Sunday, December 15, 2024

Kabar dari Bukit Minggu 7 Juli 2024

Kabar dari Bukit

 

 DURI DALAM DAGING (2Kor. 12:2-10)

 

 ”Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2Kor. 12:9)

 

 Peribahasa "duri dalam daging" biasanya dipakai jika ada gangguan atau rasa sakit dalam diri seseorang. Untuk kelompok, peribahasa ini lebih bernada negatip, yakni dalam keluarga atau kelompok, kehadiran seseorang menjadi batu sandungan. Semua yang dilakukannya cenderung berdampak buruk, senada dengan perumpamaan "kerikil dalam sepatu", menimbulkan rasa tidak enak dan sulit dihilangkan.

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah 2Kor. 12:2-10. Perikop ini menjelaskan bahwa sebenarnya Rasul Paulus memiliki kesempatan untuk bermegah atas apa yang sudah dicapai dan dialaminya. Ia samarkan pengalamannya di Damsyik, ketika ia menjadi buta, saat dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya; sebuah kesempatan yang menurutnya ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga dan firdaus (ay. 3-4).

 

 

 

Namun Rasul Paulus mengatakan, bukan kehebatan-kehebatan yang dialami seseorang yang perlu diungkapkan sebagai bukti kebaikan dan kasih Tuhan, “.... tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku” (ay. 5b). Justru yang ditampilkan Paulus adalah kelemahannya, dan melihatnya sebagai sumber kekuatan.

 

 

 

Rasul Paulus menyebut kelemahan itu sebagai “duri dalam daging". Ia juga tidak ragu mengatakan itu adalah perbuatan iblis. Telah tiga kali ia berdoa agar duri itu diangkat dari tubuhnya, namun Tuhan tidak mengabulkannya (ay. 7-8). Ada banyak dugaan tentang “duri dalam daging" ini, sesuatu berupa penyakit dalam tubuh atau pada tampilan fisik.

 

 

 

Namun Rasul Paulus melihat dengan mata rohani bahwa kelemahan itu sesuatu yang dizinkan Tuhan. Kelemahan memang membuat ketergantungan, menyadarkan keterbatasan diri, memberi peluang kita dibentuk menjadi sesuatu yang baru. Tuhan memiliki maksud agar melalui kelemahannya Paulus tidak menjadi sombong, lupa diri. Tuhan tidak suka terhadap orang sombong (Ams. 16:5; Mat. 23:12). Rasul Paulus mengartikan kelemahannya berarti, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Kemudian dilanjutkannya, "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku" (ay. 9).

 

 

 

Iman memang tidak berarti hanya menerima yang kita inginkan dari Tuhan, tetapi iman juga menerima apa yang Tuhan berikan tanpa meragukan rencana dan maksud Tuhan. Seperti Ayub berkata: "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" (Ayub 2:10). Luar biasa!

 

 

 

Apakah kita saat ini memiliki kelemahan dalam tubuh atau rupa dan situasi yang tidak sesuai dengan harapan kita? Bila kini kita ada dalam kesulitan, persoalan hidup yang berat, seolah tidak terpecahkan dan terperikan, mari belajar dari nas ini, melihat kelemahan yang ada sebagai jalan Tuhan campur tangan. Tidak perlu berkecil hati dan menganggap Tuhan tidak sayang kepada kita. Lihatlah dengan mata rohani, Tuhan punya maksud. Lantunkan KJ 438, "Apapun juga menimpamu Tuhan menjagamu." Sebagaimana kata Paulus, “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (ay. 10b).

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 237 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8563571
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1619
73300
74919
8223859
714856
883577
8563571

IP Anda: 162.158.189.38
2024-12-16 02:42

Login Form