Sunday, December 15, 2024

Khotbah Minggu 29 September 2024 - Minggu XIX Setelah Pentakosta

Khotbah Minggu 29 September 2024 - Minggu XIX Setelah Pentakosta

 

 PERTOLONGAN TUHAN (Mzm. 124:1-8)

 

 Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi (Mzm. 124:8)

 

 

 

 

Semua kita pasti pernah mendengar ayat di atas, disampaikan oleh Pendeta di awal ibadah hari Minggu, khususnya gereja aliran utama. Itulah kalimat VOTUM. Votum secara harafiah berarti “janji’, tetapi lebih bermakna sebagai deklarasi dan peneguhan bahwa Allah hadir di tengah umat yang beribadah saat itu. Oleh karena itu, beberapa gereja belum memperkenankan pengkhotbah yang bukan pendeta mengarahkan tangan ke depan saat meneguhkan VOTUM.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah dari Mzm. 124. Ada delapan ayat termasuk ayat di atas dengan judul: “Terpujilah Penolong Israel”. Manusia dan bangsa-bangsa memang perlu penolong. Manusia memulai penyembahan kepada Tuhan (atau kuasa yang Mahatinggi lainnya) diawali karena ketakutan dan ketidaktahuan akan hal-hal yang tidak terjangkau pikiran dan kemampuannya. Rasa takut dan misteri tersebut yang mendasari penyembahan, agar terhindar dari mara bahaya yang mengancam. Ini kemudian memunculkan gagasan bahwa Tuhan juga sebagai Penolong mengabulkan pengharapan manusia.

 

 

 

Kebutuhan dan pengharapan membuat manusia berinteraksi dengan sesama, yang berbuah ke arah terjadinya perbedaan dan bahkan konflik; konflik berbagai gradasi, mulai dari rasa tidak suka, membenci, memusuhi hingga berniat menyakiti. Memang tidak mudah memahami orang/pihak lain, tetapi sebaliknya, lebih mudah menghakimi bahwa "orang lain" salah dan "aku" benar.

 

 

 

Bangsa Israel hidup melalui perjalanan panjang dan dikelilingi oleh berbagai suku-suku lain. Upaya mempertahankan diri dan semangat ekspansif membuat mereka banyak musuh, yang dalam Mazmur ini digambarkan dengan amarah yang menyala-nyala, siap menelan hidup-hidup, bagaikan air mengalir meluap-luap melingkupi dan menghanyutkan mereka (ay. 5). Mereka juga dihadapkan pada jerat penangkap pemburu (ay. 7).

 

 

 

Manusia sangat terbatas kemampuannya dan pertolongan tentu sangat membantu. Namun, adakalanya situasi yang dihadapi benar-benar di luar kemampuan manusia lagi. Ini dapat menimbulkan keputusasaan, menyalahkan Tuhan, dan lainnya. Situasi ini pula yang membawa seseorang bisa tidak percaya adanya Tuhan, atau Agnostik tidak mau berpikir tentang keberadaan Tuhan.

 

 

 

Tetapi, berbahagialah kita yang sudah dianugerahkan iman percaya kepada Tuhan Yesus. Maka sesulit apapun persoalan, pergumulan dan kemelut yang mengancam jiwa atau keluarga terkasih, atau seberapa berat pun derita kondisi ekonomi, atau ada yang membenci dan menganggap kita musuhnya, kita tetaplah dalam iman, dan berkata: Tuhan Yesus adalah satu-satunya Penolongku. Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, maka kita akan terjerat, binasa menjadi mangsa (ay. 1, 6-7).

 

 

 

Selain pemeliharaan-Nya, Tuhan mampu melepaskan manusia yang sudah putus harapan sekaligus membuktikan bahwa Ia adalah pemilik kehidupan. Ketika pertanyaan muncul di Mzm. 121:1: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?” Mazmur 124 ini merupakan respon syukur dan sukacita, dengan menegaskan: Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi (ay. 8). Terpujilah Tuhan kita. 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdr. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 69 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8562075
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
123
73300
73423
8223859
713360
883577
8562075

IP Anda: 172.70.143.227
2024-12-16 00:43

Login Form