Khotbah Minggu 16 Januari 2022
Khotbah Minggu Kedua Setelah Epifani
MUKJIZAT ITU MASIH ADA DAN NYATA (Yoh. 2:1-11)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes. 62:1-5; Mzm. 36:5-10; 1 Kor. 12:1-11
Pendahuluan
Cerita di atas adalah saat pertama kalinya Tuhan Yesus membuat mukjizat dalam pelayananNya. Yesus sendiri selama 3 tahun masa pelayananNya memperlihatkan puluhan mujizat mulai dari peristiwa pertama ini, yakni merubah air menjadi anggur hingga membangkitkan orang dari kematian. Dalam peristiwa mukjizat ini, Yesus mendengar permintaan ibuNya agar melakukan sesuatu dalam situasi tuan rumah yang berpesta kehabisan anggur. Yesus pada mulanya berusaha menolaknya, dengan alasan waktunya belum tiba. Tapi karena itu merupakan permintaan khusus dari ibuNya, maka Yesus mengabulkannya, yakni enam tempayan (kurang lebih 500 liter) berisi air diubah menjadi anggur yang enak rasanya. Dengan tindakanNya itu, tuan rumah yang tadinya bisa mendapat malu karena kehabisan anggur, akhirnya beroleh pujian karena dianggap menyimpan anggur yang enak untuk disuguhkan terakhir.
Dari bacaan nats ini kita mendapatkan beberapa petunjuk hidup sebagai berikut:
Pertama: Kehidupan sosial sebagai jalan misi (ayat 1-2)
Seringkali kita berfikir bahwa pekerjaan atau pelayanan adalah hal yang utama sehingga melupakan kehidupan dan pergaulan sosial. Pada masa Yesus, acara pesta perkawinan biasanya banyak diundang kerabat keluarga dan rekan sekampung serta pesta dapat dilaksanakan dalam beberapa hari. Adalah hal yang kurang baik apabila diundang tetapi tidak hadir dalam acara seperti itu, bahkan dapat dianggap sebagai penghinaan. Tuhan Yesus menyadari hal itu dan mungkin juga keluarga yang berpesta masih kerabat dekat, sebab ibuNya ikut dalam kesibukan melayani para tamu.
Kehidupan sosial haruslah merupakan pilihan sebagai bagian dari tempat pelayanan kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak boleh disibukkan melulu dengan pekerjaan atau kerutinan lain sehingga melupakan hal pergaulan sosial, lingkungan sekitar, adat istiadat dan interaksi kekeluargaan lainnya.
Sebagaimana Tuhan Yesus dan Maria melakukannya, mereka ikut aktif dalam pergaulan sosial tersebut dan melibatkan diri dalam meringankan beban tuan rumah dalam pekerjaan maupun mengatasi persoalan. Ini perlu menjadi teladan bagi kita, sebab hidup kita haruslah menjadi terang dan garam dalam setiap kesempatan yang Tuhan berikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakpedulian dan ketidakacuhan serta menjauhkan diri dari kehidupan sosial dan kekeluargaan justru menghilangkan kesempatan kita untuk melayani Tuhan.
Kedua: Mintalah pertolongan kepadaNya (ayat 3-5)
Apa yang dilakukan oleh Maria sebenarnya sederhana saja: ia membutuhkan pertolongan dari Yesus karena anggur yang disediakan tuan rumah sudah habis. Maria berfikir agar Yesus melakukan sesuatu untuk mencari, membeli atau meminjam anggur dari mana saja agar tuan rumah tidak malu. Maria juga tentu menyadari bahwa Yesus memiliki hubungan yang khusus dengan Allah, sehingga Maria sangat berharap Yesus dapat menolong. Oleh karena itu Maria berkata kepada pelayan agar mengikuti apa yang diperintahkanNya. Yesus memahami situasi tersebut meski menolak pada awalnya, dengan mengatakan saat-Nya belum tiba.
