Sunday, December 15, 2024

Khotbah Minggu 27 Maret 2022

 

Kabar dari Bukit

 

 

MENJALANI KEHIDUPAN (Yos. 5:9-12)

 

 

"Dan berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu" (Yos. 5: 9a)

 

 

Sungguh lega rasanya ketika kita tiba di tempat tujuan. Apalagi dari perjalanan panjang yang melelahkan. Itulah gambaran yang diberikan Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita, dari Yos. 5:9-12. Bangsa Israel dipimpin Yosua telah memasuki tanah Kanaan, negeri yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Beratnya perjalanan keluar dari Mesir, telah sirna. Kegembiraan merebak. Mereka pun merayakan Paskah (ay. 10), sebuah kelepasan dari ancaman kematian dengan tanda darah di pintu rumah (Kel. 12:22-23). Pertolongan Tuhan memang sempurna: umat melewati laut Teberau yang terbelah, petunjuk tiang awan atau tiang api, dan manna untuk makanan selama 40 tahun. Semua kesalahan pun telah hapus (ay. 9).

 

 

Kita pun semua dalam perjalanan kehidupan. Ada yang masih 40 tahun lagi atau kurang; tapi kelak ujungnya sama, semua menghadap takhta-Nya (2Kor. 5:10). Penulis tak dikenal mengatakan, hidup adalah perjalanan, bukan tujuan. Oleh karena itu, mari kita isi dan nikmati perjalanan kehidupan ini dengan hati bersyukur, semangat dan sukacita. Sesuai Alkitab, untuk itu ada beberapa prinsip yang perlu kita jalankan, yakni:

 

 

Pertama, urusan sehari lepaslah dalam sehari. Hidup jangan dibuat rumit. Doa Bapa kami mengatakan, berikanlah kami makanan hari ini yang secukupnya (Mat. 6:11, 25, 34). Tidak dikatakan untuk sebulan setahun bahkan untuk anak cucu. Tidak perlu khawatir atau takut berlebihan, sebab kekhawatiran tidak memberi andil dalam pemecahan masalah (Luk. 12:25). Bila datang masalah, usahakan menyelesaikan dengan sabar dan prinsip kebaikan. Bila datang penyakit, ya berobat. Bawa terus dalam doa, bila persoalan belum selesai atau sakit belum sembuh. Allah memberi mukjizat hanya bila diperlukan, sebagaimana manna diberikan selama perjalanan umat Israel. Ketika mereka tiba di Kanaan, mukjizat tidak lagi diperlukan, proses alam telah berjalan, mereka mengolah tanah untuk makanan (ay. 11-12).

 

 

Demikian juga bila hati terganggu akibat ulah orang lain. Mungkin ada rasa sakit fisik atau di hati. Kita boleh marah, tapi selesaikan sebelum matahari tenggelam. Kita boleh sedih, kecewa bahkan marah, tapi janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan (Rm. 12:17-18). Menjauhlah dari persoalan, sebab itulah cara berhikmat agar ujungnya damai sejahtera. “Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup,” itulah Firman-Nya (Amos 5:14a).

 

 

Kedua, buatlah rencana dalam menjalani hidup. Tuhan memerintahkan anak-anak-Nya membuat rencana (Luk. 14:28; Yak. 4:15). Hidup memang berserah, tapi sebaiknya tidak dijalani semau gue, kumaha engke, que sera, sera. Kita ada di dunia untuk misi Allah (Kej. 1:28; Mat. 28:19). Pasti ada yang bisa kita lakukan. Bila hanya bisa berdoa, ya buat daftar yang perlu didoakan; termasuk yang kita tidak sukai. Jangan takut rencana akan gagal, sebab kesuksesan bukan diukur dari hasil, tapi dari menikmati proses yang berjalan. Tetaplah pegang prinsip, manusia berencana dan berupaya optimal, Tuhan tetap yang menetapkan. Jangan fokus pada kesulitan, tetapi melihatnya sebagai tantangan, padang gurun yang mesti dilalui.

 

 

Ketiga, hidup perlu berbuah, menjadi garam dan terang, berkat bagi orang lain. Jika menerima berkat, nikmati dengan syukur. Tetapi jangan lupa, ada banyak orang susah di sekitar/keluarga kita. Masih banyak orang belum mendengar kabar kasih keselamatan, atau mereka yang masih suka kekerasan. Tanggungjawab kita berbagi dan mendukung langkah kasih itu. Jangan kesal bila perbuatan baik dibalas dengan hal buruk. Kehidupan, sama ketika kita menanam padi, rumput kadang ikut tumbuh. Tapi saat menanam rumput, tidak akan pernah tumbuh padi. Merayakan Paskah seperti umat Israel, berarti kita mengakui telah ditebus dengan darah Yesus, menjadi manusia baru milik-Nya, dan siap dipakai-Nya. Lewati babak demi babak kehidupan, dengan iman berpegang kepada Tuhan Yesus.

 

 

Terakhir, puncak sukacita kita ada di akhir perjalanan, hidup sudah pasti bersama Bapa di sorga. Tiada yang lebih indah dari itu. Dunia ini akan berakhir, dan hari Tuhan pasti datang. Jangan pusingkan waktunya, sebab hari Tuhan yang tampak dekat itu saat kita dipanggil-Nya. Jangan sampai sudah susah di dunia, kelak di kehidupan lain juga susah terus dalam penderitaan. Bersyukurlah, ada tempat telah disediakan Tuhan Yesus. Dan, rayakanlah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 36 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8568883
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
6931
73300
80231
8223859
720168
883577
8568883

IP Anda: 172.69.165.29
2024-12-16 06:45

Login Form