percaya menerima watak rohani baru yang terungkap dalam perhatian dan minat-minat baru. Orang yang telah mengalami kelahiran baru - terutama memperdulikan “hal-hal dari Allah” seperti Firman-Nya, umat-Nya, pelayanan-Nya, kemuliaan-Nya, dan di atas semuanya itu adalah Tuhan Allah sendiri. Mereka juga menerima kuasa baru untuk menolak dosa dan menaati serta melayani Tuhan.

 

Belum tentu kelahiran kembali dan kesadaran akan perubahan disertai emosi-emosi tertentu. Keinginan dan sikap baru mungkin bisa timbul secara berangsur-angsur. Seseorang yang dibesarkan dalam keluarga Kristen dan menerima pengajaran sejak kecil, mungkin tertarik pada Kristus dan mencapai kedewasaan dengan keyakinan jelas mengenai Kristus tanpa mengalami krisis tertentu sebagai tanda dilahirkan kembali. Setiap orang tidak perlu menunjukkan waktu dan tempat tertentu sebagai saat kelahiran kembali. Banyak orang dapat menyatakannya dan memberikan “kesaksian” tentang cara mereka bertobat dan mengalami kelahiran kembali, tetapi tidak harus demikian. Bahkan ada orang yang pernah mengalami krisis emosi dan rohani, yang mungkin disebut atau dianggap “pertobatan”. Selanjutnya itu tidak memberi bukti bahwa ia dilahirkan kembali dalam arti sejati. Mengenai soal waktu, ketidaktahuan orang akan waktu kelahiran barunya tidak membuktikan bahwa ia tidak hidup! Bukti bahwa kelahiran kembali oleh Roh Kudus telah terjadi bila keinsyafan orang itu sendiri yakni pengakuan Kristus sesungguhnya adalah Tuhan dan Juruselamatnya, serta bukti-bukti kehidupan Roh Kudus di dalam dan melalui Dia.

 

Kedua: Pengharapan yang tersimpan di sorga (ayat 4-5)

Rasul Paulus mencoba menjelaskan pesan dari Tuhan tentang janji yang diberikan kepada umat Yahudi sebelumnya, yakni tanah Kanaan (Bil. 32:9; U.l 2:12; 19:9). Meskipun mereka telah menerima janji tanah Kanaan, tetapi karena dosa dan kecemaran mereka yang merupakan pengaruh berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain, maka janji itu diambil kembali. Dosa dan ketidaktaatan membuat janji hanya sebagai suatu kenangan lama yang meredup saja. Akan tetapi orang Kristen memiliki janji yang berbeda, bukan berupa tanah atau tempat di bumi ini, yang bisa hilang atau rusak, melainkan sebuah tempat abadi di kota Allah yang tidak dinodai oleh dosa-dosa. Tempat itu abadi dan tidak lekang oleh masa. Bahkan di masa kini orang Kristen sudah bisa merasakannya, pemenuhan janji itu, dalam wujud keyakinan dan sukacita damai sejahtera dalam menghadapi semua perjalanan hidup.

 

Pengharapan dasarnya adalah iman. Kitab Ibrani mendefinisikan "iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr. 11:1). Sesuatu yang kita harapkan dan (belum/tidak) kita lihat haruslah berdasarkan janji. Janji ini merupakan gambaran yang akan terjadi di masa depan berdasarkan apa yang seseorang sudah alami/ketahui dan mampu untuk memberikannya. Seseorang yang tidak memiliki informasi akurat tentang suatu tempat atau kuasa untuk memberikan jalan kepada orang lain untuk sampai ke tempat itu, jelas pembual. Seseorang, sebut saja Si A, yang bukan dari Afrika Selatan dan belum pernah ke Afrika Selatan, tentu tidak mengenal atau mempunyai kemampuan untuk membawa orang lain ke Afrika Selatan. Memberi janji dengan memberi gambaran Afrika Selatan dan menunjuk jalan ke Afrika Selatan, itu jelas Si A adalah pembual. Tetapi kalau saya yang dari Toba Samosir Sumut dan tahu jelas tentang Samosir, dan mampu memberi jalan ke Samosir, maka saya bukan pembual dan saya serius dalam memberi janji itu.

 

Tuhan Yesus memberikan janji kepada setiap orang percaya bahwa ada sorga, ada kehidupan setelah kematian. Yesus dapat berkata demikian sebab Ia datang dari sorga dan memperlihatkan kuasa dari sorga, serta telah bangkit dan menang dari kematian naik kembali ke sorga. Selama di bumi dalam pelayanan-Nya, Ia telah memperlihatkan hubungan yang demikian dekat dengan Bapa-Nya pemilik sorga, memperlihatkan kuasa-kuasa sorga dalam pelayanan-Nya yakni kasih yang begitu besar dan juga berbagai mukjizat yang dahsyat. Maka Ia jelas datang dari sorga. Dengan dasar itulah Tuhan Yesus mengatakan bahwa tersedia tempat di sorga bagi orang percaya yang setia dan berbuah. Kita akan menerima bagian yang tidak dapat cemar atau rusak, yang tidak dapat punah binasa yang tersimpan di sorga, dan ini berbeda jauh dengan tanah Kanaan yang dijanjikan bagi umat Yahudi. Semua pengharapan kita yakni hidup abadi dengan damai sukacita dan kehidupan yang lepas dari beban hidup, ada tersimpan di sorga yang disediakan oleh Yesus bagi kita orang yang percaya (Rm. 8:17; Kol. 1:5).