Apa yang bisa kita pelajari dari situasi ini adalah jangan pernah berfikir bahwa kita datang kepada Yesus hanya pada untuk masalah-masalah besar saja, atau ketika kita sudah menyerah (give up) baru meminta pertolongan dari padaNya. Kalau itu masalah kecil dan kita fikirkan bisa diatasi dengan mudah, maka kita tidak memerlukan pertolongan Tuhan. Ini mungkin terjadi ketika kita sakit flu, maka pemikiran sederhana kita ya minum obat flu saja tanpa perlu berdoa untuk kesembuhan. Atau kebiasaan yang sering terjadi, ketika makan kerupuk kita belum berdoa, baru setelah makanan utamanya datang, kita baru berdoa. Pemikiran seperti ini jelas perlu dirubah.
Demikian juga apa yang kita pikirkan tadinya sebagai jalan keluar, ternyata bagi Yesus bisa berbeda jalan yang ditempuhNya untuk kita mendapatkan yang lebih baik. Ini bisa dilihat dari pertolongan Yesus, yang tadinya hanya menutupi kekurangan anggur, ternyata diperoleh anggur yang berlebih dan lebih enak rasanya. Maria hanya memintanya melakukan sesuatu, mungkin bukan merupakan mukjizat, tetapi Yesus memutuskan untuk melakukan pelayananNya yang pertama di tempat ini: merubah air menjadi anggur. Enam tempayan yang biasanya airnya dipakai setiap kali umat Israel membasuh kembali ke rumah atau hendak makan - mereka terbiasa membersihkan atau menyucikan dirinya dengan air dari tempayan tersebut, kali ini berubah semua menjadi anggur yang enak.
Ketiga: Yesus adalah sumber mukjizat (ayat 6-10)
Tidak dapat disangkal bahwa Yesus banyak menggunakan kuasa mukjizat-Nya untuk dapat meyakinkan umat Israel agar percaya kepadaNya, meski hal itu pernah dicela oleh Yesus karena umat tersebut ingin selalu melihat tanda (mukjizat) agar mereka percaya. Berbagai mukjizat ini pula yang memberi peneguhan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang memiliki kuasa sama dengan Allah BapaNya, termasuk menghidupkan orang mati.
Sebagaimana yang dilakukan pelayan tersebut, untuk melihat kuasa mukjizat terjadi, perlu percaya dan ketaatan mengikuti perintah Yesus. Pelayan percaya dan taat untuk mengisi tempayan itu dengan air, meski tidak tahu maksudnya. Mereka pun diminta menyedoknya dan begitu disajikan kepada para tamu, mereka kemudian tahu bahwa air dari tempayan tersebut telah berubah menjadi anggur yang enak.
Inilah yang perlu kita ikuti dan teladani dalam keinginan melihat mukjizat terjadi dalam hidup kita: Percaya dan Taat. Percaya bahwa Tuhan Yesus mampu melakukan hal tersebut dan kita taat akan perintah-Nya. Tidak ada keraguan bahwa sebagai Anak Allah, Yesus memiliki kuasa yang sama dengan Allah Bapa. Jadi, membuat mukjizat adalah kuasa-Nya, sebab Dia-lah pembuat hukum alam. Di sini, mukjizat kita definisikan sebagai sesuatu yang ajaib dan yang tidak mengikuti hukum alam. Pertanyaannya kemudian adalah: Apakah mukjizat Yesus itu masih berlaku sampai saat ini? Selanjutnya, bagaimana kuasa itu kini diberikan kepada orang percaya atau hambaNya?
