Sunday, December 15, 2024

Khotbah Minggu 15 Nopember 2020

Minggu XXIV Setelah Pentakosta

BERJAGA-JAGA UNTUK HARI TUHAN (1Tes. 5:1-11)

Bacaan lainnya: Hak. 4:1-7 atau Zef. 1:7, 12-18; Mzm. 123 atau Mzm. 90:1-8, 9-11, 12; Mat. 25:14-30

 

Pendahuluan

Dalam bagian sebelumnya dari surat Rasul Paulus ini diceritakan bagaimana Tuhan Yesus akan datang untuk memenuhi janji-Nya dengan cara turun di atas awan-awan dan mengangkat orang percaya untuk menyambut-Nya. Kedatangan-Nya kembali ke dunia ini sekaligus mengakhiri perjalanan bumi untuk membangun langit baru dan bumi baru seturut dengan kerajaan-Nya yang baru dan penuh damai sejahtera. Tuhan Yesus sekaligus datang untuk menghukum mereka yang belum bertobat dan tidak menerima Dia sebagai Juruselamat hidupnya. Penghakiman terakhir di hari Tuhan merupakan sesuatu yang mendadak, sehingga orang percaya sekalipun akan terkejut dan terkesima dengan peristiwa yang akan terjadi. Bacaan kita minggu ini berisi respon dan persiapan yang kita butuhkan untuk menyongsong hari Tuhan tersebut dengan pengajaran sebagai berikut:

 

Petama: Hari Tuhan seperti pencuri malam (1-3)

Usaha untuk menentukan tanggal pasti kembalinya Kristus adalah sesuatu yang bodoh dan sia-sia, sebagaimana ada beberapa pemimpin sekte yang mencoba memanipulasinya untuk kepentingan pribadi. Kita jangan sampai tertipu dengan seseorang yang mengklaim mengetahui tentang zaman dan masa yang terjadi di masa depan. Melalui firman ini dikatakan, tidak seorang pun yang tahu dan bahkan bagi orang percaya hal itu merupakan sebuah kejutan pada nantinya. Hari dan masanya semua milik dan rahasia Tuhan (Mat. 24:36; Kis. 1:7; 17:26). Kristus kembali secara tiba-tiba dan seperti tidak diharapkan. Metafora seperti pencuri pada malam hari jelas memperlihatkan kedatangan-Nya yang tidak terduga, tetapi tujuannya adalah agar kita tidak lengah. Demikian juga dengan pengertian “seperti seorang perempuan yang hamil sakit bersalin”, itu merupakan bukti kejadiannya yang pasti dan tidak terhindarkan, serta semua manusia harus menghadapinya (Yes. 13:8; Yer. 4:31).

Hari Tuhan adalah hari yang dramatis saat Yesus Kristus datang dengan peran Hakim dan Raja. Tentang hari ini (juga disebutkan dalam Perjanjian Lama, seperti Yes. 13:6-12; Yoel 1:15; 2:1; Zep. 1:14-18) berarti hari yang ditetapkan sebagai hari penghakiman ketika semua orang dipisahkan untuk menerima hukuman atas dosa-dosa dan menerima berkat atas iman dan perbuatannya. Allah melalui Kristus kembali turun di dalam sejarah dan memberlakukan keadilan-Nya bagi semua umat manusia. Banyak yang menafsirkan bahwa hari itu didahului oleh kesengsaraan besar atau adanya penyesatan dan Anti Kristus.  Akan tetapi bukan itu intinya, sebab hari Tuhan memang pasti datang secara tidak terduga, baik dalam pemahaman kecil ketika kita mati dipanggil Tuhan atau pemahaman umum ketika semua orang masuk dalam akhir zaman dan penghakiman (band. 2Tes. 2:2 dab). Oleh karena itu, kita jangan sampai larut dalam kenikmatan keduniawian, seolah-olah semuanya aman dan damai, tidak berharap atau berpikiran bahwa Kristus tidak mungkin datang segera sehingga masih banyak kesempatan untuk mengabaikan hal-hal rohani dan terus berbuat dosa dan menunda pertobatan. Mereka menjadi serupa dengan lima gadis-gadis yang bodoh dengan pelita yang telah padam sebab kehabisan minyak ketika mempelai yang ditunggu datang (Mat. 25:1-13).

