Sunday, December 15, 2024

Kabar dari Bukit Minggu 8 September 2024

Kabar dari Bukit

 KASIH, IMAN DAN PERBUATAN (Yak. 2:1-17)

 "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak. 2:17)

 Ada beda tipis antara etika, norma dan hukum. Memang hal ini bersinggungan, sebab pada dasarnya hukum didasari oleh nilai-nilai, asas dan norma. Namun pada praktek kehidupan sehari-hari, batasan itu bisa menjadi kabur. Oleh karena itu dosen dan guru saya Ibu Pdt. Dorothy I. Marx menulis buku tentang hal itu dengan judul “Itu kan Boleh?”, agar batas-batas itu menjadi lebih jelas.

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Yak. 2:1-17. Dalam sistem leksionari nas ini dibagi dalam tiga bagian. Pertama, ayat 1-10 tentang jangan memandang muka, hanya menghargai orang kaya dan menghinakan orang miskin; kaya dalam nas ini lebih kepada materi, karena ayatnya berbicara tentang orang yang memakai cincin emas dan pakaian indah, serta membandingkannya dengan orang yang berpakaian buruk.

 

Barangkali kita akan berkata, hal itu wajar saja, manusiawi, menghargai mereka yang mencapai prestasi dan apalagi jika melihatnya dari sudut situasi. Namun, etika situasi menjadi masalah jika kita melihatnya dari penerapan kasih. Dalam hal ini kekristenan melihat dasar kita melakukan sesuatu, motivasi dalam melakukannya. Bila motivasinya untuk kepentingan diri sendiri, menyenangkan manusia semata, bukan untuk mewujudkan kasih sejati dan kemuliaan Tuhan, maka hal itu tidak sesuai dengan nilai-nilai kristiani.

 

Bagian kedua, ayat 11-13 merupakan penjabaran ayat 10 tentang bagaimana hukum mesti diterjemahkan. Pada ayat 10 – 11 dituliskan, “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.” Ini artinya, kita tidak diperkenankan melakukan timbangan atas kesalahan. Sebuah kesalahan tetap kesalahan, dosa kecil tetaplah dosa, dan semua harus tetap dibereskan, dimintakan pengampunan baik kepada Tuhan maupun kepada yang berkepentingan.

 

Bagian ketiga, ayat 14-17 dengan judul perikop sendiri, tentang hubungan iman dan perbuatan. Iman yang tidak berbuah tidak dapat menyelamatkan. Jika kita melihat seorang yang lapar dan tidak berpakaian layak dan kita membiarkannya, hanya memberikan kata penghiburan atau berkat dan tidak memberikan yang diperlukan tubuhnya, maka itu tidak ada gunanya. “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (ay. 17).

 

Pada ayat 26 dituliskan, "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati." Kehidupan orang percaya memang dituntut lebih dari pada orang lain. Sebagaimana Tuhan Yesus mengatakan, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 5:20).

 

Maka dari seluruh rangkaian nas minggu ini, kita dapat melihat pesan kuat bahwa kehidupan kita haruslah didasarkan pada kasih. Memandang muka dengan mengutamakan orang kaya dalam pergaulan, tidak sesuai dengan hakekat kasih. Kasih tidak dapat dipilah-pilah, dalam bentuk hal tertentu boleh dan hal lain tidak boleh, itu bukan kasih yang totalitas. Mari kita perlihatkan iman sejati yang menyelamatkan dan tampak dari perbuatan-perbuatan kasih sejati.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 79 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8562176
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
224
73300
73524
8223859
713461
883577
8562176

IP Anda: 172.70.189.174
2024-12-16 01:05

Login Form