Sunday, December 15, 2024

Kabar dari Bukit 18 September 2022

Kabar dari Bukit

SAKIT HATI (Yer. 8:8:18-9:1)

Mengapakah mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan patung-patung mereka, dengan dewa-dewa asing yang sia-sia? (Yer. 8:19b)

Salam dalam kasih Kristus.

Kita pasti pernah merasakan kesedihan yang dalam. Misalnya, kehilangan orang-orang yang kita kasihi, dipanggil Tuhan kepangkuan-Nya, atau yang kita kasihi pergi menjauh dengan marah dan tidak mau bersama kita lagi. Saya membayangkan hal ini terjadi jika anak yang kita kasihi jatuh ke dalam jerat narkoba. Atau anak kita menikah dengan orang yang tidak seiman, kemudian membenci menganggap iman kita salah.

Banyak kisah yang kita baca tentang perilaku anak yang terjerat narkoba. Mereka tidak lagi memedulikan orang tua, kakak adik, dan sesamanya; hidupnya telah diserahkan kepada racun kehidupan itu. Dampaknya sering lebih buruk lagi, mereka mencuri dan tega melakukan hal-hal yang menyakiti orang lain. Dosa berbuahkan dosa.

Demikianlah Allah merasakan kesedihan yang dalam tatkala bangsa Israel yang dikasihi-Nya, berpaling kepada allah-allah lain. Umat Israel menyembah patung dan dewa-dewa asing (ay. 19). Ratapan inilah yang disampaikan Allah melalui Nabi Yeremia, melalui nas bacaan kita di hari Minggu yang berbahagia ini, yakni Yer. 8: 8:18-9:1. “Tidak tersembuhkan kedukaan yang menimpa diriku, hatiku sakit pedih. …. Sudah lewat musim menuai, sudah berakhir musim kemarau, tetapi kita belum diselamatkan juga! …. Tidak adakah balsam di Gilead? Tidak adakah tabib di sana? Mengapakah belum datang juga kesembuhan luka puteri bangsaku?” (ay. 18, 20-22).

Allah kita dalam Tuhan Yesus adalah Allah yang penuh cinta kasih. Meski DIA tahu, anak-anak-Nya selalu berseru kepada-Nya bila dalam kesusahan, namun ada kalanya memberontak, mencari “sesuatu” yang lain. Meski akhirnya, hampa sia-sia tak berguna.

Kita tentu tahu juga perumpamaan anak yang hilang (Luk. 15:11-24). Si anak bungsu meminta ayahnya membagi warisan, dan kemudian pergi menghabiskannya dengan berfoya-foya. Akhirnya jatuh miskin, hanya berharap makan dari ampas makanan babi. Tetapi ketika si anak ingin kembali, ayahnya menyambut dengan pesta besar. Begitulah hati Allah terhadap kita, seperti dituliskan: "Maka Tuhan tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka" (Hak. 10:16). Allah selalu rindu anak-anak-Nya kembali dengan menahan kesedihan.

Bagaimana kita menghadapi kesedihan yang besar, misalnya, seperti terjerat narkoba atau pindah keyakinan? Atau, ada anggota kelompok kita yang bersikap tidak semestinya. Melalui nas minggu ini, kita diajarkan agar mengikut keteladanan Yesus: tetap mengasihi mereka, umat kesayangan-Nya. “Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air mata, maka siang malam aku akan menangisi orang-orang puteri bangsaku yang terbunuh!” (ay. 9:1).

Namun kesedihan dan penderitaan yang datang melanda, perlu dilihat akar dan masalahnya. Bila itu terkait dosa-dosa, mari kita bereskan dengan mohon pengampunan. Allah Mahabaik, jika kita benar-benar ingin bertobat. Tetapi janganlah sampai kesedihan dan penderitaan yang datang, malah semakin membawa kita kepada dosa yang lebih besar. Dosa beranakkan dosa. Untuk itu perlu berhikmat dan berefleksi kepada firman-Nya, “Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian” (2Kor. 7:10).

 

Situasi apapun saat ini yang membawa kita sedih dan menderita, tetaplah berseru kepada Allah. Jangan meneruskan pemberontakan (Yes. 63:9), tetapi berserahlah atas situasi yang diterima. Mohonkan petunjuk-Nya melalui hikmat dan kekuatan untuk mengetahui rencana-Nya, melalui doa dan tekun membaca firman-Nya: adakah itu keselamatan atau kematian? Kita tahu Allah kadang memakai situasi yang sulit bahkan terasa berat untuk membentuk kita agar serupa dengan Kristus (Yak. 1:2-4; Rm. 5:3-5; 8:28-29; Ibr. 4:15). “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui” (Yer. 33:3; band. Mat. 11:28; Mzm. 58:6). Percayalah, tetaplah setia. Semua baik, sebab rencana Tuhan pasti indah dibalik kesedihan dan derita yang melanda.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 411 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8565632
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3680
73300
76980
8223859
716917
883577
8565632

IP Anda: 172.69.165.5
2024-12-16 03:55

Login Form