Keempat: Mujizat sebagai karunia rohani (ayat 11)
Alkitab berkata kuasa membuat mukjizat itu diberikan kepada siapa saja dengan tujuan untuk pekabaran Injil atau meneguhkan orang percaya. Yesus mengatakan orang percaya (yang memberitakan Injil) dapat mengusir setan, berbahasa baru, memegang ular, meminum racun dan menyembuhkan orang sakit dengan tumpang tangan (Mrk. 16:17-18). Dalam Alkitab dikisahkan juga para rasul diberi kuasa untuk melakukan mukjizat itu, seperti kepada Petrus dan Paulus yang dapat kita baca dalam Kisah Para Rasul.
Itu juga yang kita lihat saat ini. Mukjizat masih ada dan nyata dan bekerja diseluruh tempat dan abad bagi orang percaya melalui hamba-Nya. Dalam bacaan kita lainnya yakni 1Kor 12 disebutkan beberapa (rupa-rupa) karunia Roh atau rohani) diberikan kepada anggota jemaat untuk tujuan berbagai pelayanan. Salah satu karunia Roh tersebut adalah kuasa untuk mengadakan mukjizat (1Kor. 12:10; 28-29).
Itu semua ada karena mukjizat mempunyai empat tujuan yakni: Menyatakan adanya Allah, Memperlihatkan kuasa Allah itu masih ada dan nyata , Memperlihatkan Keilahian Kristus, dan Menegur atau menempelak mereka yang tidak percaya. Hal terakhir ini perlu bagi orang yang bebal, sebab banyak orang secara sederhana sudah melihat kehidupan itu sendiri merupakan mukjizat, jadi tidak perlu melihat sesuatu yang lain ajaib untuk membuktikan adanya Allah dan kuasa-Nya yang terus bekerja hingga saat ini. Kepada mereka yang bebal dan terus mengandalkan pikiran dan kemampuannya, Allah justru senang memperlihatkan kuasa mukjizat-Nya untuk menegur dan menempelak mereka.
Kuasa dan karunia Roh untuk membuat mukjizat itu diberikan melalui hamba-Nya, sesuai dengan hikmat dan kerelaan hati-Nya dengan tujuan utama untuk membangun gereja-Nya. Namun bagi kita yang sudah dikaruniai iman percaya, yang dapat melihat bahwa hidup ini sendiri sudah merupakan mukjizat dari Tuhan kepada kita, sebuah anugerah untuk mendapatkan kepercayaan dalam pelayanan di muka bumi ini, maka yang terpenting bukanlah melihat mukjizat lain yang ajaib, tetapi melakukan kehendak Allah yaitu mengasihi Allah dan sesama. Semua itu, hidup kita dan mukjizat yang dinyatakan kepada kita dan orang lain, adalah untuk kemuliaan dan hormat bagi-Nya.
Kesimpulan
Nats yang kita baca untuk minggu ini tentang mukjizat Tuhan Yesus dengan merubah air menjadi anggur di Kana memberikan banyak pelajaran kepada kita, yakni kita tidak melupakan pergaulan sosial dan kemasyarakatan sebagai tempat untuk pelayanan kita kepada Tuhan dan sesama. Segala kesempatan Tuhan berikan kepada kita untuk melayani-Nya. Dalam setiap kesempatan tersebut, ketika ada masalah kecil atau besar maka semuanya harus kita kembalikan kepada Tuhan untuk penyelesaiannya, tidak pada saat masalah sudah besar dan menyerah saja. Sebab Tuhan itu bekerja tidak hanya melalui mukjizat, tetapi Ia sudah bekerja melalui hidup kita yang sudah merupakan mukjizat bagi kita. Dia-lah sumber mukjizat dan sumber kehidupan itu. Kalau ada karunia Roh yang diberikan kepada hamba-Nya untuk melakukan mukjizat, kita sebut saja Haleluya, dan semua itu adalah untuk kemuliaan-Nya.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III KAPAK...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven IIIKhotbah Minggu 15 Desember 2024 - Minggu Adven III PEMULIHAN...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 8 Desember 2024Kabar dari Bukit DOA UNTUK ANAK DAN PEMIMPIN (Mzm. 72:1-7,...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 11 guests and no members online