 

Ketiga: Penderitaan sebagai bukti kemurnian iman (ayat 6-7)

Ada beberapa alasan mengapa orang Kristen pada masa itu menjadi target penganiayaan orang lain. (1) Mereka menolak menyembah kaisar sebagai Allah sehingga dianggap sebagai pemberontak atau pengkhianat. (2) Mereka juga menolak untuk beribadah di kuil-kuil pagan. (3) Mereka dianggap tidak mendukung cita-cita kekaisaran Romawi yang penuh dengan kekuasaan dan penaklukan, yang membuat orang-orang Roma menghina orang Kristen yang dianggap sebagai pengorbanan sia-sia. (4) Mereka menolak dan melindungi diri dari budaya-budaya Romawi yang pagan dan amoral dan menakutkan. Itu risiko bagi orang Kristen saat itu dan juga pada saat ini, tatkala orang percaya menjadi sinar dalam kegelapan maka harus menerima tantangan dan ujian itu sebagai proses pemurnian iman. Semua orang percaya harus memikul salib dan menyangkal diri, yang pada akhirnya membuat kita semakin berkenan kepada Tuhan Yesus.

 

Sebagaimana proses pembuatan emas yang dibakar, segala kotoran yang membuat tidak murni menjadi terpisah mengambang ke atas, sehingga mudah untuk disaring atau diambil kotorannya. Ini merupakan proses membuang segala hal yang tidak kita inginkan dalam kemurnian termasuk dalam iman kita. Demikian juga kita pada segala pencobaan, pergumulan dan penganiayaan, itu semua memurnikan dan memperkuat iman kita, membuat kita semakin berguna bagi Tuhan. Ujian pergumulan itu tidak perlu kita lari dari padanya, atau bertanya-tanya: "Mengapa Aku?" Adalah lebih baik kita merespon penderitaan dengan sikap positif, yakni sebagai berikut: (1) Penuh keyakinan, bahwa Allah tahu, merencanakan, dan mengarahkan hidup kita tantang sesuatu yang baik (Rm. 8:28). Kadang mungkin itu susah masuk akal, tetapi Allah selalu menyediakan kasih dan kuasa-Nya untuk memimpin kita ke masa depan yang lebih baik. (2) Bertekun dan bersabarlah, ketika menghadapi segala sikap amarah, kesedihan atau rasa sakit (Yak. 1:2-3; 1Pet. 4:12). Kita dapat mengekspresikan kesedihan kita, tetapi jangan menjadikan itu sebagai kepahitan dan sikap putus asa. (3) Penuh keberanian, sebab Yesus adalah Sahabat dan Penyelamat, maka kita tidak perlu takut. Dia yang sudah menderita bagi kita tidak akan meninggalkan kita, Dia akan membawa kita melewati segalanya dengan penuh kemenangan.

 

Firman Tuhan minggu ini mengatakan bahwa kita perlu bergembira atas semua pergumulan dan penderitaan. Iman sejati pasti teruji dan tahu bahwa tujuan Allah bukan untuk menjatuhkan. Apabila kita berhasil melewatinya sebagai pemenang, maka dikatakan, "Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu - yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." Hal yang kita alami dalam penderitaan masa kini dalam pengertian untuk memuliakan Tuhan, bukan karena ketidaktaatan atau kemauan sendiri, dan semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan kita terima kelak pada masa Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan menyediakan sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan, Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:18; 1Kor. 2:9)." Sebuah gambaran yang sungguh menggembirakan dan membangkitkan hati.

 

Keempat: Sukacita yang mulia dalam kasih (ayat 8-9)

Anak-anak Tuhan perlu memperlihatkan kesejatian imannya melalui kemenangan dalam proses pergumulan dan penderitaan dengan tetap setia.  Sikap menyerah, putus asa apalagi sampai murtad menyangkal Tuhan Yesus jelas merupakan suatu kekalahan dan menghilangkan peluang emas yang diberikan oleh Tuhan bagi kita. Kegagalan merasakan penyertaan Tuhan dalam segala sesuatu yang kita alami, bukanlah kegagalan Dia dalam melindungi anak-anak-Nya. Alkitab berkata bahwa pada kita tidak diberikan pencobaan yang melampaui kemampuan kita (1Kor. 10:13). Ini sangat jelas. Akan tetapi kalau kita menyerah, lari dan takluk, maka sebetulnya kita yang gagal mengenal Dia, mengenal kasih-Nya, mengenal penyertaan dan kuasa-Nya dalam melewati pergumulan itu. Oleh karena itu, pengenalan Tuhan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tatkala ujian dan pencobaan datang, kita sudah dapat melihat dengan mata rohani bahwa Allah bekerja bersama kita dalam menghadapi hal itu (Rm. 8:28).