Hari Tuhan juga berarti Kristus datang untuk membangun kerajaan-Nya yang kekal bersama-sama orang percaya, dan musuh-musuh-Nya dikalahkan (Yes. 2:12-21; Yer. 46:10; Yoel. 1:15-2:11, 28; Am. 5:18-20; Za. 14:1-3). Kristus memulai pemerintahan di bumi ini (Zef. 3:14-17; Why. 20:4-7). Karena tidak seorang pun tahu kapan Kristus akan kembali ke bumi, kita harus mempersiapkan diri setiap saat, waspada dan siap-siap (Mat. 24:42; Luk. 12:39; Rm. 13:11; Kol. 4:2). Namun intinya, kehidupan orang percaya yang sudah menerima anugerah berkat tidak tergantung kepada Kristus datang hari ini atau seribu tahun lagi, tetapi sesuai dengan kualitas penghayatan keselamatan yang sudah dan akan kita terima, makna kematian dan kebangkitan Yesus bagi kita. Untuk menghadapinya dengan berhikmat, lebih baik bersikap seolah-olah Dia akan kembali hari ini: Apakah kita siap menerima kedatangan-Nya? Bagaimana Yesus menemukan pola hidup kita? Orang yang tidak berhikmat biasanya belajar semalaman untuk ujian yang dilakukan esok hari, padahal waktu persiapan telah banyak diberikan. Oleh karenanya, hiduplah setiap hari dengan kerinduan untuk melihat Tuhan Yesus kembali.

 

Kedua: Kamu tidak hidup di dalam kegelapan (ayat 4-5)

Mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak hidup dalam kegelapan. Hidup di dalam kegelapan berarti mereka tidak menyadari posisi diri dan sekitarnya dan tidak tahu kemana arah tujuannya. Semua tidak pasti. Padahal, seperti dikatakan seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, “we are not human beings having spiritual experience; we are spiritual beings having human experience.” Kita orang Kristen adalah manusia rohani yang hidup dalam pengalaman duniawi. Menurutnya, kita bukan manusia duniawi yang sekedar memperoleh pengalaman rohani, melainkan kita adalah warga kerajaan sorga (Flp. 3:20) yang ada di bumi. Asal muasal kita sangat jelas yakni dari Allah Bapa dan kita masuk ke dunia ini dengan tujuan yang terang dan jelas, yakni menjadi pembawa-pembawa kebaikan dan damai sejahtera. Kita adalah milik Tuhan yang hidup dalam Terang melalui Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, sehingga kesadaran itu membawa kita pada perbuatan-perbuatan yang perlu dan layak dilakukan.

Hari Tuhan datang seperti pencuri malam juga memiliki hal yang positif. Adalah hal yang baik apabila kita tidak mengetahui persisnya Tuhan Yesus kembali, sebab jika kita diberitahu tanggal yang pasti, kita cenderung melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Akal sehat jadi mati. Kita mungkin tergoda malas bekerja atau melayani, atau hanya tidur-tidur menunggu datangnya hari itu. Atau sebagaimana banyak nubuatan palsu, itu dimanfaatkan untuk kepentingan duniawi dalam bentuk harta dan kepuasan birahi. Atau bila hari itu masih cukup lama, kita mungkin akan tetap berdosa dengan melakukan perbuatan yang tidak berkenan kepada-Nya dan menempatkan Tuhan sebagai prioritas akhir. Sebaliknya, kita juga tidak perlu terlalu memelototkan mata kita terus ke arah langit menanti kembalinya Sang Juruselamat, sebab sebagaimana dikatakan pada pasal 4 (khotbah minggu lalu), akan ada tanda-tanda sebelumnya yakni bunyi sangkakala yang membangunkan orang mati dan kita yang percaya diangkat menyambut Tuhan Yesus di awan. Rasul Paulus juga mengingatkan, jangan sampai kita lalai akan hal itu (1Tes. 4:11; 2Tes. 2:1 dab).

