Sunday, December 15, 2024

Kabar dari Bukit Minggu 18 Agustus 2024

Kabar dari Bukit

 

 

HIDUP ARIF BUKAN BEBAL (Ef. 5:15-20)

 

"Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif” (Ef. 5:15b)

 

 

Dipastikan semua orang tidak mau disebut orang bodoh, apalagi bebal. Jika orang bodoh masih ada peluang belajar untuk menjadi pintar, namun orang bebal memiliki hambatan lebih besar, sebab merasa dirinya sudah benar dan pintar sehingga tidak mau belajar dan membuka diri melihat hal lebih baik dari yang dipikirkannya.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah Ef. 5:15-20. Ini lanjutan dari perikop sebelumnya, yakni agar kita orang percaya hidup sebagai anak-anak terang. Hidup sebagai anak-anak terang berarti tidak hidup dalam kegelapan, tidak terjebak dalam situasi yang menjerat dirinya. Orang dalam kegelapan tidak hanya kehilangan orientasi keberadaannya, tetapi juga arah pengharapan yang benar akan langkah tujuan hidupnya.

 

 

 

Melalui nas minggu ini ada empat sikap perilaku yang diminta dari kita. Pertama, memperhatikan bagaimana kita hidup, “janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif” (ay. 15). Orang arif hidup dalam kebijaksanaan, hidup menggunakan waktu dengan baik sesuai kehendak Tuhan. Bersikap bebal berarti tidak cepat menanggapi sesuatu dan bersikap masa bodoh (Ams. 1:32), tidak memakai akal budi dan pengetahuan (Mzm. 94:8; Ams. 1:22), berpikiran bahwa Allah tidak ada (Mzm. 53:1).

 

 

 

Sikap kedua, jangan bodoh, tidak memahami maksud dan rencana Tuhan dalam hidup kita (ay. 17). Orang bodoh tidak mau belajar, sementara orang arif bijaksana akan terus belajar dengan hikmat termasuk dari kebodohan orang lain. Dan kunci menjadi arif adalah mengenal Kristus sebagai Pribadi yang berkuasa atas hidup semua orang, mencintai Firman-Nya dan mau terus belajar. Takut akan Tuhan permulaan hikmat (Ams. 1:7), membuat kita bijak dalam mengarungi kehidupan dengan segala mosaik tantangan dan pengharapan yang ada.

 

 

 

Sikap ketiga, kita diingatkan tentang hidup yang tidak terkendali dan terkontrol yakni mabuk oleh anggur. Saat ini bukan hanya anggur yang memabukkan, tetapi juga kecanduan hal yang buruk termasuk mengkonsumsi narkoba. Hidup yang terkendali adalah bila kita terus dituntun oleh Roh-Nya (ay. 19). Oleh karena itu, kita perlu terus mendekatkan diri dan hubungan yang erat dengan-Nya.

 

 

 

Salah satu kunci diberikan pada awal perikop, yakni jangan berkawan dengan orang bebal dan hidup di dalam kegelapan (ay. 7). Bergaul dengan orang dalam kegelapan tanpa tujuan untuk mengubah mereka, sementara kita sendiri belum memiliki dasar yang kokoh, membuat hidup akan sia-sia. Maka kita perlu memeriksa diri, dengan siapa kita berkawan saat ini; apakah memberikan dampak baik atau malah buruk.

 

 

 

Sikap keempat, hidup arif diperlihatkan dengan kesukaan berkata-kata dalam nuansa mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Selalu memuji Tuhan dan senantiasa mengucap atas segala sesuatu kepada Allah dan Bapa kita dan merendahkan diri terhadap yang lain di dalam takut akan Kristus” (ay. 19-21).

 

 

 

Hidup arif bukan berarti tidak pernah berbuat kesalahan atau tersandung. Namun orang arif tetap terkendali, tahu mengkoreksi dan meminta maaf dan mohon pengampunan. Nasihat jitu untuk hidup arif adalah sadar untuk terus melakukan pembaruan budi agar tidak serupa dengan dunia ini (Rm. 12:2). Menjadi arif dan tidak bebal merupakan penerapan firman-Nya, dan untuk menjadi taat merupakan penerapan kebijaksanaan siap dipimpin Roh-Nya. Tidak mudah, tapi harus terus diupayakan.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 39 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8561930
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
73278
41991
73278
8223859
713215
883577
8561930

IP Anda: 108.162.227.70
2024-12-15 23:50

Login Form