 

Orang Kristen di Roma tidak pernah melihat Tuhan Yesus selama hidup-Nya. Mereka tidak melihat-kuasa-kuasa mukjizat yang dilakukan-Nya. Mereka hanya mendengar dan berdasarkan saksi-saksi lantas percaya. Namun kemudian tantangan yang mereka hadapi demikian hebat hingga mengancam jiwa mereka. Dalam hal ini Rasul Petrus mengatakan, bersyukurlah dan pujilah Tuhan atas semua itu, bahwa meski mereka belum pernah melihat Yesus, tapi mereka mengasihi-Nya. Mereka setia dan tetap teguh dalam penderitaan yang diakibatkan oleh iman mereka, yang membuktikan pengenalan mereka demikian sempurna hingga tetap taat. Dalam hal ini benar yang dikatakan oleh beberapa ahli, bahwa pengenalan akan Yesus melalui beberapa tahap, yang diawali dengan adanya hasrat dan kerinduan. Langkah ini kemudian perlu diikuti dengan kesetiaan dan keterbukaan diri dalam melihat keberadaan kita di tengah-tengah dunia dengan segala kehebatan alam semesta serta tawaran nikmat dan godaannya. Kegagalan manusia dalam melawan itu mestinya memberi pandangan bahwa manusia sendirian tidak mampu. Ada keinginan duniawi dan roh jahat yang membuat manusia mudah jatuh dan berdosa. Manusia pasti kalah dan bahkan ada yang sampai terjerat tidak bisa lepas merdeka. Inilah yang membuka kesadaran bahwa manusia perlu diselamatkan oleh kuasa yang lebih tinggi yaitu kuasa Roh Kudus.

 

Firman Tuhan mengatakan bahwa kita perlu bergembira dengan sukacita yang mulia dan tidak terkatakan karena melalui kelahiran baru kita melihat keberadaan Allah. Ada pengharapan dan ada penyertaan. Pengenalan Allah dalam hal ini menjadi suatu kekayaan rohani bagi mereka yang percaya dan bergantung kepada-Nya (Kol. 1:27). Pengenalan melalui penderitaan yang Tuhan izinkan membuat pemahaman yang lebih mendalam menuju panggilan persekutuan pribadi dengan Kristus. Kita tetap dan terus mengasihi-Nya tanpa perlu melihatnya. Kita tidak perlu seperti Tomas yang ingin melihat bekas paku pada tangan-Nya dan mencucukkan jarinya ke dalam bekas paku untuk percaya (Yoh. 20:24-30). Kita adalah orang-orang yang berbahagia yang tidak melihat, namun percaya. Meski kita tahu pengenalan kita masih samar-samar, namun kita yakin percaya pada firman Tuhan, jalan pengenalan terhadap Dia yang mengatakan, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1Kor. 13:12; band. 1Yoh. 3:2). Inilah kunci dan penggenapan tujuan hidup kita, yakni “kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” Itulah inti perlindungan dan jaminan Allah.

 

Penutup

Melalui kelahiran baru kita mendasarkan diri pada penebusan Tuhan di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari kematian. Kuasa kebangkitan-Nya juga menghidupkan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dia bangkit untuk memberikan jaminan bahwa Dia dari sorga dan kembali ke sorga untuk menyediakan sesuatu yang indah yang tidak rusak dan layu bagi kita yang percaya kepada-Nya. Ada pengharapan yang memampukan kita melihat semua janji surgawi itu melalui kebangkitan-Nya. Namun kita hidup di dunia ini yang penuh tantangan. Kadang kita diuji dan dicoba untuk memperlihatkan kemurnian iman kita, sebagai bukti sejati bahwa kita adalah orang-orang setia dan taat. Ujian dan cobaan melalui penderitaan yang kita alami, bukanlah untuk menjatuhkan kita, melainkan iman kita semakin dimurnikan. Hal itu semua membuktikan bahwa kita berpegang teguh kepada-Nya, percaya penuh tanpa perlu melihat-Nya. Dengan demikian iman kita semakin diteguhkan dan jiwa kita diselamatkan. Iman, pengharapan, dan kasih, itulah gambaran yang diberikan kepada kita orang percaya.

Selamat hari Minggu dan beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 38 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8568891
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
6939
73300
80239
8223859
720176
883577
8568891

IP Anda: 162.158.163.131
2024-12-16 06:48

Login Form