Hidup dalam kegelapan juga berarti hati kita terpisah dari Terang Allah, yang membuat moral dan kerohanian kita menjadi rusak (band. Yoh. 3:19, 20; 8:12; 2Kor. 6:14; Ef. 5:8, Kol. 1:13). Sorga adalah tujuan akhir kita; tetapi kita juga perlu bekerja melakukan sesuatu di bumi ini untuk hidup bersama dengan sesama, baik seiman yang sudah diselamatkan maupun tidak seiman dan hidup dalam kegelapan. Untuk itu orang Kristen harus tetap melakukan kerja dan karya bagi Kristus melalui sesama, dengan memiliki pola hidup yang berbeda sampai kita mati, yakni mendisiplinkan kehidupan kita dan meninggalkan perbuatan-perbuatan gelap. “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati” (Rm. 13:13). Kita anak-anak siang berarti saatnya untuk bekerja dan bukan untuk tidur berleha-leha, sebab pekerjaan dan tuaian masih banyak. Kita diperlukan sebagai penuai-penuai hasil sebab ladang penginjilan semakin banyak dan meluas.

Ketiga: Berjaga-jaga dengan senjata rohani Allah (ayat 6-8)

Malam hari adalah metafora saat kita digoda untuk tidur atau mabuk sebagaimana kebiasaan orang lain yang tidak mengenal Allah. Inilah yang membawa kita pada sikap perlu sadar, berjaga-jaga, dan waspada sampai tiba saatnya melihat kembalinya Sang Juruselamat. Bagaimanapun juga, dunia ini adalah tempat peperangan rohani antara kuasa Allah dengan kuasa jahat. Ketika kita anak-anak-Nya memilih Yesus maka kita menjadi musuh iblis, oleh karena itu kita harus bertindak bagaikan prajurit-prajurit garda depan melawan pasukan iblis, termasuk mereka yang telah disesatkan. Kita harus berdiri tegap dan teguh untuk dapat menjadi pemenang. Kita tidak boleh melakukannya sendirian sebab roh kita tidak cukup mampu melawan kuasa jahat itu, diperlukan senjata-senjata rohani dari Allah untuk siap siaga sekaligus berperang mengalahkan musuh. Dalam Perjanjian Lama dinyatakan senjata rohani ini juga penting (Yes. 59:17) sebagaimana dalam surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat lainnya (2Kor. 6:7; 10:4; Ef. 6:13).

Dalam nas ini disebutkan beberapa perlengkapan dan senjata, yakni berbajuzirahkan iman dan kasih dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Baju zirah sangat penting untuk melindungi badan, sebab serangan setan sering ke dalam hati orang percaya, yaitu tempat emosi, kepentingan diri sendiri, dan kebenaran sejati berada. Kebenaran Allah melalui iman dan kasih adalah baju zirah yang melindungi hati kita dan menjamin keadilan Allah. Demikian juga dengan ketopong keselamatan, yakni pelindung atau helm yang melindungi bagian kepala kita dari serangan iblis dengan godaan membuat pikiran kita ragu terhadap hal yang dikerjakan oleh Allah melalui Tuhan Yesus. Kita diminta sadar (Yun: nepho) dalam pengertian diperlukan kepala dingin dengan penguasaan diri dan kewaspadaan dalam menghadapi iblis lawan yang tangguh, tidak mabuk oleh sesuatu yang membuat kita lengah (Kis. 2:15).

Dalam Ef. 6:13-17 disebutkan perlengkapan senjata rohani lainnya yakni ikat pinggang kebenaran, sebab iblis menyerang dengan berbohong (iblis = pendusta), bahkan bertindak seolah-olah benar. Ini sama seperti ketika iblis membohongi Yesus dalam ujian di padang gurun. Tetapi hanya orang percaya yang memiliki kebenaran Allah yang dapat mengalahkan iblis. Kita juga diberikan kaki yang berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera, yakni motivasi untuk terus berjalan, berkarya, tanpa terlalu memperdulikan tantangan yang ada sebagai sesuatu yang sulit dan tidak terjangkau. Allah memberikan kekuatan dengan kasut kerelaan agar kita terus melangkah pasti dalam memperluas kerajaan-Nya. Demikian juga senjata rohani perisai iman, agar kita melindungi diri dari serangan-serangan berupa rasa sakit dan penderitaan. Perisai ini melindungi kita dari panah api yang menghanguskan, dan kita dapat melihat kemenangan ada di depan bersama dengan Allah yang dahsyat. Senjata terakhir adalah pedang yang digunakan untuk menyerang, sebab kadang kala dalam menghadapi iblis, kita tidak selalu harus bertahan tetapi juga menyerang dengan kuasa dari Allah.

 

Keempat: Kita hidup bersama-sama dengan Dia (ayat 9-11)

Sebagai hari penghakiman, hari Tuhan juga merupakan hari penetapan Allah melaksanakan hukuman dan murka-Nya bagi orang-orang yang tidak bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat. Mereka yang terus hidup dari dan untuk dirinya sendiri, melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya akan mendapatkan hukuman. Tetapi bagi kita yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat dan berupaya dengan tekun dan setia untuk terus mengikuti-Nya, akan dibebaskan dari penghukuman dan kita beroleh keselamatan yang kekal sesuai dengan janji dalam firman-Nya, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rm. 10:9-10).

Menghadapi kedatangan Kristus kembali, kita perlu bersikap seolah-olah pada akhir perlombaan lari marathon: kaki kita terasa sakit, tenggorongan kering serasa terbakar, seluruh tubuh kita merintih untuk meminta berhenti. Saat itu kita membutuhkan teman dan orang lain. Dorongan mereka membantu semangat kita untuk menyelesaikan perlombaan meski dengan rasa sakit untuk mencapai garis akhir. Dengan cara yang sama, orang Kristen perlu saling mendukung dan meneguhkan satu sama lain. Sebuah kata yang memotivasi pada saat yang tepat bisa jadi sangat berharga untuk menyelesaikan dengan baik, dan menghilangkan rasa capai dan sakit yang sebelumnya. Lihatlah sekelilingmu, siapa yang perlu didukung. Bersikaplah sensitif bagi kebutuhan orang lain dan berikanlah kata-kata atau tindakan yang mendukung semangat mereka. Kita juga harus bisa menjadi teladan sehingga hal itu membuka mata hati mereka untuk dapat melihat bagaimana Allah bekerja di dalam kehidupan orang percaya (Kis. 26:18).

Orang percaya jangan mudah merasa puas atas hal yang sudah dilakukannya dan sebaliknya juga tidak perlu merasa putus asa. Kita tidak perlu takut terhadap kematian apalagi terhadap akhir zaman yang sudah kita ketahui bisa terjadi. Janji Kristus sudah pasti. Pengharapan lepas dari murka Allah, menjadi iman kemenangan bagi kita dan masuk dalam keselamatan kekal bersama-sama Tuhan Yesus. Kuncinya adalah perintah untuk hidup dalam terang kita laksanakan (1Yoh. 2:8), dan itu adalah sikap berjaga-jaga yang baik. Keselamatan bukan hanya lepas dari murka Allah, tetapi juga pemberian upah dan pahala khususnya hidup dalam persekutuan abadi dengan Dia (Rm. 14:9; 2Kor. 5:15). Itu semua bukan bagi kita yang hidup tetapi juga bagi orang percaya yang mendahului kita. Semua orang ikut berbagi kemenangan dan kemuliaan-Nya, sehingga kenyataan inilah yang kita perlu bagikan kepada semua orang dengan memberi nasihat seorang akan yang lain dan saling membangun.

 

Penutup

Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya membawa sukacita besar bagi orang percaya. Meski hari Tuhan itu datangnya seperti pencuri di malam hari, namun bagi kita yang setia dan taat pada Tuhan Yesus, telah ditetapkan untuk menerima keselamatan dan bukan penghukuman. Mereka yang sudah percaya tidak akan hidup dalam kegelapan sebab mereka adalah anak-anak Terang yang tahu arah tujuan hidupnya. Menjadi anak-anak Terang berarti menjadi teladan dan berbuah bagi orang lain. Namun kita juga perlu menyadari bahwa iblis tidak akan membiarkan hal itu mudah terjadi. Kita perlu sadar, siaga dan waspada. Ini adalah waktu siang dan bukan malam untuk tertidur atau mabuk. Iblis menyerang dengan dahsyat melalui tipuan dan godaan dengan masuk ke dalam titik kelemahan kita. Oleh karenanya diperlukan senjata-senjata rohani Allah: berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Kita perlu berjaga-jaga dengan pengendalian diri melalui hidup dalam iman, kasih, dan pengharapan kemenangan. Janji Tuhan adalah pasti, yakni kita hidup bersama-sama dengan Dia dalam persekutuan kekal, sehingga kita perlu saling menasihati dan membangun satu sama lain. Apakah kita sudah berjaga-jaga dengan melakukan semua itu? Tuhan Yesus memberkati.

 

------------------------------------------

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 245 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8563566
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1614
73300
74914
8223859
714851
883577
8563566

IP Anda: 108.162.226.199
2024-12-16 02:41

Login Form